Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Cerita Agung yang sederhana atau engga

Paling suka dengan karakter perempuan yang mana? (Boleh pilih 2)

  • Putri

    Votes: 56 60,9%
  • Kak Rani

    Votes: 22 23,9%
  • Sarah

    Votes: 13 14,1%
  • Dinda

    Votes: 31 33,7%

  • Total voters
    92
Bonus Gan

Chapter III

Di sebuah kosan elit

“aah, ah, ah”, suara desahan terdengar sampai keluar kamar. Untungnya penghuni kosan tersebut lagi banyak yang keluar.

Gue cuma bisa diam diluar sambil mendengarkan suara kenikmatan tersebut.

Dua bulan setelah berita ayah gue, gue memutuskan untuk pulang kampung bertemu dengan ibu untuk melihat keadaannya. Tapi timbul permasalahan dimana gue tidak punya uang. Gue masih dikirim uang saku oleh keluarga gue yang lain, Cuma untuk ongkos pulang kampung gue masih tidak punya. Didorong rasa ingin bertemu ibu, gue menebalkan muka untuk meminjam uang ke satu-satunya teman (sahabat) gue yang tajir dan selalu mendukung gue. Bagas.

Disinilah gue berdiri di depan pintu kosannya.

“ah ahh, enak sayang, masukin dong, dedeknya udah ngaceng-ngaceng gitu tuh”, gue mendengar suara wanita secara jelas dari dalam.

Anjir baru mulai.

Gue melihat keadaan sekitar, sejauh ini aman sih. Kosan Bagas termasuk kosan elit, berbentuk cluster dengan beberapa rumah di dalamnya. Setiap rumah memiliki 8 kamar, kamar Bagas salah satunya. Seperti yang Bagas ceritakan, kosannya itu termasuk bebas dan campur. Tidak jarang ketika gue ke kosan Bagas, gue mendengar suara persenggamaan atau sekadar melihat cewe setengah telanjang keluar mengendap-ngendap mengambil air minum di dispenser ruang tengah. warga sekitar juga tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi di cluster ini karena pihak pengelola sudah membayar upeti yang banyak untuk jawara kampung ini. jadi kegiatan apapun asalkan tidak termasuk narkoba dan minuman keras, semua diizinkan.

Gue Cuma bisa duduk di kursi depan pintu kosannya, menunggu permainan mereka selesai.

“nanti dulu, kalau mau masukin harus basahin dulu kontolnya hehe”, suara Bagas kini terdengar.

Suara desahan kini berganti bunyi celup benda tumpul ke tempat yang basah.

Klok klok klok klok klok

“hmmph, hmmphh”, suara erangan Bagas terdengar, gue ingin menutup kuping tapi penasaran dengan siapa cewek yang kini bersama Bagas.

“enak banget mulut lo Sarah, ahli banget looo”, kata Bagas.

Ooh Sarah si bodi bohay, Makasi Gas udah ngasi tau

“hmmph hmmph”

Klok klok klok klok

“puahh, slurppp”

“udah basah tuh, sekayang macukin dong”, kata Sarah

Manja banget suaranya

“iye, iye”, kata Bagas.

.

“Ooooh”, teriak Sarah dari dalam kamar.

“Oooooh, ooooh, ooooooh”, desahan merdunya keluar dari mulut Sarah berbarengan dengan suara kasur.

Kuping gue mulai panas. Gue membayangkan Sarah yang setiap harinya duduk di bangku depan saat kuliah, bertanya ke dosen sambil membusungkan dadanya, dengan bibir sensualnya. Sehari-harinya dia sering memakai baju dengan warna cerah dan ketat, sehingga sejak hari pertama kuliah pun dia sudah menjadi bahan pembicaraan di angkatan. Pembicaraan tentang keseksiannya pastinya. Kini, Sarah si bohay dengan rambutnya yang sebahu dan tatapannya yang sayu sedang dipacu oleh teman gue Bagas.

“Ooooh, enak Gas, enak”, terdengar suara Sarah kembali

Fuck, gue jadi ngaceng

“memek lo juga enak banget Sarah, rapettt”, kata Bagas sambil mengeluarkan nafas berat karena sedang memacu Sarah.

“Sar, balik badan sekarang”, suara kasur terhenti.

“Ooh, oh iya Gas”

Anjir, ganti gaya nih

Suara kasur sedikit berdenyit.


“UUUUUUH”

“BAGASSSSSS”, jerit Sarah

“UUUUH”

“Hmmphhh”, erangan Bagas terdengar.

“hosh hosh, aaaaaaah, sakit Gas, kenapa disituuuuu”, teriak Sarah.

Anjrit, anal nih?

“Hosh hosh, hehe, penasaran gue sama lubang mungil ini”, kata Bagas.

“tapi kan sakitttt, Sarah belum pernah, auuuuuh”, Suara Sarah lagi.

“hosh hosh, penasaran hehe”

“auhhh, oooh, ooooh”, gue hanya mendengar desahan Sarah yang menjadi-jadi dan suara kasur kembali bergoyang.

Kini terbayang di kepala gue, pantat Sarah yang sekal dan mengetat di celana jeans yang ia pakai saat kuliah. Kini lobang pantatnya sudah dijebol oleh Bagas.

Gue mulai resah di tempat duduk. Udah 15 menit gue mendengar persenggamaan mereka. Ingin hati menggrebek mereka dan untung-untung gue diajakin gabung. Tapi gue masih menahan karena kepikiran orang tua gue.

Anjritttttt..... itu lobang bo’ol Sarah gimana anjir dijebol gitu

Gue masih mencoba tahan.

“oooh, ooooh, ooooh”

“hmphh hmphh”

“oooh”

“ooh”

“aaaaaaaaaah”, teriak Sarah panjang dan suara kasur mulai berhenti.

“enak gak? Hehe, dua penetrasi langsung?”

Ha? Dua? Ada cowok lain?

“hehe iya yang, gak pernah Sarah diginiin”

Diginiin? Diginiin apaan?? Fuck gue penasaran.

“Sekarang keluarin gue dong Sar hehe”

“siap bos!”

Tunggu, tunggu gue masih penasaran sama yang tadiiii.

Fix, gue harus gerebek

Gue perlahan maju ke pintu kosan Bagas.

Klok klok klok klok klok

Suara blowjob Sarah kembali terdengar.

“Ahh, enak banget Sar”

Gue mikir ulang, yakali gue rusak suasana Bagas lagi enak-enak.

“iya dong kan Sarah ahlinya hihi”, Suara Sarah yang emang udah seksi kayak bodinya makin bikin gue merinding dan pengen masuk.

“nanti kapan-kapan gituin Sarah kayak tadi lagi yah”, Suara seksi Sarah meruntuhkan tembok pertahanan gue.

Cukup, gue harus tau Bagas habis ngapain Sarah.


Dok dok dok

“Gasssssss”, teriak gue manggil

“Anjir anjir anjir”, suara panik Bagas terdengar dari dalam. Disusul oleh suara gemerasak gemurusuk.

“Gassss, Gassss, oi Gas”

Anjir gak sopan banget manggil orang, padahal mau pinjem uang

“kepada Bapak Bagas yang terhormat, harap dibuka pintunya”, kata gue memeragakan suara polisi campur MC.

Apaan sih gak jelas.

Bruakkk. Pintu dibuka.

“Apaan sih lo gak jelas”, kata Bagas yang bertelanjang dada.

“hehe”, gue Cuma bisa nyengir. Karena jujur aja, gue blank.

“ketawa-ketawa lagi, sendirian kan lo?”, tanya Bagas.

“Iya Gas, gue sendirian”

“yaudah masuk buru”.


Oke, sebenarnya gue bingung kenapa gue bisa senekat ini buat ngegedor dan masuk. Lalu apa yang gue harus lakukan? Langsung ke intinya mau pinjam? Ya enggak dong, kan gaenak soalnya gue habis ganggu dia main. Terus gue harus ngapain? Gue penasaran dengan apa yang Bagas perbuat dengan Sarah. Masa langsung gue tanya juga “Gas, lo habis ngapain?”, ya ngewe lah jawabannya. Tapi, di dalam lubuk hati gue yang paling dalam, gue sangat dan pengen banget bilang kalimat ini.

“Gas, boleh join ga?”




Untungnya gue gak bilang kalimat tersebut. gue Cuma bisa berdiri dan memandang takjub ke arah wanita yang sedang mecoba menyelimuti setengah bagian tubuhnya dengan selimut. Wanita yang selama ini jadi pembicaraan di angkatan, wanita yang baru aja dijebol analnya beberapa menit yang lalu. Sarah. Gue ngiler abis.

“Bentar Gung, lo duduk aja disitu, gue mau keluarin dulu”, kata Bagas santai.

“eh eh, iya Gas”, kata gue.

“atau lo mau gabung hehe, gak papa kan sayang”, kata Bagas kepada gue dan Sarah.

“hmm, Agung jago gak? Hihi”

Gue hanya bisa menelan ludah.

“jago sih, Cuma nanti dulu deh hehe”

WHATTTT

GOBLOKKK


Gue sendiri kaget malah keluar kalimat itu. tapi yaudah deh, gue Cuma duduk.

“oke”, kata Bagas cuek. Mungkin dia sadar kondisi hati gue lagi gak enak karena kejadian ayah gue.

“Sar, lanjutin dong hehe”

“Siap tuannn hihi”, kata Sarah antusias.

Bagas kini tiduran dikasurnya dengan Sarah memosisikan dirinya di bagian selangkangan Bagas.

“Jadi Gung, lo ngapain kesini?”, tanya Bagas.

Klok klok klok klok

Gue yang sedang menghadap ke jendela mau enggak mau harus memutar kursi dan menghadap Bagas yang sedang diservis Sarah. Langsung pemandangan gue ke Sarah yang sekarang posisinya seperti orang bersimpuh di selangkangan Bagas dengan pantatnya mencuat keatas.

“hehe, bo’olnya abis gue jebol tuh”.


Plakk, Sarah menepuk paha Bagas.

“Apaan sih kamu”, kata Sarah.

“hehe”, tawa nyengir dari Bagas yang kini menyilangkan tangannya di belakang kepala.

Klok klok klok, Sarah melanjutkan aktivitas naik turun kepalanya.

“Jadi gung, lo kenapa kesini”, tanya Bagas.

Gue mencoba fokus ke tujuan kenapa gue disini, soalnya dari tadi gue merhatiin bagian belakangnya Sarah yang mulus banget.

“jadi Gas, gue mau..”

“AARGH”, teriak Bagas

“Kena gigi”, protes Bagas.

“hihi, maafin dunn, cayang cayang”, kata Sarah

Chup, kepala kontol Bagas dicium oleh Sarah.

Gue kembali Cuma bisa menegak ludah.

Klok klok klok klok

“Ahhh, terus kayak gitu, Sar”, Bagas kembali terbuai, lupa sama gue.

Tiba-tiba Sarah berhenti dan menengok ke arah gue.


Sarah

“Agung, gak mau ikutan hihi”, tanyanya menggoda. Tangan Sarah masih memegang kontol Bagas dan mengocoknya sesekali.

Sarah lalu semakin menurunkan badannya dan mendongakkan pantatnya.

“lubang yang ini nganggur lho, gung”, kata Sarah tajam, memikat, seolah mencincang seluruh tembok pertahanan gue. Perlahan tangannya mengarah ke lubang Vaginanya. Jempol dan jari telunjuknya lalu melebarkan lubang vaginanya yang kini terlihat jelas di depan gue.

Sarah menn, nungging, posisi minta disodok banget.

Tatapannya yang sayu membius gue. Ohh Sarah, primadona kampus

“tusuk aku dong Gung”, kata Sarah kembali sambil mengigit bibir bawahnya. Sarah tidak berusaha centil. dia malah terkesan memerintah. suaranya yang tegas seperti membuat Junior sudah tidak tahan untuk masuk ke sarangnya yang menganga lebar di depan gue.

Bodo amat, tembok pertahan sudah runtuh

Gue lalu berdiri membuka celana gue.

“Nah, gitu Gung, lanjutin kayak pas di kafe XX”, kata Bagas menyemangati gue, yang ternyata memberikan dampak negatif ke gue.

Sial

Andai saja...

1
2
3


Ucapan Bagas melempar gue ke memori ketika mendengar kabar dari Ibu soal ayah. kejadian di Cafe. Telfon itu. Kabar yang disampaikan. Semua kejadian setelahnya seperti bertubi-tubi menyerang ingatan gue dan membuat gue sadar kondisi gue yang sekarang. Gue mengurungkan niat untuk membuka celana. nafsu gue menurun tapi gak hilang.

Gue tetap manusia men

“huft”

Sarah dan Bagas sama-sama terdiam melihat perubahan di gue.

“Gas, nanti deh, gue tunggu diluar aja ya”, kata gue langsung keluar. Selagi keluar gue dengan sekuat tenaga menutup seluruh memori tentang tubuh Sarah dan menekan nafsu sedalam mungkin. bukan saatnya gue kayak begini. Ayah lagi di tahanan menunggu pengadilan, ibu di rumah nenek sedang depresi. Engga. Jangan sekarang, pikir gue.

Ketika gue menutup pintu, gue melihat Bagas yang masih bengong melihat kearah gue. Bukan hal yang besar sih, karena selanjutnya gue masih mendengar aktivitas mereka.

“Hah, yaudah deh”, kata Bagas.

“Kamu duduk di lantai Sar”, Suruh Bagas.

“minum yang banyak dulu, biar gak kering hehe”

“Siap ya Sar”

Lalu suara itu kembali terdengar,

Klok klok klok klok

“hmmph, hmmphh, hmphh”, desahan dari mulut Sarah seperti tersumpal sesuatu.

“hmmph, hmmph, hmmphh”

“Ayo Sar, deepthroat Sar, yang dalam Sar”

“hmmphh, aahhh”

“napas dulu Gas, jangan kuat-kuat jambakin rambutnya”, protes Sarah.

“iye, lanjut dong”, kata Bagas lagi.

Klok klok klok klok

“hmmmph, hmmph, hmmph, puahhh”

“hhmmmpph, hmmph, hmmph, hmmpph, puahh”

Suara Sarah beritme yang bisa gue artikan, kulum kulum kulum yang dalam lalu lepas, begitu terus. layaknya Slow motion, terbayang di kepala gue bagaimana Sarah sedang di ewe mulutnya oleh Bagas. Bibir Sarah mengulum lepas kontol Bagas dan menyelimutinya dengan air liur. Sungguh pemandangan yang indah dengan melihat wanita seseksi Sarah bersimpuh dibawah dengan mulut yang tersumpal kontol.

Klok klok klok

“Gokil, Sar, toket lu kenyel banget, pentilnya ngacung begini”, suara Bagas lagi.

“mmph mmph, mmph, mmph, mmph”, suara sumpalan mulut Sarah makin sering terdengar.

“Anjing lo Sar, mulut lo enak banget, gue sodok sodokin nih”

“mmph, mmph, mmph”

“Bikin gue keluar Sar, bikin gue keluar Sar”

“hmmmm, mmph, mmph, mmph”

“ooh, oooh”, desahan Bagas mulai terdengar.

“mmph mmph mmph”

Klok klok klok

“hmmmm, mmmm, mmm”, terdengar seperti suara penolakan dari Sarah

“mmm, mmmp, mmp, mmp, mm, m”,

“mmph, mmmph”

“mmph, phuaahhhh”, suara puah yang besar seperti tanda pertarungan mereka telah usai.

“telen Sar”

Glup

“aaah”, desar Sarah lagi.

Plakkk, suara tepokan.

“sakit tau, kamu lama banget, hampir gak bisa nafas aku”

“hehe, enak kan”, kata Bagas lagi.

“tau ah”, lalu terdengar pintu tertutup, sepertinya Sarah ke kamar mandi membersihkan dirinya.



Beberapa saat kemudian, Bagas keluar dan gue mengutarakan permintaan gue. Bagas yang mengerti langsung memberikan pinjaman tanpa batas waktu. dia juga sepertinya mengerti kenapa gue gak ikut bergabung dengannya tadi. Ketika gue mau pulang Bagas masih menawarkan Sarah yang masih gue tolak, walaupun Junior sepertinya penasaran. Di akhir perbincangan ada satu hal yang masih bikin gue penasaran,

“Gas, lo tadi ngapain si Sarah, gue denger dua penetrasi maksudnya apaan?”, selidik gue.

“ooh, lo dari tadi denger toh, haha, gue kasi tau rahasianya”, kata Bagas sambil kembali masuk ke kamarnya.

“yaiyalah gue denger kan suara lo gede bang.... hiiiiy”, teriak gue ketika Bagas melemparkan sesuatu berbentuk lonjong ke arah gue.

Sebuah dildo berurat berwarna hitam yang gue kira ular. Dan dia bergetar sendiri

“Anjriitttt”, teriak gue menghindar. Karena gue serem melihatnya

“Hahahaha”, tawa Bagas.

“kapan-kapan join lah biar dia ngerasain kena sodok dua daging asli”, kata Bagas lagi.

“iyanih Gung, penasaran hehe, kok bisa-bisanya lo nolak” kata Sarah centil setengah telanjang dibalik badan besar Bagas.

“engga-engga, makasih, gak dulu kalo sekarang”, kata gue masih ngilu melihat Dildo hitam berurat yang gede banget.

“kan kapan-kapan gue bilang, Gung”

“iye-iye liat nanti Gas, makasi Gas, Sar tawarannya”, kata gue sebelum akhirnya pamit karena masih geli melihat dildo tadi.
 
Terakhir diubah:
Mantap... Lanjutkan suhu...

Pas agung balik liat pacar nya selingkuh sama cwo lain dan agung di putusin sama pcar nya...
Dan di situ agung mulai liar nya. Hhhhaaa
 
Menarik ceritanya, bagaimana kabar Putri....?
 
CHAPTER II

Setelah malam itu, gue sudah mengkhayal. Wanita seperti Putri apa banyak ya. Betapa bahagianya hidup ini jika dikelilingi wanita seperti Putri. Cantik, manis dan fuck-able (bisa di ewe). Tapi itu surga kawan, dan apa yang menunggu gue kedepannya lebih menggambarkan betapa kejamnya kehidupan nyata buat gue.

Hari ospek tiba. Tidak ada kecanggungan dari Putri ketika melihat gue. Guenya aja mungkin yang masih sering terbayang kalo lagi ngomong di depan kelompok terus mata gue dan putri bertemu.

Ayolah, itu yang pertama dan gue gak pernah merasakan nikmat seperti itu sebelumnya. Melebihi imajinasi

Suasana di kelompok gue juga masih adem ayem aja gak ada yang mengira setelah mereka pulang dari kerja kelompok, gue dan putri lanjut “kerja” lainnya. Oh iya, ternyata Rina Soebroto (kakak galak) itu komisi disiplin yang mengawasi kelompok kami. komisi disiplin itu apa? sebuah divisi di panitia ospek yang tugasnya untuk menakut-nakuti kami yang tentu saja membuat mahasiswa baru seperti kami sangat membenci mereka. bukan salah mereka juga, kadang memang butuh ancaman seperti itu agar kami menjadi disiplin.

Hingga hari keempat, Bagas, orang di kelompok kami yang kelihatannya paling nakal, dari kemarin sudah sering mengomongi kemolekan dari kak Rina. Jika bukan topik kak Rina, dia juga membuat peringkat dari cewek-cewek di kelompok kami yang paling cantik menurutnya. Gue dan cowok-cowok lainnya hanya manggut-manggut mendengar peringkat dari Bagas.

1. Putri

2. Sarah

3. Lina

4. Rita

5. Diana

6. Farah

Begitu urutannya, menurut gue sendiri yang masuk hitungan “cantik” sih nomor 1 dan 2 saja (nomor 1nya udah gue coba hehe). Oh iya, mohon maaf nih bikin peringkat begini, bukan maksud merendahkan kaum wanita tapi namanya juga laki ya. Dan peringkat ini dibutuhkan sebagai pendukung alur cerita (ini fiksi, btw).

“Gung”, kata Bagas suatu waktu, setelah acara di hari keempat selesai.

“yo, gas?”

“memeknya Sarah enak bener”

Brak!

Buku yang mau gue masukin ke tas jadi jatuh.

“hahaha”, Bagas tertawa.

“abis kerja kelompok itu gue sama dia kan pulang bareng hehe, tapi dianya pulang ke kosan gue hahahaha”, tawa Bagas seperti raksasa, badannya juga gede sih.

Hehe, gue dapat nomor 1, lo dapat nomor 2 ya

“serius lo?”, tanya gue sambil pasang muka serius

“serius la, mau tau detailnya, ga?”

“Anjrit, emang gimana?” tanya gue setelah melihat keadaan sekitar yang mulai sepi.

“kayak gini nih”, Bagas memeragakan posisi doggy style dengan tangan di depan dan pinggul yang maju mundur.

“Anjir, stop woy”, kata gue panik, kalo ada yang liat gimana, man.

“haha, masak gue ceritain detailnya, emang gue penulis cerita dewasa, yang penting mantap banget dah, body-nya itu gung, BOHAY”, kata Bagas sambil tangannya membentuk gitar spanyol.

Gue langsung kepikiran, untuk body, Sarah memang unggulan sih.

“gue kebayang kalo Putri rasanya gimana ya, gue tebak dia masih perawan, kalem alim gitu sih”, kata Bagas

HAHAHA kagak tau aja lo, gue udah pernah tidur sama Putri

“wah anjir khayalan lo, semua cewe lo bayangin”

“mau gimana lagi, bro udah mesum dari kecil” hehehe.

Perbincangan dengan Bagas tadi membuat gue kepikiran ada peluang nih buat ngegarap Sarah juga. Tapi ada satu hal yang masih menggajal pikiran gue. Gue dan Putri hubungannya apa kabar?

Setelah kejadian malam itu, gue dan Putri gak pernah bahas-bahas apa lagi. Gak tau sih di Putrinya, tapi gue butuh kejelasan semacam FR (Fuck Review), gimana performa gue, momen apa yang paling dia suka, dan apakah akan ada lagi momen seperti malam itu.

Yang terakhir yang paling penting sih.


Jadi, demi kejelasan itu semua, gue sebagai cowok, mulai menghubungi dia setelah sampai di kosan. Lewat chat.

A: Put

(yang langsung dibalas karena dia selalu megang HP)

P: iya gung (emot senyum)

Apa-apaan emot senyum, ngundang gitu ya?, pikiran mesum gue

A: Put, gue mau tau dong hehe

Anjir ngapain gue tambahin hehe, kayak orang mesum aja

P: mau tau apaan emang gung?

A: performa gue waktu itu gimana?

P: Anjir wkwkwkwkwkwkwkwk

P: gue gak nyangka sefrontal itu. bagus kok hehe

P: enak banget (emot menjulurkan lidah)

Junior langsung bangun

Gue masa balas emot junior bangun

A: Lo juga mantap abis, gue jadi cepet keluar haha

P: Nah, kalo itu nilai minusnya ya

A: tapi lo jago banget juga hehe

P: gue (emot wanita dewasa) (emot bibir)

A: jadi....

A: kapan lagi ya?

P: hehe, liat nanti ya gung (emot cium)

A: Ga sabar nih...

Terus read doang

READ DOANG!!

Gue tunggu sampai jam 11 malam juga belum dibalas, wong gue ngirim chat terakhir 10.59. tapi sampai udah larut banget, itu chat terakhir gue sama Putri.


Hari kelima

Keeseokan harinya gue ngeliat Putri yang sepertinya tidak terlalu bereaksi setelah chat semalam. Jadi gue seperti biasa saja mengikuti kegiatan ospek di hari itu. ini hari yang biasa sampai Bagas tiba-tiba ngedatengin gue setelah semua orang pergi.

“lo gak akan percaya ini bro, hehe”, Bagas tiba-tiba merangkul gue, entah sejak kapan dia bisa seakrab ini sama gue.

“lo tau kan gue punya abang disini”

“ga..”

“lo tau kan gue tajir abis”, bagas melanjutkan tanpa membiarkan gue menyela pertanyaan retorisnya.

“lo tau kan gue ganteng banget, hehe”

“gak tau gue gas”, jawab gue tegas.

“hehe, sekarang lo udah tau”, gue pikir ini anak kesambet apaan, tiba-tiba nyengir begini.

“lo tau kak Rina kan?”

“ga..., oh gue tau dia”

Yaiyalah komdis kelompok gue dan bahan fantasinya Bagas.

“entar malam dia bakalan ikut nongkrong sama abang gue, hehe”

“terakhir nih, lo tau siapa yang bakalan ikut sama dia? gue, my man”, kata Bagas sambil menunjuk dirinya sendiri.

“lalu kabar terakhir yang paling terakhir hari ini, karena lo sahabat gue, gue ajakin lo buat ikutan, ntar malam jam 9 di kafe XX”

Entah kapan gue jadi sahabat dia, tunggu dulu,

“ eh Gas, bukannya komdis itu galak ya, ntar bermasalah lagi kita sama dia besok”

“ Jangan takut my man, dia udah dijinakkin sama abang gue, gampang lah, tenang aja lo besok hehe”

“udah ya itu aja, jangan lupa ntar malam jam 9”

Bagas pergi ninggalin gue. Gue hanya menghela napas, belum memutuskan untuk ikut atau engga.


Malam Sabtu

Putri masih read doang. Berangkat dari hal tersebut gue mengiyakan ajakan Bagas. Oh iya, tentang pacar. Gue kok lupa jelasin pacar gue ya. Emang ada yang peduli?. Jadi gue sama pacar itu enggak tiap hari kontakan. Pas kita awal-awal LDRan doang, masih intens. Sekarang, mungkin karena udah sama-sama bosan jadinya jarang. Gue pastinya udah bosan haha. Gak masalah buat gue, petualangan baru menanti.

Gue akhirnya tiba di kafe yang disebut oleh Bagas, jalan doang. Karena memang kosan gue dekat kalau mau kemana-mana. Kampus, tempat hiburan, kosan putri....

Ah, gue masih kepikiran Putri

Tiba disana gue disambut oleh Bagas, dikenalin sama teman-teman abangnya, salah satunya Rina Soebroto yang langsung kesel ngeliat ada gue ikutan.

Buset santai kak.

Kita ada di ruangan VIP gitu di kafenya. Yang punya kafe juga teman abangnya Bagas, begitu ceritanya (agar mempermudah penjelasan). Gak penting sih apa yang kita obrolin, yang penting semuanya udah nyambung obrolannya.

Males amat bikin cerita.

Langsung ke yang pentingnya, tiba-tiba Bagas ngechat gue, padahal dia lagi disamping gue

B: gung keluar bentar yuk

A: kemana gas?

B: udah lo ikut aja sama gue

A: kemana dulu

“woi, ngapain lu berdua mainan hape mulu, main ML ya, ga ngajak-ngajak”, tiba-tiba abangnya Bagas nyaut

“gak bang, gue sama Agung keluar bentar ya”

“yo, asalkan jangan adu pedang aja kalian, haha”, tawa abangnya Bagas disambut yang lainnya, Cuma kak Rina yang sepertinya masih jaga imej ke kami.

Bagas mendorong gue keluar bersama dia.

“apaan sih gas? Emang mau kemana si?”

“tadi itu kode dari abang gue, ML, men ML”

“ha?”

“Abang gue nyuruh kita buat pesenin minuman terus campur tuh minuman sama obat perangsang hehe”

“Anjir”

“woles, teman-teman abang gue udah biasa kok, Cuma si Rina itu yang dari tadi masih gak enakan karena ada kita berdua, nah tanggung jawab kita berdua men buat dia tipsy hehe”, tawa mesum Bagas sepertinya sambil membayangkan dengan kak Rina.

“oke”, jawab gue singkat. Karena, kenapa engga?

“cepet amat lu oke, di chat aja banyak nanya”, sahut Bagas yang dijawab nyengir oleh gue.


Oke minuman sudah siap dan langsung dibawa ke ruangan VIP tadi.

“mantap, gini dong, pembawa minuman udah tiba, lama amat, siapa duluan yang loyo tadi? Haha”, kata teman abangnya Bagas, gue gak peduli namanya siapa. Lagipula Cuma dia doang yang ketawa, yang lainnya gak peduli.

Karena sudah 50% akan ekse, gue jelasin venue (tempat)-nya. Jadi ruangan VIP ini mirip kayak karaoke gitu. Untuk mencapainya harus ngelewati lorong dulu agar terpisah dari tempat utama kafenya. Intinya tempatnya 100% amanlah dari grebek-grebekkan. Teman abangnya Bagas yang bikin jokes garing tadi itu si empunya kafe ini. jadi memang udah jadi tempat mereka buat nongkrong atau ritual malam sabtu mereka mabuk-mabukan menjurus gangbang.

Tunggu, tunggu, GANGBANG?! Gue gak siap

Seperti itu pikiran gue kala mendengar celotehan Bagas diluar tentang apa yang akan kita lakukan nanti.

Gue baru pertama kali ngewe, dan sekarang langsung Gangbang, wow, selanjutnya apa nih? Gue ngewe sama bule Afrika sambil ditonton sama jutaan orang di livestream situs porno sadistic dimana gue yang jadi korbannya? Ampun

Gue langsung mencoba tetap cool ketika mendengar kata itu meluncur dari Bagas.

“lo udah pernah ngewe kan sebelumnya?”

“udah dong”, jawab gue cepat.

“mantap-mantap, gak perlu gue ajarin lagi kalo gitu”

Ruangannya kayak tempat karaoke, punya sofa, ada meja, dindingnya gelap, lampu warna warni. Mengertilah ya, udah kebayang. Saat kami datang membawa minuman, lampu disko langsung diubah menjadi lampu merah saja. Bikin kepala gue pusing, tapi suasananya disitu langsung bergairah.

“Kita lanjut ke acara utama”, teriak abangnya Bagas.

Lalu kami lanjut minum-minum sambil ngobrol ngalur ngidul. Ada 6 orang pria di ruangan itu termasuk gue dan Bagas, lalu wanitanya ada 5 orang. Kini si empunya kafe udah mulai terlihat ngejilatin leher lawan pasangannya. Abangnya Bagas juga udah mulai memepet wanita lain

“kita langsung pepet, kak Rina aja, udah mulai tipsy tuh dia”, kata Bagas penuh nafsu, gue liat Bagas Cuma minum 1 gelas, sama kayak gue, agar masih melek soalnya. kami berdua udah siap untuk memangsa target kami. gue dan Bagas langsung mengapit kak Rina yang sepertinya mulai terbawa suasana di ruangan.

“halo kak”, sapa bagas.

“hai kak”, sapa gue.

“heh, mau apa lo berdua”

“santai aja Rin, kayak ospek selamanya aja”, kata abangnya Bagas membela kami.

“iya kak Rin, jangan galak-galak dong”, kata Bagas di kupingnya kak Rina yang menahan geli

“kak Rina, galak aja, makin cantik kok”, kata gue juga

Kak Rina terlihat bingung. Bagas langsung mulai meraba-raba bagian dadanya kak Rina

“kak, gue udah lama banget nih pengen ini”, katanya sambil meremas payudaranya kak Rina yang berukuran sedang. Kak Rina hanya bisa pasrah karena sudah lemas banget.

Bagas seperti memberikan kode ke gue, “hajar men”, begitu kodenya

Gue langsung mencium pipinya kak Rina dan berlanjut bibirnya yang emang bikin gemas itu. agak bau alkohol tapi gak apalah. Kak Rina yang rambutnya hanya seleher itu membuat gue makin mudah untuk menjelajahi leher jenjangnya.

“ahh”, desah kak Rina.

Seperti kesan pertama gue ke kak Rina. Dia ini, cantiknya kelewatan. Mungkin karena gue suka yang galak-galak ya makanya cantiknya naik berlipat-lipat di mata gue. Bibir merah, kulit putih bersih dan penampilan modis khas mahasiswa kota.

Mendapat serangan dari Bagas di payudaranya dan lehernya dari gue, kak Rina mulai mengikuti permainan kita, kedua tangannya meraba-raba penis gue dan Bagas dari balik jeans. Posisi kita yang memepet dia memudahkannya untuk meraba kedua penis kami.

“mmph, mmph” suara dari mulutnya yang masih gue cium.

“jangan tanggung-tanggung kak”, kata Bagas yang langsung mengeluarkan penisnya dan mengarahkan tangan kak Rina untuk memegang. Kak Rina langsung mengocok perlahan penis Bagas yang sudah keluar dari celananya. Gue masih belum mengeluarkan junior gue tapi udah mulai mengelus-elus selangkangan kak Rina dari balik jeansnya.

Gue liat keadaan sekitar, pasangan lain sudah dalam keadaan senggama, Cuma kita yang belum.

“gas, udah pada mulai tuh”, kata gue ke Bagas.

Bagas Cuma melirik sekitar lalu berkata ke gue,

“kita suitan siapa duluan yang make memeknya”

“oke”, jawab gue cepat

“emang gue lotre, lo pake suit-suit segala”, kata kak Rina setengah sadar

“udah lo diam aja, kakak galak” kata bagas sambil mengeraskan genggamannya di dada kak Rina

“ohhhh, pelan-pelan dek”, jawab kak Rina manja

Melihat kak Rina yang sudah horny begini, gue langsung suitan dengan Bagas.

Sial bagi gue, gue kalah.

“hehe, ntar lo dapat memeknya, tapi abis gue haha”, tawa Bagas.

Bagas langsung memosisikan kan Rina untuk tiduran di sofa, dia langsung bergegas melepas celana jeans milik kak Rina. Gue yang nganggur membuka celana gue dan mengarahkannya ke kepala kak Rina langsung menggapai junior dan mengulumnya. Tangan gue juga gak ketinggalan meraba payudaranya.

“Klok, klok, klok, mmmph, muach”, begitu kira-kira suara hasil sodok-sodok, emut dan ciuman kak Rina di penis gue.

Gue hanya mengacungkan jempol ke arah Bagas sambil menikmati kuluman kak Rina

“terus kak, terus, enak banget sepongan lu”, kata gue sambil memaju mundurkan pinggul gue.

Gue lalu memegang kepalanya dan layaknya sedang ngewe, gue ewein mulutnya.

Klok klok klok klok

Hanya suara itu yang terdengar dari mulut kak Rina.

“Ahhh”, teriak kak Rina sambil mendorong gue.

Ternyata Bagas sudah memasukkan penisnya ke vagina kak Rina

“basahin dulu”, kata kak Rina kesakitan.

“gak papa kak, anggap aja ini pembalasan karena kakak udah galak sama gue haha”, kata Bagas sambil membenamkan seluruh penisnya.

“ahh, ahh, ahhh”, teriak kak Rina ketika vaginanya disodok oleh penis Bagas. Lama-lama vaginanya menjadi basah karena Bagas dengan lancar menyodokkan penisnya ke vagina kak Rina.

Gue melihat keadaan sekitar.

Gila.

Abangnya Bagas terlihat sedang melakukan doggy style dengan pasangannya. Ada juga yang melakukan threesome sandwich. Satu di anus satu di vagina. Pemandangan yang gak akan pernah terlupakan oleh gue. Tiba-tiba handphone gue berdering.

Tililit tililit tililit tililit

“Hape siapa tu woi?” teriak abangnya Bagas

Gue langsung sadar hape gue. Gue sudah silent semua panggilan masuk kecuali dari orang tua gue.

Fuck

Apa-apaan nelpon jam segini. Gue lalu membetulkan celana gue dan mengambil hape gue yang sedang di meja, gue langsung keluar dari ruangan itu, cahaya luar menyilaukan mata gue. Pintu ruangan VIP langsung terkunci otomatis ketika gue keluar. Handphone gue masih berdering. ternyata mama menelpon. lalu gue angkat.

“Halo”

“Halo nak, Agung hiks hiks”, terdengar suara tangis

“ya, halo ma, kenapa ma?” tanya gue sama paniknya, gue gak dengar apa-apa karena suara musik yang masih keras.

Gue berlari keluar, firasat buruk di kepala gue

Ada kabar buruk apa ini?

“ iya Halo ma”, ketika gue udah di tempat yang agak sepi.

“hiks, hiks, kamu lagi dimana nak?”, tanya mama.

“lagi diluar ma”, kata gue sambil melirik ternyata sudah jam 1 malam.

Fuck, bakalan disemprot ini

Ternyata bukan, apa yang akan disampaikan lebih buruk dari yang dibayangkan Agung. Hingga tahun-tahun berikutnya ketika Agung mengingat ketika kabar itu sampai padanya, Agung bersumpah, lebih baik dia disemprot sebanyak-banyaknya oleh orang tuanya karena ketahuan keluar malam daripada mendengar kabar ini. Tapi tidak, fakta Agung keluar malam, tidak membuat mamanya peduli untuk memarahinya malam itu. Kabar yang akan disampaikan jauh lebih penting.

“Nak, ayah kamu ditangkap”, kata mamanya

Agung hanya bisa terdiam.

Ditangkap apa, sama siapa

“hiks, hiks, tadi Ayah digrebek, nak, karena kasus korupsi”

Fuck

Gue masih gak bisa berpikir jernih.

Ayah,korupsi?

Informasi mengalir dengan deras. Ayahnya tertangkap tangan, belum tahu kelanjutannya, ibunya kini di rumah nenek sementara karena rumah telah dipasang garis kuning.

Kabar macam apa ini

“ibu harap kamu jangan pulang dulu ya, kamu lanjutkan studinya disana, semoga ayah kamu lolos di pengadilan, tolong gung kamu tenang dulu ya”

“iya ma”, kataku bergetar sambil mematikan telfon.

Gue lemas. Lemas mendengar kabar ini, tanpa memikirkan apa yang gue tinggalkan di kafe tadi, gue langsung berjalan balik ke kosan.

Meja pun berputar dengan sangat cepat



Hari keenam ospek

Gue masih seperti orang linglung, pastinya bukan karena minum semalam karena gue Cuma minum satu gelas. Kalian tahu karena apa. Bagas datang telat, begitu juga dengan kak Rina yang membiarkan Bagas lepas walaupun dia telat.

“Gung, anjing kemana lo semalam, semua orang panik pas lo gak balik, kita jadi langsung bubar takut lo lapor sana sini”, kata Bagas dengan volume yang bisa gue dengar.

Gue gak menjawab karena sedang banyak pikiran dan apel sedang berjalan, jadi gue fokus diam saja.

“Gung, jawab”, desak Bagas.

Teman sekelompok sudah memberikan kode ke Bagas agar diam, kak Rina juga sudah melirik ke kami.

“Gung!”, kata Bagas sambil menarik tangan gue, hampir gue tonjok mukanya saat itu juga, sebelum ada suara kak Rina berteriak ke arah kami.

“Cukup putra, keluar dari barisan!”, teriaknya ke Bagas. Bagas terlihat kesal karena tidak mendapatkan jawaban dari gue. Dia lalu keluar dari barisan dan dimarahi oleh kak Rina yang ia tanggapi dengan santai.


Acara terakhir lebih ke lapangan dimana kami harus menyelesaikan misi-misi sambil bekerja sama. jujur saja gue sudah tidak fokus dan tidak semangat lagi. Salah satu teman kelompok gue harus terluka karena ketika sesi berlari gue tiba-tiba berhenti dan dia menabrak gue. Gue Cuma bisa minta maaf karena untuk mengangkatnya bangun gue juga udah gak punya tenaga. Hari keenam sekaligus terakhir berlalu dengan cepat. Tidak ada kejadian penting, hanya drama pura-pura dari komdis yang mencoba membuat kami menangis, beberapa mungkin menangis, tapi gue engga. Buat gue hari ini udah berakhir.

Selesai acara, gue scrolling mencari berita tentang ayah gue. Berita korupsi pejabat daerah menghiasi halaman pencarian. Tiba-tiba sesuatu yang besar menabrak gue.

“Woi, bangsat, jawab gue dulu”, rupanya Bagas yang masih emosi. Dia menarik kerah gue, gue udah siap berkelahi dengannya mengeluarkan segala emosi. Tapi gue terlalu pengecut.

Gue memberikan hape ke Bagas.

“apa maksud lo?”, katanya sambil mengambil hape gue.

“Fredy Kusumo, ayah gue”

Dia kembali melihat layar handphone gue dan melepas cengkramannya di kerah gue.

“serius lo?”, tanyanya setelah paham situasinya.

“gue dapat kabar itu semalam, sori gue gak balik lagi”, kata gue sambil mengambil handphone dari tangan Bagas.

Gue lalu berjalan meninggalkan Bagas, yang langsung mengejar gue.

“Gung, gue sori banget, gue gak tau situasinya, kalo lo butuh apa-apa, kasi tau gue ya, gue akan coba bantu”, kata Bagas.

Gue gak ngerti bagaimana Bagas bisa menganggap hubungan kita ini sahabat atau teman dekat. Tapi, terlepas dari hal itu gue Cuma bisa tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepadanya. Gue lalu berjalan kembali ke kosan, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Mantap suhu... Izin ninggalin jejak
 
Bagas menang banyak nich karena kelibihan di uangnya , giliran Putri nih berikutnya ....Agung siap siap di DO kanyaknya , Sabar Gung orang sabar itu dapatnya lama ....
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd