Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT CERITA MASA LALU ISTRI

Aku sudah kembali ke kampus. Masa-masa KKN-ku sudah berakhir. Aku kembali beraktivitas seperti biasa. Karena aku sudah berada di semester akhir, maka sudah tak ada kuliah lagi. Aku sekarang lebih mempersiapkan untuk tugas akhirku.

Hubunganku dengan Niko baik-baik saja bahkan kami semakin dekat. Meski tak ada proses tembak-menembak darinya tapi aku yakin bahwa dia mencintaiku. Kami sering berdua: pergi makan, nonton, jalan-jalan, bahkan aku sering menginap di kosnya.

Tentu saja hubungan kami kali ini jauh lebih berani daripada saat di masa KKN. Sebab kembali ke kampus, tidak ada yang mengawasi.

Tempat kos Niko terbilang bebas sebab pemiliknua jarang datang. Jadi banyak teman-teman Niko yang mengajak pasangannya untuk menginap. Pertama kali aku ke sana, aku agak ngeri.

“Nik, di sini bebas banget ya?” tanyaku.

“Ya begitulah. Yang punya kan ga di sini.” Jawab Niko. “Kenapa?”

Aku tidak menjawab.

“Sudah. Ga perlu takut.”

Malam itu Niko mengajak aku menginap di kosnya. Awalnya aku menolak. Tetapi Niko terus memaksa dan bahkan memelas padaku. Akhirnya aku pun luluh pada rayuannya.

Niko termasuk orang yang cukup rapi. Kamarnya tidak berantakan dan wangi juga. Di dalam kamarnya ada tempat tidur yang diletakkan di lantai, lemari di sudut kamar, teve, meja belajar, dan kamar mandi.

“Selamat datang di kamarku.” Kata Niko. “Berantakan ya?”

“Ngga kok. Rapi malah.”

Niko tertawa mendengar jawabanku.

Aku duduk dan meletakkan tasku di tempat tidur. Tanpa kusangka Niko langsung menurunkan celana di hadapanku.

“Niko...” Aku coba memalingkan wajahku.

“Kenapa?” tanya Niko.

“Malu, ah.”

“Ah, kamu. Kan udah pernah lihat juga.” Godanya.

Lalu Niko masuk ke kamar mandi. Tak lama ia lalu keluar dengan hanya mengenakan celana boxer.

“Kamu ganti baju dulu sana.” Kata Niko.

“Aku ga bawa baju ganti.”

“Pakai kaosku ya?”

“Ga kebesaran?”

“Gapapa. Daripada ga ganti baju.”

Setelah aku mengganti kaosku, aku keluar kamar mandi. Kaos Niko tampak kebesaran untukku. Sementara celanaku tidak aku ganti.

Niko tampak berbari di tempat tidur sambil menonton teve. Aku duduk di sebelahnya. Entah kenapa aku tidak bisa berkonsentrasi dengan teve. Aku malah kepikiran apa yang akan terjadi selanjutnya. Niko sendiri masih tampak konsentrasi dengan acara teve.

Setelah agak lama, aku pamit pada Niko untuk tidur duluan. Niko mengiyakan. Tak lama aku terlelap, kurasakan ada sesuatu yang menyelinap masuk ke dalam kaosku. Ia terus naik dan menggapai payudaraku. Lalu menyingkap BH-ku dan mulai meremas-remas.

Aku terbangun dan menyadari bahwa itu Niko. Niko tersenyum padaku. Aku hanya diam saja. Melihat responku, Niko langsung menurunkan wajahnya dan mencium bibirku. Kami saling berpagutan dan tangan Niko terasa semakin liar: remasannya semakin kuat dan memainkan puting susuku.

Ciuman itu lalu turun ke leherku. Geli rasanya dan membuat nafsuku naik. Aku diam saja menikmati permainan Niko. Tangan Niko masih saja bermain di payudaraku.

Lalu Niko memintaku untuk duduk. Aku menurutinya. Tangannya kemudian menaikkan kaosku untuk dilepas. Aku tidak menolak keinginannya. Aku langsung saja membuka kaosku dan kini tampaklah bagian atas tubuhku hanya tertutupi oleh BH. Namun BH itu tak lama bertengger. Niko juga langsung melepaskannya dan tampaklah kedua payudaraku.

Niko kembali menidurkan tubuhku. Ia kemudian langsung melahap payudarku secara bergantian. Kadang ia meninggalkan bekas merah di sana. Birahiku merangkak naik. Apalagi saat Niko memainkan lidahnya di puting susuku.

“Nik...” desahku. Aku mengelus-elus kepalanya yang tenggelam di dadaku.

Setelah puas bermain di payudaraku, tangan Niko tiba-tiba turun ke celana yang kupakai. Ia ingin membuka resletingnya namun aku cegah.

“Nik, jangan. Aku belum siap.” Kataku.

“Gapapa. Tenang aja.”

Niko terus memaksakau. Aku coba terus mempertahankan namun akhirnya aku kalah. Niko berhasil menurunkan resleting celanaku dan tampaklah CD-ku yang berwarna pink. Tanpa banyak omong, Niko pun langsung menurunkan juga celanaku hingga aku hanya mengenakan CD.

Aku hanya diam saja. Niko mulai mengelus-elus vaginaku yang masih terbungkus CD. Meski hanya berupa eluasan, entah kenapa, aku merasa birahiku kian naik. Apalagi ketiga jemari Niko tepat di bagian bibir vaginaku.

Niko lalu menurunkan wajahnya menuju bibirku. Dia kembali melumat bibirku sementara tangannya masih bermain di selangkanganku. Agak lama kemudian Niko mulai berani dengan menyelipkan jarinya ke dalam CD-ku. Semula aku menahan tangan Niko, tetapi pada akhirnya aku kalah. Dia berhasil masuk dan menyentuh vaginaku. Tentu saja dia bukan orang pertama yang melakukan itu.

Jari telunjuk Niko mulai beraksi. Dia menyelinap masuk ke sela bibir vaginaku. Semula naik turun lama kelamaan mulai menusuk-nusuk. Aku yakin Niko pasti merasakan bahwa vaginaku sudah basah. Pertanda bahwa si empunya sudah sangat bernafsu.

Niko bangkit kemudian berusaha membuka CD-ku. Aku berusaha menolak sekali lagi.

“Nik, jangan.” kataku.

Tapi Niko jelas tak peduli. Dia terus memaksaku dan akhirnya aku pun telanjang bulat di hadapannya. Niko sedikit terperangah melihat penampakan vaginaku yang dipenuhi bulu-bulu hitam. Tak lama Niko kemudian juga melepas boxer yang dikenakannya dan mencuatlah langsung penisnya yang sudah tegang.

“Punyamu indah sekali.” Kata Niko sambil mengelus vaginaku. Lalu ia berusaha menciumnya. “Wangi juga.”

Aku senang menerima pujian dari Niko. Ingin rasanya aku memeluk erat Niko, tapi aku coba menahannya. Niko lalu membuka pahaku dan membuatku dengan posisi mengangkang. Ia lalu duduk di antara kedua kakiku. Tangannya langsung meraih vaginaku yang jelas tampak merekah di hadapannya.

Niko mulai memainkan jarinya di sana. Mengusap-usap sampai memasukkan ke dalam vaginaku. Aku pun seketika mendesah menerima permainan yang nikmat itu.

“Ah...Nik...ah....”

Tangan Niko terus saja menusuk-nusuk vaginaku. Birahiku kian tak terkendali. Ingin rasanya aku mengatakan agar Niko memasukkan penisnya segera, tapi aku belum memiliki nyali.

Kocokan jari Niko kian liar. Nafsuku pun demikian. Nafasku makin tak karuan. Sampai akhirnya seluruh tubuhku menegang. Aku merasakan puncak kenikmatan. Niko kuyakin tahu soal itu karena ia langsung menghentikan permainannya.

Dia kemudian naik dan mengangkangi tubuhku. Kini penisnya tepat berada di depan wajahku. Aku paham maksudnya. Dia ingin aku mengocoknya. Maka kuraih penis yang sudah tegang itu dan kukocok perlahan.

Karena penis Niko tak terlalu besar, maka sangat muat di genggamanku. Aku makin gampang mengocoknya. SaatSaat kocokanku makin cepat, tiba-tiba Niko memintaku berhenti.

“Dikulum ya?” katanya.

Hah? Aku kaget dengan permintaan Niko. Niko kembali memelas. Aku berkata bahwa takut jika nanti keluar di mulut. Niko pun berjanji tidak akan melakukan hal itu. Aku pun setuju.

Awalnya aku agak ragu, namun setelah kucoba aku mulai terbiasa. Semula kujilati ujung penis Niko lalu perlahan kumasukkan ke dalam mulutku. Rasanya agak aneh. Tapi aku terus melakukannya. Niko juga melakukan gerakan maju mundur pada pantatnya hingga penisnya bisa keluar masuk di mulutku.

Semakin lama semakin cepat dan terkadang aku melakukan gerakan sepong pada penis Niko. Kini Niko yang mulai mendesah. Sampai akhirnya, Niko dengan segera menarik penisnya dari mulutku dan tak berapa lama muncratlah spermanya di wajahku. Sperma yang keluar lumayan banyak.

Niko lalu beranjak mengambil tissue. Setelah membersihkannya penisnya, ia kemudian membersihkan wajahku yang penuh dengan spermanya.

Malam itu aku dan Niko sama-sama puas. Meski tak sampai bercinta, tapi kami sama-sama senang. Kami lalu tidur berdua dengan tetap saling telanjang satu sama lain.

Namun sebel kami terlelap, kami sempat melakukan beberapa obrolan kecil.

“Makasih ya.” Kata Niko.

Aku mengangguk. Niko kemudian mengecup bibirku.

“Ini pertama kalinya ya?” tanya Niko.

Soal mengulum penis, ini adalah kali pertama. Untuk yang lainnya, tentu saja bukan. Tapi aku tak mungkin mengatakannya pada Niko.

“Iya.” Jawabku.

“Jadi aku orang pertama yang melihat kamu telanjang?”

Aku mengangguk. Tampak rasa bangga di wajah Niko.

“Kalau lihat penis?”

“Ya punya kamu, Nik.”

Tampak rasa bangga lagi di wajah Niko.

“Nik, sejujurnya, selain penis kamu aku juga pernah lihat penis orang lain.”

Niko langsung terdiam. Wajahnya tampak curiga.

“Pertama, saat aku melihat film porno. Kedua...” aku tak langsung menjawab. Niko tampak menunggu. “...milik Pak Karim.”

Niko terkejut.

“Jadi aku waktu itu tidak sengaja melihatnya. Aku pergi ke kamar mandi belakang. Karena kupikir tidak orang karena tidak ada suara orang mandi dan pintunya terbuka, aku pun langsung masuk. Saat aku masuk, aku terkejut karena Pak Karim sedang di dalam lagi mengocok penisnya. Mendadak aku berteriak dan memalingkan wajah dan pergu. Tapi aku sempat melihat penisnya sebentar.”

Niko terdiam. Aku tidak tahu apa yang saya dia rasakan. Tiba-tiba saja dia bertanya, “Besar ya penis Pak Karim?”

Jujur aku terkejut dengan pertanyaan. Kujawab, “Aku tidak tahu.”

“Mana besar dengan punyaku?”

Entah kenapa dengan Niko sampai bertanya demikian. Aku pun menjawab, “Meskipun lebih besar milik Pak Karim, tapi kan punyamu yang kukocok dan kukulum.”

Kemudian aku genggam penis Niko dan kucium bibirnya. Kami kembali hanyut dalam gelora asmara.

Ah, andai saja Niko tahu bahwa aku juga pernah mengocok penis Pak Karim bahkan dirinya yang pertama kali melihatku telanjang dan penisnya yang pertama kali menyentuh vaginaku.

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd