Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Cerita Agung yang sederhana atau engga

Paling suka dengan karakter perempuan yang mana? (Boleh pilih 2)

  • Putri

    Votes: 56 60,9%
  • Kak Rani

    Votes: 22 23,9%
  • Sarah

    Votes: 13 14,1%
  • Dinda

    Votes: 31 33,7%

  • Total voters
    92

poltaktakpol

Semprot Kecil
Daftar
28 Aug 2017
Post
57
Like diterima
290
Bimabet
Tentu saja ini fiksi

CHAPTER I

Hari ketiga penerimaan mahasiswa baru sudah berakhir, di penghujung hari gue dan teman-teman sejurusan dikumpulkan di satu tempat untuk dibagikan menjadi kelompok-kelompok baru. Karena setelah acara penerimaan akan ada kegiatan ospek yang dilakukan oleh kakak-kakak tingkat di jurusan. Oh ya kenalkan nama gue Agung, mahasiswa baru jurusan komunikasi di sebuah univ di pulau Jawa. Gue yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Jawa ini berasal dari sebuah kota di Sumatera. Pengetahuan mengenai Jawa gue dapat dari kegiatan gue yang suka baca berita dan baca novel, jadi pengetahuan tentang pergaulan Jawa tidak terlalu asing buat gue. Dan ya, baru 3 hari disini aku sudah memakai kata ganti “gue” yang sebenarnya tidak pernah kupakai jika di Sumatera (karena, kenapa engga).

Ok, terlepas dari fakta gue pindah ke Jawa selama 4 tahun atau lebih, gue juga meninggalkan seorang pacar di kampung halaman gue. Dia dapat kuliah di Sumatera, sedangkan nasib membawa gue ke sini. Gue gak pernah LDR sebelumnya, jadi gak yakin juga bakalan tahan atau tidak. Secara fisikal, hubungan kami hanya sejauh pegangan tangan, Cuma banyak kenangan indah dilalui bersama, seperti belajar bareng, jalan bareng, makan bareng (tidur bareng? Belum). Bosan memang, tapi dia pacar pertama gue dan sudah setahun lebih jadi kenapa engga dilanjut LDR saja. Komitmen? Belum ada komitmen apa-apa, jadi kalau ada kejadian tertentu di tengah jalan yang membuat kami putus, itu tidak masalah (buat gue).

“ WOI!, jangan melamun”, suara kakak tingkat disebelah gue mengagetkan gue dari lamunan gue.

Lebay amat pake-pake teriak, pikir gue

“Dengar gak tadi yang di depan ngomong apa?”

“siap, dengar kak”, kata gue sambil melihat beberapa orang disekitar gue sedang melirik gue.

“coba sebutin apa yang dibilang Kak Mamat di depan”, suruh kakak ini lagi, sekarang semua orang ngeliat ke arah gue, termasuk kak Mamat yang sedang bicara di depan.

Gue memasang gestur siap, sedikit tegang karena semua mata sedang memandang gue. Anak perantauan sebatang kara dari daerah yang mungkin semua orang disini belum pernah menginjakkan kakinya.

“Kak Mamat, mengatakan jika hari senin depan kita akan menjalankan kegiatan ospek selama satu minggu penuh”, kata gue.

“setelah itu?”, tanya kakak tingkat rese disebelahku.

“Selanjutnya kami akan dibagi perkelompok per hari ini, lalu bekerja sama untuk membuat alat-alat ospek yang akan kami kenakan di hari senin nanti, seperti botol air minum ukuran....”, gue terus menyebutkan semua instruksi yang telah diberitahukan kak Mamat tadi. (Kenapa gue tau? Karena sambil melamun gue dengerin gue dengarin bacotnya kak Mamat) Semua orang mengangguk-anggukkan kepalanya seolah-olah perkataan gue membuat mereka ingat dengan instruksi dari kak Mamat.

“Ok, cukup putra, karena kamu sudah ingat, kamu saya tunjuk sebagai ketua kelompok ini, tugas kamu koordinasi keperluan ospek dan jaga anggota kamu selama masa ospek,mengerti?!”, tegas kakak rese tadi.

Lah, kenapa jadi gue?

“mengerti, putra? Jangan bengong!”

“siap mengerti kak”, jawab gue

Gue si anak daerah ini jadi ketua kelompok, gak mau sih sebenarnya karena pasti akan ribet, tapi nasi sudah menjadi bubur, dasar kakak sialan. Gue melihat tag namanya sekilas yang di taruh di pinggangnya, “Rina Subroeto”. Mata gue kembali melirik lekuk pantatnya yang berbalut jeans saat ia berjalan menjauhi gue. Teman kelompok di sebelah gue yang belum kenal namanya, memberikan acungan jempol ke gue secara diam-diam. Gue hanya menganggukkan kepala gue dan memberikan senyum mantap kearahnya. Seakan setuju jika kakak yang memarahiku tadi, cantiknya kelewatan.



Malam minggu, 18 Agustus

Di kota yang cukup dingin ini, gue mencoba membiasakan diri selalu memakai jaket kalau malam. Malam ini gue dan teman kelompok gue akan ke kosan salah satu teman kelompok gue karena kami akan membuat properti ospek bersama-sama. Bicara soal teman kelompok, ada 11 orang, sama gue jadi 12. Cuma yang gue sebutin paling yang cantik dan signifikan aja di cerita ini. dari cowo dulu, yang ngasi acungan jempol namanya Bagas, badannya agak besar, orang dari Jawa juga tapi dari kota sebelah. Dari mukanya udah kelihatan aroma jahatnya. Dia ke kosan teman gue ini menggunakan mobil dengan tiga orang teman kelompok lainnya, cewek semua. Dari ketiga itu Cuma Sarah yang cantik, gayanya anak ibukota banget. Yang lainnya rata-rata. Lalu, tempat kosan yang kita datangin beramai-ramai ini punyanya Putri, cewe cantik dari Bali yang tajir, jadi kosannya punya ruang tamu untuk kita beramai-ramai ngerjain properti ospek.

Perlu gue jelasin properti ospeknya apa? gak perlu kan.. pendek cerita sudah jam 11 malam, masih ada sisa-sisa yang belum selesai. Satu persatu anak kelompok gue suruh balik aja. Yang pertama balik tentu saja Bagas dengan tiga dayang-dayangnya. Akhirnya menyisakan gue berdua sama Putri, sang empunya kosan. Kalo diperhatiin (yang mana dari mulai kerja kelompok tadi udah gue perhatiin), Putri ini anaknya cakep banget. Wajahnya manis ala wanita bali, walaupun gue gak pernah liat wanita bali sebelumnya, cantiknya itu beda dengan wanita cantik Jawa walaupun agak mirip. Putih. Untuk body, gue kasi nilai A, tubuh anak SMA yang baru lulus dan langsing tidak kurus, dengan dada yang tidak terlalu besar juga. Jujur saja, dari tadi merhatiin dia sempat bikin gue nelan ludah beberapa kali. Belum lagi dia Cuma pakai baju tidur anak kosan yang yah, gak terlalu seksi Cuma rasa rumahannya itu yang bikin adem. Bawaannya pengen bobo bareng aja.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, hujan deres turun, pas ketika gue udah siap-siap mau pulang. Hujan yang benar-benar gak bisa gue tembus. Walaupun kosan gue bisa pakai jalan kaki, Cuma jaraknya itu 1km ada. Tidak ingin resiko sakit karena ospek tidak boleh ada yang bolos, apalagi gue ketua, akhirnya gue mencoba nunggu sebentar sambil mengerjakan pernak pernik properti ospek.

“Hujannya deras ya”, kata Putri.

“yoi, gue belum bisa pulang, lo ada payung?”

“ng, gak ada haha, gue ga berani pinjam ke yang lain sih (teman kosan), udah malam, terus belum pada kenal juga”

“hoo, btw lo dari Bali kan? sering main ke pantai dong?”

“yah lumayan sih, karena dari kecil udah di Bali jadi gue pasti sering ke pantai”

Lalu diam. Gue ngeliat Putri ini anaknya memang kalem sih, udah cantik, kalem lagi. Meleleh hatiku bang.



Udah 30 menit berlalu, gue masih menggunting-gunting. Hujan masih belum berhenti. Putri meninggalkanku katanya mau ke kamar sebentar.

“Gung, kayaknya pintu depan udah digembok deh”, kata dia pelan.

“buset serius lo?”, kata gue dengan suara pelan juga.

“pindah ke kamar gue dulu aja mau gak lo?”, kata dia pelan sambil membereskan properti ospeknya.

Gue meneguk ludah lagi.


Sejujurnya, pikiran itu sudah ada. Hujan deras banget, sudah malam. Kepikiran opsi nginap bareng pasti ada. Tapi itu Cuma khayalan gue, maksud gue, gak mungkin kan gue tiba-tiba diajakin tidur bareng sekarang, karena opsi gue dipaksa harus pulang malam ditengah hujan deras lebih logis dibandingkan gue diajakin tidur bareng.

“gung, lu kok bengong”, kata Putri lagi.

“ooh iya iya, yowis la kalau pintu depannya udah dikunci”, kata gue sambil membantunya memasukkan properti ospek ke kamar.

Dipikiranku sudah menghayal banyak hal, bagaimana kalau gue tidur bareng terus kebablasan? Gimana gue keluar besok paginya? Oh iya tunggu, kan gue punya pacar di kampung, bagaimana dengan dia dong? Pikiran itu berkecamuk di kepala gue sampai akhirnya pintu kamar itu ditutup.

“kita disini dulu aja sampai hujan reda, terus gue sms bapak penjaganya buat buka pintunya, soalnya bapaknya gak tidur di kosan”, kata Putri kalem.

Duar! Khayalan gue langsung runtuh

“ng, ng, oke”, kata gue canggung karena gue udah mikir yang engga-engga, yang sialnya kecanggungan gue ketahuan oleh Putri.

“lah, kenapa lo? kok kayak kecewa gitu haha”

Anjir bukan kecewa, tapi canggung, tapi kecewa juga, lha sama aja, ah bodo ah, gue udah gak bisa mikir,pikirku.

“ah, biasa aja kok”, kataku mengelak.

“haha, bercanda kok, udah malam banget ini, lo tidur disini aja, tapi dibawah ya”.

Wow, harapan masih ada pak bos, lha kok gue ngarep, apa kabar pacar gue?

“ooh yaudah, kalo gitu, gak apa kan?”, kata gue dengan cool-nya.

“iya, gak apa”, katanya.

Oke, karena udah 70% hampir ekse, gue jelasin dulu tentang venue-nya. Kosan putri ini cewek semua dan pastinya tajir, Putri sendiri punya mobil yang terparkir. Harga kosannya sebulan aja 4x lipat dari kosan gue. Masih ada beberapa barang yang belum dikeluarkan karena dia baru pindah, tapi semuanya tersusun rapi. kamarnya luas 4x4 kayaknya, ada AC, TV, meja belajar, rak buku, lemari, kamar mandi dalam, semuanya terkesan minimalis dengan kasur dobel bed di tengah-tengahnya. Kasur dengan seprei warna abu-abu dan selimut warna senada menambah suasana minimalis kamar dengan cat warna putih ini. Gue hanya bisa duduk bengong di karpet bulu dibawah kasurnya menunggu Putri yang sedang di kamar mandi.

Putri lalu keluar dan memberikan selimut dan bantal kepadaku.

“awas masuk angin ya hihi”, katanya sambil nyengir.

Masih 70% pemirsa, sabar dulu.

“gue ke kamar mandi ya put”

“iya”, kata Putri.

Gue ke kamar mandi berpikir.

Anjrit, ini gimana ya, gue pengen sih, tapi gue punya pacar. Oke, bodo amat sama pacar, satu masalah kelar. Masalah kedua, besok gue gimana keluarnya, ah, biar Putri yang mikirin, oke selesai. Masalah terakhir, kalo dianya gak mau apa gue perkosa aja? Tunggu, tunggu, apa? yakali bos. Kalo dia teriak gimana?

Akhirnya gue keluar dengan menggunakan celana pendek (boxer) karena gak mungkin gue tidur pake jeans. Gue udah pasrah kalo dianya gak ada ngasi kode lagi, yaudah gue relakan saja. Putri melihat ke arah gue sekilas ketika gue keluar dari kamar mandi.

“udah? Gue matiin lampunya ya”, kata dia

“sip”, kata gue

anjrit......... 30% lagi bos biar ekse.

Klik, lampu dipadamkan.

Harapan ekse turun drastis menjadi 20% aja.

10 menit sudah berlalu, dan gue belum memejamkan mata, karena gue masih berharap, berharap walaupun kesempatan cuma 10% lagi.


“gung”, sebuah suara yang bikin mata gue terbuka, jantung berdetak kencang, dan junior mengacung.

“iya put”, jawab gue

Man, jantung gue gak pernah berdetak sekencang ini, udah kayak suara kaki kuda yang berlari kencang

“lho gue kira udah tidur”, kata Putri.

Anjir suaranya itu lho, ada serak-seraknya, tolong guee.

“iya masih belum”

Yaiyala bego, ngapain lo perjelas kalo lo belum tidur, semua makhluk di kamar tau kalo lo belum tidur


“tidur diatas aja, masih lebar kok kasurnya, gue juga butuh selimutnya hehe”

MAMMA MIA! Itu yang gue mau, itu yang gue tunggu masbro.

“ng, oke deh”, kata gue, masih sebisa mungkin bersikap biasa aja sambil membawa selimut pindah ke atas.

Akhirnya kita berdua sudah diatas, gue berinisiatif melebarkan selimut dan membuat posisi kita berdua kini dibawah selimut. Oh iya, satu detail yang belum gue kasi tau, gue orangnya kalo tidur gak pakai celana dalam, jadi ya..... bisa nyundul-nyundul kalo ga sengaja. Tapi karena gelap, junior gue yang ngaceng belum kelihatan hehe.

“gue mau cerita deh” katanya sambil mendekatkan tubuhnya ke gue.

“kan gue sama pacar gue kemarin itu pisah kan, karena gue kuliah...”

Tunggu-tunggu, pacar? PACAR? Sial dia udah ada yang punya. Gue juga sih....

Putri bercerita panjang tentang pacarnya, ada 10 menit, 10 MENIT doang, Cuma buat gue rasanya itu lama banget. Sambil bercerita dia makin merapatkan tubuhnya ke gue. Sangking rapatnya gue udah bisa mencium aroma tubuhnya yang wangi b a n g e t. Gue udah mencoba sekuat tenaga menahan agar junior gue engga ngaceng maksimal, tapi apalah daya. Lalu sentuhan itu...

Pacar maafkan gue. Mau gimana lagi, gue kasi tau suasanya agar kamu mengerti. Hujan, gelap, dingin, dan ada wanita yang dari awal kerja kelompok tadi gue udah kepikiran buat ngentot sama dia. gak sekedar ada, dia di sebelah gue siap buat di ekse, kayaknya.

Sebuah sentuhan yang membuyarkan pikiran gue yang sedari tadi fokus buat nahan junior gak ngaceng. Sentuhan lembut yang bikin batang dibawah mengeras. Sebuah setuhan yang tepat di jantung pertahanan terakhir gue. Putri sambil bercerita tiba-tiba mengarahkan tangannya ke arah selangkangan gue dan meraba, mengelus, lalu menggenggam junior. Jantung gue berhenti berdetak.

Mohon maklum, ini kejadian pertama gue, orang lain yang pernah megang junior gue Cuma tukang sunat.

Putri menghentikan ceritanya, sambil melihat wajah gue yang shock, dia tersenyum, dan berkata

“eh, udah bangun aja”

“gue tau kok, lo udah mikir buat ngentotin gue dari tadi kan”, katanya membuat gue kaget karena gak kepikiran Putri akan berkata seperti itu. Tangannya masih mengelus junior dibawah yang hanya berbalut boxer.

Gue hanya terdiam, berusaha mengumpulkan nyawa kembali.

Ketika tangannya mulai masuk kedalam celana boxer dari arah paha, disitu gue tau harus berbuat apa. wajahnya yang cantik itu langsung gue serbu dengan ciuman di bibirnya yang langsung disambut dengan mesra oleh Putri.

“eh, sabar dulu”, katanya melihat gue yang tiba-tiba agresif kayak banteng Jawa.

“denger dulu gung, aah”, katanya ketika gue udah mencium lehernya.

Gue berhenti

“kenapa put?”

“ ini yang kedua buat gue, oke, jadi gue ingin lo pelan dan nyantai ya”, katanya, gue udah gak bisa berpikir sih, karena Putri ini udah cantik banget di mata gue. Tiap gerak bibir, raut wajah, rona pipinya yang terlihat walaupun gelap membuat gue gak fokus dengan kata-katanya.

“kedua, plis jangan berisik ya gung, gue takut yang lain dengar”.

“oke”, kata gue tergesa-gesa

Dia tersenyum lalu mencium bibir gue,

“yuk, lanjut gung”

Gue melanjutkan ciuman gue dibibirnya. Seperti mimpi bisa menikmati ini dengan wanita secantik Putri. bibirnya yang basah dan kedua tangannya yang mengalungi leher gue membuat ciuman ini bukan sekedar ciuman. Tubuh kita begitu rapat, kulit gue dengan kulitnya saling bergesekan seakan mencari kehangatan di malam yang dingin dengan suara syahdu hujan.

Gue bergerak ke arah lehernya. Gue ciumi leher dan kupingnya, Putri hanya mendesah keenakan. Gue semakin turun mencium dadanya. Lalu tangan gue dengan lembut meraba payudaranya yang sudah tidak terbungkus bra lagi. Ukuran yang tidak terlalu besar, tapi bukan masalah bagi gue. Putri meringis saat gue terlalu kuat meremas payudaranya. Gue masih gak tau, tingkat remasan yang enak dan bikin sakit seperti apa karena, INI EKSE PERTAMA GUE!

Baju putri gue singkap ke atas, dalam kegelapan gue masih bisa ngeliat putingnya mencuat ke atas. Gue cium payudaranya lalu mengisap pelan putingnya.

“Ahh”, desahnya.

Tangan gue merayap kebawah memegang selangkangannya yang terasa hangat. Gue lalu memasukkan tangan gue langsung ke celana dalamnya yang ternyata sudah basah dan hangat.

“Ahh, agung” katanya sambil tangannya masih mengalungi leher gue.

Gue semakin turun dan menciumi perutnya. Gue sedikit tahu trik-trik untuk memuaskan wanita karena gue sering baca cerita dewasa hehe (terima kasih suhu!)

Gue cium perutnya dan semakin kebawah, aroma asing (mungkin vagina), mulai tercium. Gue perlahan menurunkan celana sekaligus celana dalamnya. Gue usap-usap vaginanya.

“Ahh, Agung, lo mau ngapain?”

“udah nikmatin aja”, kata gue

Perlahan gue mainkan vaginanya pakai jari tengah gue, gue cari-cari di lipatannya yang basah itu sebuah titik kecil yang mencuat sendiri. ketemu! Gue coba mainin dengan gerakan menekan sambil memutar titik tersebet. Lalu apa yang terjadi dengan Putri?

“Ahh Agung”, teriak dia refleks dan langsung mengambil bantal untuk menutup wajahnya agar suaranya tidak kedengeran tetangga kosannya.

Tubuhnya menggelinjang saudara-saudara. Lenguhannya yang panjang masih terdengar walaupun ditutupi oleh bantal. Gue lalu memutar dan menggetarkannya dengan ritme cepat. Putri menjadi liar, tubuhnya melenting keatas, tangannya menekan bantal kuat-kuat ke wajahnya, kakinya menegang. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat luar biasa bagi gue. Tidak lama kemudian dia melemas dan melepas bantalnya. Gue menghampiri dia dengan tersenyum.

“lo abis ngapainin gue sih tadi?”, katanya dengan sangat lemas, lalu tangannya mecoba meraih kepala gue mengarahkannya untuk dia peluk. Tapi belum selesai pemirsa. Guemembuka baju atasnya dan dia membantu membuka baju dan celana gue, kini kita berdua sudah telanjang dengan junior yang mengacung gagah perkasa.

“wait, janji, jangan keluar di dalam”

“iya putri sayang”, jawab gue sambil menenangkan dia. gue membuka pahanya mengamati pemandangan nyata pertama gue.

Ini waktunya

“sini gue basahin dulu”, katanya bangkit meraih junior.

Jackpot kawan-kawan.

Gue merhatiin dari atas bagaimana Putri dengan telaten memanjakan junior dengan mulutnya. Gue pegang kepalanya yang maju mundur. setelah beberapa menit,

“udah, masukin ya”, katanya.

Gue mengarahkan junior ke lubangnya. Kakinya Putri sudah berbentuk M dan Putri pasrah sambil memejamkan matanya. Gue perlahan memasukkan penis ukuran normal gue ke vaginanya Putri.

“Aah”, katanya sambil mengigit jari kukunya

Setelah masuk sedkit, gue langsung membenamkan seluruh penis gue kedalam lobangnya disambut dengan ekspresi mulut O yang dari Putri. agak lama gue biarkan junior menikmati penagalaman barunya. Gue kembali mencium putri, karena, dia cantik b a n g e t. Gue cium dia sambil perlahan memaju mundurkan pinggul gue, maju mundur. terus maju mundur.

“ah, ah, ah, ah, ah, ah, ah, ah, enak Gung”, desah Putri tiap kali penis gue terbenam seluruhnya.

Kenikmatan duniawi

Nikmat yang belum pernah gue rasakan.

“terus gung, terus sayang, aaah”, kata Putri pelan.

Tiba-tiba gue merasa mau keluar

Anjir cepet banget

Gue gak nyangka ngentot itu seenak ini, vagina Putri terasa meremas-remas penis gue dengan kencang. Gue coba untuk mengatur napas agar tidak terlalu cepat keluar. Gak bisa man

Putri kini tangannya juga membantu pinggul gue untuk terus maju mundur memasukkan junior ke lubang vaginanya. Sudah diujung bro,

“put, gue mau keluar nih”

“ha? Ooh iya ahh, lepasin gung”, katanya sambil agak mendorong tubuh gue yang langsung melepas Junior dari lubangnya. Tapi ternyata junior masih belum memuntahkan spermanya.

Anjir false alarm. terus gue merasa agak sakit di kantung bola gue

“lho belum, gung? Sini sini” katanya sambil mulai bangkit.

“ lo tiduran disini biar gue bantu”

“ng, agak sakit bola gue”, kata gue agak meringis

“tenang, itu blue balls namanya, gue keluarin ya gung, lo rileks aja”

Kami pun bertukar posisi. Gue tiduran. Putri yang memegang junior dan mulai mengurutnya naik turun. Tangan kanannya yang lembut mulai mengocok penis gue. Sedangkan tangan kirinya meremas-remas bola gue. Entah darimana Putri tahu teknik ini, tapi rasa sakit itu perlahan menghilang berganti dengan rasa ingin keluar lagi. Kini Putri sudah mulai memasukkan junior ke dalam mulutnya, gue hanya bisa menikmati servis dari Putri.

“Put, gue udah mau keluar nih”



Putri makin kencang menaik turunkan mulutnya di penis gue yang membuat gue udah gak bisa menahan laju sperma gue. Tembakan pertama sperma gue langsung membuat Putri menghentikan blow jobnya. Dilanjutkan dengan kocokan di penis gue yang masih memuncratkan tembakan-tembakan berikutnya. Entah apa yang dilakukan Putri dibawah tapi gue merasa bola, batang gue semakin basah dibuatnya selagi penis gue memuntahkan spermanya. Hingga tembakan terakhir, Putri masih mengurut penis gue lalu untuk sesi terakhir, dia mengecup, menjilat dan memasukkan bola dan batang junior ke mulutnya.

“banyak juga gung, udah lama ya”

Ini yang pertama coy

“hehe”, gue hanya bisa tertawa canggung. Putri lalu bangkit dan masuk ke kamar mandi. Gue yang masih lemas istirahat sebentar. Setelah dia keluar, gue gantian masuk ke kamar mandi sambil membersihkan junior.

Perjaka gue udah hilang

Ada sedikit rasa menyesal, tapi gue pikir, terkadang di titik tertentu semua orang sulit untuk mengelak di posisi seperti ini.

Sudahlah, gue udah ngantuk juga.

Gue kembali ke ranjang, layaknya sepasang suami istri, Putri langsung merapatkan tubuhnya dengan tubuh gue.

“Makasih ya”, katanya, entah untuk apa.

Gue Cuma bisa mengusap rambutnya dan mencium keningnya.

Entah apa yang terjadi setelah ini, gue gak tau.
 
Terakhir diubah:
"Entah apa yg terjadi setelah ini gue gak tau" Sama donk om, mkanya ane pasang kursi dulu biar tau kedepannya gmn
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd