Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Berbagi birahi dengan dua bidadari

habbaib

Suka Semprot
Daftar
28 Feb 2014
Post
14
Like diterima
182
Bimabet
Berbagi birahi dengan dua bidadari

BAB 1: INTRO (No sex)


Ini adalah fiktif perselingkuhan di tempat kerja antara aku, seorang supervisor yang baru naik jabatan menjadi manajer di perusahaan dengan dua mantan anak buahku.

Aku sendiri sudah menikah, anakku bahkan sudah remaja. Ya, umurku memang mendekati setengah baya. Life begins at forty…Begitulah istilah orang-orang. Tapi mungkin…inilah awal dari puber ke-duaku. Aku memang bukan tipe lelaki yang nakal, bahkan cenderung jaim dan santai.

Kedua mantan anak buahku ini cantik dan yang jelas jauh lebih muda dariku.
Bahkan salah satunya masih gadis dan berjilbab. Sebut saja namanya Gadis.
Sementara yang lainnya masih ibu muda satu anak yang baru berumur jalan 3 tahun.
Namanya Sonia. Suaminya Sonia gemuk dan kadang suka menjemput dengan mobil tuanya.

Seperti biasanya ibu muda anak satu, Sonia tampil sangat cantik, sensual dengan rambut panjangnya yang terurai. Yang jelas dadanya berisi, entah karena menyusui, atau memang sejak gadis memang memiliki buah dada yang cukup montok. Yang jelas tubuh Sonia sangat terawat, langsing dan kulitnya putih halus. Umurnya mungkin sekitar 27-an.

Gadis sendiri meski masih muda, sangat independent. Ku taksir, umurnya tidak lebih dari 24 tahun. Ke kantor selalu membawa mobil merahnya yang mungil sendiri. Kemungkinan Gadis merupakan anak keluarga berada. Dari gayanya yang modis, meski berjilbab tetapi sangat bergaya modern dengan sepatu high heelsnya. Make upnya Gadis cenderung sederhana, namun tetap mampu menonjolkan kecantikannya yang alami. Bibirnya yang mungil, matanya yang berbinar menunjukkan karakter Gadis yang cerdas dan agresif.

Sebenarnya yang langsung merupakan mantan anak buahku adalah Sonia. Saat aku jadi supervisor, Sonia adalah staf bawahanku langsung. Saat pandemi dulu, Sonia sering meminta izin mengurus anaknya yang sakit dan selalu kuizinkan. Beberapa kali pula ia ku beri hadiah, entah berupa kosmetik ataupun parfum. Itulah mengapa ketika aku naik jadi manajer, Sonia mengungkapkan kesedihannya berpisah denganku. Katanya, aku ini bos yang pengertian dan care dengan anak buahnya.

Gadis sendiri adalah staf di divisi lain. Namun ia sering ke tempatku untuk urusan kerjaan karena tugasnya bersinggungan denganku. Makanya kami sering berjumpa, dan aku mengenalnya cukup dekat. Kadang hatiku berdegup kencang ketika sepasang mata Gadis menatapku dengan tajam saat berdiskusi tentang pekerjaannya.

Sebenarnya semuanya berjalan biasa-biasa saja, tanpa ada skandal apapun selama aku masih sebagai supervisor. Bahkan beberapa bulan aku mulai bertugas sebagai manajer, kami makin jarang bertemu. Hanya dalam beberapa kesempatan rapat antar departemen, kami sempat bercanda gurau dan ngobrol sambil mengenang masa-masa bersama dulu.

Hingga tiba waktu acara capacity building kantor bersama lintas departemen di akhir tahun. Inilah awal dari petualangan kami bertiga. Kebetulan Gadis dan Sonia selalu ditempatkan sekamar, sementara aku karena sudah levelnya manajer mendapat kamar hotel sendiri.

“Bapak…apa kabar? Ih…Bapak tambah gagah aja…” tiba-tiba ada yang menegurku dari belakang saat aku sedang check-in hotel. Ku cari suara yang tidak asing itu, mataku tertuju pada Gadis yang berdiri tepat di belakangku, dengan gaya modisnya yang anggun, tak lupa jilbab yang minimalis dan kacamata hitam nangkring di atas keningnya…

“Eh, Gadis…kirain siapa. Hampir kaget aku, jangan2 mantan selingkuhanku muncul…hahahaha”
“Iiih… Bapak. Masa sama mantan anak buah udah dilupain… Hayooo….mantan selingkuhan yang manaaaaa??? Hihihi…”

Akupun tersenyum melihat tingkahnya yang gemas. Rasanya ingin mencubit pipinya yang mulus itu. Tapi tentu hanya dalam hati saja…hehehe…aku memang jaim kalau urusan cewek se-kantor.

“Hei!! Kok malah bengong? Ngeliatin apa sih dari Gadis?”

“Eh, sorry…habis tiba-tiba jadi kangen masa-masa dulu… Hahaha”

“Huuu….masa-masa apa sih? kan kita gak ngapa-ngapain, Bapaaaakkkk” Gadis sedikit protes, karena merasa risih dengan godaanku.

“Nggak apa-apa, Dis. Kamu datang sendirian aja?” kulontarkan senyum pengertianku sambil memainkan mata. Gadis pun menanggapi dengan gaya khasnya yang agresif seakan-akan hendak mencubitku.

“Nggak tuh. Bareng mbak Sonia. Tadi lagi ke toilet. Kan kita sekamar, jadinya aku check in kan aja”

“Oooh… Gimana kabar Sonia? Baik-baik aja kan?”

“Baik-baik, pak. Tapi Gadis gak ditanyain juga nih?” bibirnya dimajukan pura-pura ngambek.

Rasanya ingin kulumat bibir indah yang masih perawan ini. Hmmm….perawan? Kok tiba-tiba aku kepikiran Gadis masih perawan? Sosok yang begitu mandiri, modis, anak orang berada, dan agresif memang berkesan pilih-pilih kalau urusan cowok. Entah Gadis sudah punya pacar atau belum, yang jelas aku tidak pernah bertemu satu lelakipun yang mendekatinya dulu.

“Haloooo…Bapaaaak…. Iiih Gadis kok dibengongin lagi…mikirin mbak Sonia ya?”

“Eh nggak lah. Kan Sonia sudah punya suami. Mikirin kamu aja…kamu sehat2 aja kan?”

“Iyaaaa…Bapak. Gadis tetep sehat dan enerjik…makasih ditanyain akhirnya…” senyumnya begitu manis seakan puas mendapatkan perhatianku.

“Kalian ikut sampai selesai acara kan? Lama juga ya, tiga hari 3 malam. Untung hari ke-4 bebas.”

“Iya…tapi Gadis dan mbak Sonia sudah rencana mau kabur aja besok. Hihihi….”

“Waaah, masa Cuma ikut hari pertama? Emangnya mau ngapain besok?”

“Ada deeeeh…Mau tau ajah. Kalau Bapak ikutan kita-kita baru deh nanti Gadis kasih tau”

“Bener nih? Boleh ikutan? Okeh…aku ikut!” Angin apa mendadak aku langsung menyanggupi. Mungkin aku membayangkan kegiatan ramai yang membosankan sehingga kesempatan ini tak inginku lewatkan. Apalagi bersama 2 wanita yang dulu pernah membuat suasana kerjaku begitu bersemangat.

“Asyiik…Mbak Sonia pasti senang. Soalnya dari kemarin mbak Sonia yang nanyain Bapak melulu…kira-kira mau gak kita ajak, gituuuu”

“Ada apa sih Gadis, nyebut-nyebut aku di depan Pak Bram?” Tiba-tiba suara lembut yang agak serak-serah basah yang biasa kukenal muncul dari samping kami. Kutatap Sonia yang makin cantik saja. Gaunnya yang casual, dengan rambut lurusnya yang melebihi bahu membuatku terpana. Ya, Sonia memang sering tampil feminim sekali. Wangi tubuhnya tercium sekilas ketika ia menghampiri kami.

“Soniaaaa….lama sekali rasanya tidak ketemu kamu…” sapaku saat menyadari Sonia membalas tatapanku.

“Selamat siang, Pak Bram…Sudah lama sampainya?”

“Ah baru saja. Ini mau check in, ramai nunggunya. Kebetulan ketemu Gadis, jadi ngobrol tadi… Gimana kabar anakmu? Sehat2 ya…Sudah bisa apa saja?”

“Sarah sudah bisa nyanyi ooooommm….hehehe” Sahut Sonia dengan gaya ibu-ibunya yang lembut.
“iya Pak, dia sehat2 saja. Udah gede banget kayaknya, dibanding waktu dulu Bapak ketemu…”

“Wah…pasti seru, ya. Kalau tidak salah hampir 3 tahun ya. Gak ada rencana nambah lagi, Nia?”

“Mbak Sonia pengen anak cowok, katanya Pak…” tiba-tiba Gadis menimpali.

“Wah, bagus tuh…sepasang jadinya. Apalagi anak cowok jadi adiknya, biasanya sayang sama kakaknya dan bisa menjaga."

"Tuh kan...Pak Bram setujuuuu, mbak…”

“Hush…apaan sih Gadis? Maaf, Bapak…ini Gadis ngomong nyablak ajah. Oh ya, tadi Sonia dengar Bapak jadi, mau ikutan jalan besok bersama kami?”

“Oke saja sih. Lebih seru jalan sama kalian daripada sama rekan kantor lain…Di sini banyak tempat-tempat bagus-bagus sebenarnya. Nanti aku yang bayar saja…asal kalian yang tentukan kemananya, ya”

“Aduuh…makasih Bapaaak. Tenang aja, Gadis dan mbak Sonia sudah punya baaaanyak rencana. Iyakan Mbak? Hihihihi…..” Gadis menyela dengan gayanya yang centil…

Aku melirik Sonia yang tersenyum begitu manisnya. Matanya tampak bersemangat, sementara dadanya naik turun. Sepertinya nafasnya memburu dan jantungnya seakan berdegup kencang…Mengapa reaksi Sonia begitu bersemangat? Apakah benar ia sudah merencanakan petualangan kami sejak lama?

“Oke…Sonia, Gadis. Aku ke kamar dulu. Kita ikuti saja acara kantor hari ini, nanti pas makan malam kita ketemu lagi buat merencanakan kegiatan besok ya… Hari ini aku masih ada tugas sedikit.”

“Iya, Bapak…selamat bekerja dan istirahat. Sampai ketemu nanti malam, Pak” Jawab Sonia dengan penuh hormat. Padahal dia bukan lagi anak buahku, tapi seakan tidak bisa melupakan sikap kesopanan kantornya.

“SIap, Pak Bram. Gadis dan mbak Sonia juga mau rembukan dulu, biar mulai besok bisa berkesan buat Bapakku yang gagah…” goda Gadis. Ini anak memang sejak dulu gak ada sopan-sopannya…Itu juga yang kusukai dari gadis modis yang agresif ini. Penampilannya yang berjilbab mungkin dia pakai hanya untuk menyeimbangkan gayanya yang elegan dan dinamis.

“Hahaha…daaah” akupun melenggang menuju kamarku. Duuh…aku lupa menanyakan nomor kamar mereka, tetapi sudahlah nanti pas makan malam juga ketemu lagi. Lagi pula, nomor telpon mereka masih tersimpan di HPku. Jadi, amaaaaaan….

Bersambung.... (Malam awal perselingkuhan)
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd