Idan terbangun dari tidurnya yang lelap malam tadi, ia tak menemukan Asya dikamarnya tapi tercium aroma masakan dari dapurnya.
Ia langsung bergegas mandi dan turun setelah membereskan kasurnya. Dari tangga ia sudah bisa melihat Asya dengan apronnya di dapur, tak ingin berlama lama ia langsung menemui istrinya yang sedang berkutat dengan masakannya.
"morning sayang, masak apa hmm?" sambil memeluk Asya dari belakang.
"morningtoo, dah mandi ya? wangi banget bayi" Idan hanya mengangguk mengiyakan sambil menyandarkan dagunya dipundak istrinya.
"aku masak sup sama daging kecap by"
"mmm wanginya enak" tapi yg ia cium malah leher istrinya.
"yakkk! geli idan. Udah sana tunggu di meja makan, bentar lagi selesai" Idan menggeleng sebagai jawaban malah mengeratkan pelukkannya.
"Idannn ihhh manja banget"
Idan langsung menghentikan kegiatannya dan langsung berjalan ke meja makan. Ia memainkan ponselnya sambil menunggu Asya menyiapkan sarapan mereka berdua.
Tak lama Asya datang dengan seluruh masakanya, ia menatanya diatas meja dengan sangat rapi. Saat Asya akan menyendokan nasi pada piring suaminya, Idan menahanya.
"biar aku sendiri aja ayy"
Idan mengambil alih piringnya dan mengambil sendiri apa yg ingin ia makan, Asya membiarkannya dan tak ingin ambil pusing. Mereka makan dengan santai, seperti pasangan pada umumnya ya menikmati waktu mereka berdua.
"by? kamu kok gamarah pas aku nuduh kamu kemaren?"
Idan menatap istrinya lalu menelan makanan yang sedang ia kunyah.
"kenapa harus marah kalo gangelakuin kesalahan?"
"yaiya sih tapi kenapa kamu bisa sesabar itu ngadepin aku?"
"Asya denger, perempuan itu di ciptakan dari tulang rusuknya laki laki. Kalo dikerasin bukannya lurus malah patah, sama kaya sifat kamu yg keras kepala, emosian, gabisa dibantah kalo aku bantah kamu terima engga? enggakan. Jadi kenapa harus ngeluarin energi banyak-banyak buat marah yg akhirnya berantem? kan lebih enak dibicarain baik baikkan? namanya juga rumah tangga kalo ada masalah ya biasa, kalo ada cobaan ya cobain , semua masalah ada jalan keluarnya tergantung partnernya"
Asya tak bertanya lagi, ia memilih menghabiskan sarapannya kala itu. Jawaban dari suaminya cukup menyentuh hatinya, ia berpikir jika suaminya menghadapinya dengan sama sama emosi mungkin sekarang mereka takkan bersama seperti ini. Asya bersyukur tentunya untuk itu.
"kamu kalo udah selesai langsung ke atas aja yang, aku mau beres beres di bawah" ucap Idan sambil membawa piring kotor kebelakang.
"aku bantuin ya by?"
"gausah, keatas aja okey. Dokter bilang kamu masih harus banyak istirahat jadi biar aku aja yang beresin kerjaan rumah sekarang"
Asyapun menurut untuk naik ke kamarnya sekarang, ia memilih menonton drama korea sebelum suaminya itu mengambil alih dengan tontonan kartun masa kecilnya. Sedangkan Idan dibawah kini memulai pekerjannya, bukan hal yang sulit karna sebelum berumah tangga dengan Asya ia sudah terbiasa mengerjakannya.
Selesai dengan pekerjaannya dilantai bawah, Idan naik dan melanjutkanya lagi dilantai atas hingga ruang kerja dan kamar utama yang ia tempati bersama istrinya.
Asya memerhatikan pergerakan suaminya yang kesana kemari melakukan pekerjaan rumah, sedangkan ia tetap bersantai di atas kasurnya. Bukan tidak ingin membantu tapi Idan pasti akan memarahinya jika turun dari kasurnya, suaminya menuruti ucapan dokter kala itu jika ia tidak boleh kelelahan sama sekali.
Selesai dengan semua pekerjaannya Idan membuka kaosnya yang basah dengan keringatnya sendiri, dan memilih bersantai dibalkon kamarnya.
"Idaaaan, Deri nelpon nih" teriak Asya dari kamarnya.
Idan mematikan rokoknya dan menghampiri istrinya, Asya memberikan ponsel Idan yang masih berdering saat Idan sudah berada disampingnya.
"ya Der kenapa?" tanya Idan sambil mengelus Asya yg kini bersandar diatas dadanya.
"mmm kalo gue bayarin mobil lu 100jt bakal di lepas ga syad?" Idan berfikir sebentar lalu menjawab kembali.
"lu mau bayarin? mau diambil kapan?"
"eh serius anjir? beneran lu lepas?"
"iye bener, mau diambil kapan dah?"
"lusa gue ambil ya, tar duitnya gue transfer"
"oke oke, bye"
Idanpun menutup panggilan tersebut dan memainkan ponselnya.
"udah laku?" tanya Asya, Idan hanya mengangguk mengiyakan.
Asya kembali diam, sesekali menghela nafasnya dengan kasar.
"kamu kenapa? gasuka mobilnya dijual?" Asya menatap suaminya dari bawah dengan tatapan kesalnya.
"gapapa" ketusnya
"serius Sya kenapa?" tanya Idan lagi sambil memainkan pipi istrinya.
"Idan yang kenapa? koo beda sih?" protesnya
"aku? aku gapapa. Apanya yang beda ? masih sama ini"
"enggak! kamu berubah. jadi cuek, jadi dingin, jadi gabanyak ngomong gitu ihh. Kamu kenapa ih?"
"masasih? Idan biasa aja lho sya, perasaan kamu aja kali"
"tuhkan! kamu udah gasayang aku lagi ya?"
"pertanyaan macem apa itu hm?"
Asya duduk dan menatap suaminya dengan seksama, sedari selesai sarapan sikap suaminya memang ada yang berubah menurutnya namun ketika ia memikirkan alasannya ia tak kunjung mendapatkannya.
"aku tidur ah, ngantuk"
Idan merebahkan badanya dan menyamping memeluk guling, Asya semakin yakin kalo perasaannya tak salah.
"by ih kenapa? aku salah ya hmm? biasanya juga peluk aku ihhh kenapa sekarang peluk guling cobaaa?"
Asya merengek sambil mengoyang-goyangkan tubuh suaminya, Idan berbalik merubah posisinya menghadap Asya sekarang dengan tetap memeluk gulingnya.
"aku gapapa cuman gamau ngerepotin kamu aja, gamau nyusahin kamu aja, gamau bikin kamu cape sama kelakuan aku yg manja kaya anak kecil itu"
Degh!