Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[copas] Keluarga Maemunah

Sehabis sekolah, Beni pulang dengan riang. Sebuah ide tertanam di benaknya. Ide yang Beni yakini bakal disukai sang mama... Seperti yang Beni harapkan, setiba di rumah, mamanya sedang berbaring, dengan kaki terlentang dimana Oni sang anjing sedang sibuk menjilati memek mamanya.

“Baru pulang nak?”
“Iya mah. Lagi sibuk ya mah?”
“Gak juga, nih lagi kasih makan si Oni.”
“Tunggu mah, Beni punya ide.”
“Ide gimana?”
“Tunggu mah, Beni siapin dulu.”

Beni pun menghilang dari pandangan Munah. Sementara Munah kembali mencoba fokus kepada sensasi yang ditimbulkan lidah sang anjing. Namun ternyata kini tak bisa fokus akibat kata – kata anaknya.

Beberapa saat kemudian Munah melihat Beni datang tanpa busana. Di tangannya tergenggam tali anjing yang biasa dipakai si Oni.

“Buat apaan sih itu nak?”
“Biar seru mah. Tenang aja, aman dari bakteri kok. Karena sudah teruji secara klinis.”
“Klinis apaan, kayak iklan air aja...”

Munah lantas melihat anaknya memasang tali kekang di leher si Oni. Beni kini menarik kekang agar si Oni mengikuti. Awalnya Oni menolak, namun setelah beberapa tarikan, akhirnya mengalah juga. Baru dua langkah berjalan, Beni menghentikan langkahnya lantas menatap mamanya.

“Ikut mah, biar gak penasaran.”
“Iya deh, mama ikutin kamu.”

Munah berdiri, lantas berjalan. Namun menyadari anaknya hanya diam sambil menatapnya, Munah pun penasaran.

“Apa lagi ayo?”
“Biar makin seru, kalau mama gak keberatan, gimana kalau mama jangan jalan.”
“Maksudmu?”
“Maksud Beni, tapi mama janji dulu, dengerin Beni ngomong sampai tamat. Jangan keburu marah?”
“Iya. Ayo cepetan ngomong.”
“Biar si Oni gak terlalu kesepian, mama temenin jalannya sambil merangkak kayak si Oni. Jadi jalan kayak anjing gitu.”

Maemunah terperangah mendengar kata – kata anaknya. Tak pernah terpikir di benaknya untuk melakukan apa yang keluar dari mulut anaknya. Namun, setelah mencoba berpikir sejenak, Munah pun tersenyum.

“Kamu nih ada – ada aja. Ya udah, mama ikuti kemauan kamu.”
“Hehehe... Kan biar ada variasi mah.”

Munah pun kini berlutut di kedua tangan dan lututnya, diam di sebelah si Oni. Beni tersenyum senang melihat mamanya. Munah menatap anaknya yang tersenyum sambil melotot.

“Senang kamu yah. Dasar anak nakal.”
“Ayo maju mah. Kita ke halaman belakang.”

Munah merangkak maju. “Aw...” Munah terkejut merasakan lidah si Oni yang berusaha menjilati pantatnya dari belakang.

“Geli ya mah?”
“Pegangin dong, biar gak nakal”
“Hehe... iya mah, iya.”

Namun, baru beberapa langkah, lidah Oni kembali menyambar pantat Munah. Lantas tak terasa lagi. Begitu terus hingga sampai ke halaman belakang.

Halaman belakang Maemunah cukup luas. Sekitar satu meter dari pintu, masih terpasang ubin. Namun setelah ubin, kira – kira tiga meter lagi, hanyalah rumput hijau yang disengaja tumbuh. Di sekelilingnya dipasangi pagar besi yang tinggi. Apabila musim hujan, ubin itu jarang kena air, karena di atasnya terdapat atap yang masih menutupi dengan jarak kira – kira satu meter.

“Ke mana nih?”
“Terus mah ke dekat pagar!”
“Merangkak?”
“Iya dong mah.”

Munah terus merangkak. Lututnya yang belum terbiasa terasa agak tidak biasa menyentuh rumput yang bergoyang. Setelah mencapai pagar, kekang si Oni diikat ke pagar besi hingga pergerakan si Oni pun terbatas, hanya sepanjang tali kekang.

“Terus mau ngapain lagi nih?”
“Sini mah, diem di sebelah si Oni.”

Munah lantas diam, berlutut di sebelah si Oni. Tentu saja lidah si Oni kembali menjilati pantat Munah.

“Kalau Beni bilang maju, mama maju hingga gak bisa disentuh si Oni. Ngerti mah?”
“Iya mama ngerti.”
“Ni, entot mama!”

Oni langsung naik mencoba melakukan penetrasi ke memek Munah yang sudah siap.

“Maju mah!”

Munah pun merangkak maju mengikuti instruksi yang diberikan oleh anaknya. Otomatis tubuh Munah pun lepas dari cengkraman Oni. Oni yang sedang berusaha pun mencoba maju namun tertahan oleh tali kekang yang terikat ke pagar.

“Mundur lagi mah. Biar si Oni coba lagi ngentot mama!”
“Maksudnya apaan sih ini Nak. Aneh – aneh aja kamu.”
“Sabar mah, ntar juga mama tahu.”

Munah mundur kembali, mengikuti instruksi yang diberikan anaknya. Oni langsung menyambut dengan menaruh kedua tangan di punggung Munah, mencoba melakukan penetrasi ke memek Munah. Namun saat percobaan itu berlangsung, kembali Munah di suruh maju hingga lepas dari jangkauan anjing peliharaannya.

Kejadian itu berulang hingga empat kali berturut – turut. Percobaan kelima Munah tak disuruh maju, membuat si Oni begitu bernafsu ingin menghujamkan kontolnya ke memek manusia. Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya kontol si Oni mulai masuk.

“Ohh...”
“Kenapa mah? Enak ya?”
“Ohh... hhhh...”

Buluh anjing itu kini makin membesar, membuat Munah tak bisa bicara dengan jelas, hanya mampu meracau setelah buluh itu ikut masuk ke memeknya. Tanpa memberi ampun dan atau kesempatan untuk mengambil nafas, Oni langsung menggenjot memek Munah, dengan kecepatan luar dari pada biasa. Besarnya buluh anjing membuat memek Munah langsung sesak. Titik titik sensitif di memeknya pun langsung tersentuh, membuat Munah cepat orgasme. Tak butuh waktu lama bagi Oni untuk menyemprotkan pejunya.

“Aaaa....”

Munah menjerit lagi menikmati orgasmenya yang kedua. Oni menghentikan pompaan pinggulnya, namun kontolnya terus menyemburkan peju di memek Munah. Apalagi memek Munah terus mencengkram, seolah memeras peju dari kontol anjing peliharaannya hingga habis. Cengkraman memek membuat kontol Oni terus bergerak menekan titik sensitif membuat Munah kembali orgasme.

Setelah kontol anjing itu berhenti mengalirkan peju, Munah terbaring di rumput, dengan pantat sedikit terangkat akibat kontol anjing yang masih menempel, terkunci oleh buluh. Tubuh Munah gemetaran, wajahnya terlihat senang akibat orgasme yang berkepanjangan.

Di sisi lain, bagian kontol Beni yang kini tegang. Beni lantas duduk, memposisikan diri hingga kepala mamanya tepat berada di selangkangannya yang terbuka melebar.

“Beni juga ingin keluar mah. Jilatin dong.”

Munah hanya tersenyum menatap anaknya. Lantas mulai menjilati kontol anaknya. Tak butuh waktu lama hingga Beni memegang rambut mamanya dan memasukan kontol ke mulut mamanya. Akibat rangsangan visual yang baru saja dilihatnya, membuat Beni memuntahkan lahar panas di mulut mamanya dalam tempo yang sesingkat – singkatnya.

“Ah... telen mah. Telen!”

Munah menutup mulutnya yang masih dipenuhi kontol anaknya, dengan maksud tak membiarkan satu tetes peju anaknya keluar. Munah berusaha menelan semua peju anaknya, namun karena posisinya yang tanggung, membuat beberapa tetes peju meleleh dari sela mulutnya. Setelah tiada lagi peju keluar, Beni mengelus rambut mamanya.

Munah hanya terdiam. Oni ingin maju namun tak bisa akibat tubuh Munah yang terbaring lemah di rumput. Beberapa saat kemudian, kontol Oni akhirnya lepas dari memek Munah. Munah masih terbaring. Di pahanya mengalir peju anjing peliharaannya hingga menetes ke rumput.

“Kwakk.... Kwakk....”

Mendengar suara aneh, Munah dan anaknya lantas menggerakan kepala ingin melihat sumber suaranya. Saat keduanya menengadahkan kepala, terlihat satu titik di angkasa.

“Cepat ambil teropong ayahmu. Lihat apa itu!”

Beni bangkit bergegas ke rumah. Lantas keluar lagi ke dekat mamanya. Beni memakai teropong untuk melihat apa yang ada di angkasa.

“Apa yang kamu lihat?”
“Ada burung rajawali mah. Tapi terbangnya gak beraturan.”
“Lihat lebih teliti lagi!”
“DI tubuhnya tertancap sebuah anak panah.”
“Apa?”
“Itu burung rajawali terpanah.”
“ck... ck...”
“Kenapa mah?”
“Ternyata legenda itu benar.”
“Legenda apaan?”
“Ntar deh mama ceritain. Sekarang kita masuk dulu, bentar lagi ayahmu pulang.”

Munah lantas berdiri, namun saat akan melangkah, kakinya dipegang oleh anaknya.

“Ada apa lagi?”
“Tanggung mah, masuknya sambil merangkak lagi dong, kayak tadi.”
“Kamu nih ada – ada aja,” kata Munah, namun langsung menuruti anaknya.

Munah kembali berlutut dan merangkan kembali ke rumah. Di sebelahnya anaknya ikut kembali ke rumah, namun dengan berjalan kaki. Karena belum terbiasa, Munah merangkak dengan perlahan.

“Sekarang mau ngapain mah?”
“Ya mandi dulu dong. Nih, tubuh mama kotor gara – gara kamu.”
“Lho kok gara – gara Beni, yang kawin siapa yang disalahin siapa.”
“Kan kamu yang paksa mama ke halaman belakang segala rupa.”
“Hehe... ya udah, biar gak tanggung, merangkaknya tamatin aja sampai ke kamar mandi.”
“Iya deh iya.”

