Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bully

darksatan

Adik Semprot
Lomba Cerpan
Daftar
15 Nov 2012
Post
142
Like diterima
233
Lokasi
Neraka gang 13
Bimabet
Bullying adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan. Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya penindasan dapat berkembang dimana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan.
Seorang anak lelaki pulang ke rumah dalam kondisi babak belur karena dihajar oleh temannya di sekolah. Sesampainya di rumah dia menangis dan mengadukan hal tersebut kepada ayahnya yang kebetulan saat itu sedang berada di rumah.

Ayah Andi
“Ada apa, nak?” tanya sang ayah.
“Aku dipukuli sama Budi, yah” jawab si anak yang bernama Andi.
“Apa? Kurang ajar. Orangtuanya ga bisa ngajari sopan santun kayaknya” ujar ayahnya penuh emosi. Perutnya yang buncit bergoyang mengikuti ayunan tubuhnya saat berdiri dengan penuh amarah. “Ayo antar ayah ke rumahnya, biar ayah labrak orangtuanya” tambahnya sembari mengepalkan tangannya.
“Baik, yah” jawab Andi cepat. Keduanya pun bergegas keluar dari rumah untuk menuju ke rumah si Budi.
“Lho, pada mau ke mana nih?” tanya seorang wanita berjilbab yang baru saja datang.
“Aku ada urusan sebentar, sayang” jawab sang ayah.
“Kok ngajak si Andi?” tanya wanita yang ternyata adalah ibu dari anak itu.
“Ada hubungannya sama dia soalnya” jawab sang ayah lagi.
“Yauda kalau begitu, hati-hati di jalan ya” ujar ibu Andi lembut.

Ibu Andi
Pasangan ayah dan anak itu melanjutkan perjalanan mereka ke rumah si Budi yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah mereka. Setelah mengendarai sepeda motor selama kira-kira setengah jam akhirnya mereka berdua pun sampai di rumah yang dimaksud. Setelah memarkir sepeda motor di halaman lalu ayah Andi segera mengetuk pintu rumah tersebut dengan keras.
Tok..Tok..Tok
“Budi, keluar kamu” teriak ayah Andi.
Tak lama kemudian seorang anak laki-laki yang seumuran dengan Andi pun keluar dengan tenangnya. Wajahnya memang terlihat nakal dan postur tubuhnya lebih besar daripada Andi. Andi bergegas bersembunyi di belakang ayahnya.
“Ada apa, om?” tanya anak itu santai.
“Kamu yang namanya Budi?” tanya ayah Andi.
“Iya, om. Om Siapa?” ujar Budi balik bertanya.
“Saya Andre, ayahnya Andi” balas ayah Andi ketus.
“Oh, om Andre. Ada perlu apa?” tanya Budi lagi.
“Saya mau bicara dengan ayahmu” jawab Andre galak.
“Ayah saya belum pulang, om. Cuma ada ibu saya” sahut Budi.
“Yaudah, ibumu juga boleh, panggil ke sini” bentak Andre.
“Oke, silahkan tunggu di dalam” ujar Budi mempersilakan keduanya masuk.
…..
“Aku tunggu di sini aja, yah” ujar Andi ketika Budi telah masuk ke dalam rumah.
“Lho, kenapa?” tanya ayahnya heran.
“Takut kalau ibunya juga galak kayak dia” jawab Andi agak ragu-ragu.
“Iya deh kamu tunggu sini dulu, nanti biar ayah marahi Budi dan ibunya” sahut Andre menenangkan anaknya. Kemudian dia masuk ke dalam dan menunggu di sofa ruang tamu, sementara Andi menunggu di luar rumah.
…..

Ibu Budi
Seorang wanita mengenakan tanktop dan celana jins pendek ketat keluar dari dalam rumah dan mendatangi Andre yang duduk di sofa ruang tamu. Andre seketika terkejut melihat kedatangan wanita yang berpenampilan seksi itu.
“Ehm, ibunya Budi ya?” tanya Andre agak tergagap.
“Iya, bapak siapa ya?” ujar wanita itu balik bertanya.
“Saya bapaknya Andi, temannya Budi di sekolah” balas Andre terbata-bata.
“Oh, saya Sinta, ibunya Budi. Ada keperluan apa ya?” tanya wanita yang bernama Sinta itu.
“Begini, bu. Aduh, gimana ngomongnya ya” ujar Andre ragu-ragu.
“Jangan panggil, bu. Saya masih muda kok” potong Sinta sambil tersenyum.
“Ehm, iya mbak, jadi begini” ujar Andre semakin salah tingkah.
“Kok mbak sih, kan saya lebih muda, mas” potong Sinta lagi.
“Oh, iya maaf dek Sinta. Jadi begini ceritanya” ujar Andre kikuk.
“Pasti Budi nakal di sekolah ya, mas” potong Sinta sambil duduk tepat di sebelah Andre.
“Ehm, bukan gitu, dek” sahut Andre tidak fokus karena perhatiannya teralihkan oleh paha Sinta yang putih dan mulus.
“Jujur saja, mas. Aku tau kok kalau Budi memang agak nakal” ujar Sinta sembari memegang tangan Andre sehingga semakin mendekatinya.
“Ehm, gimana ya” ujar Andre yang semakin tidak berdaya akibat posisi Sinta yang semakin dekat kepadanya. Wangi harum tubuh Sinta pun menusuk hidung Andre. Sementara pandangan Andre tertuju ke belahan dada Sinta yang tidak mampu ditutupi oleh tanktopnya.
“Gimana, mas?” desak Sinta sambil menggoyang lengan Andre. Bersamaan dengan itu bergoyanglah pula gundukan di dada Sinta yang cukup montok dan menggoda.
“Budi nakalnya cuma sama Andi saja kok” ujar Andre akhirnya mencoba jujur.
“Astaga, maafkan Budi ya, mas. Dia memang agak nakal kadang-kadang” rayu Sinta sambil memegang tangan Andre. Bahkan kemudian dengan santainya dia meletakkan tangan Andre tersebut ke pahanya yang terbuka.
“I,,iya,,tidak apa-apa” sahut Andre sambil mengelus-elus paha Sinta yang mulus itu.
“Beneran tidak apa-apa?” tanya Sinta cepat, dia membiarkan saja Andre meraba-raba pahanya.
“Beneran” jawab Andre cuek, dia lebih fokus untuk meraba kedua paha mulus Sinta.
“Syukurlah, makasih ya, mas” ujar Sinta senang. Secara spontan dia memeluk Andre sebagai pengungkapan rasa senangnya.
“Iya, sama-sama” sahut Andre sambil membalas pelukan Sinta.
Keduanya pun saling berpelukan di atas sofa ruang tamu. Dan tak lama kemudian mereka berdua pun berciuman, entah siapa yang memulai. Andre terlihat sangat menikmati bibir Sinta yang tebal dan sensual. Sementara itu Sinta hanya mencoba mengimbangi permainan Andre saja.
Andre sepertinya mulai menguasai permainan. Dia mulai menyusupkan tangannya di balik tanktop Sinta sembari terus mengulum bibir indah Sinta. Ternyata Sinta tidak mengenakan bra sehingga mempermudah aksi Andre menjelajahi kedua gunung kembar milik Sinta. Dengan perlahan Andre meremas kedua payudara Sinta bergantian, sesekali dia juga memilin puting Sinta yang mulai mengeras. Sinta hanya membalas perlakuan Andre dengan rintihannya yang menggoda.
Andre menurunkan tali tanktop di bahu Sinta sehingga kedua payudara Sinta bisa terbebas dari tanktopnya. Andre semakin bernafsu setelah melihat langsung kedua payudara Sinta yang putih dan mulus, walau ukurannya tidak sebesar milik istrinya. Selain itu payudara Sinta juga memiliki puting yang berwarna merah muda, berbeda dengan milik istrinya yang berwarna coklat agak kehitaman. Dengan ganas Andre melahap kedua puting merah muda Sinta itu bergantian. Lidahnya bergerak liar membasahi puting Sinta yang semakin mengeras itu.
“Ahh,,uhh,,enak, mas” racau Sinta berulangkali. Tanktopnya telah terlepas dari tubuhnya dan tergeletak di lantai. Begitu juga dengan celana pendeknya yang telah turun di telapak kakinya. Sementara itu kini Andre telah beralih ke bawah dan memainkan daerah kewanitaan Sinta yang mulai lembab. Tadinya Andre melahap daerah kewanitaan Sinta yang mulus dan tidak ada bulunya sedikit pun di sekitarnya. Setelah puas kini dia menjilati liang kewanitaan Sinta sehingga membuatnya semakin basah aja.
…..
Sementara itu Andi yang tadinya menunggu di luar rumah kini tergeletak lemas di halaman rumah. Permainan Andre dan Sinta membuat Budi lolos dari pengawasan dan dengan mudahnya menghajar Andi yang menunggu di luar rumah. Budi keluar lewat pintu belakang sebelum kembali ke depan menemui Andi dan memukulinya.
“Dasar pengadu, kuhajar kau” bentak Budi sambil terus memukuli Andi yang terkapar di tanah.
“Ampun” ratap Andi tak berdaya. Namun tiada ampun untuknya, Budi terus menghajarnya sampai dia tak sadarkan diri dan tergeletak lemas di halaman rumah itu. Budi yang telah puas pun keluar dari rumah untuk bermain bersama teman-temannya yang lain.
…..
Lain tempat lain pula kejadiannya. Istri Andre yang bernama Dewi sedari tadi gelisah menunggu anak dan suaminya yang belum juga pulang. Dia berjalan mondar-mandir di dalam kamar menanti anak dan suaminya yang tak kunjung datang. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan di pintu depan rumah. Dengan gembira dia segera beranjak ke depan untuk membukakan pintu karena mengira suami dan anaknya telah tiba. Namun betapa terkejutnya Dewi setelah membuka pintu karena ternyata yang datang bukan anak atau suaminya.

Ayah Budi
“Ini benar rumahnya pak Andre?” tanya lelaki yang mengetuk pintu itu.
“Benar, pak” jawab Dewi masih agak kaget.
“Mbak ini siapa?” tanya lelaki itu lagi.
“Saya Dewi, istrinya mas Andre” jawab Dewi cepat.
“Oh, perkenalkan, saya Toni, suaminya Sinta” sahut lelaki itu.
“Sinta siapa ya? Lalu ada keperluan apa dengan suami saya?” berondong Dewi dengan pertanyaan.
“Bolehkah saya duduk untuk menjelaskan?” tanya lelaki itu sopan.
“Oh, maaf pak, silahkan masuk dulu” ujar Dewi agak tidak enak karena tidak sopan terhadap tamu.
“Terima kasih, mbak” sahut Toni.
“Silahkan duduk, pak. Saya ambilkan minuman dulu” ujar Dewi beramah-tamah.
“Tidak usah repot-repot, mbak. Saya cuma sebentar kok” potong Toni.
“Baiklah, jadi apa yang mau bapak jelaskan?” tanya Dewi sambil duduk di salah satu kursi ruang tamu.
“Sebelumnya jangan panggil saya bapak, saya masih muda kok” ujar Toni sembari tersenyum ramah.
“Eh, iya, maaf mas” sahut Dewi cepat.
“Santai saja, mbak. Jadi begini, mbak. Coba lihat ini dulu” ujar Toni setelah duduk di kursi yang lain dan menyerahkan handphone nya kepada Dewi.
Dewi pun mengambil handphone tersebut dan melihat tayangan yang muncul di layarnya. Terlihat jelas sebuah hubungan intim yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan seorang wanita. Dewi menjadi terkejut setelah mengamati lebih teliti, karena dia mengenali sosok laki-laki yang ada dalam video tersebut, yaitu Andre suaminya sendiri.
“Sudah lihat dengan jelas kan, mbak? pelaku wanitanya itu Sinta, istri saya” sahut Toni tiba-tiba, seolah bisa membaca kebingungan di wajah Dewi.
“Ini beneran, mas?” tanya Dewi ragu.
“Ya beneran, mereka berdua selingkuh di rumah saya saat saya sedang tidak ada di rumah. Untungnya saya sudah memasang kamera rahasia di rumah” ujar Toni menjelaskan.
“Ini kejadian kapan, mas?” tanya Dewi lagi, wajahnya mulai terlihat sedih.
“Sudah lama, hari ini mungkin mereka mengulanginya lagi” jawab Toni berbohong.
“Astaga, tega-teganya mas Andre berbuat seperti itu” ujar Dewi sambil mulai meneteskan air mata.
“Sabar ya, mbak” hibur Toni sembari menepuk bahu Dewi.
“Iya, mas. Terima kasih” balas Dewi sambil mengusap air matanya.
“Terus sekarang mbak gimana?” tanya Toni tiba-tiba.
“Entahlah, mas. Saya pengen langsung ke sana sebenarnya, tapi sepertinya sudah terlambat” jawab Dewi bimbang.
“Saya punya ide, mbak” sahut Toni dengan senyum liciknya.
“Ide apa, mas?” tanya Dewi dengan perasaan yang kalut.
“Gimana kalau mbak balas dendam” saran Toni.
“Balas dendam gimana, mas?” tanya Dewi lagi.
“Ya dengan cara selingkuh juga” jawab Toni mantap.
“Lah, kok gitu, mas. Berarti saya sama saja dong dengan suami” tolak Dewi.
“Ya beda lah, kan niatnya sudah beda” bujuk Toni.
“Ehm, gimana ya” ujar Dewi ragu.
“Sudah nggak usah dipikirkan, suamimu aja juga nggak mikir kok pas selingkuh” bujuk Toni lagi.
“Iya juga sih, tapi percuma juga kalau saya selingkuh tapi suami nggak tau” ujar Dewi mengajukan alasan lain.
“Kalau itu sih gampang, kan bisa saya bantu merekam pake kamera handphone saya” bantah Toni lagi.
“Ehm, terus saya selingkuhnya sama siapa?” ujar Dewi beralasan lagi.
“Ya terserah, siapa saja bisa asalkan lelaki, ntar saya yang merekam. Atau mau sama saya?” sahut Toni sok jual mahal.
“Ehm, iya deh, daripada repot cari yang lain” balas Dewi setelah mengamati Toni dari atas sampai ke bawah.
“Baiklah, mbak mau di sini atau di kamar?” tanya Toni bersemangat.
“Di kamar aja deh biar tidak kelihatan orang lain” jawab Dewi sambil beranjak dari duduknya.
“Oke, mbak ke kamar dulu, saya siapkan kameranya” sahut Toni sembari mengutak-atik handphonenya.
“Oh iya, pintu depan tolong ditutupkan ya, mas” sahut Dewi sebelum menuju ke dalam kamar.
…..
Toni dan Dewi telah berada dalam kamar. Kamera juga telah disiapkan oleh Toni. Namun Dewi hanya diam saja karena tidak tahu hendak berbuat apa.
“Santai saja, Wi” ujar Toni menenangkan. Dia sengaja langsung menyebut namanya agar lebih akrab.
“Iya, mas” balas Dewi singkat.
“Kamu sama suami biasanya ngapain dulu?” tanya Toni sembari mendekat ke Dewi.
“Ciuman dulu biasanya, mas” jawab Dewi polos.
“Baiklah” sahut Toni sebelum menyambar bibir Dewi yang merah dan merekah. Secara reflek Dewi pun membalasnya sehingga keduanya saling berpagutan dalam peluk. Kedua lidah mereka beradu menimbulkan bunyi kecipak basah. Satu sama lain tidak mau mengalah dalam beradu lidah. Namun permainan Toni yang semakin ganas dibarengi dengan hisapannya pada lidah Dewi membuat Dewi terengah-engah karena kewalahan.
Karena tak mau kalah akhirnya Dewi melakukan satu-satunya hal yang melintas di pikirannya, yakni memegang batang kemaluan milik Toni. Jadi pada saat Toni mulai menghisap lidahnya maka dia pun meremas-remas batang Toni yang telah menegang. Toni tak mau tinggal diam saja, pada saat bersamaan dia meremas gundukan di dada Dewi yang masih tertutup bajunya. Seketika dia takjub dengan kemontokan dan kekenyalan payudara Dewi. Dia menghentikan aksi lidahnya dan berpindah ke bagian dada Dewi. Dibukanya kemeja Dewi dengan perlahan hingga menyisakan bra-nya saja.
“Wah, 36C, punya istriku Cuma 34B. Bodoh juga suamimu” komentar Toni begitu melihat ukuran yang tertera pada bra milik Dewi. Wajah Dewi merona merah karena tersipu malu mendengar komentar Toni.
Tanpa membuang waktu Toni segera melepaskan juga bra milik Dewi sehingga kedua gunung kembarnya yang montok melonjak keluar dari sarangnya. Segera dilahapnya kedua payudara montok Dewi yang dihiasi puting berwarna coklat itu. Kedua tangan beserta lidah Toni bergantian meremas dan menjilat setiap inci daging kenyal milik Dewi. Sesekali Toni memelintir puting Dewi yang telah mengeras, kemudian bergantian lidahnya yang menjilat dan menghisap puting Dewi. Sementara itu Dewi hanya membalas dengan desahan dan rintihan saja, wajahnya terlihat menikmati permainan dari Toni. Hal itu terbukti dengan basahnya bagian bawah milik Dewi.
Toni mengetahuinya setelah puas memainkan payudara montok Dewi. Dia beralih ke bawah dan menyibak rok Dewi, ternyata celana dalam Dewi telah basah akibat cairan kenikmatannya sendiri. Segera saja Toni melepaskan celana dalam Dewi sehingga terlihatlah daerah kewanitaannya yang bersih, walau ada sedikit bulu yang tumbuh di sekitarnya namun tercukur dengan rapi.
Toni mengawali aksinya dengan membelai area kewanitaan Dewi sambil sesekali menusukkan jari ke dalam liangnya. Makin lama tusukannya makin cepat sehingga terlihat seperti mengocok liang kewanitaan Dewi. Dewi kembali melenguh keenakan mengikuti irama kocokan jari Toni. Cairan Dewi mulai membasahi jari Toni yang terus mengocok liang Dewi. Dewi melampiaskan gairahnya dengan menjambak rambut Toni dan meremas payudaranya sendiri. Sementara itu Toni semakin mempercepat kocokannya hingga akhirnya cairan kenikmatan Dewi menyembur dari dalam liangnya.
“Akhh,, akhh,, enak, mas” racau Dewi begitu cairannya membasahi tangan Toni.
“Gantian dong yang beraksi” sahut Toni sambil berdiri dan melepaskan celananya. Batangnya yang telah menegang pun terlepas dari sarangnya dan membuat Dewi terkejut karena ukurannya yang lebih besar dari milik suaminya.
“Kenapa, Wi? Lebih gede dari punya suamimu ya?” tanya Toni begitu melihat wajah Dewi yang keheranan.
“Eh, iya, mas” jawab Dewi agak tergagap.
“Gantian mainin, Wi” perintah Toni sambil berdiri. Sementara Dewi duduk di hadapannya.
“Iya, mas” sahut Dewi sambil memegang batang milik Toni. Kemudian dikocoknya perlahan dengan kedua tangannya. Toni mulai merasakan kenikmatan sentuhan tangan halus Dewi, batangnya pun semakin menegang saja sampai terlihat otot-ototnya. Tak lama kemudian Dewi mulai mengocok batang Toni dengan mulutnya. Dengan perlahan Dewi memasukkan batang Toni ke dalam mulutnya. Awalnya hanya sebagian yang bisa masuk, tetapi lama-kelamaan sudah banyak yang bisa masuk, walau tidak semuanya. Lalu Dewi mulai mengocoknya maju mundur secara berirama. Kehangatan mulut Dewi membuat Toni mulai merasakan gejolak kenikmatannya. Semakin lama aksi Dewi semakin liar saja, padahal itu adalah pengalaman pertamanya mengoral batang kemaluan lelaki. Tak lama kemudian Toni pun memuncratkan cairannya ke mulut dan wajah Dewi.
“Akhh, mantap deh, sampai sini dulu ya, Wi” ujar Toni setelah mencapai klimaksnya.
“Eh, kok gitu, mas. Nanggung nih” protes Dewi.
“Besok lagi aja deh ya” tolak Toni.
“Lah yang sekarang gimana dong ini?” rajuk Dewi sambil menunjuk daerah kewanitaannya. Toni tertawa puas, batangnya mulai terpancing lagi gara-gara keluguan Dewi tersebut.
“Yauda deh nungging sana” ujar Toni mengalah.
Dewi pun merangkak membelakangi Toni. Segera saja Toni menusukkan batangnya yang mulai tegang lagi itu ke dalam liang kewanitaan Dewi secara perlahan.
“Ahh,,” desah Dewi begitu batang Toni bisa masuk semua ke dalam liangnya.
“Gila, sempit banget punyamu, Wi. Mencengkram pula. Bodoh amat suamimu masih nyari yang lain” komentar Toni girang. Dewi kembali hanya tersipu malu mendengarnya.
Rencana Toni yang awalnya hanya sebentar saja pun menjadi mundur akibat kenikmatan vagina milik Dewi. Malah mereka berdua bermain dalam berbagai posisi, mulai dari doggystyle hingga ke gaya yang biasa. Gaya paling akhir dan yang ternikmat tentu saja doggystyle, karena dengan gaya tersebut Toni bisa menyodok sambil meremas pantat sekal dan payudara montok milik Dewi, selain itu batangnya pun bisa masuk semakin dalam ke liang milik Dewi.
Sekitar sejam kemudian akhirnya Toni kembali mencapai klimaksnya untuk yang kedua kalinya. Dengan santai dia menumpahkan cairannya itu ke dalam liang milik Dewi, bersamaan dengan itu Dewi juga mencapai klimaksnya untuk yang ke sekian kalinya. Dewi pun terkapar di atas ranjangnya, sedangkan Toni memakai kembali pakaiannya dan pergi dari tempat itu.
…..
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd