Mulustrasi cerita, tokoh utama:
Titien Mokoginta, gadis Manado umur 21 thn
http://www***mbar123.com/mantap_834557c1e483b0fca5690d7d479d9147349ed8e5.html?id=a65b8a416faHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzgyYzBjNjUyOTYyNjUyNy5qcGc%3D&hash=031ac01d2b11b6d51f6e968f3936a87e2ae4cfd7
Naya Tan, gadis Manado/keturunan Chinese umur 19 thn
http://www***mbar123.com/mantap_16871.html?id=30ed1a05d7aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzMzNmIzMzUyOTYyNjUzOS5qcGc%3D&hash=3e51437fc7bdee6af58c3e6d456b9dd9fa9e1799
Edo Putra, cowok Manado umur 23 thn
http://www***mbar123.com/sateayam_508ea89c4cd94e228255c8109de64ecbbe3c814d.asp?id=e9e40e88ebaHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzI5ODE2MDUyOTYyNjU3MC5qcGc%3D&hash=3efdd77d9fc24ceb0c529415f3e7b62c57b83c90
Brian Solomon, cowok California berdarah British/Irlandia umur 24 thn
http://www***mbar123.com/bakso_99438.html?id=8a9715f840aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2RjNTcxMzUyOTYyNjU1MC5qcGc%3D&hash=faa182fc773fd2f98c19f421a9b0e2c297aee907
Brenda Marciano, gadis California berdarah Itali umur 23 thn
http://www***mbar123.com/bakso_38892.jsp?id=bf3695b39daHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2IxZjI3ZjUyOTYyNjUzMy5qcGc%3D&hash=3408eb6dac613df58c57aeedc9edd6e48c32343b
Shaun Garcia, Cowok California berdarah Rumania, umur 25 thn
http://www***mbar123.com/abrakadabra_16589.jsp?id=8d43cb6c30aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2JiMWVjMDUyOTYyNjU2Mi5qcGc%3D&hash=e397f7b7a3dae7e3ed948a67ed1bd77eb57aaeaf
Episode 11 The white snake legend
POV Brenda
Tadi aku pikir pergi ke kebun tadi adalah hal yang paling luar biasa dalam liburan hari ini. Eh ternyata tidak.
Dari tempat tersebut kami naik mobil sekitar 5 km menuju salah satu objek wisata di Sulawesi Utara yang bernama air terjun Tunan. Saja jadi penasaran dengan cerita Titien yang menggambarkan air terjun yang masih alami dan terletak di tengah-tengah hutan tapi dapat dijangkau dengan mobil. Pasti ini menarik…
Setelah mobil di parkir di ujung jalan, kami berjalan kaki menuju lokasi. Dari sini mobil tidak bida masuk lagi karena mentok di sungai. Namun, tetap ada jalan ke air terjun. Jalannya dibuat dari beton khusus untuk pejalan kaki dengan dua buah jembatan menyebrangi sungai kecil.
Kami membawa kembali baju basah supaya bisa mandi-mandi lagi di air terjun. Tampaknya suasana menjanjikan bagi kami semua, sayang Brian dan Shaun sudah kehilangan boxer mandi mereka.
Di sini sudah terasa udara yang alami, dan hawa yang sejuk. Perjalanan menyusuri sungai kecil sambil mendengar bunyi air seakan menghibur jiwa kami. Brian dari tadi tidak berkata apa-apa. Aku tahu pasti gayanya yang seperti itu, pasti muncul lagi jiwa seninya. Palingan satu lagi musik yang indah siap tercipta dari otak brilian itu.
Liburan ini ternyata membuat dia semakin kreatif, seperti Brian yang dulu…. Kekosongan yang ditinggalkan gadisnya dulu seakan mulai terisi, apa lagi ada Titien yang disampingnya. Gadis cantik yang enak dipandang, mana bisa Brian menampik senyumnya yang manis alami. Kini cowok itu bagaikan anjing yang sudah diikat lehernya, tidak berani lagi macam-macam. Hehehe...
Titien… Titien… seharusnya ia ku benci karena mengambil cinta cowok yang selalu ku naksir. Tapi bagaimana mungkin aku membencinya sementara ia sangat baik kepadaku… eh… kepada kami bertiga. Ia seakan mengerti apa yang ku inginkan.
Dan sejauh ini, tour yang dirancangnya membuatku lupa akan komputerku. Baru sekarang aku bisa 4 hari hidup tanpa media sosial, tak pusing soal internet ataupun semua kewajibanku. Ini betul-betul liburan.
Ku lirik Brian yang masih diam, jalan termenung bahkan menutup mata untuk lebih menghayati alam ini. Disampingnya Titien yang masih aja memegang tangan Brian, sambil membuka catatan-catatan kecil. Pasti informasi yang dihimpunnya soal tempat ini.
Shaun dan Naya sibuk bercanda dibelakang, tak henti-hentinya si gadis manis tapi ceriwis itu berdebat dan bercanda dengan Shaun. Baru sekarang saya melihat Shaun ketemu tandingannya.
Brian dan Shaun adalah dua orang paling dekat dengan ku. Mereka mau aja terus berteman meskipun orang-orang lain menjauhiku setelah mengenalku lebih dekat. Yah, cowok-cowok banyak mendekatiku karena tampangku doang. Pasti setelah sekian lama mereka mulai perlahan-lahan menjauh, entah karena tidak dapat merayuku ataupun karena sudah sempat mencicipiku.
Aku sih cuek aja, asal sama-sama senang. Kan gak ada yang dirugikan. Tapi kini aku mengerti arti teman. Hanya Brian dan Shaun yang tauh siapa diriku sebenarnya, dan tak pernah sekalipun mereka menganggap aku cewek murahan.
Titien membisikan sesuatu lagi kepada Brian yang hanya tersenyum. Brian tampak bahagia! Aku hanya bisa mendoakan mereka. Aku mengerti siapa aku yang tidak cocok dengan Brian. Aku sudah bahagia bisa menjadi teman dekatnya. Dan aku justru senang gadis yang menjatuhkan hatinya adalah seorang yang seperti Titien, polos…. ayu… penuh perasaan… sensitif.
Awas kau Titien kalau kau hanya memberi harapan palsu pada cowok itu. Aku tauh Brian kelihatan tegar, tapi ia cowok yang rapuh, mudah terbawa oleh perasaan. Dan rasa cintanya sangat dalam, sehingga kalau ia sakit hati akan lama terobati.
Buktinya ia bela-belain datang ke Manado, yang nota bene adalah kampung halamannya pacarnya dulu, si Deyana. Walaupun sudah setahun lebih, tapi Brian mau mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya. Siapa sangka ia justru kecantol lagi dengan gadis Manado.
Eh… Naya dan Shaun sudah jauh di belakang. Sempat-sempatnya mengambil foto selfie dengan latar sungai. Gadis mungil dan lincah itu memang selalu membuat sekelilingnya ceria. Penuh canda dan tawa, eh tapi ia juga berani dan jahil loh. Jangan berani tantang taruhan… pasti ia siap melayani.
Tapi kayaknya ada yang kurang…. Mana si Edo? Eh ternyata ia jauh tertinggal di belakang. Soalnya dia disuruh membawa barang-barang yang berat… Edo orangnya plin-plan, mau-mau aja diatur-atur. Dia hanya berani kalo ada teman, dan suka show off.
Dari gayanya aku gak perlu tunggu lama. Pasti setiap ketemu orang yang dikenalnya, langsung aku diperkenalkan sebagai pacarnya... seperti tadi malam kepada anak-anak kos lainnya. Eh, sejak kapan atuh aku menerimanya. Mentang-mentang sudah melihat tubuh indahku terus menganggap aku miliknya, cape deh...
Tapi Edo pinter juga sih memuaskan wanita… eh memuaskan aku! Jarinya jago juga… saya sampai kaget kalo ternyata ia masih perjaka… malah oral aja belum “Hahahaha… cowok setampan masih perjaka? Am I still on earth? Cape deh!”
Tapi mungkin ia masih perjaka karena keinginannya terlalu tinggi. Ia hanya mau pacaran dengan gadis secantik Titien atau Naya. Susah sih targetnya ketinggian, karena dua gadis itu jarang ada saingannya.
Harusnya ia belajar seperti Shaun yang ekspektasinya diturunkan jauh, cewek gak jelas aja ia tetap mau pacarin. Jangankan Naya, pembantu di kos aja dia mau.... gak heran ia langsung jatuh-bangun karena kecantol dengan cewek lincah dan centil ini.
-----
Akhirnya setelah berjalan sejauh 1,5 km, kami tiba di air terjun. Dari kejauhan sudah kedengaran bunyi air yang ribut. Wah… indah sekali, air yang turun dari tebing batu vertikal. Volumenya sih gak banyak, hanya sebuah sungai kecil. Tapi keindahan alam sekitar masih original, membawa suasana mistis.
Udara dingin berhembus menusuk tulang belakangku yang hanya dilapisi oleh tanktop tipis. Dan yang terbaik dari tempat wisata ini, adalah ternyata kami berenam adalah satu-satunya manusia ditempat itu.
----------
“Byurrrr”
Kelihatannya enak sekali. Air terjun ini sangat segar dan alami. Di bagian bawah kolam tempat mandi dan kedua gadis tour guide kami sudah ikutan menceburkan diri ke air. Aku lompat ke kolam dari batu yang ada di sebelah kanan, agak takut juga karena ketinggian batu itu sekitar 2.5 meter dari air.
Kami bertiga mandi dengan ramenya sambil bercanda, sementara ketiga cowok sekarang hanya bisa nonton dari atas batu. Ternyata di dalam air tidaklah sedingin di luar air, padahal tadi aku sudah kedinginan, kini terasa adem aja.
“Nay... hati-hati!” Titien kembali memperingatkan gadis nakal itu. Ia malah tertawa-tawa duduk tepat di bawah curahan air, dan memberikan punggungnya untuk di pijat. Melihat ia begitu enak, Titien dan saya pun mulai ikutan menikmati.
“Guys, come on in!”
Aku kembali memanggil mereka. Edo segera mengganti baju sedangkan Shaun dan Brian tak bergeming. Shaun malah sudah mengeluarkan kamera besarnya yang sempat dipakai tadi. Kamera professional itu memang kesukaannya, dan baru tadi pagi dikeluarkan dari koper. Shaun menyesal lupa membawa kamera waktu ke Bukit Kasih. Untunglah kali ini tidak lupa lagi.
Shaun adalah seorang mahasiswa Biologi, dan Ia sangat mencintai alam. Dari tadi ia sudah mengambil gambar ratusan jenis pohon, dan binatang-binatang yang ditemuinya. Menurut Shaun jenis pohon dan binatang di tempat ini unik dan tidak seperti yang ditemui di tempat-tempat lain. Mungkin ia akan menggunakan waktu disini untuk lebih banyak memperlajari alam.
Saya juga baru tahu kalo Shaun punya kamera bagus dan suka fotografi. Waktu ditanya dia bilang ini bukan hobby, tetapi kebutuhan. Ahli biologi harus memiliki kamera yang bisa zoom objek supaya dapat foto binatang.
“Byurrr” Edo melompat mengikuti caraku.
Bergantian kami berempat juga turut melompat dari batu, sementara diabadikan oleh Shaun dengan camera menggunakan mode high speed.
Selain itu karena cameranya memiliki kekuatan lensa yang tinggi, maka kami minta di foto bergaya macam-macam pas di bawah air terjun. Titien malah bergaya seperti seorang biksu yang sedang semedi, sementara Naya dengan gaya centil menunjukkan kemolekan tubuhnya yang basah dengan gaya yang panas menantang. Pasti Shaun sudah panas dingin menyapu bersih kulit mulusnya menggunakan kamera.
Setelah kami merasa segar menikmati mandi-mandi di air terjun Tunan, kami menyadari kalo Brian dan Shaun dari tadi belum mandi. Pantesan terasa sunyi, kayak ada yang kurang.
“Romeo, Dickhead... ayo dong, tinggal kalian yang belum turun mandi.” Sekali lagi aku panggil.
“Bukannya kami tidak mau, Nerd-ho, tapi celana pendekku sudah hilang tadi!”
Aku lupa kalo mereka berdua sudah tidak lagi punya baju mandi.
“Yah, rugi deh, jauh-jauh jalan ke sini kalian tidak mandi.”
“Kalo mo mandi, bugil aja kalo berani!” Naya menantang mereka. Gadis itu memang berani sekaligus ceroboh... eh suka mementang bahaya.
“Naya, husssshhh!” Titien mencegah.
Tapi Naya terus menantang. “Ayoo kalo berani, hanya kita kok di sini! Aku dan Kak Titien juga sudah lihat punya kalian tadi!”
“Astaga!” Edo sampe kaget. Aku juga bertanya-tanya, kapan mereke melihat batang Shaun?
“Naya!”
Titien pergi menutup mulut gadis itu. Naya sendiri kelihatan kaget. Mungkin ia baru sadar sudah keceplosan bicara. Ia hanya tertawa, tetapi wajah sudah merah seperti udang, eh... semerah pipinya Titien.
Aku coba berpikir apa yang terjadi... palingan mereka berdua melihat Brian dan Shaun keluar dari kolam ikan. Pasti seru membayangkan dua cowok dengan kontol besar lari-lari telanjang dari kolam ke kamar mandi.
Apa lagi ada banyak orang di sana. Kontol Brian sih aku belum tahu, tapi sempat ku dengar mereka berdua saling ledek. Kontol Brian lebih panjang sedikit dari kontol Shaun dengan diameter yang sama, padahal selama dalam petualangan seksku kontol Shaun sudah termasuk ukuran jumbo, dan paling jago menyenangkan wanita.
Jadi penasaran sama milik Brian, apa lagi ia sudah janji akan melaksanakan ‘vow’nya kepadaku di liburan ini. Pasti menyenangkan... hehehehe... aku mulai berpikiran mesum lagi
Edo masih aja tanya-tanya apa yang terjadi, tapi Titien dan Naya tetap tutup mulut sambil tertawa-tawa malu. Mereka sudah berjalan menghindar pergi ke tepian air. Edo masih aja mendesak, dasar....!
Terpaksa kami berdua mengikuti dua gadis manis itu sampai ke tepi. Akhirnya Titien mencoba memberikan jawaban diplomatis.
“Tadi di dekat telaga ada dua cowok lagi jualan terong yang nampak bergoyang-goyang ketika mereka lari dari kolam ke kamar mandi!”
Titien memberikan garis besarnya. Saya dan Naya hanya tertawa walaupun menduga ada yang disembunyikan.
“Jadi intinya kamu lihat Brian dan Shaun lari telanjang?”
Titien hanya menganggukkan kepala menjawab pertanyaan Edo.
“Eh, tunggu! Kejadiannya setelah kamu mengocok kontolku atau sebelumnya?” Tanya Edo masih penasaran!
“Apa?” “Astaga?”
Naya dan aku sampai kaget dengar perkataan Edo. Jadi tadi Titien sempat mengocok kontol Edo? Wah skandal besar ini. Titien merah sekali... tangannya langsung memukul-mukul gemes punggung Edo, yang hanya minta-minta maaf sudah keceplosan.
Naya merasa kasihan, langsung memeluk tubuh Titien yang masih merah karena malu. Tapi aku malah mendengar bisikannya di telinga Titien....
“Kak Tien, gimana dong kontolnya? Keras ngak?” Titien hanya mencubit pinggang Naya karena gemesnya.
Naya belum puas meledek, “Wah, Kak Titien hebat deh, sudah dua kontol yang dikocok, berikut tinggal .... Ahhhhh!”
Aku jadi senyum-senyum sendiri mendengar canda dua gadis perawan ini. Ternyata diam-diam mereka mesum juga. Hehehe.... aku juga bangga karena kontol Edo yang cukup besar namun keras seperti kayu itu sudah sempat ku oral ... Eh iya, oral pertamanya yang terganggu dengan kenakalan dua anak ini.
Naya tidak sempat menyelesaikan kata-katanya, ia sudah diserang oleh Titien yang meremas kedua toket gadis mungil itu. Karena baju yang dipakai tipis dan basah, bayangan toket Naya jelas terlihat oleh saya dan Edo.
Titien terus menyerang toket Naya, kini putingnya jelas tercetaj dari luar. Edi sampi terbelalak melihat pemandangan seksi itu, pasti ia gak lama lagi ia coli.
“Kak Titien, sudah dong... ada Edo!” Titien baru sadar sudah sempat memberikan pemandangan yang indah kepada Edo.
Pasti si cowok mesum itu sudah terangsang, wajahnya sudah mupeng, dan celananya sudah nampak mengelembung.
POV Brian
“Byurrrrrr” Suara apa itu? Kami berempat jadi terkejut.
“Ih... naik cepat! Ada ular ...! ayo lari....?!?” Teriakku dari atas batu besar.
Naya tampak kebingungan, tapi ketika aku bilang ular semua langsung naik ke atas batu. Aku tidak tauh apakah waktunya tepat, tetapi kelihatannya mereka mulai melupakan urusan Edo dan Titien tadi.
“Apa... Ular? Ih.....”
Pandangan kami mencari-cari apa gerangan bunyi yang kuat tadi... eh akhirnya muncul juga. Tampak Shaun keluar dari air dengan innocentnya tanpa mengenakan sepotong kain pun.
Kami berempat jadi kaget, ternyata Shaun beneran mandi telanjang. Ketika mendengar ada ular ia juga cepat berdiri di atas salah satu batu terdekat tanpa menyadari ketelanjangannya.
"Awas, semua hati-hati. Ada ukar putih ikutan mandi..." aku tertawa kuat-kuat membuat cewek-cewek di bawah segera mengerti ukar yang aku maksud tagi.
Seruan ku yang langsung disambut oleh tawa Titien dan Naya. Shaun langsung balik belakang, ternyata malu juga diledek kami.
“Astaga, Dickhead..... kirain ada apa, ternyata ada ular putih!” Brenda tambah meledek Shaun.
Shaun berpaling kepadaku... mukanya tampak begong...
“Hey, Romeo... ngapain kau, ayo turun! Katanya kamu lompat sesudahku...! Shaun berteriak...
Seruan Shaun hanya kujawab dengan gerakanku sementara mengambil gambar menggunakan kameranya. Kontolnya Shaun sudah menjadi objek foto-foto dari tadi.... Aku nampak tergesa-gesa memakai kembali kaosku.
"Astaga... jadi ini perbuatan Romeo, yah!" Brenda langsung mengerti bahwa Shaun tadi dikerjain tadi.
Aku memang menipu Shaun, membuka baju pura-pura akan terjun mandi, dan menyuruhnya lompat duluan.
“Dickhead... sorry aku gak jadi mandi. Ada pemandangan bagus dari atas ini, aku foto-foto aja yah!”
"Benar-benar Romeo, deh. Jago mengerjain orang dengan classy-nya" Brenda memberikan jempol kepadaku. Sementara Titien dan Naya dari tadi diam aja... ap sudah terpesona dengan ular putih, yah?
Kami berempat ketawa lagi... kasian si Shaun.
------
POV Naya
Setelah kami menemani Shaun mandi, kami ganti baju untuk pulang. Udara sudah semakin dingin, karena malam hampir tiba. Titien dan aku pergi ganti baju duluan. Kami merasa jengah lama-lama dengan Shaun yang telanjang bulat. Dari tadi juga
Kami berdua mandi tidak mau dekat-dekat Shaun.
Karena kamar mandi yang ada hanya dua buah, Brenda dan Edo harus menunggu aku dan Titien selesai baru ganti baju. Shaun paling terakhir, apalagi dia masih suka berenang.
Setelah selesai, saya pikir semua kelucuan sudah berakhir, ternyata masih ada lagi. Dengan iseng Brian meminta aku membawa tas berisi baju kering milik Shaun tanpa bilang-bilang. Aku dan Titien disuruh jalan duluan bersama Brian.
Belum 100 meter berjalan, Shaun keluar kamar mandi masih dalam keadaan bugil. Ia kelihatan bingung mencari-cari baju ganti. Akhirnya ia lihat di kejauhan bajunya lagi dibawa oleh ku.
"Naya, Naya! Eh tunggu aku!" Shaun mengejar ku. Ketika berpaling, aku jadi ketakutan ada cowok berbadan besar serta terong gantung brondong yang berlari mengejarku.
"Eh... ampun, tolong! Ada ular putih!" Aku berteriak antara takut tapi lucu.
Atas anjuran Brian, aku sudah lari duluan ke mobil sambil dikejar-kejar Shaun. Aku tidak mengerti kenapa ia mengejarku...
Setelah berlarian sepanjang lebih 300 meter, jarak antara aku dan Shaun makin dekat, tapi kami masih terus berkejaran. Aku sudah sangat cape dan siap untuk menyerah ketika tiba-tiba melihat kodok berada 2 meter didepan menghadang jalanku.
"Ah... tolong, Shaun!" Segera aku berhenti dan berbalik meminta perlindungan Shaun.
Dengan cepat aku berada dalam pelukannya dan menyembunyikan kepala di dadanya karena takut. Untunglah Shaun segera memelukku dan mengusir kodok tersebut.
"Sudah, tenang Nay. Kodoknya sudah lari... kodoknya takut sama ular" Shaun menghiburku tapi masih sempat juga bercanda.
Pelukanku segera terlepas mendengar kata-katanya tadi. 'kodok takut ular!', tanpa sadar aku melirik ke bawah...
"Astaga! Ih...." aku baru sadar Shaun masih telanjang, dan ular putih itu masih saja bergantung dengan gagahnya dan bergoyang-goyang. Aku tak bisa lari karena Shaun memegang tanganku.
"Ih, jelek! Sopan dong sedikit. Masak dari tadi gak pake baju." Aku mencoba melepaskan diri dari padanya sambil memalingkan wajah.
"Justru itu, Cantik... baju gantiku ada di tas itu." Shaun membela diri, dan menunjuk ke arah tas miliknya. Astaga, jadi selama ini ia mengejarku karena pakaiannya terbawa olehku? Aku jadi geli sendiri. Pantas ia ngos-ngosan mengejarku.
"Dickhead..., ayo cepat pake celana!" Shaun hanya senyum-senyum memandang wajahku dengan pandangan mesum.
"Hehehehe, Naya... sekarang kau tidak bisa lari lagi. Naya harus mengocok dulu kontolku baru aku lepasin." Si brengsek itu memanfaatkan situasi.
"Ih... gak mau! Kocok aja sendiri..." Aku coba menghindar...
"Naya sayang, ayo dong selesaikan tugasmu di kamar mandi tadi... kalo tidak aku akan teriak supaya orang- orang datang lihat kita berdua!" Shaun meneggunakan segala cara, mulai dari rayuan sampai ancaman.
Aku melihat keliling, kayaknya ada orang yang bekerja di kebun-kebun sekitar. "Wah... bisa jadi skandal kampung ini, ada gadis manis dan bule telanjang!"
"Eh... gak mau!" Shaun kembali menggunakan kesempatan, tangan kirinya mengrepe-grepe dadaku. Aku tidak bisa menghindar, karena tanganku yang bebas dipakai untuk menahan kontolnya yang ditempel-tempelkan ke badanku
Aku jadi terdiam, dan membiarkan saja tangan Shaun menarik tanganku untuk menggenggam kontolnya. Tanganku mulai bergerak sambil pikiranku berjalan, 'wah, bagaimana kalo ada orang lihat? Apalagi pasti Kak Titien sudah dekat?'
"Dickhead, jangan di sini yah, takut ada orang, di mobil aja, yah?" Aku menunjukkan kunci serep mobil kepadanya.
"Ayooo... tapi ingat, janji harus kocok sampe keluar!"
Aku tak mau lama-lama langsung mengiyakan saja, dan ikut berlari bersama Shaun. Sementara berlari pandanganku terus melirik ke arah bawah, ular putih brondongku!'
-----
"Ah..., Naya aku mau mengentot memek sempitmu... aku akan membawamu ke awan-awan, ah Naya kau tak bisa lari lagi dari kontolku.... memek mungilmu akan ku entot dengan cepat ... aku ingin doggy dengan mu, Naya... ahhh .... tiap malam aku bermimpi sedang membelah keperawananmu dan membuat kamu orgasme ..."
Shaun benar-benar tenggelam dalam nafsunya sementara kontolnya ku kocok. Mulutnya terus mengeluarkan kata-kata tidak senonoh... yang membuat aku jengah. Eh... Ternyata ia terus memimpikanku.
Mendengar kata-kata mesum Shaun, lama-kelamaan membuat aku jadi bangga. 'Jadi selama ini tubuhku jadi bahan colinya. Wah...' siapa gak bangga kalo tubuh kecil ini ternyata punya seks appeal tinggi. Aku semakin bersemangat mengocoknya.
Setelah diperhatikan baik-baik, ternyata kontol Shaun sangat garang dan kekar, benar-benar kontol laki-laki sejati. Bentuknya lurus simetris dan agak bergerigi di perbatasan helmnya. Ukurannya jauh diatas rata-rata, dan cukup panjang serta nampak berotot. Selain itu kontol tersebut tampak beringas oleh bulu-bulu yang lebat.
Tangannya tidak tinggal diam terus meramas toketku dari luar, tetapi tangan Shaun sangat cekatan sehingga tanpa disadari kaosku mulai terangkat. Kini tangannya mulai mencari-cari kancing bra-ku.
Aku semakin mempererat kocokanku, menggunakan dua tangan sehingga lebih terasa. Shaun terus larut dalam desahannya sementara tubuhnya yang terlentang mengangkang terus tersentak menahan nikmat.
"Astaga.... Eh!" Aku tersentak ketika bra-ku terbuka dan tangan Shaun bebas menjelajahi dadaku. Toketku segera berada dalam genggamannya, dan pentilku terus menjadi sasaran serangan jarinya.
Aku tahu Shaun sudah dekat orgasme dan terus menambah irama dan intensitas kocokanku. Aku tak perduli lagi atas pertahanan diri, aku telah terbuai... fokusku kini pada seranganku berharap Shaun akan sampai duluan.
'Gila...! Hebat sekali daya tahan cowok ini! Masak dari tadi sudah diajar habis-habisan tidak juga keluar. Bahaya ini... tangan Shaun kini bergerak menuju memekku dan mulai membelai organ vitalku dari luar. Aku sudah kepayahan... kini jarinya sudah membuka kancing celanaku dan menurunkan ritslitingnya.
Kembali ku meningkatkan daya serangku dan membiarkan memek kecilku rentan terhadap serangan jarinya, eh... CD ku dengan mudah dipinggirkannya dan tangannya sudah membelai langsung memekku. Ah... aku juga hampir dapat...
Disaat-saat genting ini, terpaksa aku harus menggunakan senjata pamungkasku...
"Blupppp!" Kontol Shaun masuk ke mulutku dan terus sampai menjangkau kerongkonganku ... semponganku mulai intensif menyerang helmnya... akhirnya Shaun menyerah juga... tembakan demi tembakan kurasakan... dan peju hangat Shaun keluar begitu banyaknya.
Shaun sempat menegang sekitar 10 detik, dan tanpa ditahan-tahan lagi melepaskan seluruh nafsunya. Ia kini terkulai lemah... tidak bergerak dengan wajah yang tersenyum menggambarkan kepuasan luar biasa.
Aku masih bingung... semuanya terjadi begitu cepat.
"Ih... apa ini?" Ternyata Shaun menyemprot di dalam mulutku. Astaga! Gimana ini... mulutku masih belepotan, sebagian sperma sudah memeleh di bibir bawah dan daguku,).Aku tidak bisa bicara lagi... kini hanya diam mencari tempat untuk mengeluarkan cairan itu.
"Astaga, Naya! Kok bisanya kamu mesum di mobil?" Astaga.., Titien datang langsung membuka pintu. Ia pasti melihat kontol Shaun yang terbuka serta sebagian peju Shaun di mulutku. Aku tidak bisa bicara... tak mampu menjelaskan. Ahhhh.... aku malahan mencoba menelan sperma Shaun sedikit demi sedikit.
Untung saja Kak Titien mengerti dan langsung menutup pintu. Dari kaca mobil yang gelap ia menarik tangan Brian menjauh, memberikan aku kesempatan untuk beres-beres.
Titien Mokoginta, gadis Manado umur 21 thn
http://www***mbar123.com/mantap_834557c1e483b0fca5690d7d479d9147349ed8e5.html?id=a65b8a416faHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzgyYzBjNjUyOTYyNjUyNy5qcGc%3D&hash=031ac01d2b11b6d51f6e968f3936a87e2ae4cfd7
Naya Tan, gadis Manado/keturunan Chinese umur 19 thn
http://www***mbar123.com/mantap_16871.html?id=30ed1a05d7aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzMzNmIzMzUyOTYyNjUzOS5qcGc%3D&hash=3e51437fc7bdee6af58c3e6d456b9dd9fa9e1799
Edo Putra, cowok Manado umur 23 thn
http://www***mbar123.com/sateayam_508ea89c4cd94e228255c8109de64ecbbe3c814d.asp?id=e9e40e88ebaHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzI5ODE2MDUyOTYyNjU3MC5qcGc%3D&hash=3efdd77d9fc24ceb0c529415f3e7b62c57b83c90
Brian Solomon, cowok California berdarah British/Irlandia umur 24 thn
http://www***mbar123.com/bakso_99438.html?id=8a9715f840aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2RjNTcxMzUyOTYyNjU1MC5qcGc%3D&hash=faa182fc773fd2f98c19f421a9b0e2c297aee907
Brenda Marciano, gadis California berdarah Itali umur 23 thn
http://www***mbar123.com/bakso_38892.jsp?id=bf3695b39daHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2IxZjI3ZjUyOTYyNjUzMy5qcGc%3D&hash=3408eb6dac613df58c57aeedc9edd6e48c32343b
Shaun Garcia, Cowok California berdarah Rumania, umur 25 thn
http://www***mbar123.com/abrakadabra_16589.jsp?id=8d43cb6c30aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2JiMWVjMDUyOTYyNjU2Mi5qcGc%3D&hash=e397f7b7a3dae7e3ed948a67ed1bd77eb57aaeaf
Episode 11 The white snake legend
POV Brenda
Tadi aku pikir pergi ke kebun tadi adalah hal yang paling luar biasa dalam liburan hari ini. Eh ternyata tidak.
Dari tempat tersebut kami naik mobil sekitar 5 km menuju salah satu objek wisata di Sulawesi Utara yang bernama air terjun Tunan. Saja jadi penasaran dengan cerita Titien yang menggambarkan air terjun yang masih alami dan terletak di tengah-tengah hutan tapi dapat dijangkau dengan mobil. Pasti ini menarik…
Setelah mobil di parkir di ujung jalan, kami berjalan kaki menuju lokasi. Dari sini mobil tidak bida masuk lagi karena mentok di sungai. Namun, tetap ada jalan ke air terjun. Jalannya dibuat dari beton khusus untuk pejalan kaki dengan dua buah jembatan menyebrangi sungai kecil.
Kami membawa kembali baju basah supaya bisa mandi-mandi lagi di air terjun. Tampaknya suasana menjanjikan bagi kami semua, sayang Brian dan Shaun sudah kehilangan boxer mandi mereka.
Di sini sudah terasa udara yang alami, dan hawa yang sejuk. Perjalanan menyusuri sungai kecil sambil mendengar bunyi air seakan menghibur jiwa kami. Brian dari tadi tidak berkata apa-apa. Aku tahu pasti gayanya yang seperti itu, pasti muncul lagi jiwa seninya. Palingan satu lagi musik yang indah siap tercipta dari otak brilian itu.
Liburan ini ternyata membuat dia semakin kreatif, seperti Brian yang dulu…. Kekosongan yang ditinggalkan gadisnya dulu seakan mulai terisi, apa lagi ada Titien yang disampingnya. Gadis cantik yang enak dipandang, mana bisa Brian menampik senyumnya yang manis alami. Kini cowok itu bagaikan anjing yang sudah diikat lehernya, tidak berani lagi macam-macam. Hehehe...
Titien… Titien… seharusnya ia ku benci karena mengambil cinta cowok yang selalu ku naksir. Tapi bagaimana mungkin aku membencinya sementara ia sangat baik kepadaku… eh… kepada kami bertiga. Ia seakan mengerti apa yang ku inginkan.
Dan sejauh ini, tour yang dirancangnya membuatku lupa akan komputerku. Baru sekarang aku bisa 4 hari hidup tanpa media sosial, tak pusing soal internet ataupun semua kewajibanku. Ini betul-betul liburan.
Ku lirik Brian yang masih diam, jalan termenung bahkan menutup mata untuk lebih menghayati alam ini. Disampingnya Titien yang masih aja memegang tangan Brian, sambil membuka catatan-catatan kecil. Pasti informasi yang dihimpunnya soal tempat ini.
Shaun dan Naya sibuk bercanda dibelakang, tak henti-hentinya si gadis manis tapi ceriwis itu berdebat dan bercanda dengan Shaun. Baru sekarang saya melihat Shaun ketemu tandingannya.
Brian dan Shaun adalah dua orang paling dekat dengan ku. Mereka mau aja terus berteman meskipun orang-orang lain menjauhiku setelah mengenalku lebih dekat. Yah, cowok-cowok banyak mendekatiku karena tampangku doang. Pasti setelah sekian lama mereka mulai perlahan-lahan menjauh, entah karena tidak dapat merayuku ataupun karena sudah sempat mencicipiku.
Aku sih cuek aja, asal sama-sama senang. Kan gak ada yang dirugikan. Tapi kini aku mengerti arti teman. Hanya Brian dan Shaun yang tauh siapa diriku sebenarnya, dan tak pernah sekalipun mereka menganggap aku cewek murahan.
Titien membisikan sesuatu lagi kepada Brian yang hanya tersenyum. Brian tampak bahagia! Aku hanya bisa mendoakan mereka. Aku mengerti siapa aku yang tidak cocok dengan Brian. Aku sudah bahagia bisa menjadi teman dekatnya. Dan aku justru senang gadis yang menjatuhkan hatinya adalah seorang yang seperti Titien, polos…. ayu… penuh perasaan… sensitif.
Awas kau Titien kalau kau hanya memberi harapan palsu pada cowok itu. Aku tauh Brian kelihatan tegar, tapi ia cowok yang rapuh, mudah terbawa oleh perasaan. Dan rasa cintanya sangat dalam, sehingga kalau ia sakit hati akan lama terobati.
Buktinya ia bela-belain datang ke Manado, yang nota bene adalah kampung halamannya pacarnya dulu, si Deyana. Walaupun sudah setahun lebih, tapi Brian mau mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya. Siapa sangka ia justru kecantol lagi dengan gadis Manado.
Eh… Naya dan Shaun sudah jauh di belakang. Sempat-sempatnya mengambil foto selfie dengan latar sungai. Gadis mungil dan lincah itu memang selalu membuat sekelilingnya ceria. Penuh canda dan tawa, eh tapi ia juga berani dan jahil loh. Jangan berani tantang taruhan… pasti ia siap melayani.
Tapi kayaknya ada yang kurang…. Mana si Edo? Eh ternyata ia jauh tertinggal di belakang. Soalnya dia disuruh membawa barang-barang yang berat… Edo orangnya plin-plan, mau-mau aja diatur-atur. Dia hanya berani kalo ada teman, dan suka show off.
Dari gayanya aku gak perlu tunggu lama. Pasti setiap ketemu orang yang dikenalnya, langsung aku diperkenalkan sebagai pacarnya... seperti tadi malam kepada anak-anak kos lainnya. Eh, sejak kapan atuh aku menerimanya. Mentang-mentang sudah melihat tubuh indahku terus menganggap aku miliknya, cape deh...
Tapi Edo pinter juga sih memuaskan wanita… eh memuaskan aku! Jarinya jago juga… saya sampai kaget kalo ternyata ia masih perjaka… malah oral aja belum “Hahahaha… cowok setampan masih perjaka? Am I still on earth? Cape deh!”
Tapi mungkin ia masih perjaka karena keinginannya terlalu tinggi. Ia hanya mau pacaran dengan gadis secantik Titien atau Naya. Susah sih targetnya ketinggian, karena dua gadis itu jarang ada saingannya.
Harusnya ia belajar seperti Shaun yang ekspektasinya diturunkan jauh, cewek gak jelas aja ia tetap mau pacarin. Jangankan Naya, pembantu di kos aja dia mau.... gak heran ia langsung jatuh-bangun karena kecantol dengan cewek lincah dan centil ini.
-----
Akhirnya setelah berjalan sejauh 1,5 km, kami tiba di air terjun. Dari kejauhan sudah kedengaran bunyi air yang ribut. Wah… indah sekali, air yang turun dari tebing batu vertikal. Volumenya sih gak banyak, hanya sebuah sungai kecil. Tapi keindahan alam sekitar masih original, membawa suasana mistis.
Udara dingin berhembus menusuk tulang belakangku yang hanya dilapisi oleh tanktop tipis. Dan yang terbaik dari tempat wisata ini, adalah ternyata kami berenam adalah satu-satunya manusia ditempat itu.
----------
“Byurrrr”
Kelihatannya enak sekali. Air terjun ini sangat segar dan alami. Di bagian bawah kolam tempat mandi dan kedua gadis tour guide kami sudah ikutan menceburkan diri ke air. Aku lompat ke kolam dari batu yang ada di sebelah kanan, agak takut juga karena ketinggian batu itu sekitar 2.5 meter dari air.
Kami bertiga mandi dengan ramenya sambil bercanda, sementara ketiga cowok sekarang hanya bisa nonton dari atas batu. Ternyata di dalam air tidaklah sedingin di luar air, padahal tadi aku sudah kedinginan, kini terasa adem aja.
“Nay... hati-hati!” Titien kembali memperingatkan gadis nakal itu. Ia malah tertawa-tawa duduk tepat di bawah curahan air, dan memberikan punggungnya untuk di pijat. Melihat ia begitu enak, Titien dan saya pun mulai ikutan menikmati.
“Guys, come on in!”
Aku kembali memanggil mereka. Edo segera mengganti baju sedangkan Shaun dan Brian tak bergeming. Shaun malah sudah mengeluarkan kamera besarnya yang sempat dipakai tadi. Kamera professional itu memang kesukaannya, dan baru tadi pagi dikeluarkan dari koper. Shaun menyesal lupa membawa kamera waktu ke Bukit Kasih. Untunglah kali ini tidak lupa lagi.
Shaun adalah seorang mahasiswa Biologi, dan Ia sangat mencintai alam. Dari tadi ia sudah mengambil gambar ratusan jenis pohon, dan binatang-binatang yang ditemuinya. Menurut Shaun jenis pohon dan binatang di tempat ini unik dan tidak seperti yang ditemui di tempat-tempat lain. Mungkin ia akan menggunakan waktu disini untuk lebih banyak memperlajari alam.
Saya juga baru tahu kalo Shaun punya kamera bagus dan suka fotografi. Waktu ditanya dia bilang ini bukan hobby, tetapi kebutuhan. Ahli biologi harus memiliki kamera yang bisa zoom objek supaya dapat foto binatang.
“Byurrr” Edo melompat mengikuti caraku.
Bergantian kami berempat juga turut melompat dari batu, sementara diabadikan oleh Shaun dengan camera menggunakan mode high speed.
Selain itu karena cameranya memiliki kekuatan lensa yang tinggi, maka kami minta di foto bergaya macam-macam pas di bawah air terjun. Titien malah bergaya seperti seorang biksu yang sedang semedi, sementara Naya dengan gaya centil menunjukkan kemolekan tubuhnya yang basah dengan gaya yang panas menantang. Pasti Shaun sudah panas dingin menyapu bersih kulit mulusnya menggunakan kamera.
Setelah kami merasa segar menikmati mandi-mandi di air terjun Tunan, kami menyadari kalo Brian dan Shaun dari tadi belum mandi. Pantesan terasa sunyi, kayak ada yang kurang.
“Romeo, Dickhead... ayo dong, tinggal kalian yang belum turun mandi.” Sekali lagi aku panggil.
“Bukannya kami tidak mau, Nerd-ho, tapi celana pendekku sudah hilang tadi!”
Aku lupa kalo mereka berdua sudah tidak lagi punya baju mandi.
“Yah, rugi deh, jauh-jauh jalan ke sini kalian tidak mandi.”
“Kalo mo mandi, bugil aja kalo berani!” Naya menantang mereka. Gadis itu memang berani sekaligus ceroboh... eh suka mementang bahaya.
“Naya, husssshhh!” Titien mencegah.
Tapi Naya terus menantang. “Ayoo kalo berani, hanya kita kok di sini! Aku dan Kak Titien juga sudah lihat punya kalian tadi!”
“Astaga!” Edo sampe kaget. Aku juga bertanya-tanya, kapan mereke melihat batang Shaun?
“Naya!”
Titien pergi menutup mulut gadis itu. Naya sendiri kelihatan kaget. Mungkin ia baru sadar sudah keceplosan bicara. Ia hanya tertawa, tetapi wajah sudah merah seperti udang, eh... semerah pipinya Titien.
Aku coba berpikir apa yang terjadi... palingan mereka berdua melihat Brian dan Shaun keluar dari kolam ikan. Pasti seru membayangkan dua cowok dengan kontol besar lari-lari telanjang dari kolam ke kamar mandi.
Apa lagi ada banyak orang di sana. Kontol Brian sih aku belum tahu, tapi sempat ku dengar mereka berdua saling ledek. Kontol Brian lebih panjang sedikit dari kontol Shaun dengan diameter yang sama, padahal selama dalam petualangan seksku kontol Shaun sudah termasuk ukuran jumbo, dan paling jago menyenangkan wanita.
Jadi penasaran sama milik Brian, apa lagi ia sudah janji akan melaksanakan ‘vow’nya kepadaku di liburan ini. Pasti menyenangkan... hehehehe... aku mulai berpikiran mesum lagi
Edo masih aja tanya-tanya apa yang terjadi, tapi Titien dan Naya tetap tutup mulut sambil tertawa-tawa malu. Mereka sudah berjalan menghindar pergi ke tepian air. Edo masih aja mendesak, dasar....!
Terpaksa kami berdua mengikuti dua gadis manis itu sampai ke tepi. Akhirnya Titien mencoba memberikan jawaban diplomatis.
“Tadi di dekat telaga ada dua cowok lagi jualan terong yang nampak bergoyang-goyang ketika mereka lari dari kolam ke kamar mandi!”
Titien memberikan garis besarnya. Saya dan Naya hanya tertawa walaupun menduga ada yang disembunyikan.
“Jadi intinya kamu lihat Brian dan Shaun lari telanjang?”
Titien hanya menganggukkan kepala menjawab pertanyaan Edo.
“Eh, tunggu! Kejadiannya setelah kamu mengocok kontolku atau sebelumnya?” Tanya Edo masih penasaran!
“Apa?” “Astaga?”
Naya dan aku sampai kaget dengar perkataan Edo. Jadi tadi Titien sempat mengocok kontol Edo? Wah skandal besar ini. Titien merah sekali... tangannya langsung memukul-mukul gemes punggung Edo, yang hanya minta-minta maaf sudah keceplosan.
Naya merasa kasihan, langsung memeluk tubuh Titien yang masih merah karena malu. Tapi aku malah mendengar bisikannya di telinga Titien....
“Kak Tien, gimana dong kontolnya? Keras ngak?” Titien hanya mencubit pinggang Naya karena gemesnya.
Naya belum puas meledek, “Wah, Kak Titien hebat deh, sudah dua kontol yang dikocok, berikut tinggal .... Ahhhhh!”
Aku jadi senyum-senyum sendiri mendengar canda dua gadis perawan ini. Ternyata diam-diam mereka mesum juga. Hehehe.... aku juga bangga karena kontol Edo yang cukup besar namun keras seperti kayu itu sudah sempat ku oral ... Eh iya, oral pertamanya yang terganggu dengan kenakalan dua anak ini.
Naya tidak sempat menyelesaikan kata-katanya, ia sudah diserang oleh Titien yang meremas kedua toket gadis mungil itu. Karena baju yang dipakai tipis dan basah, bayangan toket Naya jelas terlihat oleh saya dan Edo.
Titien terus menyerang toket Naya, kini putingnya jelas tercetaj dari luar. Edi sampi terbelalak melihat pemandangan seksi itu, pasti ia gak lama lagi ia coli.
“Kak Titien, sudah dong... ada Edo!” Titien baru sadar sudah sempat memberikan pemandangan yang indah kepada Edo.
Pasti si cowok mesum itu sudah terangsang, wajahnya sudah mupeng, dan celananya sudah nampak mengelembung.
POV Brian
“Byurrrrrr” Suara apa itu? Kami berempat jadi terkejut.
“Ih... naik cepat! Ada ular ...! ayo lari....?!?” Teriakku dari atas batu besar.
Naya tampak kebingungan, tapi ketika aku bilang ular semua langsung naik ke atas batu. Aku tidak tauh apakah waktunya tepat, tetapi kelihatannya mereka mulai melupakan urusan Edo dan Titien tadi.
“Apa... Ular? Ih.....”
Pandangan kami mencari-cari apa gerangan bunyi yang kuat tadi... eh akhirnya muncul juga. Tampak Shaun keluar dari air dengan innocentnya tanpa mengenakan sepotong kain pun.
Kami berempat jadi kaget, ternyata Shaun beneran mandi telanjang. Ketika mendengar ada ular ia juga cepat berdiri di atas salah satu batu terdekat tanpa menyadari ketelanjangannya.
"Awas, semua hati-hati. Ada ukar putih ikutan mandi..." aku tertawa kuat-kuat membuat cewek-cewek di bawah segera mengerti ukar yang aku maksud tagi.
Seruan ku yang langsung disambut oleh tawa Titien dan Naya. Shaun langsung balik belakang, ternyata malu juga diledek kami.
“Astaga, Dickhead..... kirain ada apa, ternyata ada ular putih!” Brenda tambah meledek Shaun.
Shaun berpaling kepadaku... mukanya tampak begong...
“Hey, Romeo... ngapain kau, ayo turun! Katanya kamu lompat sesudahku...! Shaun berteriak...
Seruan Shaun hanya kujawab dengan gerakanku sementara mengambil gambar menggunakan kameranya. Kontolnya Shaun sudah menjadi objek foto-foto dari tadi.... Aku nampak tergesa-gesa memakai kembali kaosku.
"Astaga... jadi ini perbuatan Romeo, yah!" Brenda langsung mengerti bahwa Shaun tadi dikerjain tadi.
Aku memang menipu Shaun, membuka baju pura-pura akan terjun mandi, dan menyuruhnya lompat duluan.
“Dickhead... sorry aku gak jadi mandi. Ada pemandangan bagus dari atas ini, aku foto-foto aja yah!”
"Benar-benar Romeo, deh. Jago mengerjain orang dengan classy-nya" Brenda memberikan jempol kepadaku. Sementara Titien dan Naya dari tadi diam aja... ap sudah terpesona dengan ular putih, yah?
Kami berempat ketawa lagi... kasian si Shaun.
------
POV Naya
Setelah kami menemani Shaun mandi, kami ganti baju untuk pulang. Udara sudah semakin dingin, karena malam hampir tiba. Titien dan aku pergi ganti baju duluan. Kami merasa jengah lama-lama dengan Shaun yang telanjang bulat. Dari tadi juga
Kami berdua mandi tidak mau dekat-dekat Shaun.
Karena kamar mandi yang ada hanya dua buah, Brenda dan Edo harus menunggu aku dan Titien selesai baru ganti baju. Shaun paling terakhir, apalagi dia masih suka berenang.
Setelah selesai, saya pikir semua kelucuan sudah berakhir, ternyata masih ada lagi. Dengan iseng Brian meminta aku membawa tas berisi baju kering milik Shaun tanpa bilang-bilang. Aku dan Titien disuruh jalan duluan bersama Brian.
Belum 100 meter berjalan, Shaun keluar kamar mandi masih dalam keadaan bugil. Ia kelihatan bingung mencari-cari baju ganti. Akhirnya ia lihat di kejauhan bajunya lagi dibawa oleh ku.
"Naya, Naya! Eh tunggu aku!" Shaun mengejar ku. Ketika berpaling, aku jadi ketakutan ada cowok berbadan besar serta terong gantung brondong yang berlari mengejarku.
"Eh... ampun, tolong! Ada ular putih!" Aku berteriak antara takut tapi lucu.
Atas anjuran Brian, aku sudah lari duluan ke mobil sambil dikejar-kejar Shaun. Aku tidak mengerti kenapa ia mengejarku...
Setelah berlarian sepanjang lebih 300 meter, jarak antara aku dan Shaun makin dekat, tapi kami masih terus berkejaran. Aku sudah sangat cape dan siap untuk menyerah ketika tiba-tiba melihat kodok berada 2 meter didepan menghadang jalanku.
"Ah... tolong, Shaun!" Segera aku berhenti dan berbalik meminta perlindungan Shaun.
Dengan cepat aku berada dalam pelukannya dan menyembunyikan kepala di dadanya karena takut. Untunglah Shaun segera memelukku dan mengusir kodok tersebut.
"Sudah, tenang Nay. Kodoknya sudah lari... kodoknya takut sama ular" Shaun menghiburku tapi masih sempat juga bercanda.
Pelukanku segera terlepas mendengar kata-katanya tadi. 'kodok takut ular!', tanpa sadar aku melirik ke bawah...
"Astaga! Ih...." aku baru sadar Shaun masih telanjang, dan ular putih itu masih saja bergantung dengan gagahnya dan bergoyang-goyang. Aku tak bisa lari karena Shaun memegang tanganku.
"Ih, jelek! Sopan dong sedikit. Masak dari tadi gak pake baju." Aku mencoba melepaskan diri dari padanya sambil memalingkan wajah.
"Justru itu, Cantik... baju gantiku ada di tas itu." Shaun membela diri, dan menunjuk ke arah tas miliknya. Astaga, jadi selama ini ia mengejarku karena pakaiannya terbawa olehku? Aku jadi geli sendiri. Pantas ia ngos-ngosan mengejarku.
"Dickhead..., ayo cepat pake celana!" Shaun hanya senyum-senyum memandang wajahku dengan pandangan mesum.
"Hehehehe, Naya... sekarang kau tidak bisa lari lagi. Naya harus mengocok dulu kontolku baru aku lepasin." Si brengsek itu memanfaatkan situasi.
"Ih... gak mau! Kocok aja sendiri..." Aku coba menghindar...
"Naya sayang, ayo dong selesaikan tugasmu di kamar mandi tadi... kalo tidak aku akan teriak supaya orang- orang datang lihat kita berdua!" Shaun meneggunakan segala cara, mulai dari rayuan sampai ancaman.
Aku melihat keliling, kayaknya ada orang yang bekerja di kebun-kebun sekitar. "Wah... bisa jadi skandal kampung ini, ada gadis manis dan bule telanjang!"
"Eh... gak mau!" Shaun kembali menggunakan kesempatan, tangan kirinya mengrepe-grepe dadaku. Aku tidak bisa menghindar, karena tanganku yang bebas dipakai untuk menahan kontolnya yang ditempel-tempelkan ke badanku
Aku jadi terdiam, dan membiarkan saja tangan Shaun menarik tanganku untuk menggenggam kontolnya. Tanganku mulai bergerak sambil pikiranku berjalan, 'wah, bagaimana kalo ada orang lihat? Apalagi pasti Kak Titien sudah dekat?'
"Dickhead, jangan di sini yah, takut ada orang, di mobil aja, yah?" Aku menunjukkan kunci serep mobil kepadanya.
"Ayooo... tapi ingat, janji harus kocok sampe keluar!"
Aku tak mau lama-lama langsung mengiyakan saja, dan ikut berlari bersama Shaun. Sementara berlari pandanganku terus melirik ke arah bawah, ular putih brondongku!'
-----
"Ah..., Naya aku mau mengentot memek sempitmu... aku akan membawamu ke awan-awan, ah Naya kau tak bisa lari lagi dari kontolku.... memek mungilmu akan ku entot dengan cepat ... aku ingin doggy dengan mu, Naya... ahhh .... tiap malam aku bermimpi sedang membelah keperawananmu dan membuat kamu orgasme ..."
Shaun benar-benar tenggelam dalam nafsunya sementara kontolnya ku kocok. Mulutnya terus mengeluarkan kata-kata tidak senonoh... yang membuat aku jengah. Eh... Ternyata ia terus memimpikanku.
Mendengar kata-kata mesum Shaun, lama-kelamaan membuat aku jadi bangga. 'Jadi selama ini tubuhku jadi bahan colinya. Wah...' siapa gak bangga kalo tubuh kecil ini ternyata punya seks appeal tinggi. Aku semakin bersemangat mengocoknya.
Setelah diperhatikan baik-baik, ternyata kontol Shaun sangat garang dan kekar, benar-benar kontol laki-laki sejati. Bentuknya lurus simetris dan agak bergerigi di perbatasan helmnya. Ukurannya jauh diatas rata-rata, dan cukup panjang serta nampak berotot. Selain itu kontol tersebut tampak beringas oleh bulu-bulu yang lebat.
Tangannya tidak tinggal diam terus meramas toketku dari luar, tetapi tangan Shaun sangat cekatan sehingga tanpa disadari kaosku mulai terangkat. Kini tangannya mulai mencari-cari kancing bra-ku.
Aku semakin mempererat kocokanku, menggunakan dua tangan sehingga lebih terasa. Shaun terus larut dalam desahannya sementara tubuhnya yang terlentang mengangkang terus tersentak menahan nikmat.
"Astaga.... Eh!" Aku tersentak ketika bra-ku terbuka dan tangan Shaun bebas menjelajahi dadaku. Toketku segera berada dalam genggamannya, dan pentilku terus menjadi sasaran serangan jarinya.
Aku tahu Shaun sudah dekat orgasme dan terus menambah irama dan intensitas kocokanku. Aku tak perduli lagi atas pertahanan diri, aku telah terbuai... fokusku kini pada seranganku berharap Shaun akan sampai duluan.
'Gila...! Hebat sekali daya tahan cowok ini! Masak dari tadi sudah diajar habis-habisan tidak juga keluar. Bahaya ini... tangan Shaun kini bergerak menuju memekku dan mulai membelai organ vitalku dari luar. Aku sudah kepayahan... kini jarinya sudah membuka kancing celanaku dan menurunkan ritslitingnya.
Kembali ku meningkatkan daya serangku dan membiarkan memek kecilku rentan terhadap serangan jarinya, eh... CD ku dengan mudah dipinggirkannya dan tangannya sudah membelai langsung memekku. Ah... aku juga hampir dapat...
Disaat-saat genting ini, terpaksa aku harus menggunakan senjata pamungkasku...
"Blupppp!" Kontol Shaun masuk ke mulutku dan terus sampai menjangkau kerongkonganku ... semponganku mulai intensif menyerang helmnya... akhirnya Shaun menyerah juga... tembakan demi tembakan kurasakan... dan peju hangat Shaun keluar begitu banyaknya.
Shaun sempat menegang sekitar 10 detik, dan tanpa ditahan-tahan lagi melepaskan seluruh nafsunya. Ia kini terkulai lemah... tidak bergerak dengan wajah yang tersenyum menggambarkan kepuasan luar biasa.
Aku masih bingung... semuanya terjadi begitu cepat.
"Ih... apa ini?" Ternyata Shaun menyemprot di dalam mulutku. Astaga! Gimana ini... mulutku masih belepotan, sebagian sperma sudah memeleh di bibir bawah dan daguku,).Aku tidak bisa bicara lagi... kini hanya diam mencari tempat untuk mengeluarkan cairan itu.
"Astaga, Naya! Kok bisanya kamu mesum di mobil?" Astaga.., Titien datang langsung membuka pintu. Ia pasti melihat kontol Shaun yang terbuka serta sebagian peju Shaun di mulutku. Aku tidak bisa bicara... tak mampu menjelaskan. Ahhhh.... aku malahan mencoba menelan sperma Shaun sedikit demi sedikit.
Untung saja Kak Titien mengerti dan langsung menutup pintu. Dari kaca mobil yang gelap ia menarik tangan Brian menjauh, memberikan aku kesempatan untuk beres-beres.