Munah pun merangkak hingga ke kamar mandi. Lantas mandi sambil nyanyi – nyanyi. Lagunya gak karuan malah kayaknya kampungan. Capek nyanyi, Munah ganti dengan siul – siul. Maksudnya biar badan gak menggigil.

Selesai mandi, Munah mendapati anaknya sedang makan mie goreng di meja makan.

“Duh yang lagi makan.”
“Iya mah, laper sih. Nunggu mama mandi lama amat. Ya udah bikin mie goreng aja dulu.”
“Iya, mama juga laper nih.”
“Nih, udah Beni bikinin sekalian.”
“Duh anak mama memang paling baik deh. Makasih sayang.”
“Iya mah. Sini mah duduk, makannya sambil ceritain dongeng yang tadi yah!”
“Iya.”

Munah lantas duduk di sebelah anaknya. Munah mulai makan mie sambil bercerita.

“Dahulu kala, saat mamamu kecil. Mama sering pergi ke ladang sama kakek mama. Buyutmu.
“Saat itu musim kemarau panjang, kami duduk berdua di selembar tikar.
“Tiba – tiba di langit ada burung rajawali yang terbangnya oleng.
“'Kek, burung apaan itu? Kok terbangnya aneh si?'
“Kakek menjawab katanya itu burung rajawali terpanah.
“Masih katanya lagi, kalau ada orang yang melihat burung rajawali terpanah, artinya orang tersebut bakal kehilangan salahsatu anggota keluarganya.
“'Kehilangan bagaimana kek?'
“Jawab kakek mama begini, salah seorang anggota keluarga yang melihat burung rajawali terpanah akan ada yang meninggal.”
“Terus, itu hasil kerjaan siapa mah?”
“Mama juga nanya gitu ke buyutmu.
“Katanya di setiap zaman, selalu ada seorang pemanah rajawali, dimana saat sang pemanah rajawali mulai berusia lanjut, dia menurunkan ilmunya kepada seorang murid. Begitu terus hingga sampai sekarang.”
“Berarti, hebat juga ya sang pemanah rajawali tersebut.”
“Iya.”
“Kira – kira, siapa yang bakal meninggal mah?”
“Gak tahu nak. Barang kali aja itu hanya mitos, biasa, dongengan orang zaman dahulu.”
“Iya mah, semoga saja begitu. Lagian, itu termasuk tak hayul.”
“Iya.”
 
Lho pemanah rajawali ?? Akan ada pengganti nya gitu yah ?
 
Beberapa hari berlalu, dengan kegiatan yang sama. Awalnya Munah merangkak dengan perlahan, karena belum terbiasa dan lututnya pun lecet akibat gesekan dengan lantai dan atau rumput. Namun, setelah beberapa hari, pergerakan Munah mulai cepat akibat terbiasa. Bahkan bisa dibilang berlari. Suatu sore, setelah kegiatannya selesai, Munah makan kudapan bersama anaknya sambil menunggu suaminya pulang.

"Mah, kok mama doyan bener sih nyiksa si Oni. Emang gimana rasanya?"
"Kan kamu yang punya idenya. Mama hanya mencoba merealisasikannya.
"Awalnya mama juga gak menyadari, namun setelah si Oni ditarik beberapa kali sebelum akhirnya ngentot mama, membuat pejunya mengalir lebih banyak lagi. Juga kontol dan buhulnya serasa lebih besar.
"Dapet ide dari mana kamu?"
"Dari temen mah."
"Apa? Kamu ceritakan semua ini ke temenmu?"
"Oh, tentu tidak dong mah. Itu sama saja bunuh diri."
"Bagus deh kalau kamu mengerti."

***

Seorang anak kecil baru dibelikan sepeda oleh orang tuanya. Setelah berlatih beberapa hari, anak itu pun jadi bisa bersepeda, meski belum mahir. Awalnya dia bersepeda di lingkungannya, yang aman dari kendaraan bermotor. Namun suatu hari, dia tergelitik untuk bermain sepeda di jalanan.

***

Memikirkan anaknya yang sedang dirawat di puskesmas membuat seorang bapak tidak bisa fokus bekerja. Pekerjaannya sebagai sopir bis kota membuat dia harus berkonsentrasi penuh saat mengendarai kendaraannya. Namun apa daya, beban pikirannya membuat dia tak bisa fokus.

***

Ingat akan istrinya membuat seorang pria ingin membelikan makanan kesukaannya. Beruntung penjual makanan tersebut jaraknya hanya beberapa ratus meter dari kantornya. Saat jam makan siang, pria itu putuskan untuk berjalan kaki di trotoar menuju tempat penjual makanan. Terbayang olehnya ekspresi terkejut istrinya saat dia pulang sambil membawakan makanan kesukaannya.

***

Seorang anak begitu riang mengendarai sepedanya di jalan raya, meski hanya di sisi jalan.

***

Seorang supir terus berkomunikasi melalui pesan pendek dengan istrinya. Terus bertukar kabar mengenai kondisi anaknya terkini, yang sedang dirawat di rumah sakit.

***

Seorang pria memperhatikan seorang anak yang sedang bersepeda dengan riang, meski di sisi jalan. Namun baru beberapa detik dia memperhatikan anak itu, anak itu terjatuh dari sepedanya.

***

Tak seperti biasanya yang selalu ngebut kejar setoran, seorang sopir memutuskan untuk mengendarai busnya di sisi jalan sambil bertukar pesan dengan istrinya. Namun saat matanya memandang ke depan, di hadapannya sudah tergelak anak kecil di samping sepedanya. Otomatis tangannya membunyikan klakson beberapa kali.

Mendengar suara klakson membuat seorang pria menoleh ke belakang. Dia terkejut menyadari ada bus yang akan menabrak seorang anak kecil. Tanpa pikir panjang, pria tersebut mendekati anak kecil, meraihnya dan mendorongnya ke trotoar hingga si anak kecil tersebut terjatuh ke trotoar. Namun saat sang pria tersebut akan lari ke trotoar, ternyata laju bus tak tertahankan lagi, hingga pria itu pun tertabrak bus. Tewas di tempat.

***

Beberapa saat setelah Munah bercakap – cakap dengan anaknya, telepon rumah berbunyi, memanggil empunya rumah agar mengangkat gagangnya.

"Halo...
"Iya pak...
"Kenapa? Betul pak.
"Di mana sekarang pak?"

***

"Ada apa sih mah? Kok kayak yang panik gitu?"
"Papamu ketabrak. Kita ke rumahsakit sekarang."
"Rumahsakit mana mah?."
"Rumahsakit bersalin nak. Ya rumahsakit umum dong."


***

Ternyata apa yang Munah takutkan benar – benar terjadi. Mitos yang diceritakan oleh kakeknya benar – benar nyata. Suaminya tertabrak hingga meninggal. Hati Munah hancur mengenang itu semua. Berkeping – keping jadinya. Air matanya jatuh bercucuran, seolah tiada lagi harapan. Tiada seindah sebelumnya, dunia berseri – seri. Malam bagai siang, seterang hatinya, penuh kenikmatan bersama anaknya. Kini hancur berderai. Kesedihan berantai.

***

Beberapa minggu Munah lewati dengan dirudung kesedihan. Namun akibat penghiburan yang didapat dari anaknya, perlahan – lahan Munah pun mulai merelakan kepergian suaminya.

"Udah mah, relakan ayah pergi, apalagi yang mama tangisi?"
"Iya nak. Semogalah pengganti ayahmu dapat lebih mengerti hati mama."
"Memang berat Beni rasakan, ditinggalkan ayah sekarang. Namun harus bagaimana, semua ini harus kita jalani."
"Mama hanya bisa mendoakan, agar ayahmu selalu bahagia."
"Iya, biar Beni coba jadi pengganti ayah."
"Makasih nak."

Air mata Munah jatuh tak tertahankan mendengar ketegaran dan usaha anaknya untuk menghibur dirinya.

***

"Nih mah, kado buat mama!"
"Wah, apaan nih?"

Beni pulang lantas menyerahkan kado untuk Munah. Munah terlihat senang dan langsung mengambil kadonya.

"Boleh mama buka sekarang?"
"Iya mah. Buka aja!"

Seperti anak kecil, Munah langsung membuka kadonya. Namun saat melihat isinya, Munah tak bisa menyembunyikan kebingungannya. Di dalamnya terdapat sebuah kotak berisi kalung anjing dan tali kekangnya. Namun berwarna merah muda.

"Apa ini? Kan si Oni udah punya. Lagian yang dulu juga masih bagus."
"Hehe... Itu bukan buat si Oni mah, tapi buat mama?"
"Buat mama gimana?"
"Gini aja, mama berlutut dulu deh."

Tanpa pikir lagi, Munah langsung berlutut. Ternyata kalung anjing baru itu langsung dipasangkan anaknya ke lehernya. Lantas tali kekangnya ditarik dua kali.

"Terus gimana?"
"Jalan mah, ikuti Beni."
"Oh, kamu ada – ada aja."

Munah merangkak sambil lehernya terikat kekang yang dipegang anaknya. Beni lantas berjalan lambil menarik tali kekang. Otomatis Munah merangkak mengikuti kekang hingga ke kandang si Oni yang ada di halaman belakang. Sebuah kandang yang berbentuk seperti bui atau penjara, dengan panjang dua meter dan lebar lima meter. Tali kekang Munah diikat ke salahsatu jeruji. Beni membuka pintu kandang, memasangkan kekang hitam yang biasa dipakai si Oni ke leher si Oni, lantas menariknya keluar. Setelah itu, Beni melepas ikatan kekang di jeruji, hingga kini tangannya memegang dua kekang.

"Nah, biar mama gak sedih lagi, Beni pasangkan deh sama si Oni. Biar si Oni bisa berduaan bareng sama mama."
"Kamu tuh bener – bener gila."
"Ya udah, kalau mama gak suka tinggal lepas aja kalungnya. Gampang kok."
"Gak ah, biar mama lihat dulu seberapa jauh kamu melangkah."

Melihat pemiliknya yang kini sama – sama merangkak, bahkan sama – sama memakai kekang membuat Oni girang. Lidahnya kini sibuk menjilati pantat Munah mencari liang memeknya. Munah langsung kegelian menahan nikmat. Birahi Munah langsung naik. Tanpa menunggu lama, Munah langsung bicara.

"Oni, entot mama!"

Mendapat perintah itu membuat Oni langsung naik ke punggung Munah sementara kontolnya berusaha menerobos memek Munah. Kini Oni dibiarkan langsung ngentot, tanpa ditarik – tarik terlebih dahulu. Tekanan tangan Oni di punggung membuat kepala Munah tergeletak di rumput, sedang pantatnya masih di atas, tertahan oleh pahanya. Posisi Munah kini seperti sedang bersujud. Buluh Oni membesar, sebesar bola tenis membuat kontolnya kini tertancap aman.

Pembesaran buluh dan tusukan Oni membuat Munah mudah meraih orgasmenya lagi dan lagi. Kali ini Munah dibiarkan berdua dengan Oni. Saat Oni akhirnya menyemprotkan peju, Munah telah beberapa kali orgasme. Kontol Oni terus menyemprotkan peju membuat rahim Munah serasa penuh.

Puas ngentot, Oni berbalik sehingga posisinya saling memunggungi Munah. Hanya saja mereka berdua masih terikat oleh buluh anjing yang masih besar mengganjal. Oni seperti ingin maju, namun tertahan oleh diamnya Munah karena kecapean.

Beberapa saat kemudian, buluh itu akhirnya mengecil dan kontol Oni pun lepas. Oni langsung duduk sambil menjilati dirinya sendiri. Sedang Munah disodori kontol oleh anaknya.

"Isep dong mah, jilatin juga yah."
"Hm, kamu mau yah..."
"Iya dong mah. Abis mama seksi deh."
"Ah, gombal aja kamu."
"Iya mah, serius."
"Masa mama kotor gini kamu bilang seksi."
"Tapi mama cocok terlihat kotor kayak gini. Biar kayak betinanya si Oni."

Tangan Beni meraih rambut Munah dan mengarahkan kepalanya hingga kontolnya bisa dijilati Munah. Munah langsung melahap kontol anaknya dengan riang. Jilatan demi jilatan, hisapan demi hisapan, Munah lakukan sambil tetap berlutut.

"Ah... jilat mah... enak..."
"Mmmmhhh..."
"Mama jadi betinanya si Oni aja ya mah."
"Ssllrrppp..."
"Biar Beni jadi punya dua peliharaan."

Munah melepaskan kontol dari mulutnya.

"Masa mama sendiri kamu jadiin peliharaan sih?"
"Iya mah. Jadi Beni punya sepasang anjing. Kasihan si Oni kalau sendirian terus. Mau gak mah?"
"Iya deh sayang."
"Asik. Terusin dong mah nyepongnya!"

Tangan Beni kembali menarik rambut Munah. Munah kembali menyepong Beni hingga akhirnya Beni menyemburkan peju di mulut mamanya sendiri.

"Telen mah, bagus proteinnya buat tubuh."
"Hmmm... glp... glp..."

Munah berusaha menelan peju anaknya hingga habis, namun tetap ada beberapa tetes yang mengalir keluar dari mulutnya.

Malamnya, Munah dan anaknya kembali bersenggama di kamar anaknya, berdua saja tanpa si Oni.

"Ingat gak apa yang kamu minta tadi siang sayang?"
"Iya mah, Beni ingat. Kenapa memang?"
"Mama mau melakukan apa yang kamu minta, dengan satu syarat."
"Apaan syaratnya mah?"
"Asal kamu mesti makin rajin belajar hingga dapet rangking satu. Mama ingin kamu bisa dapet beasiswa saat kuliah nanti.
"Seandainya nilai kamu malah menurun, mama akan hentikan permainanmu ini. Ngerti kamu?"
"Ngerti dong mah. Galak bener sih."
"Mama galak kan demi masa depanmu juga sayang."
"Iya mah, makasih. Hehehe..."
 
Tanpa Munah sadari, Beni mulai memperhatikan perkembangan daya tahan lutut mamanya hingga mampu merangkak dengan cepat. Beni ingin mamanya bisa merangkak dengan cepat, begitu cepatnya hingga seolah tak ada lagi yang bisa lebih cepat. Namun di sisi lain, kesanggupan mamanya melakukan keinginannya dibalas oleh Beni dengan belajar lebih giat lagi. Setiap hasil ulangan hariannya selalu diserahkan Beni kepada mamanya. Apalagi kalau hasil ulangannya dapat sepuluh, mamanya selalu terlihat senang.

"Mah, mama tahu sendiri kan akhir – akhir ini Beni mulai sering dapat sepuluh."
"Iya sayang, mama bangga sama kamu. Tiada dapat mama bahasakan lagi perasaan bahagia yang mengguyur dan terserap merasuki tubuh dan jiwa mama."
"Kalau boleh, Beni pingin minta sesuatu mah."
"Minta apaan sayang? Kalau mama mampu sih mama kasih dah."
"Besok saat Beni sekolah, Beni mau mama jangan dulu kencing sampai Beni pulangnya."
"Emang mau ngapain lagi nih?"
"Ntar deh, mama juga bakal tahu sendiri. Sekalian juga jangan buang air besar mah."
"Iya deh. Mama akan mencobanya."
"Asik."

***

Esoknya, Munah benar – benar ingin menyenangkan anaknya dengan cara mengikuti keinginannya. Sedari anaknya sekolah, Munah benar – benar tidak buang air besar dan atau kecil.

"Gimana mah?" Beni langsung bertanya begitu masuk rumah sepulang dari sekolah.
"Gimana apanya sayang?"
"Iya, mama udah buang air belum?"
"Belum dong. Kan katanya jangan dulu."
"Iya mah, hehehe... Jalan – jalan nengokin si Oni yuk mah."
"Doyan bener sih nengokin si Oni..."
"Ah, kan mama juga doyan... hehehe... Lepas busana dong mah!"

Tanpa basa – basi, Munah melepas busana seperti yang diinginkan anaknya. Sementara itu anaknya mengambil kekang merah muda lantas memasangkan di lehernya. Setelah terpasang, Munah langsung berlutut di kedua lutut dan tangannya. Beni berjalan di depan sambil memegang tali kekang sementara Munah merangkak mengikuti dari belakang.

"Mah, mama senang diginiin sama Beni."
"Pada prinsipnya, kalau kamu senang, mama juga ikut senang. Apalagi yang kita lakuin bisa dibilang tanpa biaya."

Munah dan anaknya bercakap normal sambil berjalan dan merangkak, seolah apa yang mereka sedang lakukan adalah wajar tanpa pengecualian.

"Tapi tetep, syarat mama cuma satu. Prestasimu di sekolah mesti bagus. Apalagi tahun depan kamu ebtanas."
"Iya mah, ini juga menjadi penyemangat Beni agar belajar lebih rajin lagi."

Munah telah sampai di halaman belakang, namun anaknya belum juga berhenti. Masih berputar di seputaran halaman belakangnya, sementara si Oni menyalak kegirangan melihat Munah merangkak sepertinya. Pun dengan percakapan mereka, masih tetap berjalan.

"Mama tahu, mama juga ini mengimplementasikan tata cara yang ada di panduan 'cara memotivasi anak.'"
"Oh, mama baca itu juga?"
"Iya dong. Sayangnya 'cara memotivasi anak' berhenti sebelum selesai."
"Ya habis mau bagaimana lagi. Memang dari sumbernya sudah tidak ada, alias hilang."
"Sayang ya. Padahal banyak pembaca yang menantikan kelanjutannya. Ternyata benar, kita tak selalu mendapat apa yang kita inginkan."
"Betul mah, kita bisa memesan makanan, tapi kita tak bisa memesan takdir."
"Kata – katamu nak, sok puitis bener."
"Lah, siapa dulu dong mamanya..."
"Hehehe..."

***

Puas bercakap dan berputar, Beni mengarah ke kandang si Oni lantas membuka pintunya yang langsung disambut si Oni dengan antusias.

"Liat mah, siapa yang seneng kedatangan tamu."
"hehehe..."

Si Oni langsung mendekati Munah dan menjilati wajahnya. Munah hanya tertawa disambut seperti itu. Puas menjilati wajah Munah, si Oni lantas menjilati pantatnya.

"Anjing pinter, udah gak tahan ya... Gimana dong mah? Kasihan tuh si Oni."
"Ya terserah kamu aja. Kan kamu yang bawa mama ke sini."
"Ya udah, kasih aja deh mah."

Munah tak menjawab, hanya tersenyum sambil menatap anaknya. Sementara itu, Beni lantas melepas tali kekang dari kalung mamanya.

"Entot mama Ni!"

Si Oni menjawab dengan tindakan. Tangannya langsung ditempatkan di bahu Munah, sementara kontolnya berusaha menerobos memek Munah. Meski telah sering melihat, namun Beni tetap terpukau melihat usaha Oni yang akhirnya berhasil menerobos memek mamanya setelah beberapa kali gagal. Setelah kontolnya masuk, tekanan tangan Oni membuat kepala Munah tertekan ke tanah.

Kini tinggal buluh anjing yang sedang berusaha dimasukan oleh si Oni. Saat buluh itu akhirnya masuk, Munah mengerang mendapat orgasmenya yang pertama.

"Aarrrhhhhh..."

Beberapa kali Munah orgasme hingga akhirnya sang anjing memuncratkan peju di memeknya. Kontol anjing itu terus mengalirkan peju hingga beberapa saat. Beni menonton dengan antusias saat anjingnya berputar membelakangi mamanya dan menunggu buluhnya mengecil. Sementara Munah hanya bersujud lelah hingga akhirnya kontol anjing lepas dari memeknya.

Begitu lepas, si Oni langsung mendekati mangkuk airnya dan minum hingga puas, sementara Munah terbaring lemas. Peju anjing mengalir keluar dari memeknya, membasahi selangkangan dan pahanya.

"Mama pingin pipis nih."
"Bentar mah."

Beni lantas memasang kembali tali kekang ke kalung anjing mamanya lantas menarik kekang dua kali.

"Ayo mah ikut."

Munah bangkit mengikuti anaknya yang menariknya keluar kandang anjing ke atas rerumputan.

"Kencingnya di sini aja mah."
"DI sini? Maksudnya?"
"Ya kencingnya di sini, kayak si Oni."
"Kamu mau mama kencing kayak anjing?"
"Iya mah. Mau yah?"

Munah tak menjawab. Munah merasa direndahkan dan dipermalukan oleh anaknya. Namun bukannya marah, Munah malah melebarkan kedua paha lantas kencing. Air kencingnya mengalir keluar, sebagian membasahi pahanya.

"Kok gitu sih mah? Jadinya kan membasahi paha. Angkat satu dong kakinya, biar gak mengotori paha."
"Iya, ntar lagi mama bakal kayak gitu deh. Gimana sekarang, mama jadi kotor nih."
"Ya udah, ikutin Beni aja."

Beni lantas menarik mamanya hingga mendekati pagar. Tali kekang mamanya lantas diikat ke pagar. Setelah itu Beni membawa si Oni ke pagar untuk mengikatnya juga ke pagar. Si Oni lantas menjilati tubuh kotor Munah. Sementara itu, Beni memasang selang ke keran, menyalakannya dan menyemprot mamanya dan anjingnya.

"Aww.... Geli..."
"Tapi seger kan mah..."
"Seger? Dingin tahu!"
"Ya udah, ntar kalau udah bersih Beni angetin deh."

Beni terus menyemprot mama dan anjingnya hingga dirasa bersih. Setelah itu, si Oni dikembalikan ke kandang sementara mamanya dibawa ke kamarnya. Setelah itu, bagian anaknya yang mengawini Munah.
 
Saking keseringan main sama si ONI tanpa mamanya sadari MAMAnya tengah mengandung benih dari si ONI
Dan si ANAKnya tak mau MAMAnya gugurin benih dari si ONI lalu anak dari hasil hubgan mama dan si oni di kasih lihatkan di khalayak ramai sehingga membuat mamanya menjadi gila,,dalam hati sang anak berkata inilah balasanku buat mama ,,,cuma ini aja saranku om heeee sory kalau salah heeeeee
 
Jujur ya, tadi nya aku nikmatin kisahnya. Sampe sebatas kejadian di gudang. Selebihnya jd bukan invest tp animal sex. Dan kisah kayak gini msh extrime utk di sini, coz setting tempatnya kayaknya bebas bgt ampe ke halaman belakang bs telanjang.

Mungkin itu sih yg mau saya sampein, imajenasi enaknya sampe gudang 😊

Td nya w pingin pas di gudang itu, anaknya langsung maksa ibunya tok ngewe hehehehee

Tp susunan ceritanya bagus
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Esok hari setelah memandikan mama di halaman belakang, Beni pulang sekolah dengan pertanyaan – pertanyaan di benaknya. Seperti kemarin, Munah langsung telanjang. Lehernya dipasangi kalung anjing, lantas disambungkan dengan tali kekang. Kembali Munah ditarik merangkak hingga di halaman belakang. Munah terus berkeliling berputar, lutut dan telapak tangannya tak lagi terasa lecet akibat telah mengeras hasil merangkak berhari – hari.

"Mah, biar gak ribet. Mending mama pake terus aja kalungnya. Kalau keluar rumah, baru deh dilepas dulu."
"Terserah kamu aja lah."
"Seharian tadi kencing gak mah?"
"Enggak dong. Kan kayak kemarin."
"Hehe... Ya udah, mulai sekarang kalau pingin kencing gak usah ditahan – tahan lagi aja. Langsung aja mama buka pakaian, merangkak ke sini langsung kencing di sini, biasa kayak anjing."
"Iya deh, tapi ribet dong sayang, tiap mau kencing mesti buka pakaian."
"Bener juga ya. Atau gini aja, mama gak usah di baju aja kalau di rumah. Kecuali kalau ada tamu, sebelum buka pintu mama pake pakaian dulu... Gimana mah, setuju gak?"
"Kamu tuh, tiap hari makin aneh aja pikirannya."
"Abis mau gimana lagi, siapa dulu dong mamanya."
"Hehehe..."

Benar saja, hingga saat itu, sampai Munah dan anaknya kelelahan setelah kawin di ranjang, Munah dan anaknya tidur tanpa memakai busana, hanya tertutupi selimut tebal, setebal memek Munah.

***

Beni terbangun akibat rasa geli campur nikmat yang dia rasakan. Saat membuka mata, Beni dapati mamanya sedang sibuk menjilati kontolnya.

"Terus mah... ah... enak..."

Munah makin bersemangat menyadari anaknya telah sadar. Kini, setelah dirasa kontol anaknya telah mengeras, Munah lantas menaiki tubuh anaknya dan mengawini anaknya dengan posisi sambil duduk di atas. Tak butuh waktu lama bagi kontol anaknya untuk menerobos menyesaki memeknya. Tanpa Munah komando, mulut anaknya kini sedang sibuk menyusu ke susunya, kanan kiri bergantian.

Nikmatnya persetubuhan, kesadaran akan terlarangnya hubungan, membuat Munah dan anaknya cepat menggapai orgasmenya.

"Duh, mama sih, pagi – pagi udah ngajak olahraga. Jadi laper nih."
"Kamu tuh emang tiap saat laper. Gak ngaruh mama ngajak olahraga."
"Hehehe... jadi malu ah..."
"Malu ... malu .... Udah, sana beres – beres rumah dulu!"
"Siap mah."

Setiap minggu Munah memang telah membiasakan anaknya beres – beres di rumah. Dari mulai pel lantai hingga ngurus halaman. Sementara itu, Munah masak di dapur. Meski mendapat santusan asuransi yang besar dari kematian suaminya, namun Munah tak ingin hidup lebih mewah. Munah tetep hidup sederhana seperti dahulu, hanya saja kali ini Munah masak tanpa mengenakan pakaian.

"Wah, masak apaan nih mah?"
"Semur ayam."
"Asik..."
"Asik... asik... beresin dulu pekerjaanya..."
"Udah dong mah."
"Kok cepet?"
"Liat mama jadi tambah semangat... hehehe..."
"Bisa aja kamu. Si Oni udah dikasih makan belum?"
"Oh iya mah lupa."
"Mulai pikun ya..."

Munah hanya geleng – geleng kepala melihat anaknya yang melangkah menjauh. Munah tahu, anaknya ingin merendahkan dirinya hingga serendah – rendahnya. Namun, bukannya marah, Munah malah menyukai ide gila anaknya. Ada kepuasan tersendiri yang Munah rasakan saat diperlakukan semena – mena oleh anaknya itu.

Beberapa saat kemudian, Munah terkejut melihat anaknya datang sambil membawa si Oni. Melihat wajahnya yang terkejut, anaknya hanya senyum – senyum aja.

"Disuruh kasih makan kok malah dibawa ke sini sih?"
"Hehehe... abisnya kasihan sih mah, dari kemarin si oni belum kawin."
"Si oni yang belum kawin atau kamu yang pingin nonton layar tancep?"
"Hehehe... mama tau aja. Duduk dong mah di kursi, terus buka pahanya."

Munah menurut. Begitu melihat kesempatan, si Oni langsung mendekat dan menjilalti memek Munah membuat Munah mendesah menahan nikmat. Sementara anaknya berdiri di belakang Munah, tangannya meremas dan mengelus susu Munah, sementara lidahnya menjilati telinga Munah. Dirangsang sedemikian rupa oleh anjing dan anaknya membuat Munah kejang, mengerang orgasme.

Kontol Beni sudah mengeras menuntut penyaluran, namun Beni masih bisa menahan nafsunya. Menyadari mamanya telah orgasme, lantas Beni membimbing mamanya agar nungging. Setelah itu, giliran pantatnya yang dijilati anjingnya. Tak butuh waktu lama, Beni lantas menyuruh anjingnya agar mengawini mamanya.

Tentu saja anjingnya girang mendapat perintah seperti itu. Kaki depan anjing itu langsung mendarat di punggung Munah, sementara kontol anjingnya berusaha memasuki memek Munah. Setelah beberapa percobaan, akhirnya kontol anjing itu masuk juga ke memek Munah.

Munah kembali mengerang merasakan tekanan pada punggung dan tusukan kontol di memeknya. Setelah beberapa tusukan, Munah dan anjingnya sama – sama orgasme. Namun setelah orgasme, peju anjing tersebut terus mengalir beberapa saat. Setelah itu Munah hanya bisa pasrah menunggu buluh anjingnya mengecil hingga lepas. Sambil berbaring, Munah rasakan rambutnya dielus – elus oleh anaknya.

***

Sementara mamanya masih terhubung dengan anjing, Beni membawa mangkuk tempat makanan dan tempat air si Oni dan menyimpannya di dekat meja makan. Setelah itu kedua mangkuk itu diisi makanan anjing serta air untuk minumnya.

Beni lantas menyiapkan sebuah mangkuk baso di meja makan. Mangkuk baso itu diisi nasi dan ayam. Setelah itu, ayamnya Beni ambil dan dagingnya disuir – suir hingga tumpukan nasi tersebut dipenuhi suiran daging ayam. Tentunya tanpa tulang. Setelah itu Beni tambahkan air karinya. Lantas mangkuk baso itu Beni tempatkan di sebelah mangkuk makanan si Oni, kira – kira jaraknya tiga puluh centi. Beni lantas mengambil satu mangkuk baso lagi, diisi dengan air dan ditaruh di sebelah mangkuk baso makanan.

***

Akhirnya Munah merasakan kontol anjingnya lepas juga. Saat kepalanya mendongak, Munah melihat banyak mangkuk di dekat meja makan.

"Kok makanan si Oni ditaruh di sini sih? Terus banyak bener tuh mangkuknya?"
"Iya, barusan kan mama udah ngentot sama si Oni. Nah, sekalian aja makan bareng."
"Makan bareng gimana?"
"Iya, mama makan bareng si Oni, pake cara si Oni. Gitu. Mau yah mah!"
"Kamu mau mama makan kayak anjing!"
"Iya mah."
"Gila kamu ya... Masa mama sendiri disuruh jadi anjing."
"Emang mama gak mau?"

Munah diam. Kekurang ajaran anaknya ternyata sampai sejauh ini. Namun di sisi lain, Munah juga merasa tertantang menyalurkan keinginan liarnya. Munah memejamkan mata sejenak, seolah berpikir. Lantas minum dari mangkuk baso di lantai. Beni tersenyum puas melihat mamanya menuruti keinginannya. Puas minum, Munah makan makanannya langsung dengan mulut. Karena baru kali ini, proses makannya terbilang lama, cukup memakan waktu. Meski begitu, anaknya tetap sabar menunggui.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd