"eh kamu Jai, enggak kok bapak ngambil cuti selama dua hari"
"ada acara kah pak, atau sesuatu gitu ?" (pada saat ngobrol dalam kantin dalam keadaan sepi)
"ponaan bapak meninggal, kasian dia masih muda udah di bantai orang"
"aku turut berduka ya pak, siapa namanya pak ?"
"kamu harus janji jangan sampai ada yang tau ya"
"iya iya pak, kok main rahasian gitu pak ?"
"ponaan bapak Alina Jai, itulah sebabnya bapak minta kamu jangan sampai ada yang tau"
"boleh bapak ceritakan sebab akibatnya pak, itupun kalau bapak tidak keberatan sih"
"bapak juga pinginnya kasih tau kamu Jai, gini Jai sebelum Alina menghilang selama satu minggu Alina cerita ke bapak kalau dia di hamilin sama si bejat Andri, dia udah kasih tau perihal kehamilannya tapi Andri minta di gugurin kandungannya"
sekilas pak Rohim menatap aku, seakan dia minta pejelasan tuk dilanjutin atau tidak. Aku hanya mengangguk pak Rohimpun melanjutkan ceritanya.
"Alina juga nagih janji Andri buat nikahin dia, tapi Andri ngak mau peduli katanya hubungan yang mereka jalin itu hanya sebatas have fun. Hp ini yang Alina kasih sama bapak, katanya kalau bapak buka file-file didalamnya bapak harus kasih tau pada seseorang".
"hemm, apa bapak sempat buka file itu pak ?"
"sudah Jai, tapi bapak ngak tau mau kasih tau ke siapa. Bahkan Andri sempat datang menemui orang tua Alina minta Hp Alina katanya ada dokument dan laporan kantor di Hp itu. Karena Hp ini udah di kasih ke bapak, orang tua Alina hanya kasih tau Hp Alina sama tim penyidik polisi. Coba kamu lihat deh, firasat bapak ini ada sangkut pautnya dengan kematian Alina" (sembari kasih Iphone 6 milik Alina)
"iya pak, tapi tidak sekarang aku periksanya, kan sebentar lagi jam istirahat kantor. Apalagi ini masalah yang rumit begini. Apa si bejat itu tau kalau bapak pamannya Alina ?".
"tidak Jai, semua orang disini tidak tau. Ya sudah kalau gitu Jai, bapak balik ke pos dulu"
"iya pak, sebaiknya begitu jangan sampai ada yang tau, hati-hati ya pak"
Pak Rohim hanya mengangguk kemudian berlalu dari hadapanku.
Sore harinya setelah kantin tutup aku membongkar isi Hp Alina.
Isinya cukup penting, malah apa yang kudapatkan cukup membantu penyelidikanku.
File-file di Hp Alina berupa foto dokumen dan video pembicaraan beberapa orang dalam sebuah ruangan kantor yang kuyakini ruangan itu milik Andri.
"bagaimana bagian lu Ndri ?" (tanya pak Sumarjo pamannya)
"belum berhasil paman, Suci masih tetap tak mengubris rayuanku"
"hem, dia memang tak mudah tuk di rayu, kamu harus melakukannya dengan cara yang tak lazim Ndri".
"maksud paman memasukkan sesuatu kedalam minuman atau makanannya"
"nah itu lu tau"
"bagian paman bagaimana ?"
"sudah oke tinggal eksekusi si Rangga saja, ini mereka berdua yang akan melakukannya. (menunjukkan dua orang yang paling dicari)
"Setelah itu semua miliknya akan berpindah tangan, hahahahaha"
"heh bro kami dapat jatah ngak ngerasain itu binor ?(tanya salah satu dari dua orang itu pada Andri)
"gampang itu, tugas kalian selesain dulu. Harus bersih, kalau tidak rencana kita akan berantakan"
mereka hanya mengacungkan jempol.
"nah Ndri setelah mereka melakukannya, lu mulai masuk ke kehidupan Suci. Wanita akan lebih mudah tergoda saat kondisi psikologisnya terganggu, lu kasih dia perhatian lama-lama dia luluh sendiri dengan lu. Apalagi statusnya nanti udah janda"
"siap paman, orang kita yang disana bagaimana paman ?"
"mereka menyerahkan semuanya pada kita"
Aku lalu membuka beberapa foto dokumen yang tertera nama Sumarjo sebagai notarisnya. Aku harus memberitahukan bang Rangga soal ini, agar dia lebih hati-hati apalagi kapan mereka mengeksekusi rencananya masih gelap. Aku harus lebih cepat dari mereka, kalau tidak abangku akan tinggal nama.
Satu bulan sudah saya menyelidiki kasus ini, semuanya sudah aku ketahui, walau orang mereka yang ada dikantor bang Rangga belum ku ketahui, bagiku bukan masalah besar. Mungkin saja bang Rangga sudah mengetahuinya. Sedangkan kakak iparku Suci seperti namanya, bahkan dia transparan pada bang Rangga tentang permasalahan yang dihadapinya di kantor.
Malamnya aku mengajak pak Rohim duduk di sebuah cafe tuk membicarakan perihal isi Hp Alina.
"bagaimana Jai, apa yang kamu dapatkan ?"
"pembunuh Alina dan orang yang akan di bunuh pak"
"hah, sudah bapak duga. Siapa mereka Jai, apa kamu mengenal orang yang akan dibunuh mereka ?"
"seseorang pak, gerakan mereka sangat rapi dan profesional, bapak harus hati-hati kalau tidak nyawa melayang".
"bagaimana kamu bisa mengatahui itu ?"
gilaa aku kok bisa kecolongan begini.
"eh pak, maksud ku apa yang terjadi pada ponaan bapak sudah cukup menjadi referensi kita" (kilah ku)
"iya juga ya, terima kasih ya Jai, semua ini bapak serahin ke kamu"
kriiiiing kriiiinggg nada dering Hp ku, ada apa bang Rangga menelpon ku ya ?
"hallo bang"
"kamu dimana dek, ada dua mobil mengikuti aku sejak keluar dari kantor"
"abang dimananya, aku kesana sekarang ?"
"jalan Yos Sudarso dek, cepat ya"