Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT ''Aku Adalah Saksi Kegilaan Istriku''

malam ini jadi updatekah om sanjai? drtadi ane bolak-balik ke sini kok belum update2 juga. penasaran banget. hhe...

malam ini belum bisa di update ya.. Ane terlalu sibuk hari ini, jadi ngak sempet ngetiknya.
Sabar dulu ini masih 50% ketikannya :(
sabar dulu ya..
 
Menurut kabar,

Besok siang kang Jay bakal apdet,
Ditongkrongi aja ya suhu2 smua :D
 
bang sanjai, masih di ssc kau?
mantap kali cerita kau ini, lanjot teros.....
 
Episode IX

FlashBack

POV Sultan

Beberapa bulan yang lalu bang Rangga menghubungi ku, katanya ada sesuatu yang harus di bicarakannya. Dua hari kemudian aku memenuhi permintaannya, aku langsung datang ke kantornya pada saat jam lembur.

"abang mau bicarain masalah apa ?"

"abang butuh bantuan kamu, kamu harus sangat hati-hati, yang terlibat didalamnya mungkin saja para profesional"

"masalah apa bang ?"

"beberapa waktu ini abang merasakan ada sesuatu pergerakan yang sangat rapi di perusahaan ini. Abang ngak tau apa motifnya dan apa tujuannya"

"hemm" (bergumam)

"kamu harus menyelidiki siapa saja yang terlibat. Satu lagi dek, kamu pantau kakak ipar kamu yang bekerja di perusahaan rival. Itu salah abang yang mengizinkan dia bekerja tanpa abang tanya dimana dia mengirim berkas lamaran kerja".

"ada lagi bang ?"

"hampir saja aku lupa. Kalau sesuatu terjadi padaku, kamu harus lindungin Daffa sama kakak iparmu dan abang harap kamu mengambil alih perusahaan ini, itu baik tuk penyamaran mu sebagai bagian dari Grup 3".

"ada yang abang curigakan dalam kasus ini"

"notaris perusahaan, abang mendapati beberapa kejanggalan pada dokument yang dia urus, selain dia abang belum melihat kejanggalan yang lain dari para direktur maupun manajer tapi itu tak menutup kemungkinan ada yang terlibat".

"kalau begitu aku pamit bang"

"hati-hati dek, jangan terlalu menonjol itu akan membuat mereka mengetahui siapa kamu"

"sip bang, santai saja" (mengacungkan jempol)

setelah pertemuan dengan bang Rangga di kantornya, aku mulai menyelidiki semuanya termasuk memantau kak Suci di tempat kerjanya. Hasil yang ku dapat belum semuanya, masih banyak yang harus ku dapatkan. Namun dari kecerobohan yang di lakukan oleh notaris itu, aku bisa menyimpulkan mereka menargetkan bang Rangga. Mereka bekerja sangat rapi, pergerakannya terorganisir, itu sangat menyulitkan tuk ku telusuri jejak mereka.

Satu bulan kemudian seorang kawanku meminta bantuan tuk melacak dua orang pembunuh bayaran profesional yang paling di cari aparatur negara ini.
Menurut informasi yang ku dapat mereka mendapat perintah tuk mengeksekusi beberapa orang terkenal.

Aku memberitahukan bang Rangga tuk lebih berhati-hati dan memintanya seolah-olah tak tahu kalau dia target mereka.

Penyelidikan ku kini mulai menemui titik terang, notaris yang dicurigai bang Rangga ternyata dia paman dari saingan bisnis bang Rangga yang tak lain adalah Andri bos perusahaan dimana kakak iparku bekerja.
Aku mendatangi kantin kantor Andri tuk memantau kak Suci secara dekat, beberapa hari kemudian aku menjadi pelayan di kantin itu.
Itu bukan hal yang sulit buatku karena punya banyak jaringan yang memungkinkan ku tuk menyusup.

Seminggu sudah aku bekerja sebagai pelayan, selama itu juga aku sering mengantar pesanan karyawan kantor langsung keruangan mereka, itu memudahkan ku mengenal banyak karyawan termasuk security yang bekerja disini. Akupun mulai dekat dengan beberapa karyawan salah satunya seorang supervisor bernama Yeni, dengan pak Rohim yang bertugas sebagai security.

Dua minggu kemudian kabar cukup mengejutkan terjadi, Alina sekretaris Andri menghilang entah kemana. Satu minggu setelah menghilang dia ditemukan dalam keadaan mengenaskan. Tubuhnya di mutilasi, setelah di otopsi dia diketahui dalam keadaan hamil. Hal itu tak mengejutkan ku karena pernah ku dapati dia muntah-muntah di toilet kantin dan makannya pun yang asem-asem.

Akupun langsung di hubungi kawanku mengatakan bahwa Alina ini sebagai korban dari dua orang pembunuh bayaran itu, setiap korban mereka selalu ada setangkai mawar putih yang di baluti dengan darah korban.

Saat istirahat siang Yeni menghampiri ku.

"eh lu lihat berita kagak ?"

"berita apaan Yen ?"

"lu mah selalu ketinggalan, ini baca sendiri"

Yeni menyodorkan Hpnya tuk ku baca berita online yang berisi berita tentang kematian Alina yang misterius.

"gue merasa curiga deh sama pak Andri"

"kenapa gitu Yen ?"

"Alina pernah mengatakan sama gue, kalau dia sama pak Andri punya hubungan spesial, apalagi dia dalam keadaan hamil begini, mungkin saja kan pak Andri ngak mau tanggung jawab terus ngebunuh Alina"

"saran gue lu hati-hati dah kalau bicara, kalau ada yang denger bisa-bisa lu juga di babat sama tu monyet"

"ada-ada ja lu Jai" (dia dan semua orang di kantor ini kenal aku sebagai Sanjai bukan Sultan nama ku sebenarnya)

"itu menurut lu mah, lu ngak masuk kerja Yen ?"

"oh iya ya, oke gue ke kantor dulu ya, nanti lah kita ketemu lagi"

"oke Yen, sip "

Selama ditemukannya manyat Alina, Pak Rohim ngak masuk kerja, apa mungkin pak Rohim keluarga Alina atau diapun terlibat ya ?
Kalau besok ketemu sama dia aku akan pancing dia.
Sore harinya aku ketemu sama karyawan bagian HRD, aku bertanya perihal pak Rohim ngak masuk kerja, katanya pak Rohim ambil cuti selama dua hari karena keponakannya meninggal dunia.

Keesokannya aku ketemu sama pak Rohim di kantin.

"eh bapak, kok ngak keliatan sudah dua hari, liburan ya pak ?"
 
"eh kamu Jai, enggak kok bapak ngambil cuti selama dua hari"

"ada acara kah pak, atau sesuatu gitu ?" (pada saat ngobrol dalam kantin dalam keadaan sepi)

"ponaan bapak meninggal, kasian dia masih muda udah di bantai orang"

"aku turut berduka ya pak, siapa namanya pak ?"

"kamu harus janji jangan sampai ada yang tau ya"

"iya iya pak, kok main rahasian gitu pak ?"

"ponaan bapak Alina Jai, itulah sebabnya bapak minta kamu jangan sampai ada yang tau"

"boleh bapak ceritakan sebab akibatnya pak, itupun kalau bapak tidak keberatan sih"

"bapak juga pinginnya kasih tau kamu Jai, gini Jai sebelum Alina menghilang selama satu minggu Alina cerita ke bapak kalau dia di hamilin sama si bejat Andri, dia udah kasih tau perihal kehamilannya tapi Andri minta di gugurin kandungannya"

sekilas pak Rohim menatap aku, seakan dia minta pejelasan tuk dilanjutin atau tidak. Aku hanya mengangguk pak Rohimpun melanjutkan ceritanya.

"Alina juga nagih janji Andri buat nikahin dia, tapi Andri ngak mau peduli katanya hubungan yang mereka jalin itu hanya sebatas have fun. Hp ini yang Alina kasih sama bapak, katanya kalau bapak buka file-file didalamnya bapak harus kasih tau pada seseorang".

"hemm, apa bapak sempat buka file itu pak ?"

"sudah Jai, tapi bapak ngak tau mau kasih tau ke siapa. Bahkan Andri sempat datang menemui orang tua Alina minta Hp Alina katanya ada dokument dan laporan kantor di Hp itu. Karena Hp ini udah di kasih ke bapak, orang tua Alina hanya kasih tau Hp Alina sama tim penyidik polisi. Coba kamu lihat deh, firasat bapak ini ada sangkut pautnya dengan kematian Alina" (sembari kasih Iphone 6 milik Alina)

"iya pak, tapi tidak sekarang aku periksanya, kan sebentar lagi jam istirahat kantor. Apalagi ini masalah yang rumit begini. Apa si bejat itu tau kalau bapak pamannya Alina ?".

"tidak Jai, semua orang disini tidak tau. Ya sudah kalau gitu Jai, bapak balik ke pos dulu"

"iya pak, sebaiknya begitu jangan sampai ada yang tau, hati-hati ya pak"

Pak Rohim hanya mengangguk kemudian berlalu dari hadapanku.
Sore harinya setelah kantin tutup aku membongkar isi Hp Alina.
Isinya cukup penting, malah apa yang kudapatkan cukup membantu penyelidikanku.
File-file di Hp Alina berupa foto dokumen dan video pembicaraan beberapa orang dalam sebuah ruangan kantor yang kuyakini ruangan itu milik Andri.

"bagaimana bagian lu Ndri ?" (tanya pak Sumarjo pamannya)

"belum berhasil paman, Suci masih tetap tak mengubris rayuanku"

"hem, dia memang tak mudah tuk di rayu, kamu harus melakukannya dengan cara yang tak lazim Ndri".

"maksud paman memasukkan sesuatu kedalam minuman atau makanannya"

"nah itu lu tau"

"bagian paman bagaimana ?"

"sudah oke tinggal eksekusi si Rangga saja, ini mereka berdua yang akan melakukannya. (menunjukkan dua orang yang paling dicari)

"Setelah itu semua miliknya akan berpindah tangan, hahahahaha"

"heh bro kami dapat jatah ngak ngerasain itu binor ?(tanya salah satu dari dua orang itu pada Andri)

"gampang itu, tugas kalian selesain dulu. Harus bersih, kalau tidak rencana kita akan berantakan"

mereka hanya mengacungkan jempol.

"nah Ndri setelah mereka melakukannya, lu mulai masuk ke kehidupan Suci. Wanita akan lebih mudah tergoda saat kondisi psikologisnya terganggu, lu kasih dia perhatian lama-lama dia luluh sendiri dengan lu. Apalagi statusnya nanti udah janda"

"siap paman, orang kita yang disana bagaimana paman ?"

"mereka menyerahkan semuanya pada kita"

Aku lalu membuka beberapa foto dokumen yang tertera nama Sumarjo sebagai notarisnya. Aku harus memberitahukan bang Rangga soal ini, agar dia lebih hati-hati apalagi kapan mereka mengeksekusi rencananya masih gelap. Aku harus lebih cepat dari mereka, kalau tidak abangku akan tinggal nama.

Satu bulan sudah saya menyelidiki kasus ini, semuanya sudah aku ketahui, walau orang mereka yang ada dikantor bang Rangga belum ku ketahui, bagiku bukan masalah besar. Mungkin saja bang Rangga sudah mengetahuinya. Sedangkan kakak iparku Suci seperti namanya, bahkan dia transparan pada bang Rangga tentang permasalahan yang dihadapinya di kantor.

Malamnya aku mengajak pak Rohim duduk di sebuah cafe tuk membicarakan perihal isi Hp Alina.
"bagaimana Jai, apa yang kamu dapatkan ?"

"pembunuh Alina dan orang yang akan di bunuh pak"

"hah, sudah bapak duga. Siapa mereka Jai, apa kamu mengenal orang yang akan dibunuh mereka ?"

"seseorang pak, gerakan mereka sangat rapi dan profesional, bapak harus hati-hati kalau tidak nyawa melayang".

"bagaimana kamu bisa mengatahui itu ?"

gilaa aku kok bisa kecolongan begini.

"eh pak, maksud ku apa yang terjadi pada ponaan bapak sudah cukup menjadi referensi kita" (kilah ku)

"iya juga ya, terima kasih ya Jai, semua ini bapak serahin ke kamu"

kriiiiing kriiiinggg nada dering Hp ku, ada apa bang Rangga menelpon ku ya ?

"hallo bang"
"kamu dimana dek, ada dua mobil mengikuti aku sejak keluar dari kantor"

"abang dimananya, aku kesana sekarang ?"
"jalan Yos Sudarso dek, cepat ya"
 
Aku pamit sama pak Rohim dan bergegas pergi ke sana jaraknya hanya 25 menit dari tempat ku sekarang.

"kemana kamu Jai, kok buru-buru ?"
"ketemu seseorang pak"

Sialan, ban motor ku bocor pula.

"pak pinjem motornya pak, motor ku bocor"
"nih kuncinya"

"ni pak kunci motorku sekalian bapak tempel ya, nanti kita ketemu lagi" (sembari ngasih duit)

Akupun langsung menyusul bang Rangga, tak lupa ku telpon bang Rangga tuk menanyakan posisinya sekarang. Aku ambil jalan memotong karena jaraknya dengan ku sekarang tak mungkin menyusulnya lagi. Akupun sampai ke perbatasan Jakarta Pusat - Jakarta Utara, macet pula ini. Aku hanya bisa mengumpat dalam hati.
Aku menyapa sesorang yang tengah berlarian.
"eh pak berhenti dulu"
"apa yang terjadi di depan pak"
"ada kecelakaan pak, tadi ada mobil kek lagi balapan gitu, samar-samar kek ada suara tembakan gitu"

Ku parkir motor didepan Ruko, aku langsung kesana. Oh Tuhan, aku langsung membantu warga setempat yang sedang mengeluarkan bang Rangga yang tercepit dari mobilnya yang terbalik. Bang Rangga langsung dilarikan ke RS terdekat dengan menggunakan mobil Polisi yang sedang patroli.
Aku langsung menganalisa TKP, di dekat mobil kutemukan sebutir peluru kaliber 4,5 milimeter yang biasa digunakan untuk peluru pistol, di dalam mobil bang Rangga aku menemukan Hp dan tasnya, aku mengambilnya kemudian pergi dari sana.
Aku langsung ke RS terdekat tuk memastikan keadaan bang Rangga, sesampai disana ternyata bang Rangga harus di rujuk ke RS Gading Pluit. Di perjalanan ke RS Gading Pluit aku menelpon bang Faris & bang Haris kawan dekat bang Rangga sekaligus meminta mereka menjemput kak Suci dan Daffa di rumah.

Satu jam kemudian kak Suci sampai di sini bersama Desi dan Karina sedang bang Faris sama Bang Haris sudah lebih dulu sampai kesini. Kak Suci terlihat bingung, dia hanya menatap kami satu persatu kedua orang tuanya, bang Faris, Bang Haris, dan yang terakhir aku. Aku menghampirinya, mengatakannya padanya bahwa bang Rangga kecelakaan satu jam yang lalu. Dia terlihat chok mendengar berita yang ku sampaikan.

Tak lama kemudian dokter yang menangani bang Rangga keluar mengabarkan bahwa bang Rangga sudah melalui masa kritis namun belum sadarkan diri. Dari hasil pembicaraan ku dengan dokter secara personal, bang Rangga hanya mengalami geger kecil akibat benturan, dan luka tembak di bahu kanannya.

Keesokan harinya aku mengajak bang Faris dan bang Haris membicarakan permasalahan yang terjadi pada bang Rangga dan merencanakan pembalasan pada mereka. Kuminta kawanku yang di Interpol melacak dan menyadap nomor Hp pak Sumarjo, aku akan mengadakan perang psikologis dengan mereka. Setelah menerima laporan kawanku pak Sumarjo sedang di puncak Bogor, aku dan bang Haris segera menuju kesana, sedangkan bang Faris bertugas menjaga bang Rangga.

Malamnya kami berdua sampai di depan villa yang disewa Sumarjo, aku melakukan pengintaian lokasi. Di dalam villa hanya ada tiga orang target dan tiga wanita penghibur, mereka semua dalam keadaan mabuk.
Aku dan bang Haris langsung masuk ke villa, mereka tak mengubris kehadiran kami.
Bang Haris memborgol ketiga WP, sedangkan aku melakukannya pada Sumarjo, Karto (direktur keuangan di kantor bang Rangga), dan Paijo (wakil direktur utama). Mereka bertiga aku masukkan masing-masing satu kamar.

Aku dan bang Haris mengintrogasi mereka bertiga, dari mereka kami mendapatkan semua yang terlibat termasuk tempat persembunyian kedua pembunuh bayaran yang mereka sewakan.
Ku perintahkan bang Haris menyiram minyak ke seluruh villa, setelah memasang bom di badan mereka dan melakukan pembersihan jejak, kami pergi dari sana. Tak lama kemudian bom meledak villa pun terbakar habis.
Huh, tiga dari enam tikus sudah liburan ke neraka.

Dua hari setelah peristiwa yang menjadi hedline di media nasional, Yeni datang memberikan sebuah video pada bang Faris & bang Haris, akupun menontonnya kemudian.

"aku tak mau tahu, pokoknya kalian berdua cari siapa pembantai pamanku"

"iiyaaa bos, bagaimana kalau kita samperin ke RS tempat Rangga dirawat, kita bantai saja mereka semua"

"nyari mati lu ya, itu sama saja kita masuk kandang macan, itu tandanya mereka sudah tau kita semua"

Seusai menonton video itu aku, bang Faris dan bang Haris mulai menyusun rencana membantai Andri dan komplotannya.
Aku mengajak kak Suci ke cafe dimana kami menyusun rencana tadi.
Aku sedikit geli melihat kak Suci tegang dan ketakutan saat ku tatap dengan tajam.
Akupun menjelaskan semua padanya apa yang terjadi pada bang Rangga bukanlah kecelakaan.

Setelah melakukan penyelidikan dan melacak jejak mereka bertiga. Akhirnya aku menemukan mereka tinggal di kawasan perumahan elit Pondok Hijau, Bandung utara.
Kali ini aku sendiri yang mengeksekusi mereka, aku tidak mau mengambil resiko dengan mengajak bang Faris dan bang Haris.

Semua peralatan sudah ku siapkan, senjata, pisau, masker asap, bom asap dan kacamata inframerah.
 
Bimabet
Aku menyusup kesana melalui belakang rumah itu, setelah memantau kondisi aman, aku menghubungi bang Haris menanyakan tugasnya. Aku meminta bang Haris memadamkan arus listri di seluruh komplek melalui sistem yang sudah dibobolnya. Akupun masuk lewat pintu belakang, melempar bom asap kemudian menembak kepala kedua pembunuhh bayaran sedangkan Andri ku seret ke kamar dan ku ikat di kursi dalam keadaan telanjang.
Bruuuuummm bruuuummm suara air yang ku siram di tubuh Andri.

"Siiiapaaa kaauuu ?"
"kau tidak perlu tau siapa aku. Kau akan mati malam ini"

"ayo cepat bunuh aku, kenapa ngak berani kau hah?"
"hahaha, tak semudah itu kau mati bengak, setelah semua yang kau lakukan."

Aku menyumpal mulutnya dengan kolornya sendiri. Kemudian mencabuti kuku jari kakinya.

"uuhh heeehhhhhccc"
"sudah ku katakan kan kau tak semudah itu mati"

"aaaaammm puuunnnii aku"
"sekarang tidak lagi kampret, kau yang memulainya aku hanya mengakhiri apa yang kau mulai. Hahaha"

Aku kemudian membelah mulutnya sampai ketelinga.

"kau sekarang tak bisa lagi menjerit bukan ?"
"nikmatilah sisa hidup mu bangsat"

Ku ambil gergaji pemotong besi, ku babat di pangkal penisnya sampai putus kemudian kusumpal di mulutnya.
Kepalanya yang terpenggal ku letakkan di pangkuannya, dadanya ku bedah, organ dalamnya ku keluarkan dan ku biarkan berserak di kakinya.

Apa yang kau tanam itu yang kau tuai. Begitu juga apa yang kau lakukan itu juga yang kau dapatkan.
Sekarang kau baru mengerti pembalasan itu lebih menyakitkan daripada perbuatan bukan.
Ah ngomong apa aku, percuma saja dia sudah menyusul pamannya ke neraka.

Aku keluar dari komplek perumahan itu setelah terlebih dahulu membersih semua jejak ku dan meninggalkan bukti-bukti keterlibatan mereka dalam pembunuhan Alina. Tak lama kemudian lampu pun kembali hidup setelah aku sudah jauh dari komplek itu.

Paginya aku ke RS setelah kak Suci mengabari bang Rangga sudah siuman dari komanya.

Flash Back Berakhir.


Bersambung....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd