Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule-bule ganteng di kos cewek

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Mulustrasi cerita, tokoh utama:

Titien Mokoginta, gadis Manado umur 21 thn

http://www***mbar123.com/mantap_834557c1e483b0fca5690d7d479d9147349ed8e5.html?id=a65b8a416faHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzgyYzBjNjUyOTYyNjUyNy5qcGc%3D&hash=031ac01d2b11b6d51f6e968f3936a87e2ae4cfd7


Naya Tan, gadis Manado/keturunan Chinese umur 19 thn

http://www***mbar123.com/mantap_16871.html?id=30ed1a05d7aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzMzNmIzMzUyOTYyNjUzOS5qcGc%3D&hash=3e51437fc7bdee6af58c3e6d456b9dd9fa9e1799

Edo Putra, cowok Manado umur 23 thn

http://www***mbar123.com/sateayam_508ea89c4cd94e228255c8109de64ecbbe3c814d.asp?id=e9e40e88ebaHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzI5ODE2MDUyOTYyNjU3MC5qcGc%3D&hash=3efdd77d9fc24ceb0c529415f3e7b62c57b83c90


Brian Solomon, cowok California berdarah British/Irlandia umur 24 thn
http://www***mbar123.com/bakso_99438.html?id=8a9715f840aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2RjNTcxMzUyOTYyNjU1MC5qcGc%3D&hash=faa182fc773fd2f98c19f421a9b0e2c297aee907


Brenda Marciano, gadis California berdarah Itali umur 23 thn

http://www***mbar123.com/bakso_38892.jsp?id=bf3695b39daHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2IxZjI3ZjUyOTYyNjUzMy5qcGc%3D&hash=3408eb6dac613df58c57aeedc9edd6e48c32343b


Shaun Garcia, Cowok California berdarah Rumania, umur 25 thn

http://www***mbar123.com/abrakadabra_16589.jsp?id=8d43cb6c30aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2JiMWVjMDUyOTYyNjU2Mi5qcGc%3D&hash=e397f7b7a3dae7e3ed948a67ed1bd77eb57aaeaf


Episode 11 The white snake legend

POV Brenda

Tadi aku pikir pergi ke kebun tadi adalah hal yang paling luar biasa dalam liburan hari ini. Eh ternyata tidak.

Dari tempat tersebut kami naik mobil sekitar 5 km menuju salah satu objek wisata di Sulawesi Utara yang bernama air terjun Tunan. Saja jadi penasaran dengan cerita Titien yang menggambarkan air terjun yang masih alami dan terletak di tengah-tengah hutan tapi dapat dijangkau dengan mobil. Pasti ini menarik…

Setelah mobil di parkir di ujung jalan, kami berjalan kaki menuju lokasi. Dari sini mobil tidak bida masuk lagi karena mentok di sungai. Namun, tetap ada jalan ke air terjun. Jalannya dibuat dari beton khusus untuk pejalan kaki dengan dua buah jembatan menyebrangi sungai kecil.

Kami membawa kembali baju basah supaya bisa mandi-mandi lagi di air terjun. Tampaknya suasana menjanjikan bagi kami semua, sayang Brian dan Shaun sudah kehilangan boxer mandi mereka.

Di sini sudah terasa udara yang alami, dan hawa yang sejuk. Perjalanan menyusuri sungai kecil sambil mendengar bunyi air seakan menghibur jiwa kami. Brian dari tadi tidak berkata apa-apa. Aku tahu pasti gayanya yang seperti itu, pasti muncul lagi jiwa seninya. Palingan satu lagi musik yang indah siap tercipta dari otak brilian itu.

Liburan ini ternyata membuat dia semakin kreatif, seperti Brian yang dulu…. Kekosongan yang ditinggalkan gadisnya dulu seakan mulai terisi, apa lagi ada Titien yang disampingnya. Gadis cantik yang enak dipandang, mana bisa Brian menampik senyumnya yang manis alami. Kini cowok itu bagaikan anjing yang sudah diikat lehernya, tidak berani lagi macam-macam. Hehehe...

Titien… Titien… seharusnya ia ku benci karena mengambil cinta cowok yang selalu ku naksir. Tapi bagaimana mungkin aku membencinya sementara ia sangat baik kepadaku… eh… kepada kami bertiga. Ia seakan mengerti apa yang ku inginkan.

Dan sejauh ini, tour yang dirancangnya membuatku lupa akan komputerku. Baru sekarang aku bisa 4 hari hidup tanpa media sosial, tak pusing soal internet ataupun semua kewajibanku. Ini betul-betul liburan.

Ku lirik Brian yang masih diam, jalan termenung bahkan menutup mata untuk lebih menghayati alam ini. Disampingnya Titien yang masih aja memegang tangan Brian, sambil membuka catatan-catatan kecil. Pasti informasi yang dihimpunnya soal tempat ini.

Shaun dan Naya sibuk bercanda dibelakang, tak henti-hentinya si gadis manis tapi ceriwis itu berdebat dan bercanda dengan Shaun. Baru sekarang saya melihat Shaun ketemu tandingannya.

Brian dan Shaun adalah dua orang paling dekat dengan ku. Mereka mau aja terus berteman meskipun orang-orang lain menjauhiku setelah mengenalku lebih dekat. Yah, cowok-cowok banyak mendekatiku karena tampangku doang. Pasti setelah sekian lama mereka mulai perlahan-lahan menjauh, entah karena tidak dapat merayuku ataupun karena sudah sempat mencicipiku.

Aku sih cuek aja, asal sama-sama senang. Kan gak ada yang dirugikan. Tapi kini aku mengerti arti teman. Hanya Brian dan Shaun yang tauh siapa diriku sebenarnya, dan tak pernah sekalipun mereka menganggap aku cewek murahan.

Titien membisikan sesuatu lagi kepada Brian yang hanya tersenyum. Brian tampak bahagia! Aku hanya bisa mendoakan mereka. Aku mengerti siapa aku yang tidak cocok dengan Brian. Aku sudah bahagia bisa menjadi teman dekatnya. Dan aku justru senang gadis yang menjatuhkan hatinya adalah seorang yang seperti Titien, polos…. ayu… penuh perasaan… sensitif.

Awas kau Titien kalau kau hanya memberi harapan palsu pada cowok itu. Aku tauh Brian kelihatan tegar, tapi ia cowok yang rapuh, mudah terbawa oleh perasaan. Dan rasa cintanya sangat dalam, sehingga kalau ia sakit hati akan lama terobati.

Buktinya ia bela-belain datang ke Manado, yang nota bene adalah kampung halamannya pacarnya dulu, si Deyana. Walaupun sudah setahun lebih, tapi Brian mau mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya. Siapa sangka ia justru kecantol lagi dengan gadis Manado.

Eh… Naya dan Shaun sudah jauh di belakang. Sempat-sempatnya mengambil foto selfie dengan latar sungai. Gadis mungil dan lincah itu memang selalu membuat sekelilingnya ceria. Penuh canda dan tawa, eh tapi ia juga berani dan jahil loh. Jangan berani tantang taruhan… pasti ia siap melayani.

Tapi kayaknya ada yang kurang…. Mana si Edo? Eh ternyata ia jauh tertinggal di belakang. Soalnya dia disuruh membawa barang-barang yang berat… Edo orangnya plin-plan, mau-mau aja diatur-atur. Dia hanya berani kalo ada teman, dan suka show off.

Dari gayanya aku gak perlu tunggu lama. Pasti setiap ketemu orang yang dikenalnya, langsung aku diperkenalkan sebagai pacarnya... seperti tadi malam kepada anak-anak kos lainnya. Eh, sejak kapan atuh aku menerimanya. Mentang-mentang sudah melihat tubuh indahku terus menganggap aku miliknya, cape deh...

Tapi Edo pinter juga sih memuaskan wanita… eh memuaskan aku! Jarinya jago juga… saya sampai kaget kalo ternyata ia masih perjaka… malah oral aja belum “Hahahaha… cowok setampan masih perjaka? Am I still on earth? Cape deh!”

Tapi mungkin ia masih perjaka karena keinginannya terlalu tinggi. Ia hanya mau pacaran dengan gadis secantik Titien atau Naya. Susah sih targetnya ketinggian, karena dua gadis itu jarang ada saingannya.

Harusnya ia belajar seperti Shaun yang ekspektasinya diturunkan jauh, cewek gak jelas aja ia tetap mau pacarin. Jangankan Naya, pembantu di kos aja dia mau.... gak heran ia langsung jatuh-bangun karena kecantol dengan cewek lincah dan centil ini.

-----





Akhirnya setelah berjalan sejauh 1,5 km, kami tiba di air terjun. Dari kejauhan sudah kedengaran bunyi air yang ribut. Wah… indah sekali, air yang turun dari tebing batu vertikal. Volumenya sih gak banyak, hanya sebuah sungai kecil. Tapi keindahan alam sekitar masih original, membawa suasana mistis.

Udara dingin berhembus menusuk tulang belakangku yang hanya dilapisi oleh tanktop tipis. Dan yang terbaik dari tempat wisata ini, adalah ternyata kami berenam adalah satu-satunya manusia ditempat itu.


----------

“Byurrrr”

Kelihatannya enak sekali. Air terjun ini sangat segar dan alami. Di bagian bawah kolam tempat mandi dan kedua gadis tour guide kami sudah ikutan menceburkan diri ke air. Aku lompat ke kolam dari batu yang ada di sebelah kanan, agak takut juga karena ketinggian batu itu sekitar 2.5 meter dari air.

Kami bertiga mandi dengan ramenya sambil bercanda, sementara ketiga cowok sekarang hanya bisa nonton dari atas batu. Ternyata di dalam air tidaklah sedingin di luar air, padahal tadi aku sudah kedinginan, kini terasa adem aja.

“Nay... hati-hati!” Titien kembali memperingatkan gadis nakal itu. Ia malah tertawa-tawa duduk tepat di bawah curahan air, dan memberikan punggungnya untuk di pijat. Melihat ia begitu enak, Titien dan saya pun mulai ikutan menikmati.

“Guys, come on in!”

Aku kembali memanggil mereka. Edo segera mengganti baju sedangkan Shaun dan Brian tak bergeming. Shaun malah sudah mengeluarkan kamera besarnya yang sempat dipakai tadi. Kamera professional itu memang kesukaannya, dan baru tadi pagi dikeluarkan dari koper. Shaun menyesal lupa membawa kamera waktu ke Bukit Kasih. Untunglah kali ini tidak lupa lagi.

Shaun adalah seorang mahasiswa Biologi, dan Ia sangat mencintai alam. Dari tadi ia sudah mengambil gambar ratusan jenis pohon, dan binatang-binatang yang ditemuinya. Menurut Shaun jenis pohon dan binatang di tempat ini unik dan tidak seperti yang ditemui di tempat-tempat lain. Mungkin ia akan menggunakan waktu disini untuk lebih banyak memperlajari alam.

Saya juga baru tahu kalo Shaun punya kamera bagus dan suka fotografi. Waktu ditanya dia bilang ini bukan hobby, tetapi kebutuhan. Ahli biologi harus memiliki kamera yang bisa zoom objek supaya dapat foto binatang.

“Byurrr” Edo melompat mengikuti caraku.

Bergantian kami berempat juga turut melompat dari batu, sementara diabadikan oleh Shaun dengan camera menggunakan mode high speed.

Selain itu karena cameranya memiliki kekuatan lensa yang tinggi, maka kami minta di foto bergaya macam-macam pas di bawah air terjun. Titien malah bergaya seperti seorang biksu yang sedang semedi, sementara Naya dengan gaya centil menunjukkan kemolekan tubuhnya yang basah dengan gaya yang panas menantang. Pasti Shaun sudah panas dingin menyapu bersih kulit mulusnya menggunakan kamera.

Setelah kami merasa segar menikmati mandi-mandi di air terjun Tunan, kami menyadari kalo Brian dan Shaun dari tadi belum mandi. Pantesan terasa sunyi, kayak ada yang kurang.

“Romeo, Dickhead... ayo dong, tinggal kalian yang belum turun mandi.” Sekali lagi aku panggil.

“Bukannya kami tidak mau, Nerd-ho, tapi celana pendekku sudah hilang tadi!”

Aku lupa kalo mereka berdua sudah tidak lagi punya baju mandi.

“Yah, rugi deh, jauh-jauh jalan ke sini kalian tidak mandi.”

“Kalo mo mandi, bugil aja kalo berani!” Naya menantang mereka. Gadis itu memang berani sekaligus ceroboh... eh suka mementang bahaya.

“Naya, husssshhh!” Titien mencegah.

Tapi Naya terus menantang. “Ayoo kalo berani, hanya kita kok di sini! Aku dan Kak Titien juga sudah lihat punya kalian tadi!”

“Astaga!” Edo sampe kaget. Aku juga bertanya-tanya, kapan mereke melihat batang Shaun?

“Naya!”

Titien pergi menutup mulut gadis itu. Naya sendiri kelihatan kaget. Mungkin ia baru sadar sudah keceplosan bicara. Ia hanya tertawa, tetapi wajah sudah merah seperti udang, eh... semerah pipinya Titien.

Aku coba berpikir apa yang terjadi... palingan mereka berdua melihat Brian dan Shaun keluar dari kolam ikan. Pasti seru membayangkan dua cowok dengan kontol besar lari-lari telanjang dari kolam ke kamar mandi.

Apa lagi ada banyak orang di sana. Kontol Brian sih aku belum tahu, tapi sempat ku dengar mereka berdua saling ledek. Kontol Brian lebih panjang sedikit dari kontol Shaun dengan diameter yang sama, padahal selama dalam petualangan seksku kontol Shaun sudah termasuk ukuran jumbo, dan paling jago menyenangkan wanita.

Jadi penasaran sama milik Brian, apa lagi ia sudah janji akan melaksanakan ‘vow’nya kepadaku di liburan ini. Pasti menyenangkan... hehehehe... aku mulai berpikiran mesum lagi

Edo masih aja tanya-tanya apa yang terjadi, tapi Titien dan Naya tetap tutup mulut sambil tertawa-tawa malu. Mereka sudah berjalan menghindar pergi ke tepian air. Edo masih aja mendesak, dasar....!

Terpaksa kami berdua mengikuti dua gadis manis itu sampai ke tepi. Akhirnya Titien mencoba memberikan jawaban diplomatis.

“Tadi di dekat telaga ada dua cowok lagi jualan terong yang nampak bergoyang-goyang ketika mereka lari dari kolam ke kamar mandi!”

Titien memberikan garis besarnya. Saya dan Naya hanya tertawa walaupun menduga ada yang disembunyikan.

“Jadi intinya kamu lihat Brian dan Shaun lari telanjang?”

Titien hanya menganggukkan kepala menjawab pertanyaan Edo.

“Eh, tunggu! Kejadiannya setelah kamu mengocok kontolku atau sebelumnya?” Tanya Edo masih penasaran!

“Apa?” “Astaga?”

Naya dan aku sampai kaget dengar perkataan Edo. Jadi tadi Titien sempat mengocok kontol Edo? Wah skandal besar ini. Titien merah sekali... tangannya langsung memukul-mukul gemes punggung Edo, yang hanya minta-minta maaf sudah keceplosan.

Naya merasa kasihan, langsung memeluk tubuh Titien yang masih merah karena malu. Tapi aku malah mendengar bisikannya di telinga Titien....

“Kak Tien, gimana dong kontolnya? Keras ngak?” Titien hanya mencubit pinggang Naya karena gemesnya.

Naya belum puas meledek, “Wah, Kak Titien hebat deh, sudah dua kontol yang dikocok, berikut tinggal .... Ahhhhh!”

Aku jadi senyum-senyum sendiri mendengar canda dua gadis perawan ini. Ternyata diam-diam mereka mesum juga. Hehehe.... aku juga bangga karena kontol Edo yang cukup besar namun keras seperti kayu itu sudah sempat ku oral ... Eh iya, oral pertamanya yang terganggu dengan kenakalan dua anak ini.

Naya tidak sempat menyelesaikan kata-katanya, ia sudah diserang oleh Titien yang meremas kedua toket gadis mungil itu. Karena baju yang dipakai tipis dan basah, bayangan toket Naya jelas terlihat oleh saya dan Edo.

Titien terus menyerang toket Naya, kini putingnya jelas tercetaj dari luar. Edi sampi terbelalak melihat pemandangan seksi itu, pasti ia gak lama lagi ia coli.

“Kak Titien, sudah dong... ada Edo!” Titien baru sadar sudah sempat memberikan pemandangan yang indah kepada Edo.

Pasti si cowok mesum itu sudah terangsang, wajahnya sudah mupeng, dan celananya sudah nampak mengelembung.


POV Brian

“Byurrrrrr” Suara apa itu? Kami berempat jadi terkejut.

“Ih... naik cepat! Ada ular ...! ayo lari....?!?” Teriakku dari atas batu besar.

Naya tampak kebingungan, tapi ketika aku bilang ular semua langsung naik ke atas batu. Aku tidak tauh apakah waktunya tepat, tetapi kelihatannya mereka mulai melupakan urusan Edo dan Titien tadi.

“Apa... Ular? Ih.....”

Pandangan kami mencari-cari apa gerangan bunyi yang kuat tadi... eh akhirnya muncul juga. Tampak Shaun keluar dari air dengan innocentnya tanpa mengenakan sepotong kain pun.

Kami berempat jadi kaget, ternyata Shaun beneran mandi telanjang. Ketika mendengar ada ular ia juga cepat berdiri di atas salah satu batu terdekat tanpa menyadari ketelanjangannya.

"Awas, semua hati-hati. Ada ukar putih ikutan mandi..." aku tertawa kuat-kuat membuat cewek-cewek di bawah segera mengerti ukar yang aku maksud tagi.

Seruan ku yang langsung disambut oleh tawa Titien dan Naya. Shaun langsung balik belakang, ternyata malu juga diledek kami.

“Astaga, Dickhead..... kirain ada apa, ternyata ada ular putih!” Brenda tambah meledek Shaun.

Shaun berpaling kepadaku... mukanya tampak begong...

“Hey, Romeo... ngapain kau, ayo turun! Katanya kamu lompat sesudahku...! Shaun berteriak...

Seruan Shaun hanya kujawab dengan gerakanku sementara mengambil gambar menggunakan kameranya. Kontolnya Shaun sudah menjadi objek foto-foto dari tadi.... Aku nampak tergesa-gesa memakai kembali kaosku.

"Astaga... jadi ini perbuatan Romeo, yah!" Brenda langsung mengerti bahwa Shaun tadi dikerjain tadi.

Aku memang menipu Shaun, membuka baju pura-pura akan terjun mandi, dan menyuruhnya lompat duluan.

“Dickhead... sorry aku gak jadi mandi. Ada pemandangan bagus dari atas ini, aku foto-foto aja yah!”

"Benar-benar Romeo, deh. Jago mengerjain orang dengan classy-nya" Brenda memberikan jempol kepadaku. Sementara Titien dan Naya dari tadi diam aja... ap sudah terpesona dengan ular putih, yah?

Kami berempat ketawa lagi... kasian si Shaun.

------

POV Naya

Setelah kami menemani Shaun mandi, kami ganti baju untuk pulang. Udara sudah semakin dingin, karena malam hampir tiba. Titien dan aku pergi ganti baju duluan. Kami merasa jengah lama-lama dengan Shaun yang telanjang bulat. Dari tadi juga
Kami berdua mandi tidak mau dekat-dekat Shaun.

Karena kamar mandi yang ada hanya dua buah, Brenda dan Edo harus menunggu aku dan Titien selesai baru ganti baju. Shaun paling terakhir, apalagi dia masih suka berenang.

Setelah selesai, saya pikir semua kelucuan sudah berakhir, ternyata masih ada lagi. Dengan iseng Brian meminta aku membawa tas berisi baju kering milik Shaun tanpa bilang-bilang. Aku dan Titien disuruh jalan duluan bersama Brian.

Belum 100 meter berjalan, Shaun keluar kamar mandi masih dalam keadaan bugil. Ia kelihatan bingung mencari-cari baju ganti. Akhirnya ia lihat di kejauhan bajunya lagi dibawa oleh ku.

"Naya, Naya! Eh tunggu aku!" Shaun mengejar ku. Ketika berpaling, aku jadi ketakutan ada cowok berbadan besar serta terong gantung brondong yang berlari mengejarku.

"Eh... ampun, tolong! Ada ular putih!" Aku berteriak antara takut tapi lucu.

Atas anjuran Brian, aku sudah lari duluan ke mobil sambil dikejar-kejar Shaun. Aku tidak mengerti kenapa ia mengejarku...

Setelah berlarian sepanjang lebih 300 meter, jarak antara aku dan Shaun makin dekat, tapi kami masih terus berkejaran. Aku sudah sangat cape dan siap untuk menyerah ketika tiba-tiba melihat kodok berada 2 meter didepan menghadang jalanku.

"Ah... tolong, Shaun!" Segera aku berhenti dan berbalik meminta perlindungan Shaun.

Dengan cepat aku berada dalam pelukannya dan menyembunyikan kepala di dadanya karena takut. Untunglah Shaun segera memelukku dan mengusir kodok tersebut.

"Sudah, tenang Nay. Kodoknya sudah lari... kodoknya takut sama ular" Shaun menghiburku tapi masih sempat juga bercanda.

Pelukanku segera terlepas mendengar kata-katanya tadi. 'kodok takut ular!', tanpa sadar aku melirik ke bawah...

"Astaga! Ih...." aku baru sadar Shaun masih telanjang, dan ular putih itu masih saja bergantung dengan gagahnya dan bergoyang-goyang. Aku tak bisa lari karena Shaun memegang tanganku.

"Ih, jelek! Sopan dong sedikit. Masak dari tadi gak pake baju." Aku mencoba melepaskan diri dari padanya sambil memalingkan wajah.

"Justru itu, Cantik... baju gantiku ada di tas itu." Shaun membela diri, dan menunjuk ke arah tas miliknya. Astaga, jadi selama ini ia mengejarku karena pakaiannya terbawa olehku? Aku jadi geli sendiri. Pantas ia ngos-ngosan mengejarku.

"Dickhead..., ayo cepat pake celana!" Shaun hanya senyum-senyum memandang wajahku dengan pandangan mesum.

"Hehehehe, Naya... sekarang kau tidak bisa lari lagi. Naya harus mengocok dulu kontolku baru aku lepasin." Si brengsek itu memanfaatkan situasi.

"Ih... gak mau! Kocok aja sendiri..." Aku coba menghindar...

"Naya sayang, ayo dong selesaikan tugasmu di kamar mandi tadi... kalo tidak aku akan teriak supaya orang- orang datang lihat kita berdua!" Shaun meneggunakan segala cara, mulai dari rayuan sampai ancaman.

Aku melihat keliling, kayaknya ada orang yang bekerja di kebun-kebun sekitar. "Wah... bisa jadi skandal kampung ini, ada gadis manis dan bule telanjang!"

"Eh... gak mau!" Shaun kembali menggunakan kesempatan, tangan kirinya mengrepe-grepe dadaku. Aku tidak bisa menghindar, karena tanganku yang bebas dipakai untuk menahan kontolnya yang ditempel-tempelkan ke badanku

Aku jadi terdiam, dan membiarkan saja tangan Shaun menarik tanganku untuk menggenggam kontolnya. Tanganku mulai bergerak sambil pikiranku berjalan, 'wah, bagaimana kalo ada orang lihat? Apalagi pasti Kak Titien sudah dekat?'

"Dickhead, jangan di sini yah, takut ada orang, di mobil aja, yah?" Aku menunjukkan kunci serep mobil kepadanya.

"Ayooo... tapi ingat, janji harus kocok sampe keluar!"

Aku tak mau lama-lama langsung mengiyakan saja, dan ikut berlari bersama Shaun. Sementara berlari pandanganku terus melirik ke arah bawah, ular putih brondongku!'

-----

"Ah..., Naya aku mau mengentot memek sempitmu... aku akan membawamu ke awan-awan, ah Naya kau tak bisa lari lagi dari kontolku.... memek mungilmu akan ku entot dengan cepat ... aku ingin doggy dengan mu, Naya... ahhh .... tiap malam aku bermimpi sedang membelah keperawananmu dan membuat kamu orgasme ..."

Shaun benar-benar tenggelam dalam nafsunya sementara kontolnya ku kocok. Mulutnya terus mengeluarkan kata-kata tidak senonoh... yang membuat aku jengah. Eh... Ternyata ia terus memimpikanku.

Mendengar kata-kata mesum Shaun, lama-kelamaan membuat aku jadi bangga. 'Jadi selama ini tubuhku jadi bahan colinya. Wah...' siapa gak bangga kalo tubuh kecil ini ternyata punya seks appeal tinggi. Aku semakin bersemangat mengocoknya.

Setelah diperhatikan baik-baik, ternyata kontol Shaun sangat garang dan kekar, benar-benar kontol laki-laki sejati. Bentuknya lurus simetris dan agak bergerigi di perbatasan helmnya. Ukurannya jauh diatas rata-rata, dan cukup panjang serta nampak berotot. Selain itu kontol tersebut tampak beringas oleh bulu-bulu yang lebat.

Tangannya tidak tinggal diam terus meramas toketku dari luar, tetapi tangan Shaun sangat cekatan sehingga tanpa disadari kaosku mulai terangkat. Kini tangannya mulai mencari-cari kancing bra-ku.

Aku semakin mempererat kocokanku, menggunakan dua tangan sehingga lebih terasa. Shaun terus larut dalam desahannya sementara tubuhnya yang terlentang mengangkang terus tersentak menahan nikmat.

"Astaga.... Eh!" Aku tersentak ketika bra-ku terbuka dan tangan Shaun bebas menjelajahi dadaku. Toketku segera berada dalam genggamannya, dan pentilku terus menjadi sasaran serangan jarinya.

Aku tahu Shaun sudah dekat orgasme dan terus menambah irama dan intensitas kocokanku. Aku tak perduli lagi atas pertahanan diri, aku telah terbuai... fokusku kini pada seranganku berharap Shaun akan sampai duluan.

'Gila...! Hebat sekali daya tahan cowok ini! Masak dari tadi sudah diajar habis-habisan tidak juga keluar. Bahaya ini... tangan Shaun kini bergerak menuju memekku dan mulai membelai organ vitalku dari luar. Aku sudah kepayahan... kini jarinya sudah membuka kancing celanaku dan menurunkan ritslitingnya.

Kembali ku meningkatkan daya serangku dan membiarkan memek kecilku rentan terhadap serangan jarinya, eh... CD ku dengan mudah dipinggirkannya dan tangannya sudah membelai langsung memekku. Ah... aku juga hampir dapat...

Disaat-saat genting ini, terpaksa aku harus menggunakan senjata pamungkasku...

"Blupppp!" Kontol Shaun masuk ke mulutku dan terus sampai menjangkau kerongkonganku ... semponganku mulai intensif menyerang helmnya... akhirnya Shaun menyerah juga... tembakan demi tembakan kurasakan... dan peju hangat Shaun keluar begitu banyaknya.

Shaun sempat menegang sekitar 10 detik, dan tanpa ditahan-tahan lagi melepaskan seluruh nafsunya. Ia kini terkulai lemah... tidak bergerak dengan wajah yang tersenyum menggambarkan kepuasan luar biasa.

Aku masih bingung... semuanya terjadi begitu cepat.

"Ih... apa ini?" Ternyata Shaun menyemprot di dalam mulutku. Astaga! Gimana ini... mulutku masih belepotan, sebagian sperma sudah memeleh di bibir bawah dan daguku,).Aku tidak bisa bicara lagi... kini hanya diam mencari tempat untuk mengeluarkan cairan itu.

"Astaga, Naya! Kok bisanya kamu mesum di mobil?" Astaga.., Titien datang langsung membuka pintu. Ia pasti melihat kontol Shaun yang terbuka serta sebagian peju Shaun di mulutku. Aku tidak bisa bicara... tak mampu menjelaskan. Ahhhh.... aku malahan mencoba menelan sperma Shaun sedikit demi sedikit.

Untung saja Kak Titien mengerti dan langsung menutup pintu. Dari kaca mobil yang gelap ia menarik tangan Brian menjauh, memberikan aku kesempatan untuk beres-beres.









 
Update nanti malam minggu yah! Nanti ada update special hari minggu sore lagi.
 
Mantap suhu cathie
So soft and slow
Tapi, mudah2an updaatee special minggu.nya sudah ada yg lepas perawan.. Hihi
 
Mulustrasi cerita, tokoh utama:

Titien Mokoginta, gadis Manado umur 21 thn

http://www***mbar123.com/magic_36269.asp?id=a65b8a416faHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzgyYzBjNjUyOTYyNjUyNy5qcGc%3D&hash=031ac01d2b11b6d51f6e968f3936a87e2ae4cfd7


Naya Tan, gadis Manado/keturunan Chinese umur 19 thn

http://www***mbar123.com/sateayam_3e3bb984535cf984489756942826b1eff1b074c1.jsp?id=30ed1a05d7aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzMzNmIzMzUyOTYyNjUzOS5qcGc%3D&hash=3e51437fc7bdee6af58c3e6d456b9dd9fa9e1799

Edo Putra, cowok Manado umur 23 thn

http://www***mbar123.com/magic_97651.html?id=e9e40e88ebaHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzI5ODE2MDUyOTYyNjU3MC5qcGc%3D&hash=3efdd77d9fc24ceb0c529415f3e7b62c57b83c90


Brian Solomon, cowok California berdarah British/Irlandia umur 24 thn
http://www***mbar123.com/friedrice_85756.jsp?id=8a9715f840aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2RjNTcxMzUyOTYyNjU1MC5qcGc%3D&hash=faa182fc773fd2f98c19f421a9b0e2c297aee907


Brenda Marciano, gadis California berdarah Itali umur 23 thn

http://www***mbar123.com/tahu_43162.html?id=bf3695b39daHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2IxZjI3ZjUyOTYyNjUzMy5qcGc%3D&hash=3408eb6dac613df58c57aeedc9edd6e48c32343b


Shaun Garcia, Cowok California berdarah Rumania, umur 25 thn

http://www***mbar123.com/core_22377.html?id=8d43cb6c30aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2JiMWVjMDUyOTYyNjU2Mi5qcGc%3D&hash=e397f7b7a3dae7e3ed948a67ed1bd77eb57aaeaf


Episode 12 The show must go on


POV Titien

"Eh, Kak Tien?" Naya terkejut waktu aku buka pintu dan langsung memegang tangannya.

"Eits... Naya tidak bisa lari... harus cerita sama kakak apa yang terjadi tadi siang!"

Naya barusan mandi waktu aku masuk ke kamarnya. Ia masih mengenakan handuk dengan rambut basah. Bau shampo wangi keluar dari rambutnya yang lurus dan panjang.

"Kak Titien... jangan sekarang dong, Naya malu..." gadis itu menutupi wajahnya sekilas dan menyembunyikannya di dadaku.

"Gak apa-apa sayang, Kakak tidak marah asal Naya jujur!" Kembali aku mendesaknya.

Akhirnya Naya menceritakan kenapa ia sampai menyempong penis Shaun tadi sore. Ia menceritakan sejelas-jelasnya tanpa menutup-nutupi. Anak ini kalo sudah bicara pasti keceplos. Aku aja yang dengar jadi merinding... eh sempat terangsang sih. Sempat berulang kali menelan ludah menahan nafsu.

Naya... Naya, kamu genit banget sih. Bukan cuma genit, tapi suka bermain api... bagaimana kalo Shaun memaksa?

Kembali aku menasihatkan Naya untuk menjaga diri... bukan berarti ia tidak boleh melakukannya dengan Shaun, tapi Naya harus berpikir ke depan. Jangan merusak diri hanya karena nafsu sesaat.

"Terima kasih kak, itu yang Naya mau dengar dari Kak Titien. Tolong bantu ingatin terus yah, kak!" Gadis itu meyakinkanku... tapi diujing bibirnya ada senyum nakal.

"Sekarang Kak Titien tak bisa lari... malam ini tidur dengan Naya, dan toketnya jadi milik Naya malam ini." Naya berbalik memelukku dan tangannya sempat meramas dada kiriku.

"Eh... Naya, gak boleh dong! Ih... kok mesumnya ke kakak?"

"Hehehe... Kak Titien jangan oura-pura lagi, tadi waktu dengar cerita Naya Kak Titien udah nafsu kan? Hehehe"

Ihhh, nakal juga anak genit itu. Akhirnya aku bisa lolos setelah pake alasan sudah janjian putar film India dan nonton dengan Brian. Akhirnya berhasil keluar setelah toketku diremas-remas sampai terangsang...

Ih... sudah kubilang, hati-hati sama anak jahil itu.

-------

POV Naya

“Hahahaha” terdengar tertawa rame.

Film India yang kami tonton memang sangat seru dan lucu. Ternyata Brian dan Shaun baru sekarang menonton film “Three idiots”. Aku sudah agak lupa sih karena terakhir kali nonton masih waktu di SMA.

Malam ini kita hanya tinggal di kos, gak jadi keluar beli makanan. Jadi kami berada di family room lantai dua sementara menonton. Kami semua sudah capek hari ini banyak berenang, tapi ditambah dengan panjat pohon. Tetapi kayaknya kami lebih cape karena terlalu banyak tertawa. Ditambah cape ngemil sisa buah yang dibawa dari kebun.

Segera ruangan nonton tambah rame, karena ada dua anak kos yang ikut nimbrung dengan kita. Ada Della dan Landa...

Della, 19 mahasiswa asal Manado



Landa, 18 SMA asal Manado





Sebenarnya mereka berdua masih sepupuan, Della yang kakak adalah mahasiswa seangkatan dengan Naya hanya beda fakultas. Sedangkan Landa masih kelas 3 SMA, eh baru dapat pengumuman lulus.

Keduanya sebenarnya sudah liburan dan pulang kampung, tapi tadi sempat balik ke kos untuk belanja perlengkapan. Ada pesta atau acara di kampung mereka, jadi mereka belanja perlengkapan. Rencana akan nginap sampe akhir pekan.

Della dan Landa memiliki kecantikan gadis Manado, tetapi walaupun mirip tetap aja memiliki keunikan masing-masing. Della adalah gadis berwajah damai dengan rambut pendek dan cuek soal dandan, eh... bukan cuma dandan, ia sebenarnya cuek dalam segala sesuatu. Sebaliknya Landa si adik, sangat modis dan tidak mau keluar rumah tanpa memakai make-up. Ia masih tampak cantik di usia yang ke-17 walaupun kelihatan kurang natural.

Kecantikan mereka berdua cukup menonjol, karena keduanya biasa berpakaian seksi dan seadanya di dalam kos. Cantiknya sih kalah jauh dari Kak Titien.... eh juga aku, dong, tapi masih tergolong oke lah.

Selera keduanya dalam memilih pacar juga berbeda, Della suka sembarang cowok dan selalu berganti, namun Landa mau yang kelihatan urakan dan nakal tapi setia. Namun demikian mereka masih kelihatan segar. Sejauh ini cowok-cowoknya belum pernah nginap, eh belum ada yang ketauan sih! Mungkin saja mereka yang nginap di kos cowok.

Sejak berkenalan tadi sore, Della dan Landa kelihatan banget suka berdekatan dengan kedua cowok bule itu. Walaupun bahasa Inggris mereka terbatas, mereka tetap suka bercakap-cakap dan bercanda dengan Brian dan Shaun.

Dan sebagaimana biasanya, Brian bersifat sportif dan melayani persahabatan mereka dengan hangat, namun Shaun memang hobby “flirting” agaknya. Ia cenderung membuat mereka berbunga-bunga dengan rayuan-rayuan gombalnya...

Aku sendiri cuek aja, tapi Kak Tien jadi uring-uringan. Ia pasti menginginkan aku dekat terus dengan Shaun. Alasannya Cuma satu, masak sudah ciuman masih cari cewek lain.

Kedua cewek ini memang genit sih... mau aja dipegang-pegang oleh Shaun, eh malah di peluk-peluk. Tapi setiap kali Shaun memeluk mereka, matanya selalu lari ke aku... pasti ia mau ledek.

Aku aja yang malas melayani... eh gak mungkin kan pergi ke Brian yang maunya dekat-dekat terus dengan Titien. Ihhhh.... jelek!

Dan kami semua tertawa kuat-kuat menikmati adegan pidato yang sangat lucu di film tersebut. Brian dan Titien ikutan nonton, namun masih saja tetap duduk berdekatan. Film sudah hampir klimaks, tapi aku sudah mulai ngantuk, padahal baru jam 9 malam. Aku sebenarnya bukan ngantuk, tapi sebel lihat tingkah dua cewek itu yang sok memeluk tangan Shaun.

Pasti tangan Shaun sudah digesek-gesekkan di payudara mereka. Ih... mesum deh cowok itu, malah terus menyandar-nyandarkan badannya ke toket Della yang proporsional. Landa malah membiarkan dasternya tersingkap menampilkan paha yang putih.

Ih.... sebelll..... pasti Shaun sudah lihat-lihat mulusnya tubuh mereka, apalagi keduanya hanya pake daster satu tali yang pendek yang mungkin sudah menampilkan belahan toket.

Aku segera pindah tempat duduk disamping Kak Titien dan menyandarkan kepala di pundaknya. Tampaknya ia mengerti dan membiarkan privasinya terganggu. Ini semua karena ada dua anak kos itu sehingga aku malu mendekat.

Bikin malu ajah sih Della dan Landa... Kampungan banget! Masak pake show-off tubuh mereka di depan cowok. Mana ada gadis baik-baik seperti itu, Eh.. ada.... Pasti mereka kaget kalo aku bilang tadi aku telanjang bulat di depan Shaun dan Brian.

Semakin lama pisang goreng dan tahu isi di atas meja semakin ludes tak berbekas. Brian dan Shaun makan banyak, katanya enak. Mereka gak sangka kalo harga semuanya hanya 25 ribu. Aku pura-pura pulas tertidur, padahal masih mendengar cerita Brian tentang pengalamannya.

Titien suka bertanya tempat-tempat yang ia sudah kunjungi, dan ternyata Brian sudah banyak keliling. Menurutnya ia malah pernah tinggal 1 tahun lebih di Australia, tepatnya di kota Perth untuk mendalami musik. Brian juga sempat ikut dengan tour music selama dua minggu di kota-kota musik dunia, seperti Vienna serta Venice.

Banyak kota-kota di Eropa yang sudah ia kunjungi karena urusan musik. Dan dengan rinci Brian menjelaskan keunikan masing-masing kota, membuat Titien berbinar-binar ingin kesana.

“Hahahahaha” Suara tertawa Brian dan Shaun sangat nyaring membuat saya berdiri kaget.

Ternyata film sudah habis, dan Brian serta Shaun masih tertawa-tawa mengingat endingnya yang lucu.. Brian bahkan meminta copy file film tersebut untuk dibawa pulang. Walaupun film sudah selesai dan TV sudah mati, kita semua masih bercakap-cakap, belum ada yang ingin tidur.

Shaun masih asik bercanda dengan Della dan Landa. Eh.. mudah-mudahan Shaun cerita tentang petualangan dengan ku di air terjun tadi. Biasanya sih aku malu, sudah sempat mesum-mesum, tapi kini justru aku suka kalo Shaun cerita... supaya dua cewek ini gigit jari, hehehe.

“Oh…. Ahhh… Ahh…. Terus sayang!”

Terdengar suara desahan… aku kaget dan berpandang-pandangan dengan Titien. Setelah ditelusuri kayaknya datang dari kamar Brenda, yang terletak di lantai di bawah. Pasti cewek itu lagi mesum… mungkin lagi masturbasi. Suara desahan tambah kuat, membuat aku dan Titien berpandangan lagi. Segera aku pergi untuk melihatnya...

Eh... benar juga! Ternyata suara tersebut datang dari kamar Brenda, yang jendela atasnya terbuka penuh. Mungkin ia tidak menyangka dapat diintip dari lobi lantai dua yang pas lagi gelap, atau mungkin juga karena asik tidak perduli lagi kalo diintip. Saya mencari tempat yang terlindung, dan duduk di lantai memperhatikan mereka dengan lebih jelas.

“Astaga!” Saya kaget sekali. Kelihatan jelas di mata saya Edo sementara bercumbu dengan Brenda.

Brenda duduk di atas meja rias yang tinggi dan bajunya sudah terbuka, eh bahkan bra-nya pun sudah terbang entah ke mana. Kedua mereka sedang berciuman hanya menggunakan celana dalam yang tipis. Bibir Edo melumat bibirnya, dan ciumannya turun ke leher.

Sementara itu tangan Edo sudah bermain-main di payudara Brenda yang besar dengan puting yang menonjol, dan meremasnya berulang-ulang serta membuat gerakan memutar-mutar. Kayaknya ada adegan hot malam ini.

Tubuh Brenda sangat seksi... rambutnya dibiarkan terurai dan masih basah... mungkin barusan mandi. Kulitnya tidak seputih Shaun tapi lebih mengarah ke ‘suntan’ ciri khas gadis mediterania. Perutnya yang rata menyanggah toket yang besar dan membulat... pasti si Edo puas deh menggenggam dua payudara yang sekal itu.

Sejenak aku sadar sedang mengintip orang bercumbu! Ih… bikin malu saja. Tapi ini bukan salahku, siapa suruh jendela lebar-lebar. Ini sih show namanya….

----------

Ciuman Edo semakin ganas.. kini bibirnya sudah menetek di payudara indah milik Brenda. Wah… tubuh Brenda ideal banget, dengan toket yang besar dan membulat … eh agak turun sedikit sih, tapi itu karena toketnya menggunung.

Ciuman Edo semakin kuat, sementara tangan satunya mulai turun menjajaki daerah memek Brenda yang gundul dibalik CD sexynya. Brenda membuka kakinya lebar-lebar, memberikan jalan ke selangkangannya. Desahan Brenda semakin kuat, kayaknya nikmat sekali…

Ini dia... kepala Edo sudah sejajar dengan pangkal paha yang seksi itu dan Edo sempat memandang keatas, melihat Brenda yang tersenyum dan muka yang sudah menahan nikmat.

Perlahan-lahan Edo menurunkan CD sexy itu dan membiarkannya lusuh di mata kaki Brenda. Edo masih terdiam, memandang memek yang indah dan gundul itu. Brenda jadi malu, wajahnya merah dan sejenak menutup organ intimnya!

Tapi Edo hanya tertawa menyibakkan tangan Brenda, dan mulutnya mendekat... desahan nafas Edo sudah cukup membuat Brenda kembali terbuai dan menutup mata.

Akhirnya penantiannya berakhir juga... mulut dan lidah Edo menyentuh vaginanya dan menciptakan rasa geli yang nikmat.

Brenda semakin membuka pahanya... dan Edo semakin merapat... lidahnya menjilat-jilat dan kadang dibarengi dengan mulut yang menyeruput, membuka lapisan-lapisan dan menyibak labia dalam yang berwarna kemerahan. Mulut Edo terus mengobrak-abrik memek legit itu membuat Brenda kembali dibuai kenikmatan. Brenda masih mendesah kuat...

Jilatan lidah Edo di memek Brenda membayang di benakku dan tak sadar tanganku sudah memasuki dinding dalam CD-ku dan mulai membelai memekku. Kenikmatan Brenda agaknya dapat ku rasakan berpindah di tubuhku. Dan aku langsung terbuai dalam masturbasi yang sangat nikmat.

Kini Brenda hampir hilang kekuatannya... lututnya agaknya tak mampu lagi menyanggah tubuhnya... dengan cepat Edo membaringkannya di tempat tidur.

Di sana dengan kaki yang mengangkang Brenda tidak mampu bertahan lama... tubuhnya segera melengkung seperti bulan sabit... dan mengejang berkali-kali tanda orgasmenya sangat indah.

-----

“Ahhhh... ahhhh...” Kali ini terdengar suara laki-laki, ternyata Brenda sudah membalas dendam. Kini posisinya sudah berpindah ke atas tempat tidur.

Edo yang tidur terlentang sementara dioral oleh Brenda... kontol besar itu tertelan semuanya masuk sampai menyentu bijinya. Edo nampaknya nikmat sekali... hanya dalam waktu kurang dari 3 menit ia sudah hampir tidak tahan... Brenda terus mengeluarkan semua keahliannya menyempong...

Dan benar saja... ketika Brenda melepaskan kulumannya... tiba-tiba muncul 5 kali semprotan melambung tinggi... Brenda sampe kaget, tapi ia hanya tertawa... Dasar perjaka! Nafsu sudah diubun-ubun terus daya tahan lemah.

Brenda segera membaringkan tubuhnya di samping Edo... agaknya ia memberikan kesempatan cowok itu untuk istirahat sejenak sebelum masuk ronde ke-2. Ia mengangkat jari telunjuk dua tangan dan mengatakan kepada Edo skor sekarang 1 – 1.

Entah berapa lama mereka istirahat, tapi aku mau lagi. Setelah dikocok-kocok, batang Edo mulai bangkit lagi, dan Brenda langsung mencium bibir Edo. Kali ini Brenda ingin bertukar posisi... kepalanya di selangkangan Edo dan kepala Edo di selangkangannya... mungkin ini yang dimaksud orang 69.

Tak lama kemudian, kedua bibir dan lidah itu kembali bekerja, saling mengobel dan saling merangsang. Batang Edo sudah keras lagi... dan Brenda kembali merasakan cairan pelumasnya sudah datang.

Kali ini posisi berubah lagi, Edo masih terlentang dan Brenda berjongkok diatas kontolnya. Memeknya begitu jelas menelan kontol tegang dari Edo... dan mereka mendesah bersamaan.

Brenda mulai bergerak... memutar-mutarkan pinggulnya dan menjepit kontol Edo... posisi WOT yang sangat nikmat. Edo kelihatannya kenikmatan dengan goyangan Brenda, tapi ia belum tahu mau buat apa. Pantatnya hanya berdiam kaku menunggu tarian Brenda.

Kali ini Brenda merasa enak dan semakin mempercepat gencarannya. Iramanya sangat teratur dan goyangannya sungguh lihai... suatu hubungan seks yang sangat nikmat. Tampak ia hampir kepayahan memaksakan gerakannya, pasti cape karena Edo belum tahu mengimbanginya.

Edo dan Brenda sudah menganti gayanya, sekarang Brenda yang berbaring dan Edo yang menusuk. Kaki Brenda dikangkangkan selebar-lebarnya, dan kemudian diangkat memberikan akses kepada tusukan Edo sedalam-dalamnya. Edo kelihatan lebih menggila, tidak lagi pusing soal mengatur tempo... Ia menghentak terus menerus dengan semangat yang tinggi, walau tusukannya monoton, tetapi Brenda menyukainya. Gadis ini maklum, ini adalah seks pertamanya.


Walau monoton dan belum menguasai teknik, namun kontol Edo yang sangat keras membuat Brenda mendesah tak karuan. Gerakan Edo yang tidak menahan tenaga terus menusuk membuat gadis itu melayang. Ah... Brenda tahu Edo tidak lama lagi akan tiba puncak, maka ia juga harus berkonsentrasi agar bisa menikmati. Ia tidak pusing lagi dengan mengatur tempo tapi kini membuat gerakan menyambut tusukan itu supaya bisa mencapai titik terdalam. Kontol Edo yang sangat keras membuat ia cepat sampai...

Dan kini Edo berpacu mengejar orgasme dengan penuh semangat. Intensitas gerakan semakin cepat dan cepat, dan ahhhh.... Ia akhirnya keluar. Kembali semprotan dasyat dikeluarkan dari kontolnya yang kini melemas. Pada saat yang sama Brenda pun mengejang
nikmat. Ahhhh... ia sudah sampai, memang orgasmenya terkesan dipaksa dan tidak maksimal... yang pasti ia sempat merasakan nikmatnya ngemtot.

Edo masih kecapean. Tusukan yang ganas dan dalam sejak awal begitu menguras tenaga. Tapi ia sangat bahagia, bisa merasakan nikmatnya. Ini kali pertama ia ngentot dan pengalaman ini sangat berkesan baginya. Kontolnya mengecil dan secara alami keluar dari memek gadis cantik yang masih mendesah didepannya.

“Astaga, Edo.... kau buang di dalam?” Tanya Brenda.

“Astaga... aku... aku tidak tahu kalau ...” Edo tidak mampu bicara... ia kaget, baru disadarinya Brenda bisa saja hamil akibat perbuatannya. “OMG, Brenda... I’m so sorry!”

Edo kelihatan sangat takut dan menyesali perbuatannya. Ia menatap Brenda dalam-dalam... Brenda hanya memandangnya tersenyum.

“Congratulation, you’re a man now. Do you like it?” Edo hanya mengangukkan kepalanya.

“Kamu gak apa-apa aku buang di dalam?”

“Tenang saja ini bukan masa suburku! Aku tadi hanya mau membuat kamu sadar. Soalnya kamu tadi terlalu nafsu sih... buru-buru lagi.” Kata Brenda...

“Eh... how do I do it? Did you come out? I hope i dont robe your climax...” Kata Edo malu-malu.

Ia kini sadar gadis yang didepannya sudah sangat berpengalaman, dan ia belum tahu mengatur irama.

“Kau ku maafkan karena masih pertama. Aku juga keluar kok! Hanya kalau kamu tahu mengatur irama, aku bisa sampe 2-3 kali. Masak baru satu gaya sudah keluar, malu-maluin cowok” Brenda menjelaskan. "Terus tusukan kamu monoton, gak pake variasi.”

“Oh... nanti besok malam pasti sudah lebih jago.” Kata Edo

“Huh! Ngarap ...” Brenda tersenyum dan meledeknya.... namun kemudian Brenda menambahkan... “Dengar baik-baik Edo, besok kalau aku tidak puas, akan ku bilang kepada semua orang, kamu impoten! Hehehehe..., Gimana? Berani?”


---------

Orgasme Brenda membuat aku tambah bersemangat... tanganku yang satu sudah melepaskan dasterku dan masuk dibalik bra-ku... kembali toket dan memek ku menikmati gairah yang membara.

Aku masih menikmati belaian di tubuhku bajuku sudah tidak karuan lagi.. dan bra ku sudah lepas setengahnya. Aku kini membayangan bibir Shaun yang mampir ke tubuhku membelai bagian-bagian yang paling sensitif.

Untunglah mereka sempat beristirahat, karena aku juga sudah hampir kehabisan nafas... eh nikmat sekali. Bajuku yang sudah tersingkap sampai perut tidak kupedulikan lagi... Kedua tanganku kini membelai toket mungilku dengan keras... iya sih... masih mungil, tapi padat dan indah lho... hehehe. Tapi aku masih mengatur irama, menunggu hidangan utama...

Detik-detik Edo melepas perjakanya dan masuk ke memek Brenda menandai pula intensitas masturmasiku yang tadi sempat diulur karena istirahat. Jariku kembali mencari titik-titik sensitif pada vaginaku dan terus membelai clitorisku. Aku harus berhati-hati takut jangan kebablasan.

Sementara tangan yang satu sudah memutar-mutar payudara dengan intensitas utama pada bagian putingku yang sudah tegang. Oh.. Shaun.. Aku mendesah penuh gairah.

Desahanku kini tambah kuat... aku perduli lagi apa yang terjadi disekitarku, yang ada hanya gairah... dan tubuhku sedikit lagi akan sampe, “Aahhhhhh.....!” Aku mendesah berusaha mencari kepuasan ku... kini posisiku sudah berbaring di karpet menunggu orgasme yang sudah sangat dekat. Tiba-tiba sesuatu terjadi, suatu cahaya terang menyilaukan menerpa mataku membuatku buta untuk sekejap. Aku jadi kaget... yah.., gak jadi eh.,,

Perlahan-lahan mataku mulai terbuka... aku mulai menyadari kejadian di sekelilingku... ruangan ini sudah terang benderang, siapa yang pasang lampu? Ih gak tahu diri, bikin kentang orang.

“Sudah selesai?, sayang, Gimana? Enak?” Tiba-tiba aku mendengar suara Shaun dari sampingku.

“Astaga! Shaun, pergi sana ...” Aku malu sekali, rasanya ingin sembunyi.

Pakaianku berantakan, pasti Shaun sudah melihat toket dan memekku yang sudah tersibak. ‘What the hell... ia sudah lihat sih waktu di kamar mandi.’ Aku justru tertawa menutupi rasa malu.

“Naya... tadi kamu panggil-panggil namaku, masakkan sekarang kau suruh pergi” Astaga, ternyata Shaun dengar desahanku tadi. OMG!

Di saat rasa malu semua memuncak, aku tiba-tiba berdiri dan.... membuat suatu hal yang pasti membuat ia bingung.

Aku menarik tangan Shaun dan menariknya berlari ke kamarnya. Brian dan Titien memandang kami dengan bingung ketika melihat kami lewat dan berlari masuk ke kamarnya Shaun.

Bersambung

 
Terakhir diubah:
Emang keren deh ni cerita

Kripik sikit dong suhu.. Saya baca pake hape.. Kalo sentuh layar kok langsung ke block semua ya.. Dan kalo di sentuh lagi langsung masuk ke imagebam.. Agak mengganggu kenyamanan membaca nih suhu..
:ampun:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd