Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (Based True Story) Berbagi Hati, Cinta dan Nafsu

Bimabet
seandainya last update bisa menggambarkan konflik batin dari karakter utama tentunya lebih seru. Sebagai manusia pasti ada keinginan memilih salah satu yang terbaik yang akan membuat karakter utama akan membandingkan baik dari sisi kepribadian atau pun layanan sex



atau mau dibikin flashback? :D
 
Putus asa adalah bagian dari kehidupan manusia yang timbul karena adanya problema yang tidak terpecahkan dan itu terjadi akibat perilaku manusia itu sendiri.

Catatan cerita:
Bukan hal yg mudah untuk menikahi 2 perempuan sekaligus. Banyak hal yg mengganjal, banyak rintangan sana-sini. Saya tidak akan menceritakan detailnya karena akan sangat lama dan sedikit membosankan. Selain itu, hal yang sulit dan membuat saya hampir putus asa sangat sukar untuk digambarkan dalam cerita. Akan lebih dari sekedar cerita apabila disampaikan secara detail dan mendalam. Aku tidak akan menceritakan konflik yang timbul secara mendetail . Hal-hal yang kupikir sebagai alur cerita utama saja yang kusampaikan. Mohon maaf jika tidak sesuai harapan yang diinginkan. Semoga berkenan bagi pembaca.

----------------------------------------------------------------

11. Kewajiban berjuang






Pada dasarnya niat untuk menikahi Wulan dan Sari bisa diterima dengan baik oleh orang tua mereka masing-masing awalnya. Alasan bahwa mereka telah mengandung janin dari ku membuat orang tua mereka awalnya tidak keberatan. Posisiku yang telah hidup mandiri secara sosisl pun menjadi pertimbangan lebih.
Namun saat mereka mengetahui anak mereka akan menjadi madu, disinilah konflik dimulai. Sari terlahir dari keluarga sederhana. Orang tua Sari sangat kecewa, namun mereka terpaksa memberi ijin demi kehidupan putrinya. Sari adalah anak tunggal dalam keluarganya, seluruh cita-cita dan harapan orang tuanya ada dipundak Sari dan tentu sebagai orang tua hal ini bukanlah yang mereka impikan. Mereka menginginkan pernikahan yang ideal bagi putrinya, itu cita-cita mereka. Sehingga sekalipun mengijinkan, aku merasakan kesedihan dari orang tua Sari.
Sedangkan Orang tua Wulan adalah orang terpandang di daerahnya. Mereka terbiasa dengan kehidupan yang elegan dan penuh hormat. Kejadian ini sangat memukul mereka, Orang tua Wulan pun sangat kecewa, terutama ayah Wulan. Hingga terpaksa, dengan mempertimbangkan janin yang di perut Wulan akhirnya beliau mengijinkan sekalipun tidak mau menghadiri pernikahan kami.

Hal yang baru akan kurasakan kelak setelah Aku menjadi ayah dari seorang anak perempuan. Disitu aku baru memahami alasan kekecewaan ayah Wulan. Hati laki-laki mana yang tidak kecewa, putri kecilnya yang dirawat hingga dewasa dan disekolahkan tinggi harus hidup menjadi istri seseorang yang juga mempunyai istri lain?
Perbedaan keyakinan antara aku dan Wulan pun menjadi ganjalan berikutnya. Namun demi restu orang tua Wulan, akupun mengalah menjalani pernikahan sesuai keyakinan Wulan.
Satu hal pula, dari keluarga Sari. Mereka ingin hari pernikahanku dengan Sari tidak dibarengkan dengan pernikahanku dengan Wulan begitu juga dengan keluarga Wulan. Jadi akupun harus menikahi Wulan dan Sari di waktu dan tempat yang terpisah.

Ribet?
Kalo boleh jujur, saya hampir putus asa.
Silahkan bayangkan jika diposisiku.

--------------------------------------------------------------

Pesawat yang membawaku mendarat di Bandara Adisucipto tepat pukul 18.55 WIB .
Kubangunkan Sari yang sedang terlelap di sebelahku.
"Sudah sampai mas?" tanya Sari, matanya masih belum terbuka.
"Sudah, bangun yuk" ucapku.
Perjalanan udara yang hanya 55 menit dari Jakarta rupanya membuat tidur Sari belum maksimal. Sekalipun terbangun, muka Sari masih nampak mengantuk dan kecapekan.

Yap, 2 hari yang lalu aku dan Sari melangsungkan pernikahan di Jakarta. Kami menikah disebuah Gereja kecil di dekat rumah Sari. Tidak ada perayaan besar, hanya keluarga ku dan keluarga Sari yang hadir. Tidak ada undangan. Hanya Pemberkatan dan makan-makan sederhana di halaman Gereja. Suasana pernikahan yang penuh haru.

Ku gandeng tangan Sari menuruni tangga pesawat.
" Hati-hati..." ucapku.
Kami berdua berjalan menuju parkiran, dimana kami telah ditunggu Pak Slamet di tempat parkir.
"Lama nunggu pak?" tanyaku.
"Engga mas, blm juga habis rokok 2 batang mas sama mbak udah datang" ucapnya sambil tersenyum. " Oiya, selamat menempuh hidup baru ya mas Adi dan mbak Sari" tambah pak Slamet.
" Makasih pak.." Jawab kami berdua bersamaan.

Mobil yang dikendarai pak Slamet masuk ke halaman rumahku. Aku pun turun bersama Sari. Pak Slamet sibuk menurunkan barang bawaan kita.
Kubuka pintu rumah, aku berjalan keruang tengah. Kulihat Wulan duduk diatas sofa, dia berdiri melihat kedatangan kami;

"Selamat ya Adi, Sari..."ucap Wulan menyambut kami. Matanya berkaca.
"Makasih Wulan ..." ucapku. Kulepas tanganku yang dari tangan Sari. Kuhampiri Wulan dan kupeluk. "Makasih sayang....Maafkan aku ya" ucapku lirih.
Kulepaskan pelukanku.
Gantian Sari yang menghampiri Wulan.
"Makasih ya mbak Wulan..." ucap Sari lirih.
Wulan tersenyum, dia sambut tubuh Sari dengan pelukan. Keduanya terisak.

Aku memandangi kedua perempuan dihadapanku dengan penuh haru. Lidahku kelu untuk berkata-kata.

----------------------------------------------------------------------
Pagi ini aku terbangun setelah dibangunkan Sari. Rupanya semalam aku tertidur di sofa, mungkin karena capeknya setelah 4 hari di Jakarta kurang tidur mengurus pernikahanku dengan Sari.
" Mas bangun, sudah jam 7 pagi" ucap Sari.
Aku pun berdiri, kulihat dari jendela matahari telah menyinari ruang dirumahku.
"Makasih Sari, selamat pagi ..." ucapku.
"Pagi mas.." balas Sari

Aku pun berjalan ke belakang untuk mandi. Setelah berdandan, kulihat Wulan memasukkan barang-barang ke mobil.
" Udah siap?" tanyaku.
"Udah sayang, tinggal tas dan kopermu, sarapan dulu kita...." jawab Wulan.

Aku berjalan ke dapur, kulihat Sari menyiapkan sarapan di meja.
" Makan dulu mbak Wulan, Mas Adi.." ucap Sari.

Kami sarapan bertiga, untuk pertama kali. Tidak banyak yang kami bicarakan. Hanya sesekali Wulan bertanya ke Sari tentang resep makanan yang kita santap.

" Sari, kami berangkat dulu ya.... kalo ada apa-apa atau butuh sesuatu telpon pak Slamet atau bu Slamet ya" ucapku.
" Iya mas, hati-hati" jawab Sari sambil mencium tanganku. Kupeluk dia erat.

"Aku berangkat dulu ya Sari" ucap Wulan.
"Iya mbak, hati-hati..." Balas Sari. Kedua perempuan itu berpelukan.

Aku memacu mobil meninggalkan kota Jogja. Tujuan kami adalah kota Salatiga, sekitar 3 jam dari Jogjakarta. Besok adalah hari pernikahanku dengan Wulan. Sesuai kesepakatan keluarga dan tradisi orang jawa, maka pernikahan kami diadakan di rumah mempelai perempuan.
Perjalanan cukup lanjar di sepanjang jalan. Sesekali ku pegang tangan Wulan yang duduk disebelahku. Wulan membalasnya dengan senyuman yang manis seperti tanpa beban. Ya, seperti biasa Wulan akan selalu nampak tegar dan kuat. Hal itulah yang menjadikan kekuatan dan semangatku menghadapi masalah ini.

"Aku mencintaimu mas, dalam hal apapun dan sampai kapanpun. Aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu. Dan aku akan tetap setia bersama disampingmu, sekalipun aku harus ikut menerima luka dan konsekuensi yang berat dari apa yang kamu lakukan meskipun itu akan kurasakan sepanjang hidupku" masih tergiang ucapan Wulan beberapa saat lalu dalam pikiranku.

"Benar-benar berhati malaikat" batinku.
----------------------------------------------------------------------

Sedikit beda dengan pernikahanku bersama Sari beberapa waktu yang lalu, pernikahanku dengan Wulan berlangsung sedikit meriah. Setelah ijab, kami mengadakan resepsi di sebuah hotel di kota Salatiga. Hanya saja ayah Wulan tidak menghadiri acara pernikahan kami. Bagiku sebenarnya tidak jadi masalah, hanya perasaan Wulan saja yang menjadi bebanku. Aku tau pasti dia sedih. Sebagai anak perempuan satu-satunya ( Wulan anak pertama dari 2 bersaudara) tentunya dia berharap Ayahnya menghadiri momen pernikahan putrinya. Wulan nampak terlihat tegar dalam me jalani prosesi pernikahan. Senyumnya tidak pernah hilang dari bibirnya. Namun aku tahu hatinya menangis.

"Wanita ini terlalu banyak berkorban buatku. Perjuangannya untuk mempertahankan pilihannya kepadaku sungguh luar biasa" pikirku.

Setelah segala acara berlangsung, kami sempatkan untuk tinggal selama 2 malam di rumah Wulan . Begitu memang tradisi yang harus kami jalani. Bukan hal yang mudah bagiku untuk diterima di dalam keluarga Wulan terutama ayahnya yang bahkan tidak menganggap hadirnya diriku. Tidak ada balasan apapun atau ucapan sepatah kata pun saat aku mencoba mengajak berbincang atau sekedar menyapa.

Tibalah saatnya aku harus kembali ke Jogjakarta bersama Wulan. Ibu Wulan nampak haru melepas kepergian kami. Kesedihan nampak dari mukanya, isak tangis beliau pecah ketika kami berpamitan. Ayah Wulan masih pada prinsipnya, tidak mau menemui kami bahkan untuk sekedar mohon pamit.
Aku mencoba untuk menguatkan ibu Wulan dan kusampaikan pesan bahwa aku akan menjaga Wulan sepenuh hati dan tidak lupa kutitipkan salam untuk ayah Wulan.

Kami pun segera beranjak, kupacu mobilku meninggalkan kota Salatiga menuju Jogjakarta. Tidak ada halangan selama perjalanan kami hingga tiba lah kami di kota Jogja . Pak Slamet membukakan gerbang begitu mobil yang dikendarai telah tiba di depan rumah. Aku pun turun dari mobil bersama Wulan masuk ke dalam rumah. Kehadiran kami disambut Sari di depan pintu;

"Selamat ya mbak Wulan..." ucap Sari sambil memeluk Wulan dan mencium pipinya.
"Makasih Sari..." balas Wulan
Tak lama kemudian Sari menghampiriku dan mencium tanganku.
"Selamat mas Adi..." ucap Sari sambil tersenyum.
Kupeluk dia, kutanyakan kabar. Sari menjawab dengan tenang, tidak ada rasa sedih yang dia tunjukkan.

Kami bertiga pun duduk disofa ruang tengah sambil mengobrol. Kupandangi keduanya yang sedang asyik berbincang.
Hatiku sedikit tenang, semua sudah selesai. Wulan dan Sari telah sah menjadi istriku. Namun aku sadar, kedepan akan menjadi tanggung jawab yang berat. Aku harus berlaku adil bagi keduanya. Akupun wajib bekerja lebih keras, karena ada dua istri yang aku tanggung serta belum lagi dalam waktu sebentar aku akan mempunyai anak. Dan memang sesuai kesepakatan kami bertiga, kami akan tinggal disatu rumah. Wulan dan Sari memilih masing-masing kamar untuk mereka sendiri. Disanalah mereka menyimpan barang-barang pribadi mereka. Ada 5 kamar di rumahku, selain kamar Sari dan Wulan ada 1 kamar utama yang aku tempati, 1 kamar tamu dan 1 kamar untuk tinggal Pak Slamet dan istrinya. Memang mereka ku suruh untuk pindah tinggal dirumahku. Aku pikir mereka bisa lebih membantu urusan rumah tanggaku setelah aku menikah.
Untuk kamar utama, aku sudah berpesan kepada Wulan maupun Sari bahwa mereka berdua bebas untuk menggunakan ataupun tinggal di kamarku tersebut.

Kulihat kedua perempuan yang kini telah menjadi istriku tersebut. Mereka nampak asyik berbincang urusan perempuan yang aku tidak terlalu mengerti. Aku tersenyum melihatnya. Bahagia rasanya melihat kebersamaan yang mereka tunjukkan. Walaupun begitu, hatiku tersentuh melihat pengorbanan mereka buatku. Aku sadar mereka membakar impiannya demi aku.

"Aku harus bisa jadi suami yang baik bagi mereka" batinku.

-----------------------------------------------------------------

SAMBUNG DULU YA HU...
semoga berkenan..

komentarnya ditunggu.
mkasih.


[HIDE][/HIDE]
 
Terakhir diubah:
Adi sangat beruntung mendapat sari dan wulan yang begitu ikhlas menerima nya
Tetapi maaf ya hu ! apakah perbedaan keyakinan itu tidak akn jadi masalah kedepannya ??
 
Gak ada adegan bareng bareng sari dan wulan bos???
 
waw urusan agamany jadi ribet nih
ga usah dijawab hu klo sensitif
 
Mulus di awal, tapi jalan ke depan pasti terjal dan berliku.

Mudah mudahan bisa mengatasi semua.
:beer:
 
Ini gara2 burung nih sembarang tengger hahahha piss suhu. Di lanjutkan mas dab
 
Anjirrr suhuuu.... ngalir bgt, dan itu ga terkesan crita stensilan biasa, yg cuma nafsu dan crott... itu yg gw cari2 slama ini, pke hati dan perasaan.. lanjutkan suhu, alon2 asal klakon,:mantap::mantap::mantap:
 
Bimabet
Thx updatenya om
Perlawanan lebih keras justru dari keluarga Wulan?
Wajar juga sih, mereka sudah sempat berpacaran lama sebelumnya ya? Pasti kaget orangtuanya ketika mengetahui anaknya dimadu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd