Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG BIOGRAFI SEKS-KU

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
keren nih, cerita istri malu malu tapi liar... suka bingits, trimakasih suhu

mohon dilanjut terus ya
 
Kalau bisa agak di rapihin nulis nya dan kalau bisa selesain permasalah dulu
 
KEMBALI SEPERTI MASA LALU

“Ka, di sini aja yuk!” ajaknya driver ojol itu.

Kami berada di depan rumah kosong, rumah yang masih dalam proses pembangunan. Namun, pembangunannya terhenti. Hanya ada semak belukar yang tumbuh di bagian fasat. Sangat sepi.

“Eemm... mau ngapain, mas?” tanyaku kepada driver ojol.
“Kaka lagi pengen kan? Ayo, gapapa. Saya juga mau sama mbak.”

Aku hanya diam di atas motornya. Driver ojol itu memasang standar motornya. Aku takut. Tapi ada rasa ingin yang tinggi. Perasaan yang tidak aku pahami. Ms. V-ku berdenyut. Hangat. Licin.

“Yuk, mba. Aman ko aman. Duh, cakep banget lagi,” pujinya. “Ayo, mba! Mukanya udah merah gitu.”

Mukaku memerah. Hangat.

Dia mulai menggenggam tanganku. Dia ingin menarikku ke dalam rumah itu.

“Lepasin! Ih! Saya ga mau! Kamu saya laporin ya!”

Setelah berdebat sebentar, karena takut, akhirnya, driver ojol itu mengantarku ke rumah yang hanya berjarak 500 m lagi. Di perjalanan, posisi dudukku menjauh darinya. Dan akhirnya, kami sampai di depan rumahku.

Aku pun membayar ongkosnya dan masuk ke rumah.

Ya, ampun. Apa yang kulakukan tadi? Kenapa aku begini? Kenapa driver ojol? Aku pun bergegas mandi. Jam sudah menunjukkan pukul 16.15. Dua jam lagi suamiku pulang.

Saat membuka celana dalam, aku lihat celana dalamku basah dan berlendir. Benar. Aku horny. Saat mandi, aku membayangkan bagaimana jika aku bercinta dengan driver ojol tadi di rumah kosong itu? Ah, bukankah suamiku akan datang sebentar lagi? Aku akan mengajaknya berhubungan seks.

Tidak! Tidak! Aku ingin sensasi yang berbeda! Aku ingin hubungan seks yang berbeda! Bukan berhubungan seks dengan suamiku! Aku tidak mau!

Deg! Aku teringat sebuah video. Seorang perempuan yang hanya mengenakan handuk menggoda driver ojol saat dia delivery makanan.

Buru-buru aku selesaikan mandiku. Kubuka HP dan aplikasi ojol. Aku memesan makan. Hmm, biar cepet yang deket aja deh. Aku memesan nasi padang.

Ting! Seorang driver ojol menerima orderanku. Jika dilihat dari foto, ia seorang pria berusia 50-an tahun. Sepertinya dia pria baik. Hmm, entahlah.

Kubalut tubuhku yang masih basah dengan handuk. Kuikat rambut panjangku model sanggul.

Aku lihat di aplikasi. Pesananku sedang diantar. Dia mulai menuju ke rumahku. Degdegan bangettt! Jarak warung padang denga rumahku hanya 500 meter. Dia masuk ke cluster rumahku. Kemudian berbelok ke jalan rumahku. Apakah aku harus melakukannya?

Tin! Tin! Suara klakson motornya terdengar. Dia sudah di depan. Apakah aku harus mengenakan handuk seperti ini?

“Permisi! Ojol!” panggilnya. “Atas nama Ka Anisa!”
“Sebentar, Pak!”

Duh, beneran nih?

Aku membuka pintu. Mengeluarkan kepalaku dari pintu.

“Masuk aja, Pak.”

Driver ojol itu sedikit mengernyitkan dahi. Lalu ia membuka pagar. Kemudian berdiri di pintu yang setengah tertutup.

“Masuk aja, Pak!”

Kemudian dia masuk. Aku membuka dompet.

“36 ribu ya, Pak?”
“Iya, Ka!” jawabnya. “Baru beres mandi ya, Ka?”
“Iiiya, Pak.”

Dia tampak memperhatikan belahan payudaraku yang putih dan masih basah. Kemudian, aku berikan uangnya dan ia menerimanya.

Kami sempat terdiam beberapa saat dan saling menatap. Kemudian aku menunduk.

Ayo, Anisa! Dulu kamu berani! Masa sekarang kamu ga berani! Sekarang atau tidak sama sekali! Hati kecilku berkata.

Tanganku melepas simpul handukku. Menurunkan handukku secara perlahan. Kemudian aku mempertontonkan tubuh putihku, payudara 34b-ku, dan Ms. V-ku yang tak berambut kepada driver ojol itu.

Aku tak melihat raut wajahnya. Aku tak tahu dia menikmatinya atau malah beranjak pergi.

“Waduh, ga nyangka saya ngalamin yang kaya gini.”

Aku menatap wajah driver ojol itu. Wajahku memerah.

“Cakep!” pujinya. “Direkam ya, mba? Prank ya?”

Aku menggelengkan kepala. Dia pun celingak-celinguk. Kemudian, dia perhatikan kembali dada dan Ms. V-ku.

"Bagus, mba, dadanya."

Ia pun meraba payudaraku. Posisi kami masih berdiri.

“Gapapa kan, mba?”

Aku mengangguk.

“Aahh...sshhh...”

Ia menghisap putingku.

“Aah... Shh... Aduh... Jangan keras-keras.”

Tangan kanannya meraba Ms. V-ku.

“Ummphh... Mulus, mba. Udah basah yah?”

Aku menggigit bibir dan mengangguk.

Dia melanjutkan lagi perbuatan tadi.

“Aahh...sshhh...ahhh...”
“Ummpphh... Ga ada siapa-siapa ya, mba?”
“Um...um...”
“Boleh ya, mba. Pegang aja sambil dikocok.”
Ia memintaku untuk mengocok Mr.P-nya sambil membuka celana jeans-nya.

Aku melihat Mr. P yang keluar dari sleting. Ukurannya sama seperti suamiku. Tapi ini lebih hitam. Bulu-bulunya lebat.

Driver ojol itu mengarahkan tanganku untuk memegang Mr. P-nya. Kemudian, menggerakkan tangganku untuk mengocoknya.

“Aahh...enak. Lembut tangannya.”

Sambil mengocok. Sesekali ia mencium dadaku. Oh ya posisi kami masih berdiri.

“Mba, boleh gesek ga? Gesek aja.”

Aku pura-pura ragu dan mengiyakan permintaannya.

“Ngangkang dikit, mba. Nah...”

Ia menyelipkan Mr. P di selangkanganku. Kini, Mr. P itu menempel dengan Ms. V-ku yang sudah basah.

“Aahh...enak...licin...”
“Awwhh... Ahhh...”

Gerakannya maju mundur.

“Aahh... Ahhh...” desahku.

Ia mencium leherku masih dengan posisi berdiri. Dari leher menjalar ke pipi dan menjalar ke bibir. Bibir kami saling bertemu. Ciumannya penuh nafsu. Bau rokok tercium. Aku ga suka bau rokok. Aku melepas ciumannya.

“Pak, sayang sama Anis?”
“Hah?” Dia heran.
“Kalau sayang, jangan kasar ya...”
“Maksudnya?”
“Iya, jangan kasar. Kalau sayang sama Anis, jangan kasar.”
“Iya, saya sayang sama Anis.”
“Kalau gitu, gituin Anis seperti ke istri Bapak.”
“Gituin?”
“Setubuhin Anis...seperti ke istri sendiri.”
“Hah... boleh, mba Anis?”
Aku mengangguk.

Kemudian, ia membuka jaket hijau dan kaosnya. Kami sama-sama telanjang seperti pasangan suami istri.

“Di kamar aja, mba?”
Aku mengangguk dan menggandengnya ke kamar.

Kami masuk ke kamar. Aku menyalakan AC.

“Anis udah punya suami?”

Ia melihat foto pernikahanku di dinding.

“Iya.”
“Duh, ini maksudnya apa ya? Mba bolehin saya ngewe. Terus tadi bilang begitu. Saya dikerjain atau ngga. Udahlah bodo amat namanya rezeki.”

Tiba-tiba dia keluar kamar dan segera kembali dengan membawa HP.

“Mba saya foto yah!”
“Ihh jangan! Jangan!”
“Buat bukti kalau kita sama-sama mau.”
“Ih, Pak.”

Kemudian, dia mengarahkan kamera HP-nya ke arah tubuhku yang telanjang.

“Ini namanya mba Anisa. Minta diewe sama saya. Tanpa paksaan kan mba?”

Aku mengangguk.

“Ih, direkam ya? Jangan, Pak!”
“Aman kok aman...”

Aku menutup payudara dan Ms. V-ku.

“Tuh, liat. Mulus bro! Mba jangan ditutup donk,” katanya sambil merekam.

Aku membuka tanganku dari payudara dan Ms. V-ku.

“Wih, mantap tokete! Memeknya gundhul! Mulus! Rezeki! Diajak ML sama costumer! Viral gais!”

Entah kenapa aku semakin terangsang dengan perlakuan seperti ini.

“Sip. Aman ko, mba! Sepongin, mba!”

Aku memengan Mr. P-nya dan memasukkannya ke dalam mulut.

“Aahh... anget!”
“Ummphh...”

Liurku menetes.

“Masukin ya, mba!”

Aku merebahkan diri dan membuka selangkanganku. Ia mengarahkan Mr. P ke Ms. V-ku. Dengan cepat, Mr. P itu masuk.

“Ahh...”
“Uhhh...”

Kami mendesah bersama seperti sepasangan suami istri yang bercinta. Padahal, kalau diliat dari umur, dia lebih cocok menjadi bapakku atau omku.

“Ahh...”
“Awhh...ahh...”

Kami sempat mencoba berbagai posisi. Aku merasakan sensasi luar biasa. Aku ML dengan tukang ojeg.

“Ahhh...ini kerasa banget mba!”
“Aahh iyaaahh...”

Kami doggy style.

“Aahh...aargghhh...”

Dia ejakulasi dan aku orgasme untuk kedua kali. Ia mengeluarkan spermanya di dalam rahimku. Banyak sekali sampai spermanya keluar dari bibir Ms. V-ku dan menetes ke spay. Buru-buru aku menghapusnya dengan tangan sebelum mengering. Tapi ternyata masih ada semburan-semburan kecil yang menetes ke spray kasurku dan suamiku.

Ya, sudahlah nanti langsung diganti aja spray-nya, gumamku dalam hati.

Dia terengah-engah. Aku juga. Aku masih menikmati sisa-sisa orgasmeku dan merebahkan diri.

Tiba-tiba dia memelukku dan mencium bibirku.

“Lagi ya, mba Anis!” pintanya dan langsung menciumku lagi.
“Ummhh... Ahh...” aku melepaskan ciumannya.

Sebentar lagi suamiku pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 17.30. Sekitar 30 menit lagi suamiku tiba di rumah.

“Sebentar lagi suami Anis pulang.”
“Oh, gitu. Ya sudah. Makasih ya, mba! Luar biasa! Boleh ya nanti saya main lagi ke sini?”

Aku mengangguk.

“Video mba ada di saya loh!”

Deg!

Aku baru ingat. Tadi, dia merekamku. Bodohnya aku!

“Plis jangan disebar, Pak! Iya. Bapak boleh ke sini lagi!”
“Saya orang baik kok, mba. Saya ga jahat. Saya malah beruntung bisa main sama mba. Ga akan saya sebar kok. Saya juga ga akan minta apa-apa atau maksa.”

Syukurlah. Tampak dia orang baik. Ga rese.

“Janji ya!”

Ia pun mencantel kelingkingku.

“Mba, belum punya anak ya?”
“Iya...”
“Tadi saya bikinin. Dijamin tokcer. Anak saya 4. Paling besar seumuran mba kayanya.”
“Ihh, bapak!”

Aku pun mengenakan bajuku. Begitu pun dengan driver ojol itu. Jam menunjukkan pukul 17.40. Saat driver ojol itu hendak keluar, aku memanggilnya.

“Pak, kalau 5 menit bisa ga?”
“Main lagi?”
“Iya...”
“Bisa.”

Aku langsung mengangkat rok dressku dan driver ojol itu langsung membuka celana jeansnya. Kami bermain di ruang tamu sambil berdiri.

Mr. P-nya langsung keras dan dimasukkan ke Ms. V-ku. Ms. V-ku belum basah banget tapi gapapa deh.

“Ahh... aahh... perih...” desahku.
“Arghh... arrghh...”
“Auhh...”
“Aarggh... mba memeknya diempetin mba.”

Aku kencangkan Ms. V-ku dan memberi goyangan.

“Arrghh iya... mantap... kalau gini bakal cepet!”
“Uuuhhh... aahhh...”
“Saya hamilin ya, mbaaaa... Arrgghhh!”
“Aahhh... iiya... aahh...”
“Mba jadi istri saya aja aaarhhh... mau mba? Saya kasih anak!”
“Aahh... iyaa mau!”
“Arrghhh ini anaknyaaa!”

Crot crot crot

Dia ejakulasi dan aku orgasme. Aku bersimpuh di lantai.

“Huhh... Huhh... Mantep!”

Hari sudah mau gelap. Buru-buru driver ojol itu mengenakan celananya. Dan beranjak pergi.

Tidak lama, saat aku mandi, suamiku datang. Aku langsung bergegas menyelesaikan mandiku. Dengan berbalut handuk, aku menyapa suamiku.

"Hai, sayang! Baru mandi? Keramas nih?"
Aku hanya mengangguk canggung.
"Tadi gimana di sekolah? Ketemu Pak Gagah?"
"Emm, ketemu sih tapi aku ngehindar."
"Hehehe. Kenapa?"
"Ya, males aja..."
"Eh, itu HP siapa di ruang tamu?"

Deg

Itu HP driver ojol. Mungkin terjatuh saat dia buru-buru pakai celana.

“Eemm... Emmm...” aku bingung banget menjawab pertanyaan suamiku.

Suamiku pun mengambil HP itu.

“Permisi!”

Tiba-tiba ada seseorang yang menyapa. Itu suara driver ojol tadi.

Suamiku pun menghampirinya.

“Mmmaaf, Pak. Tadi saya ngater pesanan mba. Kayanya HP saya jatoh deh.”
“Ini, Pak?” kata suamiku sambil menunjukkan HP-nya.
“Nah, iya, Pak.”
“Ko bisa jatoh. Nanti ga bisa ambil orderan loh. Hehehe...”
“Iya, Pak. Makasih, Pak.”
“Eh, Pak. Bisa bantu saya sebentar ga?” pinta suamiku.
“Emm, apa, Pak?”
“Saya mau geser lemari di kamar. Kalau sama istri saya ga akan kuat.”

Suamiku pun mengajak driver ojol itu masuk. Aku kaget.

“Ini istri saya, Pak. Anisa.”
“Ehhh...” kagetku.
“Hehehe... iya. Tadi kan yang order di saya, Pak.”
“Oh, iya! Hehehe. Cantik kan, Pak?”
“Hehehe iya, Pak.”
“Beruntung liat istri saya pake handuk doank. Hehe.”

Aku langsung buru-buru ke kamar dan hendak mengenakan pakaian. Tapi ternyata mereka ke kamar juga.

“Eh, Aa! Aku ganti baju dulu!”
“Ya udah ganti baju aja!”
“Itu ada orang!”
“Gapapa! Hehehe. Mau liat kan, Pak?”
“Emm... Hehehe. Saya di luar dulu deh, Pak.” kata driver ojol.
“Hehehe...”

Aku dengar bisikan suamiku kepada driver ojol itu. Ia mengatakan, “Liatnya dari jendela.”

Dan aku merasakan ada bayangan di balik jendela. Suamiku tidak tahu bahwa driver ojol itu sudah melakukan sesuatu kepadaku, lebih dari sekedar mengintip.

NO QUOTE
NEXT
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd