Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Amplas

Status
Please reply by conversation.
Mataku melebar, segera kutuangkan lagi air ke dalam gelas. Entahlah, sudah berapa gelas kuhabiskan sejak tadi. Sungguh yang ingin dilakukan Fany sangat mulia. Ia berencana untuk bertaubat dan mengajakku untuk melakukannya bersama-sama. Karena ia berharap, akulah yang akan menjadi imamnya dimasa depan. Tentu saja aku merasa tersanjung.
"Fan, aku senang banget kamu merencanakan itu. Aku mau Fan, ayo kita mulai bertobat sama-sama. Aku juga berharap sama, aku ingin bisa membuatmu menjadi istriku Fan. Ayolah, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanyaku tak sabar.
Sesaat itu aku melupakan perbedaan mencolok antara aku dan Fany. Di keluargaku, akulah orang yang paling kaya. Tapi kenyataannya, yang kupunya hanyalah satu buah motor Mio hitam yang sedang kuparkirikan di depan warung ini. Sementara Fany, dia punya banyak uang di dompetnya. Belum lagi dia masih punya Abang seorang pejabat. Ditambah lagi ayah dan Ibunya yang kaya. Aku hanya seperti sebutir pasir dipantai, jelas tak sebanding dengan batu karang yang besar. Namun mendengar dari mulut Fany sendiri. Bahwa ia ingin menjadikanku sebagai imamnya di masa depan. Membuatku agak bersemangat.
Fany tersenyum manis menatapku. Jelas ia sedang bahagia. Tapi apakah ini berarti bahwa kami sudah jadian dalam arti sebenarnya? aku juga nggak tau. Karena Fany sampai sekarang juga masih berpacaran dengan Edy.
Rasa cemburu mencuat dihatiku. Mengingat Fany bukan hanya milikku. Entah apa yang ia lakukan saat bersama dengan Edy. Sudah pasti tangan yang sedang kupeagang ini, juga sering dipegang-pegang oleh Edy. Atau mungkin saja dadanya, pantatnya atau bahkan memeknya juga sering di pegang oleh Edy. Muncul rasa tidak rela saat aku menatap bagian-bagian tubuh Fany yang indah ini juga dinikmati oleh orang lain.
Aku memang tidak tahu bagaimana gaya berpacaran Fany dengan Edy. Karena Fany memang tidak pernah mau membahas tentang Edy. Meskipun bisa kupastikan juga, apa yang mereka lakukan selama ini belum melampaui yang aku lakukan dengan Fany. Buktinya, Fany waktu itu sudah siap memberikan keperawanannya untukku. Tapi tetap saja, menjadi selingkuhan tidak lagi cukup untukku sekarang.
"Sekarang kita sholat zuhur berjamaah yuuk. Baru jam setangah 3 ini. Aku bawa mukenah kok" kata Fany bersemangat.
"Ayuuk.. dimana kita sholat?" tanyaku.
"mmhh gimana kalau kita balik lagi ke sekolah, kita sholat di mushollah aja."
"Ok, ayuk Fan. Keburu habis waktunya ntar" kataku mengajak Fany berdiri.
Setelah itu kami kembali ke sekolah. Tampak di sekolah kami sudah sepi, hanya ada beberapa orang siswa yang masih duduk-duduk parkiran dan di lapangan. Di kantor juga sudah sepi, tapi masih ada beberapa guru di dalamnya. Aku dan Fany langsung ambil wudu. Lalu kami lanjutkan dengan sholat berjamaah. Setelah sholat, Fany mencium punggung tanganku. Seketika itu juga menyeruak rasa syahdu dihatiku. Ingin sekali cepat-cepat menikah denganya.
Setelah sholat, kami kembali jalan-jalan dengan motor. Kami ingin mengulangi aktivitas tadi. Sholat berjamaah. Saat Ashar tiba, kami kembali ke sekolah untuk sholat berjamaah. Kami sengaja tidak sholat di masjid karena kami hanya ingin sholat berdua saja. Tanpa ada orang lain. Baru setalah jam 4 sore, kami berpisah pulang kerumah masing-masing. Untuk maghrib dan isya, kami kembali sholat bersama. Kami saling memberi kabar saat mulai dan selesai sholat lewat sms.
*****
Sungguh aku sangat ingin bertaubat demi masa depanku dengan Fany. Tapi pikiran mesumku tidak pernah mau hilang. Saat jam olah raga, mataku tidak bisa lepas dari susu-susu bergetar teman-teman perempuanku yang sedang berlari-lari kecil untuk pemanasan. Saat mereka berbalik, pikiranku makin kotor melihat pantat-pantat itu bergeal geol. Ada beberapa teman perempuan yang kuperhatikan. Ada Rani yang sudah pernah kulihat isinya, ada Ika, Dewi, Rida pacarnya si Gepeng, Nisa dan Mita. Tubuh mereka keliahatan sangat mengundang selera di balik pakaian olahraga mereka yang agak ketat. Tapi, tentu saja aku hanya bisa berhayal. Karena nggak mungkin mereka tiba-tiba mengizinkanku untuk mengusel-mungusel, meremas-remas dan menikmati tubuh mereka. Kecuali Rani, aku yakin bisa saja aku mendapatkannya lagi jika aku merayunya.
Tapi entah kenapa, kalau dengan Rani aku merasa khawatir. Rani sudah tidak perawan, entah dengan siapa dia melakukannya, sesering apa, aku tidak tahu. Nanti kalau tiba-tiba dia hamil, orang itu tidak mau bertanggung jawab. Bisa saja Rani meminta pertanggung jawabanku. Dengan kepribadiannya yang seperti itu, pendiam, seperti anak baik-baik. Tentu orang akan mudah percaya dengan apa yang dia katakan.
****

Pulang sekolah aku dan Fany kembali sholat berjamaah. Kami sengaja menunggu sekolah sepi agar kami kembali bisa sholat hanya berdua saja. Tapi setelah kami selesai sholat, ternyata sudah ada Buk Eva yang duduk di belakang kami. Beliau meminta kami untuk mendekatinya. Lalu ia memberitahu kami, bahwa sholat berdua yang bukan muhrim itu hukumnya haram. Kulihat Fany langsung melemas, akupun begitu. Niat yang kami bangun untuk beribadah bersama-sama, nyatanya menjadi dosa.
Hari-hari berikutnya kami tidak lagi sholat bersama. Namun juga tidak sholat sendiri-sendiri. Semangat kami untuk beribadah menjadi hilang. Sehingga untuk zuhur kami tidak pernah lagi sholat.
Kampreet, Memang ternyata, berniat untuk menjadi lebih baik itu tidak mudah. Untuk anak muda seperti kami sangat mudah untuk berubah pikiran. Namun, meakipun begitu. Fany tetap tidak mau lagi untuk berbuat mesum denganku. Katanya: seengaknya kita sudah lebih baik dari sebelumnya.
Tapi tidak denganku. Otakku sudah dipenuhi oleh bayangan-bayangan memek. Sehingga, aku tidak membuang kesempatan saat kulihat Rani duduk sendiri di dalam kelas di jam istirahat.
"Ran, kamu nggak makan?" tanyaku saat mendekati Rani.
"Nggak, aku udah makan tadi pagi. Kamu sendiri nggak makan Dan?"
"Enggak Ran, aku juga udah makan tadi pagi" kataku berbohong.
"owh, Yaudah disini aja temenin aku." Kata Rani memberiku tempat duduk disampingnya.
Setelah duduk di samping Rani, tidak ada satupun dari kami yang berbicara. Kami berdua hanya duduk kaku memandang ke arah papan tulis. Sial memang, aku dan Rani ini benar-benar tidak cocok bersama. Sama-sama nggak banyak ngomong. Saat melihat papan tulis, aku teringat Yana. Entah kenapa, kalau dengan Yana aku merasa lebih hidup. Aku bahkan bisa menggodanya untuk selingkuh. Sayangnya Yana malah melanjutkan perselingkuhanya dengan orang lain.
"Kenapa diam aja Dan?" kata Rani menegurku.
"eh nggak Ran, aku grogi aja kalau dekat kamu"
"hihii, kenapa grogi? jangan-jangan?..." katanya menatapku curiga.
"Hihii" kataku kembali menoleh ke papan tulis.
"Ran, mau nggak..?" kataku memperlihatkan tinju simbol ngentot. Jempol di apit telunjuk dan jari tengah.
"iiiihh Adaan, nggak mau." katanya menggelendot menggoyangkan badanya.
"oowh, maaf yaa Ran." kataku melengos.
"Adan, aku ini murahan banget yaa?" tanya Rani menundukkan kepalanya.
"eh kenapa kamu berpikkr kayak gitu Ran? Maaf aku nggak beemaksud kayak gitu tadi" Kataku menatap matanya. Merasa bersalah juga karena membuat Rani beepikir seperti itu.
"Iyaa jujur ajalah. Adan nganggep aku murahan yaa. Buktinya kamu langsung kayak gitu ke aku" kata Rani sedih.
"eh maaf yaa Ran, aku nggak bermaksud. Beneran Ran aku nggak nganggep kamu kayak gitu. Aku tadi cuma becanda aja kok"
"owh cuma becanda. Kirain beneran tadi hehee" Ucap Rani seperti mengejekku.
"Kalau beneran gimana Ran? kamu mau nggak?" kataku mulai berharap lagi.
"Tuh kan Adan, ngganggep aku murahan lagi huhuuuu" Kata Rani menjatuhkan kepalanya di meja seperti orang nangis.
"Kampreet, maunya apa sih Rani ini. Mau aku bilang becanda atau beneran dua-duanya tetap salah" gumamku dalam hati.
Sepanjang jam istirahat terpaksa kugunakan untuk membujuk Rani yang sepertinya marah, tapi juga sepertinya tidak marah. Entahlah pusing aku menghadapi perempuan kayak Rani. Entah apa yang dia pikirkan.
*****?

Setelah jam pelajaran berakhir, aku berniat untuk langsung pulang saja. Fany sudah pulang lebih dulu karena sakit. Katanya dia sedang menstruasi. Saat aku sampai di parkiran. Hp ku berbunyi ada sms dari Rani.
"jangan pulang dulu, aku lihat situasi dulu di rumah. Kalau kamu mau sih"
"Wanjiirr.. beneran nih? beneran bentar lagi ngentot?" kataku dalam hati.
"Iya Ran, nanti kabarin yaa" balasku dengan sms.
"Iya.. kayaknya bisa. Ibu sama ayah masih ada di sekolah. Kamu nggak usah bawa motor" isi sms Rani.
"Iya siap sayang"
"Sayang-sayang, giliran kayak gini aja bilang sayang wueek" Kata Rani di smsnya.
"Yaudah kamu langsung aja jalan pelan-pelan kayak kemarin"
"Ok Ran" kataku langsung jalan. Tapi aku nggak langsung jalan ke rumah Rani. Tapi ke toilet sekolah dulu untuk bersih-bersih. Aku nggak maulah nanti Rani mencium bau tak sedap. Selama bersih-bersih, batangku sudah tegak.
"Adaaan lagi dimana? cepetlah sepi nih. Nanti langsung aja masuk di pintu kemarin" balas Rani. Aku tahu pintu yang ia maksud adalah pintu kecil yang langaung ke kamarnya. Langsung aja aku bergegas ke rumah Rani.
Setelah melihat-lihat keadaan, akhirnya aku beehasil juga masuk. Kulihat Rani tersenyum manis. Ia sudah berganti pakaian. Bajunya kaos putih dan bawahannya rok dibawah lutut.
Meskipun agak canggung, langsung aja kupeluk Rani. Karena kalau lebih lama cangung-canggungan, mulai juga akan lebih lama.
"Kali ini aku datang dengan lebih berpangalaman Ran." kataku dalam hati.
Kupegang kedua pipi Rani, ku elus-elus pipinya sampai ke daun telinganya. Kudekatkan bibirku, lalu ku kecup bibirnya. Rani teenyata langsung on. Ia langsung melumat bibirku. Aku balas lebih ganas lagi. Lidah kami saling membelit, mulut kami kadang teebuka lebar, membuat gigi kami kadang beradu. Situasi itu membuatku semakin bergairah.
Rani membuka celanaku, sepeetinya ia sudah tidak sabar. Setelah itu Rani mengecup bibirku sangat dalam tapi tidak basah. Seolah ia ingin aku diam saja. Lalu Rani berjongkok, langsung memainkan batangku.
"aaaah" desahku saat kurasakan basah mulutnya.
"sssttt jangan berisik" kata Rani memperingatkan. Kukasih kode Ok dengan jariku.
Rani mencium, menjilat mengulum dan mengocok batangku semaunya. "
Aahhh enak babget Ran" kataku berbisik. Kubelai kepala Rani mesra. Ia menatap mataku sambil mepermainkan batangku dengan gemasnya. Melihat pemandangan seperti itu membuatku bertambah nikmat. Kurasakan sensasi aneh saat kuingat beberapa hari yang lalu wajah Kak Tya juga menatapku seperti itu. Sekarang wajah yang lain. Ku pegang kepala Rani, lalu ku kocok-kocok mulutnya dengan batangku. Cukup lama kupompa, sampai Rani mencubit pahaku. Kulihat muka Rani memerah, air liurnya menjuntai kemana-mana. Tapi Rani tersenyum. Ia ulangi mengulum batangku, dan kualangi lagi mengocok mulutnya.
Aku nggak mau kalah seperti ini. Kutarik Rani ke kasurnya. Kutindih tubuhnya sambil ku goyang-goyang batangku di antara pahanya. Kubuka baju kaos Rani, ia mengangkat tanganya untuk memudahkanku. Saat aku mau membuka Bhnya, kurasakan licin di bawah sana. Kutatap mata Rani, ia balas dengan senyum menggodaku. Ternyata Rani tidak pakai celana dalam dari tadi.
"Langsung aja Adan, aku udah nggak tahan" katanya memegang batangku mengarahkan ke lobangnya.
Saat Rani mengangguk, aku tekan pelan namun bertenaga.
"iiissshh, tahan duluuu sakit" kata Rani memegang perutku.
"cium dulu" katanya menarik wajahku. Lalu Rani melumat lagi bibirku.
Saat Rani sibuk melumatku. Kutekan pelan-pelan batangku. Iiishh Rani mendesis sambil tetap mencium wajahku. Kutekan lebih dalam sampai masuk setengah batangku. Kurasakan otot memek Rani menjepit sangat erat, lebih erat daripada Kak Tya. Mungkin karena kak Tya sering di pake suaminya atau karena efek baru melahirkan kurang dari 4 bulan. Memek Rani terasa sangat rapat kuat. Kutarik keluar pelan-pelan lalu kutekan lagi.
"aaah oooh, Adaan aah" Rani berbisik sambil mengelus elus tanganku.
Kupompa memek Rani semakin cepat Rani semakin belingsatan.
"ahhh ahhh,uuuh duuh sakit" Rani mendesah agak keras setiap kali kutekan lebih dalam. Sampai akhirnya semua batangku tertelan di dalam memek beebulu Rani.
"Aah cepet sayang aah enak enak banget kontol Adan" katanya meracau. Kupompa terus semakin kuat.
"Aku meu keluar sayang ahh aaaah" katanya. Kupompa makin cepat sampai akhirnya kurasakan siraman air di dalam memeknya.
"Aaaaaahhhh" teriak Rani kejang-kejang.
Setalah Rani agak tenang. Aku katakan padanya. untuk tidak teriak. Rani hanya senyum-senyum aja.
"ia maaf, tadi enak banget. Aku mau kayak gini terus" katanya mengosok-gosok lenganku.
"Berarti besok boleh ngentot lagi Ran?"
"Iya boleh sayang. Kontol kayak gini berhak ngentotin memekku tiap hari" Kata Rani sayu.
"Lanjutin yaa, aku belum nih" kataku mengulum puting susunya.
"iya lanjutin aja. Terserah kamu"
"Nungging Ran"
"jangan nungging dulu, capek" kata Rani. Lalu kumiringkan tubuh Rani. Kunaikkan salah satu kakinya. Lalu kupompa Rani dengan posisi gunting. Tidak lama setelah itu Rani muncrat lagi kelonjotan.
"Aaahh nggak tahan aku" kata Rani.
"Kok cepat banget sih Ran?" Tanyaku. Berbeda dengan Kak Tya yang harus kupompa agak lama baru muncrat. Tapi Rani ini, baru beberapa kali pompa sudah muncrat lagi.
Aku yang masih belum muncrat, kugoyangkan lagi masih dalam posisi yang sama. Saat aku merasa spermaku mulai terkumpul di pangkal batangku, Rani kembali muncrat dengan agak kejang
"aaahgg" leguhku kesal. . Kesal juga aku kalau cewenya kayak Rani begini. Bentar-bentar muncrat.
"Masih lebih enakan dengan Kak Tya, meakipun otot Rani lebih kuat, tapi Kak Tya lebih tahan lama. Aku bisa puas menggenjotnya sampai capek dulu baru dia muncrat" pikirku mengingat Kak Tya. Entahlah, mungkin memang yang pertama itu selalu lebih spesial.
Kudorong tubuh Rani sampai dia menungging. Wuuuh mantap sekali pantatnya. Langsing tapi padat. Aku memang lebih suka yang langsing-lansing begini. Gampang bolak-balikinnya.
"aaaah" desah Rani saat kumasukkan dari belakang.
Kugenggam pantatnya dengan gemas, sambil kupompa dengan cepat memek Rani. Licin, sangat licin, mungkin gara-gara airnya tadi kebanyakan. Tapi tetap sanagat enak karena jepitan memek Rani sangat terasa memeluk batangku.
"aaahhh ahhh Adaan eanak Adaan" kulihat Rani meremas-remas sepreinya.
"aaagh oooh uuh" Rani mendesah semakin keraa.
Kembali kurasakan spermaku sudah dipangkal. Kupompa cepat-cepat sekuat tenaga,
"aaah ahhh uuuuh duuh" Rani mendesah tak karuan.
"Aah uhh Ran enak Ran aku udah nggak tahan." Rani hanya diam saja, kurasakan Rani sepertinya akan muncrat lagi. Akupun begitu. Semakin cepat kukocok, merinding bulu romaku saat kurakan spermaku sudah di ujung. Kutarik batangku keluar lalu kumuncratkan di pantat Rani.
"Auuuuh Raaan" ku rasakan spermaku menyembur beberapa kali menembak buah pantat Rani.
"Rani, enak banget sayang" kataku menindih Rani sambil kucium kepala belakngnya. Rani tidak memberikan respon.
"Ran," panggilku. Rani tidak menjawab.
"Rani" kubalikkan tubuhnya.
"uuuhh Adaan aku capek" katanya tak bertenaga.
Kucium pipi Rani, dia hanya diam pasrah. Sebetulnya aku ingin melanjutkan satu ronde lagi, tapi melihat kondisi Rani seperti itu, kayaknya nggak mungkin lagi. Dan benar saja. Baru kudiamkan sebentar Rani sudah tidur.
Kuambil pakaianku, lalu ku pakai lagi sampai lengkap. Kupanggil Rani, dia cuma bilang uuuuh saja. Lalu tidur lagi. Kupandangi muka Rani saat tidur begitu, wajahnya tampak seperti wajah anak manja. "manis juga" pikirku.
Kuingat-ingat lagi apa yang kami lakukan tadi dan kubayangkan juga wajah Kak Tya. Rasa penyesalan muncul entah dari hati atau otakku. Aku berpikir, entah kenapa hanya demi kenikmatan sesaat ini, aku mengambil resiko seperti ini. Apalagi dengan Kak Tya. Kalau suaminya tau pasti dia akan membunuhku. Sementara dengan Rani, tentu resikonya tidak se horor dengan kak Tya. Tapi tetap saja ini bisa menghancurkan masa depanku.
"Tapi, perempuan itu beda-beda rasa ternyata yaa. Memeknya juga beda. Rani ini cepat muncrat, sementara Kak Tya lebih kuat. Gimana rasanya memek yang udah tua kayak emakku atau Ibu Fany, atau memek Fany yang cantik, atau juga memek Yana yang mungkin sudah tidak perawan itu yaa.. hahahaaa aku sudah rusak, masa iya emakku juga kuhitung? baru juga nyesel. Yasudahlah liat nanati saja, yang jelas aku tidak ingin merusak masa depanku." Lalu aku buka pintu kamar Rani. Setelah kupastikan tidak ada orang, aku keluar dari kamar Rani sambil menenteng buku. Berharap buku ini bisa menjadi alibiku kalau-kalau ada orang melihat.
*****
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd