Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[copas] Keluarga Maemunah

Sehabis sekolah, Beni pulang dengan riang. Sebuah ide tertanam di benaknya. Ide yang Beni yakini bakal disukai sang mama... Seperti yang Beni harapkan, setiba di rumah, mamanya sedang berbaring, dengan kaki terlentang dimana Oni sang anjing sedang sibuk menjilati memek mamanya.

“Baru pulang nak?”
“Iya mah. Lagi sibuk ya mah?”
“Gak juga, nih lagi kasih makan si Oni.”
“Tunggu mah, Beni punya ide.”
“Ide gimana?”
“Tunggu mah, Beni siapin dulu.”

Beni pun menghilang dari pandangan Munah. Sementara Munah kembali mencoba fokus kepada sensasi yang ditimbulkan lidah sang anjing. Namun ternyata kini tak bisa fokus akibat kata – kata anaknya.

Beberapa saat kemudian Munah melihat Beni datang tanpa busana. Di tangannya tergenggam tali anjing yang biasa dipakai si Oni.

“Buat apaan sih itu nak?”
“Biar seru mah. Tenang aja, aman dari bakteri kok. Karena sudah teruji secara klinis.”
“Klinis apaan, kayak iklan air aja...”

Munah lantas melihat anaknya memasang tali kekang di leher si Oni. Beni kini menarik kekang agar si Oni mengikuti. Awalnya Oni menolak, namun setelah beberapa tarikan, akhirnya mengalah juga. Baru dua langkah berjalan, Beni menghentikan langkahnya lantas menatap mamanya.

“Ikut mah, biar gak penasaran.”
“Iya deh, mama ikutin kamu.”

Munah berdiri, lantas berjalan. Namun menyadari anaknya hanya diam sambil menatapnya, Munah pun penasaran.

“Apa lagi ayo?”
“Biar makin seru, kalau mama gak keberatan, gimana kalau mama jangan jalan.”
“Maksudmu?”
“Maksud Beni, tapi mama janji dulu, dengerin Beni ngomong sampai tamat. Jangan keburu marah?”
“Iya. Ayo cepetan ngomong.”
“Biar si Oni gak terlalu kesepian, mama temenin jalannya sambil merangkak kayak si Oni. Jadi jalan kayak anjing gitu.”

Maemunah terperangah mendengar kata – kata anaknya. Tak pernah terpikir di benaknya untuk melakukan apa yang keluar dari mulut anaknya. Namun, setelah mencoba berpikir sejenak, Munah pun tersenyum.

“Kamu nih ada – ada aja. Ya udah, mama ikuti kemauan kamu.”
“Hehehe... Kan biar ada variasi mah.”

Munah pun kini berlutut di kedua tangan dan lututnya, diam di sebelah si Oni. Beni tersenyum senang melihat mamanya. Munah menatap anaknya yang tersenyum sambil melotot.

“Senang kamu yah. Dasar anak nakal.”
“Ayo maju mah. Kita ke halaman belakang.”

Munah merangkak maju. “Aw...” Munah terkejut merasakan lidah si Oni yang berusaha menjilati pantatnya dari belakang.

“Geli ya mah?”
“Pegangin dong, biar gak nakal”
“Hehe... iya mah, iya.”

Namun, baru beberapa langkah, lidah Oni kembali menyambar pantat Munah. Lantas tak terasa lagi. Begitu terus hingga sampai ke halaman belakang.

Halaman belakang Maemunah cukup luas. Sekitar satu meter dari pintu, masih terpasang ubin. Namun setelah ubin, kira – kira tiga meter lagi, hanyalah rumput hijau yang disengaja tumbuh. Di sekelilingnya dipasangi pagar besi yang tinggi. Apabila musim hujan, ubin itu jarang kena air, karena di atasnya terdapat atap yang masih menutupi dengan jarak kira – kira satu meter.

“Ke mana nih?”
“Terus mah ke dekat pagar!”
“Merangkak?”
“Iya dong mah.”

Munah terus merangkak. Lututnya yang belum terbiasa terasa agak tidak biasa menyentuh rumput yang bergoyang. Setelah mencapai pagar, kekang si Oni diikat ke pagar besi hingga pergerakan si Oni pun terbatas, hanya sepanjang tali kekang.

“Terus mau ngapain lagi nih?”
“Sini mah, diem di sebelah si Oni.”

Munah lantas diam, berlutut di sebelah si Oni. Tentu saja lidah si Oni kembali menjilati pantat Munah.

“Kalau Beni bilang maju, mama maju hingga gak bisa disentuh si Oni. Ngerti mah?”
“Iya mama ngerti.”
“Ni, entot mama!”

Oni langsung naik mencoba melakukan penetrasi ke memek Munah yang sudah siap.

“Maju mah!”

Munah pun merangkak maju mengikuti instruksi yang diberikan oleh anaknya. Otomatis tubuh Munah pun lepas dari cengkraman Oni. Oni yang sedang berusaha pun mencoba maju namun tertahan oleh tali kekang yang terikat ke pagar.

“Mundur lagi mah. Biar si Oni coba lagi ngentot mama!”
“Maksudnya apaan sih ini Nak. Aneh – aneh aja kamu.”
“Sabar mah, ntar juga mama tahu.”

Munah mundur kembali, mengikuti instruksi yang diberikan anaknya. Oni langsung menyambut dengan menaruh kedua tangan di punggung Munah, mencoba melakukan penetrasi ke memek Munah. Namun saat percobaan itu berlangsung, kembali Munah di suruh maju hingga lepas dari jangkauan anjing peliharaannya.

Kejadian itu berulang hingga empat kali berturut – turut. Percobaan kelima Munah tak disuruh maju, membuat si Oni begitu bernafsu ingin menghujamkan kontolnya ke memek manusia. Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya kontol si Oni mulai masuk.

“Ohh...”
“Kenapa mah? Enak ya?”
“Ohh... hhhh...”

Buluh anjing itu kini makin membesar, membuat Munah tak bisa bicara dengan jelas, hanya mampu meracau setelah buluh itu ikut masuk ke memeknya. Tanpa memberi ampun dan atau kesempatan untuk mengambil nafas, Oni langsung menggenjot memek Munah, dengan kecepatan luar dari pada biasa. Besarnya buluh anjing membuat memek Munah langsung sesak. Titik titik sensitif di memeknya pun langsung tersentuh, membuat Munah cepat orgasme. Tak butuh waktu lama bagi Oni untuk menyemprotkan pejunya.

“Aaaa....”

Munah menjerit lagi menikmati orgasmenya yang kedua. Oni menghentikan pompaan pinggulnya, namun kontolnya terus menyemburkan peju di memek Munah. Apalagi memek Munah terus mencengkram, seolah memeras peju dari kontol anjing peliharaannya hingga habis. Cengkraman memek membuat kontol Oni terus bergerak menekan titik sensitif membuat Munah kembali orgasme.

Setelah kontol anjing itu berhenti mengalirkan peju, Munah terbaring di rumput, dengan pantat sedikit terangkat akibat kontol anjing yang masih menempel, terkunci oleh buluh. Tubuh Munah gemetaran, wajahnya terlihat senang akibat orgasme yang berkepanjangan.

Di sisi lain, bagian kontol Beni yang kini tegang. Beni lantas duduk, memposisikan diri hingga kepala mamanya tepat berada di selangkangannya yang terbuka melebar.

“Beni juga ingin keluar mah. Jilatin dong.”

Munah hanya tersenyum menatap anaknya. Lantas mulai menjilati kontol anaknya. Tak butuh waktu lama hingga Beni memegang rambut mamanya dan memasukan kontol ke mulut mamanya. Akibat rangsangan visual yang baru saja dilihatnya, membuat Beni memuntahkan lahar panas di mulut mamanya dalam tempo yang sesingkat – singkatnya.

“Ah... telen mah. Telen!”

Munah menutup mulutnya yang masih dipenuhi kontol anaknya, dengan maksud tak membiarkan satu tetes peju anaknya keluar. Munah berusaha menelan semua peju anaknya, namun karena posisinya yang tanggung, membuat beberapa tetes peju meleleh dari sela mulutnya. Setelah tiada lagi peju keluar, Beni mengelus rambut mamanya.

Munah hanya terdiam. Oni ingin maju namun tak bisa akibat tubuh Munah yang terbaring lemah di rumput. Beberapa saat kemudian, kontol Oni akhirnya lepas dari memek Munah. Munah masih terbaring. Di pahanya mengalir peju anjing peliharaannya hingga menetes ke rumput.

“Kwakk.... Kwakk....”

Mendengar suara aneh, Munah dan anaknya lantas menggerakan kepala ingin melihat sumber suaranya. Saat keduanya menengadahkan kepala, terlihat satu titik di angkasa.

“Cepat ambil teropong ayahmu. Lihat apa itu!”

Beni bangkit bergegas ke rumah. Lantas keluar lagi ke dekat mamanya. Beni memakai teropong untuk melihat apa yang ada di angkasa.

“Apa yang kamu lihat?”
“Ada burung rajawali mah. Tapi terbangnya gak beraturan.”
“Lihat lebih teliti lagi!”
“DI tubuhnya tertancap sebuah anak panah.”
“Apa?”
“Itu burung rajawali terpanah.”
“ck... ck...”
“Kenapa mah?”
“Ternyata legenda itu benar.”
“Legenda apaan?”
“Ntar deh mama ceritain. Sekarang kita masuk dulu, bentar lagi ayahmu pulang.”

Munah lantas berdiri, namun saat akan melangkah, kakinya dipegang oleh anaknya.

“Ada apa lagi?”
“Tanggung mah, masuknya sambil merangkak lagi dong, kayak tadi.”
“Kamu nih ada – ada aja,” kata Munah, namun langsung menuruti anaknya.

Munah kembali berlutut dan merangkan kembali ke rumah. Di sebelahnya anaknya ikut kembali ke rumah, namun dengan berjalan kaki. Karena belum terbiasa, Munah merangkak dengan perlahan.

“Sekarang mau ngapain mah?”
“Ya mandi dulu dong. Nih, tubuh mama kotor gara – gara kamu.”
“Lho kok gara – gara Beni, yang kawin siapa yang disalahin siapa.”
“Kan kamu yang paksa mama ke halaman belakang segala rupa.”
“Hehe... ya udah, biar gak tanggung, merangkaknya tamatin aja sampai ke kamar mandi.”
“Iya deh iya.”

Munah pun merangkak hingga ke kamar mandi. Lantas mandi sambil nyanyi – nyanyi. Lagunya gak karuan malah kayaknya kampungan. Capek nyanyi, Munah ganti dengan siul – siul. Maksudnya biar badan gak menggigil.

Selesai mandi, Munah mendapati anaknya sedang makan mie goreng di meja makan.

“Duh yang lagi makan.”
“Iya mah, laper sih. Nunggu mama mandi lama amat. Ya udah bikin mie goreng aja dulu.”
“Iya, mama juga laper nih.”
“Nih, udah Beni bikinin sekalian.”
“Duh anak mama memang paling baik deh. Makasih sayang.”
“Iya mah. Sini mah duduk, makannya sambil ceritain dongeng yang tadi yah!”
“Iya.”

Munah lantas duduk di sebelah anaknya. Munah mulai makan mie sambil bercerita.

“Dahulu kala, saat mamamu kecil. Mama sering pergi ke ladang sama kakek mama. Buyutmu.
“Saat itu musim kemarau panjang, kami duduk berdua di selembar tikar.
“Tiba – tiba di langit ada burung rajawali yang terbangnya oleng.
“'Kek, burung apaan itu? Kok terbangnya aneh si?'
“Kakek menjawab katanya itu burung rajawali terpanah.
“Masih katanya lagi, kalau ada orang yang melihat burung rajawali terpanah, artinya orang tersebut bakal kehilangan salahsatu anggota keluarganya.
“'Kehilangan bagaimana kek?'
“Jawab kakek mama begini, salah seorang anggota keluarga yang melihat burung rajawali terpanah akan ada yang meninggal.”
“Terus, itu hasil kerjaan siapa mah?”
“Mama juga nanya gitu ke buyutmu.
“Katanya di setiap zaman, selalu ada seorang pemanah rajawali, dimana saat sang pemanah rajawali mulai berusia lanjut, dia menurunkan ilmunya kepada seorang murid. Begitu terus hingga sampai sekarang.”
“Berarti, hebat juga ya sang pemanah rajawali tersebut.”
“Iya.”
“Kira – kira, siapa yang bakal meninggal mah?”
“Gak tahu nak. Barang kali aja itu hanya mitos, biasa, dongengan orang zaman dahulu.”
“Iya mah, semoga saja begitu. Lagian, itu termasuk tak hayul.”
“Iya.”

Cerita yg sangat sangat bagus suhu...tp amat sangat d sayangkan bila sang pemanah rajawali tergantikan...hehehe..akan lbih croot lagi jika suhu qsanta berduet dg pemanah rajawali...hehehe...4 jempol buat suhu qsanta yg tlh mmbawa legenda sang pemanah rajawali...
 
Cerita yg sangat sangat bagus suhu...tp amat sangat d sayangkan bila sang pemanah rajawali tergantikan...hehehe..akan lbih croot lagi jika suhu qsanta berduet dg pemanah rajawali...hehehe...4 jempol buat suhu qsanta yg tlh mmbawa legenda sang pemanah rajawali...

Wooooyyy.... Ga usah pake quote kalee.. Anak baru ya?
 
speechless ane bacanya lanjuut suhuu
btw mau copas ato asli no problem :D
 
Awalnya dikira bakal incest murni, eeh ternyata ada beastility. Cuma kaya cooy paste gan adegan exe nya, kurang hot
 
Detik – detik berganti dengan menit dan menit pun silih berganti.

"Habis juga mama makannya."
"Iyalah. Kan sayang kalau gak diabisin."
"Gimana mah rasanya makan kayak si Oni?"
"Penasaran? Coba aja sendiri."
"Gak ah."

Beni lantas berdiri di atas kedua lututnya, di hadapan mamanya. Kontolnya kini sejajar dengan mulut mamanya yang masih tetap merangkak.

"Nih mah tambahan protein biar makin sehat."
"Mana?"
"Ya mama isep dong. Ntar juga muncul."

Bukannya menjawab, Munah malah menjulurkan lidah dan mulai menjilati kontol anaknya. Tangan anaknya yang membelai rambutnya malah membuat Munah semakin bersemangat. Tak hanya jilatan, kini Munah juga mulai menghisap kontol anaknya.

Tangan Beni mulai mencengkram rambut Munah. Lantas Beni mulai memompa pinggulnya sehingga kontolnya keluar masuk di mulut mamanya.

"Beni mau keluar mah!"

Munah makin bersemangat mendengar kata – kata anaknya. Hingga akhirnya Munah merasakan semburan peju anaknya di mulutnya. Munah berusaha agar peju anaknya dapat tertelan semua. Cengkraman tangan anaknya pada belakang kepala membuat usaha Munah menjadi mudah.

Puas orgasme, Beni membawa Munah dan Oni kembali ke kandang anjing.

"Kalau capek, mama tidur siang aja di sini. O ya, ntar malem siapin makanannya buat satu orang saja ya."
"Emang kamu mau makan di luar? Udah bosan sama masakan mama ya?"
"Bukan gitu. Pokoknya ntar Beni jelasin dah. Mulai sekarang, tiap mama masak, buat satu orang saja. Kecuali kalau kita kedatangan tamu."
"Iya deh. Lagian juga biar sekalian ngirit."

Capek setelah beraktifitas, Munah berbaring di kandang si Oni tanpa merasa jijik sekalipun. Namun Munah melihat pintunya hanya diselot oleh anaknya. Otomatis Munah bisa keluar masuk karena gak digembok.

***

Sementara itu, Beni kembali asik dengan dunianya sendiri. Entah itu main gim atau menonton film. Angin yang bertiup melalui jendela membuat Beni yang lagi asik tiba – tiba mengantuk. Akhirnya Beni putuskan untuk tidur siang.

***

Senja kala, saat lembayung muncul dengan indahnya, Munah terbangun oleh sapuan lidah Oni di wajahnya. Munah hanya tersenyum lantas keluar dari kandang, namun tetap membiarkan si Oni terkurung. Setelah diluar kandang, Munah kembali merangkak. Namun, baru beberapa rangkak, Munah mengangkat satu kaki lantas kencing. Setelah itu, Munah memasuki rumah dan langsung menyiapkan makan malam dengan porsi satu orang, sesuai permintaan anaknya. Setelah itu, Munah menyalakan tv, menonton berita yang terjadi hari ini.

***

Beni terbangun karena ingin kencing. Lantas dia ke kamar mandi dan kencing. Setelah itu, Beni putuskan untuk mandi sekalian. Selesai mandi, Beni dapati mamanya sedang melihat berita di tv.

"Lihat apaan mah?"
"Biasa, berita."
"Oh. Laper nih mah."
"Tuh, udah mama siapin makanannya."
"Oh ya?"
"Eh, tapi mama masakinnya cuma buat satu orang. Kan seperti keinginanmu."
"Iya, mah. Beni gak lupa kok."
"Terus kita kan berdua?"
"Iya, tenang aja. Lho, tali kekang mama gak dipakai?"
"Iya."
"Ya udah, kalau gak ada tali kekang, Beni tarik ini aja ya."
"Terserah kamu dah."

Beni mengelus rambut mamanya. Setelah itu, Beni memegang rambutnya dan menariknya sambil berjalan pelan. Mamanya mencoba mengikut kecepatan langkah Beni, karena apabila tertinggal tentu rambutnya akan terasa sakit.

"Kamu tuh bisa aja pikirannya."
"Hehe... Ya udah, Beni makan dulu. Mama tunggu deket mangkuk si Oni."

Munah duduk di dekat mangkuk Oni sambil melihat anaknya yang sedang makan dengan ayam yang tadi sudah dipanaskan. Namun, belum juga habis, potongan ayam itu dilempar oleh anaknya hingga masuk ke mangkuk Oni. Munah menatap anaknya dengan pandangan penuh tanya.

"Makan mah! Biar ngirit sih anjing cukup dikasih makanan sisa aja."
"Serius kamu nak?"
"Iya dong mah. Keburu dingin gak enak lho."

Karena lapar dan juga tak ingin mengecewakan anaknya, Munah memakan potongan ayam sisa tersebut. Namun karena masih menempel pada tulang, Munah mengambil daging ayam itu.

"Jangan pake tangan mah."
"Terus gimana dong?"
"Anjing kan makannya pake mulut saja."
"Udah nurut aja."

Munah menurut, namun karena belum terbiasa, masih banyak potongan daging yang menempel pada tulang.

"Nih lagi!" kata Beni sambil kembali melempar daging ayam sisa ke mangkuk Oni. Namun daging itu mengenai kepala mamanya lantas jatuh ke lantai.

Dengan sigap, Munah menggigit dan memakan daging ayam langsung dari lantai.

"Hahaha... pinter... pinter... mama mulai jadi anjing pinter... ayo makan biar kenyang!"

Setelah beberapa potong, Beni merasa cukup.

"Kenyang mah?"
"Lumayanlah. Minumnya mana? Haus nih."
"Mumpung mama nanya, Beni bawa si Oni dulu. Biar mama minum persis kayak si Oni minum."

Beni lantas melangkah keluar meninggalkan mamanya yang sedang kebingungan mendengar kata – katanya. Beberapa saat kemudian Beni datang sambil menarik kekang si Oni. Beni tahu si Oni pasti kelaparan dan kehausan. Setelah itu, Beni melepas kekang si Oni dan mengambil pakan anjing.

Dilepas oleh Beni, si Oni langsung menjilati tubuh dan atau wajah Munah. Namun, perhatian Oni kembali ke Beni yang sedang menumpahkan pakan anjing ke mangkuknya. Oni lantas makan dengan lahap. Pakan basah itu Beni tuangkan dengan agak banyak melebihi porsi biasanya. Otomatis si Oni tak menghabiskan makanannya karena kekenyangan.

"Kamu kayak baru pertamakali aja ngasih makan. Liat tuh masih banyak sisanya. Kan sayang."
"Sengaja mah."
"Sengaja gimana?"
"Itu buat mama. Biar kenyang. Anjing kan memang makanan makanan anjing."

Munah hanya bisa menggelengkan kepala mendengar jawaban anaknya.

"Ayo makan mah."

Munah akhirnya memakan makanan anjing untuk pertamakalinya. Rasanya terasa asing, namun tetap Munah paksakan. Setelah habis, Munah kembali menatap anaknya.

"Mana nih minumnya?"
"Yuk ikut mah!"

Beni membawa si Oni ke kamar mandi, diikuti mamanya. Tahu ada sumber air di kamar mandi, si Oni lantas minum dari kloset jongkok.

"Kamu mau mama minum dari situ?"
"Lha, ini ada anjing minum dari sini. Masa anjing lainnya gak mau sih. Kan sama – sama anjing?"
"Bener – bener gila kamu."
"Hehe... gak bosen mah bilang gitu? Ayo cepet minum, si Oni udah tuh."

Akhirnya Munah benar – benar mendekatkan kepala ke kloset itu. Awalnya Munah menjulurkan lidah, namun akhirnya Munah seruput juga hingga dahaganya hilang. Puas minum, Munah merasa lehernya kembali dipasangi kekang oleh anaknya. Lantas kekang itu ditarik. Kini Munah merangkak beriringan dengan si Oni menuju kandangnya.

"Masuk mah, temenin si Oni tidur di sini!"
"Kamu mau mama tidur di sini?"
"Iya?"
"Telanjang?"
"Enggak dong mah. Ntar Beni bawa sesuatu. Udah, masuk dulu aja."

Munah pun masuk setelah si Oni lebih dahulu masuk. Munah berbaring dan si Oni ikut berbaring di sampingnya. Beberapa saat kemudian datang anaknya melemparkan selimut.

"Nih, pake ini biar gak kedinginan."
"Sayang dong kalau kotor."
"Mama nih ada – ada aja. Emangnya anjing mesti pake yang bersih terus?"

Munah mengerti maksud anaknya.

"Besok bangunin Beni ya. Biar gak terlambat upacara."
"Iya. Kamu gak ikut tidur di sini sama mama?"
"Enak aja. Beni kan manusia mah, bukan anjing."

Munah hanya bisa diam melihat punggung anaknya yang berjalan menuju ke dalam rumah. Namun anehnya, direndahkan oleh anaknya malah membuat Munah terangsang. Beruntung bagi dirinya, di sebelahnya ada si Oni. Dengan sedikit komando, Munah melebarkan paha dan memeknya dijilati si Oni. Puas dijilati, Munah menyuruh si Oni berhenti, lantas nungging dan menunggu dikawini.

Tanpa menunggu waktu, si Oni langsung mengawini betinanya itu hingga selesai.

Puas kawin, Munah dan Oni pun tidur di bawah selimut yang sama.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd