Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Amplas

Status
Please reply by conversation.
Dahiku mengernyit, tanganku terasa ngilu, perih saat mengangkat karung berisi karet yang tadi kami panen ke atas motor. Luka sayat karena pisau deres kemaren kembali terbuka. Tertarik oleh tali-tali karung yang berantakan. Emak yang melihat tanganku berdarah, bergegas melepas jilbab sorongnya, untuk di balutkan ke tanganku. Agar darahnya tidak lagi keluar.
"nggak apa-apa mak, nggak terlalu sakit kok, darahnya juga udah nggak keluar, ini kan udah di balut." Kataku ke emak yang melarangku untuk membawa karet ini ke pengepul.
"Yaudah, tapi hati-hati yaa nak. Pelan-pelan aja. Nanti nggak usah jemput lagi ke sini. Mak nanti pulang sama Buk Ida aja." Buk Ida adalah tetangga kebun kami. Rumahnya agak jauh. Kalau mau pulang, Buk Ida akan melewati rumah kami dulu.
"iya mak, pergi dulu yaa"
"iyaa hati-hati"
Aku bawa karet itu ke pengepul biasa, hanya saja hari ini tempat itu tutup. Terpaksa aku bawa ke pengepul yang agak jauh. Saat menurunkan karung karet itu, kembali tanganku berdarah.

Posisiku agak menunduk saat berusaha memperbaiki ikatan tanganku. Reflek aku menarik tanganku saat melihat ada tangan lain yang sedang memegang ujung kain pembalut lukaku itu. Dia melihatku sambil tersenyum kecil. Lalu dengan ke dua tangannya, ia mengikatkan kembali kain itu di tanganku.
"Hai" Sapanya sambil melipat tangan di bawah dadanya. Ia tersenyum lebar, terus menatapku tanpa kedip.
"Syukurlah nggak terlalu parah kok" ucapnya sambil mengulurkan air minum botol yang hanya aku biarkan mengambang di udara. Ia bersungut kecil dan kembali melipat tangannya.
Aku menatapnya heran. Tubuhnya setinggi bibirku, matanya seperti bulan setengah, rambutnya di kepang hitam. Kulitnya putih merona, dengan wajah tirus yang terlihat ramah. Ia memiliki gigi gingsul dan lesung pipi. Sangat indah saat Ia tersenyum. Aku terpesona. Sangat berbeda saat dia pakai jilbab dan seragam sekolah dengan saat dia berpakaian santai seperti ini

"Mau minum atau nggak? kalau nggak aku bawa lagi ini" Ucapnya masih dengan senyum yang menawan.
"ehh, kenapa kamu di sini?" tanyaku heran.
"Ini rumah Adik ayahku, om Fino" Aku melihat sekeliling, kudapati bos pengepul ini tersenyum.
"Kamu kenal Na?" tanya bos itu.
"Iya kenal, teman sekolah aku om"
"owwh, biasanya jual kemana" bos itu melihat ke arahku.
"eh, iya, biasanya ke pak Gito, tapi sekarang tutup pak" kataku ramah.
"owh, yaudah, ini 52 kilo yaa.. dikali 9800 yaa" ucapnya sambil mengetik di kalkulator.
"iya pak" kataku, masih menatap cewe ini.
"Kenapa sih Ndan, kok natap aku gitu amat. Aku takut loh"
"eeh iya, maaf Na." lalu kutinggal Yana untuk mengambil uang dari Pak Bos.
"totalnya 510 ribu, nih. Nama kamu siapa?"
" Adan pak"
"Teman sekolah Yana?"
"Iya pak, tapi Yana anak Ipa aku Ips"
"oowh, kamu mau nganterin Yana pulang nggak, nih aku tambahin buat bensin"
"Ooom" teriak Yana.
"hehee, kalau nggak mau ya kamu tinggal di sini dulu. Nanti di anter Tante kalau dia sudah pulang"
"Tapi kan tante masih lama..."
"iya makanya di antar Adan Aja, om sudah harus pergi nih"
"Yaudadeh" sahut Yana seperti mau nangis
"hahahaaaa" lucu sekali ekspresinya.
"Apa ketawa-ketawa, nggak ada yang lucu" kata Yana menyalak. Disusul ketawa Pak Bos dan aku bersamaan.
"eh nggak usah pak, bensinku baru isi" kataku menolak uang bensin dari Pak Bos. Lalu aku menyusul Yana di motor.
"Bau dikit nggak apa-apa kan Na"
"Bau dikit,? bau banyak kali?"
"hahahaaa" aku ketawa sambil mendekatkan punggungku ke Yana.
"Plak, jalan yang bener ih"
"Mau makan dulu nggak?"
"nggak mau.. siapa juga yang mau makan sama kamu. Bau lagi"
"Iya maaf Na, namanya juga aku habis kerja"
"nggak peduli, nggak nanya juga ih"
"Iya maap"
Aku berhenti di depan warung rames Mak Juni.
"iiih orang nggak mau makan kok" Ucap Yana sengit.
"Emang kamu orangnya kayak gini yaa Na, pantesan dulu nolak aku kejam banget"
"Eh siapa yang nolak?"
"Owh nggak nolak yaa, berarti kamu mau sama aku"Yana semakin sengit menatapku. Aku balas dengan ketawa di depan mukanya.
Entahlah, aku suka aja banyak ngomong kalau dekat dengan cewek galak kayak Yana. Aku seneng kalau berhasil membuat cewe kesel, bahkan sampai merajuk. Itu membuat suasana meriah.
"kayak biasa yaa mak?"
"Satu atau dua?"
"Satu aja, dia cuma asisten" Kataku menunjuk Yana.
"Asisten Asisten, Enak aja kamu nyebut aku asisten" Lalu dia duduk di sampingku.
"Adik nggak makan?" Tanya Mak juni ke Yana.
"Iya mak makan" sahut Yana ramah.
"Rames juga?"
"iya"
"Na, kamu musuhan sama Fany yaa"
"Kata siapa gitu? sok tau kamu" ucap Yana menoleh ke arahku.
Jarakku dengan Yana sangat dekat, sehingga aku bisa melihat ada tai lalat kecil dibawah bibirnya.
"Cantik" kataku reflek.
Mata Yana membulat.
"Iyalah, baru tau kamu yaa"
"itu, foto itu cantik" Kataku menunjuk ke Foto calon Bupati kami yang perempuan.
Yana langsung buang muka, seperti muka orang yang menaruh dendam.
Setelah makan kami lanjutkan perjalanan ke rumah Yana.
"Enak yaa ramesnya, kamu sering makan di situ Dan"
"Bukan ramesnya yang enak Na, tapi temen makannya"
"hah, maksudmu" kata Yana kembali nge gas.
"hahahaa, iya kan, coba aja besok kamu makan sendiri di sana, pasti rasanya biasa aja"
"Masa sih"
"yeee kalau nggak percaya coba aja nanti makan di sana lagi sama pacarmu"
"yaudah aku coba besok."
Selasa, 2 hari setelah makan dengan Yana. Aku bertemu lagi denganya di kantin. Saat aku sedang makan dengan Gepeng, Yana datang dan duduk di sampingku.
"Adaaan, bener kata kamu. Enakan sama kamu daripada sama Egy"
Gepeng melongo ke arahku. Seakan-seakan bertanya, aku habis ngapain?.
"Hah, maksudnya apa Na?"aku juga masih bengong dengan maksud dari ucapan Yana.
"itu, ramesnya, lebih enak waktu makan sama kamu. Kemaren aku ke sana dengan Egy tapi rasanya biasa saja"
Aku menahan tawa. Yana ini lucu, kekanak-kanakan. Masa iya cuma mau ngomong gitu bikin orang salah paham.
"traaankk" bunyi suara kaca beradu.
Aku lihat ke sumber suara, ternyata di sana Fany dengan muka merah.
"aaah sial" Fany pasti marah karena aku dekat dengan Yana yang merupakan musuhnya.
Yana juga nih yang over banget, padahal cuma makan doang tapi ngomongnya kayak sudah habis ngapain aja.
Fany berjalan ke arah kami. " Dasar buaya darat" dia melihat ke mukaku dengan sengit. Yana dan Gepeng yang melihat itu menatapku heran.

"eeh bukan aku kok" kataku.
Lalu Yana makin dekat menatap ke arah mataku. Mau ngapain dia nih.
"owh ini maksud kamu tanya kemaren
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd