Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT ANTARA CINTA DAN NAFSU

Semoga ending nya bahagia Suhu....
Dilema antara CINTA istri dan NAFSU suami....
Naluri alami Alex yg penuh nafsu terhadap eveline namun mencintai istrinya Ana...
Please Suhu tetap happy ending seperti 2 cerita sebelum nya..
Salam CROTTTTT
 
Bagian 26

Suara gaduh di kamar sebelah telah lama berhenti. Hening dan Sunyi. Ana menundukkan kepalanya dalam dalam, membiarkan air matanya mengalir deras di kedua pipinya. Ia pulang untuk mengambil beberapa keperluan menginap di Rumah Sakit untuk menemani adik dan ibunya, namun apa yang ia saksikan sungguh diluar dugaannya.
Satpam telah memberitahukan keberadaan Eveline saat ia membukakan pintu gerbang untuk Ana. Tidak perlu Ana menyaksikan dengan matanya apa yang sedang terjadi, suara Alex dan Eveline yang ia dengar dari luar kamar sudah menggambarkan dengan jelas apa yang terjadi. Rasa sakit di hatinya mengalahkan rasa sakit yang ia rasakan pada perutnya. Ia telah memberikan segalanya untuk Alex. Alex telah meninggalkannya untuk suatu ketidak jujuran yang telah Ana lakukan. Namun kini Alex justru melakukan pengkhianatan diatas kesetiaan yang telah Ana jaga selama ini.
Ana merebahkan tubuhnya diatas kasur, tempat ia pernah merasakan kehangatan yang Alex berikan. Namun semua kini terasa dingin. Sepi sendiri. Alex telah memilih kembali memberikan kehangatan itu kepada Eveline. Ana meringkuk, membiarkan tangis melegakan rongga dadanya yang sesak. Ia mencoba meyakinkan diri untuk terus bertahan sebentar lagi.

Alex membuka pintu kamarnya, menoleh sesaat pada tubuh tanpa busana Eveline yang masih terlelap diatas tempat tidurnya. Ia melangkah menuju meja makan, mencium bau masakan yang merangsang rasa lapar perutnya.
Alex membuka tudung saji diatas meja, menemukan sepiring nasi goreng dengan omelet sayur, segelas juice jambu merah dan sebuah box kecil berisi obat dan vitamin yang harus ia minum pagi ini. Alex mengernyitkan dahinya. Ana seharusnya yang menyiapkan semua ini setiap pagi untuknya. Apakah semalam ia ada disini? Tapi Eveline berkata bahwa Ana tidak ada dirumah. Kalau bukan Ana, lalu siapa?
Alex bergegas meraih telepon internal yang menghubungkannya dengan pos satpam di gerbang depan.
"Apakah ibu tadi malam pulang?" tanya Alex kepada Satpam melalui sambungan telepon.
"Siap Pak .. sekitar pukul 1 pagi ibu Ana pulang, dan pergi kembali pukul 7 tadi" jawab Satpam dengan tegas.
Alex menutup sambungan telepon. Ia tercenung. Entah berapa lama ia melakukan sex dengan Eveline semalam. Apakah Ana mengetahui keberadaan Eveline di kamarnya ?
Alex melangkah menuju kamar Ana, membuka pintunya yang tidak terkunci. Kamar Ana, kamar mereka dulu, terlihat tertata rapi. Alex membuka pintu yang menuju balkon kamar, membiarkan udara pagi memasuki ruangan kamar. Ia memandang sekeliling. Entah sudah berapa bulan lamanya ia tidak menemani Ana di kamar ini. Alex memandang foto berbingkai besar yang tergantung di dinding kamar. Foto pernikahannya dan Ana. Ana tampak sangat cantik dan anggun, tersenyum memandang mesra pada Alex di sampingnya.
Sebersit rasa menyelinap di hati Alex. Ia merindukan Ana. Alex kembali melangkah, menuju meja rias Ana yang bercermin besar. Sebuah foto kecil tertempel pada kaca nya. Alex meraihnya. Foto USG kandungan Ana. Gambar janin yang dikandung Ana berwarna Hitam Putih. Walau Alex tidak mengerti maksud gambar didalamnya, namun ia bisa melihat sosok bayi mungil dalam kantung lonjong tengah meringkuk nyaman.
Alex merasakan matanya tiba tiba basah. Ia menempelkan kembali foto itu di kaca meja rias Ana dan bergegas keluar. Ia meraih HandPhone yang sedari tadi diletakkannya di meja makan.
Text dari Ana pada layar HandPhone nya menunjukkan waktu pukul 7 lebih 10 menit pagi tadi. Alex membukanya.
"Sarapan sudah tersedia di meja makan, sayang .. jangan lupa obat dan vitamin paginya ya ... tetap sehat, tetap semangat .."
Tidak ada yang aneh. Text yang sama yang selalu dikirimkan Ana setiap pagi untuknya.
Alex menghela nafas. Ia berasumsi Ana tidak memgetahui apa yang ia lakukan semalam bersama Eveline. Mungkin Ana datang saat mereka telah selesai bergulat dengan nafsu. Atau Ana bahkan sudah terlelap tidur saat ia dan Eveline bertempur semalam.
Tapi hendak kemana Ana keluar rumah sepagi itu tanpa pamit? Walaupun mereka tengah berjauhan, Ana tidak pernah lupa mengirimkan berita keberadaannya kepada Alex. Alex selalu tahu kemana Ana akan pergi. Tapi tidak malam tadi dan pagi ini. Alex memang tidak pernah sekalipun menanggapi isi text yang selalu Ana kirimkan, namun ia merasa Ana tidak pernah jauh darinya.

Alex mencoba menekan nomor ponsel Ana, namun segera ia urungkan. Hatinya masih bimbang. Separuh hati ia tiba tiba merindukan Ana dan buah hatinya pagi ini, namun hatinya yang lain masih menyimpan amarah. Alex meraih piringnya, duduk menyantap makanan yang telah disiapkan Ana. Pikirannya dipenuhi pertanyaan tentang Ana.
Sebuah pelukan erat dari arah belakang dirasakan Alex. Ia menoleh. Eveline tersenyum padanya, mengenakan kaos Alex yang tampak terlalu besar untuknya.
"Selamat pagi sayang ..." sapa Eveline mesra. Ia mengecup pipi Alex. "Permainanmu sungguh luar biasa tadi malam ..."
Alex tersenyum kecil. Eveline duduk dihadapan Alex, meneguk jus Jambu milik Alex sampai habis.
"Enak walau tidak terasa manis ..." ujar Eveline memandang gelas kosongnya. "Kamu yang menyiapkannya untukku?"
Alex tidak menjawab. Ia mengunyah nasi goreng dan omelet nya perlahan sambil memandang gelas kosong yang diletakkan Eveline diatas meja.
"Selesaikan cepat sarapanmu, dan aku tunggu kamu di kamar mandi." Eveline bangkit, mengerling nakal pada Alex dan melangkah menuju kamar kembali.


Pagi itu Rumah Sakit tempat kejadian perkosaan Ratih terlihat sangat ramai. Dua mobil polisi terlihat berjaga di pintu utama. Mereka tengah melakukan rekonstruksi ulang kejadian perkara. Ana baru saja selesai melakukan perannya sebagai saksi yang menemukan keberadaan Ratih. Ia kini berada di Ruang Direktur, bersama seluruh dewan direksi, beberapa orang Polisi dan Dewo yang duduk tertunduk dengan tangan borgol di tangannya.
"Sementara berkas perkara akan kami selesaikan, dan tersangka akan kami amankan terlebih dahulu di tahanan kami" ujar seorang petugas Polisi kepada seluruh orang yang berada di ruangan tersebut. Ana menatap tajam Dewo yang tampak lunglai.
"Sebentar Pak ..." sergah Ana. "Ijinkan saya menyampaikan sesuatu kepadanya."
Ana mendekati Dewo, berdiri di hadapannya. Dewo memandang Ana dengan pandangan menyesal,
"Maafkan aku Ana .. sampaikan permohonan maafku juga kepada Ratih" bisik Dewo. Suaranya bergetar.
"Nasi sudah menjadi bubur" ucap Ana menahan emosi. "Entah setan apa yang merasuki pikiranmu sampai kamu tega menghancurkan masa depan keluargaku dan terutama masa depanmu sendiri"
Dewo menunduk pasrah. Ana kembali berbisik.
"Kamu akan mempertanggungjawabkan apa yang sudah kamu lakukan. Semoga kamu menyadari kesalahanmu selama ini."
Ana mundur, membiarkan Polisi membawa Dewo meninggalkan ruangan. Direktur Utama Rumah Sakit mendekatinya, menyentuh pundaknya sambil menghela nafas panjang.
"Atas nama Rumah Sakit kami sampaikan permohonan maaf sebesar besarnya, Dokter Ana . Adalah kelalaian kami pihak Rumah Sakit, membiarkan kejadian seperti ini ada di Rumah Sakit kami" ujar Direktur, "Kami pastikan Adik Dokter menerima perawatan paripurna sampai sembuh seperti sedia kala."
Ana mengangguk resah. Ia mengigit bibirnya gugup. Rika, sahabatnya yang saat itu menemaninya mendekat, menggenggam tangannya mencoba memberikan kekuatan kepada Ana.
"Saya harap ini .. tidak terjadi lagi kepada yang lain" gumam Ana lemah. Ia merasa pusing, dan segera duduk di sebuah kursi terdekat.
"Ana .." ujar Rika cemas "Apa yang kamu rasakan?"
Ana menggeleng. Ia merasa hampir tidak kuat lagi menerima cobaan bertubi ini.
"Tidak .. aku tidak apa apa .. antarkan aku keruangan tempat Adikku dirawat, Rika .." bisik Ana.
Rika bergegas meminta seorang perawat mengambilkan kursi roda pasien, dan mendorong Ana menuju ruangan Ratih.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd