BLACK ASKA STORY 4
Bertiup sang Bayu
berbisik padaku..
Bawa kisah lalu, cerita tentang sekuntum Rindu..
Malangnya sang Rindu,..terbunuh sang Waktu
Akhirnya sang Bayu
dekapi Rindu dan pergi jauh
Berkelana terbang tinggi ke angkasa
Menembus hingga dalamnya samudra
Mencari kemana pun cintanya,
tuk sampaikan betapa merindunya..
Pergi bertanya pada bintang-bintang
Memuja meminta jawabnya rembulan
Dimana kan menjadi arahnya
Dan temui
miliki lagi satu Cintanya
Akhir pekan di penghujung libur lebaran..
Libur panjang yang penuh senyum
penuh tawa..
Terasa atau tidak
mungkin waktu-waktu seperti ini yang sungguh dinanti-nantikan..
Jalan kesana
jalan kesini
makan ini
makan itu
Bicara sekarang dan bicara yang lalu..
Semua yang lucu, menyenangkan hingga haru..
Yang mungkin terlewat kini teringat..
Lalu yang teringat kini pun terkenang..
Demikianlah aku dan sang Dia.. bersama.. selalu bersama..
Demikianlah cara kami berdua.. tak usai.. tak habis-habisnya..
Sampai di pekan penghujung liburan
satu terap harus kujalankan..
Seperti terap yang sejak bertahun yang lalu ku tunai
ini waktunya untuk tahun ini..
Sang Dia yang merajuk ikut membuat terap kali ini berbeda..
Menimbang aku yang tak setuju karena sang Dia tengah berbadan dua..
Namun lagi-lagi aku luluh
ku luluskan pintanya untuk ikut..
Pukul setengah empat dini hari kami berangkat..
Semua sudah disiapkan..
Satu perjalanan yang kurasa cukup jauh .. hari itu kutempuh bersama sang Dia..
Ziarah ke laut, menabur bunga.. dan berdoa untuk almarhum orang tuaku yang telah tiada..
Satu niat
yang jadi terap.. seperti ukiran janji yang sudah tertoreh didalam hari-hariku melewati hidup.
Dan niat itulah yang akhirnya berhasil mengantarkan laju kami sampai di pesisir di utara Jakarta pagi ini.
Masuk gerbang utama.. lurus,..ambil sisi kanan.. dan menyusur hingga kearah area kuburan Belanda..
Kulajukan terus hingga ku parkirkan motorku di area rumah makan yang berdiri bersebelahan dengan pinggiran pantai..
Disanalah satu dermaga kecil berada.. tempat titian niat dan terapku..
Seperti satu labuhan diantara semaraknya pengembaraan yang kujalani.
Langkah kami beriring.. tangan kami bertaut.. kami susuri lantai kayu dermaga hingga ke ujungnya..
Angin tak terlalu kencang.. air laut pun tampak tenang..tak terlalu beriak..
Suasana masih agak gelap.. tapi lampu-lampu yang berdiri di sisi dermaga kecil membuat suasana jadi teduh temaram.
Berdiri satu tindak didepan sang Dia..
Sebentar lamunan menyusupi aku..
Nampaknya angin dan nuansa pagi itu berhasil menarikku dalam diam dan terpaku..
Perlahan kutatap sekeliling..
Banyak yang berubah.. tak lagi sama..
Jajaran pasirnya tak seluas dulu..pantainya pun tak sebagus dulu..
Sungguh tempat yang melenakan..
Disini dulu tubuhku yang kecil berlarian.. dikejar papa dengan seringainya menakut-nakuti aku..
Dan riak air ini yang menantangku untuk laju ketengah.. seraya Mama yang bertepuk tangan sambil mengomel karena kuatir aku tenggelam..
Disini tubuhku ditempa..
Bersahabat dengan matahari
bertukar rasa dengan rembulan..
Bersuka-suka dengan angin
menggenggam riak dengan kayuh lenganku yang kecil.
Satu sentuhan dibahu kananku memecah lamunan..
Sedikit menoleh, kutangkap wajah sang Dia sedang tersenyum..
Dagunya bergerak mengangguk..
Ya.. ya
belum tunai
niatku disini belum sampai..
Senyum kecil kuberikan sebagai jawaban untuk sang Dia..
Bergegas aku berjongkok dan membuka tas ransel..
Kukeluarkan satu perahu kertas yang sudah kubuat dirumah.. kuisi perahu kertas itu dengan kelopak bunga-bunga yang pun sudah kusiapkan. Sang Dia tersenyum lagi melihat apa yang kulakukan.
Entah apa dalam pikirnya
mungkin perahu kertas putih..berukuran agak besar
bertuliskan BUAT MAMA PAPA.. dan diisi kelopak bunga warna warni yang membuat sang Dia tersenyum.
Perlahan aku bangkit dan beringsut ke pinggiran dermaga sambil mengulurkan tanganku untuk mengantarkan perahu kertas kami berangkat ke air.
Satu dorongan pelan membuat perahu kami meluncur dan perlahan mulai mengapung sendiri dipermainkan riak.
Bersama itu pun kuajak sang Dia untuk berdoa
Dalam simpuh.. kamipun larut
Kupejamkan mataku seraya meluruhkan hati..
Perlahan.. kutuang semua yang ingin dan harus kuucap..
Hatiku pun berbicara
melantun mohon dan restu..
Semua kuurai
hingga selesai
dan barulah kubuka mataku kembali
Kubiarkan sang Dia merapikan simpuhnya dengan posisi yang lebih santai.. wajahnya tampak tenang dan kini sedang menerawangkan pandangannya ke sekeliling.
Kulihat perahu kertas kami sudah mengapung lebih ketengah.. tertatih-tatih perahu kami terombang-ambing riak air
dan mungkin kini air sudah mulai menyerap tubuh kertasnya yang lambat laun akan menenggelamkan perahu kami.
Lurus tatapanku terfokus pada perahu kertas yang terayun-ayun..
Kelopak bunga yang jadi muatannya tampak satu-satu terjatuh dari perahu.
Mataku panas
Dan rasa itu datang lagi
rasa dimana betapa aku ini sendiri..
Terbayang kepergian Papa
lalu kepergian Mama
Duhai
Rindu
Sungguh sakit dikau menikamku..
Tak kunjung mati dadaku dihujam
seakan ditakdirkan merasa sakit dituja, tanpa kunjung dipanggil ajal.
Berulang-ulang lagi kurasa
seperti dihukum tak habis-habisnya..
Tak kuasa ku obat
tak bisa ku buang..
Mengepal
jemariku membatu..
Selalu begini
selalu begini urutannya..
Berputar-putar
berulang-ulang
Dan api itu muncul
kurasakan mulai menyala..
Membuat tengkuk meremang..jilatan bara seperti mengajak tubuhku menari dalam ayunannya.
Mata panasku berubah nyalang
.
Sesal ini terlalu sesak..
Membuatku marah
terlampau ku muak untuk terus begini..
Salah aku
?? Bukan salahku..??
Salah mereka..?? bukan salah mereka..??
Lalu salah siapa..??
Kalau bukan salahku, salah mereka..atau salah siapapun..
Kenapa aku begini
kenapa aku yang harus merasa begini..??
Terlalu dalam aku merenung..
Hingga tak sadar ada satu belaian yang pelan menghampiri rambutku ditengah aku yang tersimpuh.
Berulang lembut jemari sang Dia kini mengusap rambutku.. perlahan dia berdiri dan memeluk aku yang bersimpuh dari belakang.
Satu kecupan di dahiku diberikannya sambil sedikit membungkuk.
kakak
perahunya udh ilang
kembangnya nyebar
, satu tutur terdengar ditelingaku seperti berbisik.
Sebentar kucari lamatku kearah perahu kertas ditengah riak
dan benar saja
yang nampak kini warna warni merah putih kelopak bunga-bunga bertebaran mengapung diatas air.. perahu kertas telah tenggelam ditelan riak.
niat kita udah nyampe,kak
doa kita udah sampe juga
, ucap sang Dia masih berbisik dekat telingaku.
Satu anggukan kecil kulakukan..
Masih ada api di dadaku yang belum padam sedari ku melamun tadi.
Mungkin itu yang membuat aku masih diam tak berucap apa-apa.
Perlahan kuatur kaki dan beranjak untuk berdiri.. sementara sang Dia menyambut gerakanku dan langsung menggelung di lenganku.
Nampak sang Dia lamat memperhatikan aku
wajahku
gelagat
dan entah apa lagi..
Yang pasti tatapannya membuatku jadi kikuk sendiri..
kenapa..?, tanyaku kepada sang Dia yang masih lamat menatapku.
Sang Dia menggeleng sambil tersenyum lucu.
ngapain siih
kok ngeliatnya gituu..,tanyaku lagi.
uuum
lagi liat kakak
, sahut sang Dia masih saja mengulum senyum.
halah..pasti lagi mikir yang bukan-bukan.., ujarku menyela.
engga tuuh
lagi liat kakak
biar tau
, sahut sang Dia cepat.
biar tau..? biar tau apaan..?, tanyaku jadi penasaran.
Tak langsung menjawab,
sang Dia malah tersenyum lagi..
masih banyak yang aku ga tau tentang kakak
satu persatu aku harus tau semua.., jawab sang Dia kemudian.
Jawaban sang Dia belum membuatku puas
tapi cukup untuk membuatku terdiam.
Kuajak sang Dia untuk duduk lagi di lantai dermaga..
Dia sambut aku dan segera mengatur tubuhnya duduk disebelahku dan bersandar..
Suasana kini lebih terang
kami bisa jelas melihat kelopak bunga-bunga yang bertebaran di permukaan air diujung sana.
Merah putih dan banyak lagi
tunailah sudah terapku tahun ini
tadi kemana
?, satu tanya terdengar dari sang Dia dalam bersandar.
lohh..kemana..? ga kemana-mana..depan kamu kan.., sahutku cepat.
Tawa kecil terdengar dari sang Dia.. terasa kini ia lebih bersandar, merapat lebih ke dada.
Bergegas kuatur bahu dan lenganku untuk menyambut.
tadi.. tadi kakak pergi
sekarang udah pulang lagi.., setengah bergumam suara sang Dia mengucap.
kakak masih sering pergi begitu
, tambah lagi sang Dia yang kini tubuhnya sudah kutangkap dengan lenganku.
Kuhela nafasku pelan
kuatur jemariku membelai rambutnya yang rapat di dada.
kakak ga pergi,sayang
kakak cuma sedang terkenang.., demikian kujawab sang Dia.
iya
aku tau
kakak orang yang selalu teringat.. bagus kok.*** apa-apa.., sahut sang Dia.
kalau kakak lupa atau meleng
ingatan kakak yang bikin kakak pulang
, sang Dia masih berujar.
Agak berpikir sejenak saat kudengar jawaban sang Dia barusan.
ingatan kakak yang bikin kakak pulang..?? maksud kamu..?, tanyaku pada sang Dia.
iya.. ingatan kakak
sama masa lalu kakak.. pengalaman pahit kakak
pas kakak meleng..kakak ingat.. kakak sadar.. trus jadi hebat.., sang Dia mulai memaparkan.
heyy.. begitukah..?, tukasku menyanggah.
Sang Dia bangkit dari sandarnya dan menatap wajahku dengan senyum kecil.
eh ehh
aku tau
emang begituu
, ujar sang Dia dengan nada meyakinkan.
Aku tersenyum melihat wajah sang Dia yang kurasa lucu. Kucubit hidungnya lembut. Kutahu itu membuatnya senang.
Dan kini senyumnya nampak makin melebar.
dulu tuh,kak
waktu main nganterin Asta ke kontrakan petak kakak
aku bingung banget..
ini orang
kok ga ada orang tuanya
tinggal sendirian di ruangan kecil gitu
lemari kecil
kasur kecil.. kipas angin kecil
semua keciilll
, sang Dia mulai mengajakku mengingat.
Kutanggapi lagi dengan senyum lucu
pikiranku dengan mudah terbawa.. nampaknya sang Dia kini lebih pandai mengajakku ikut dalam alurnya.
aku berpikir,.***mah kakak tuh kaya temen temen aku
ada kakaknya..ada adiknya
ada orang tuanya..,sang Dia memulai lagi.
papa aku sering ngobrol sama si Mama
kakak mah sendirian
pintunya ditutup terus..padahal orangnya ada didalem..diketok-ketok sama si Papa
baru deh orangnya keluar
, sang Dia berujar
Kusimak baik-baik.. untuk kisah yang satu ini ternyata aku tak tahu.
nah pas kakak kerja di cetak timah tuuh..kan kakak baru deh sering ketemu aku
aku kagok banget..
mainnya sama Asta melulu
gendongin Asta kemana-mana..dari situ aku mikir bahwa kakak itu baik..
cuman aku bingung
biarpun si papa nyuruh nginep
biar ujan, biar malem atau apapun juga
kakak pasti harus pulang
, sang Dia terus lanjut. Benar saja.. hal-hal ini tak pernah kutahu sebelumnya.
truss pernah kakak pulang malem-malem
pas ujan gitu
aku di kamar mikir.. tadi kan habis bantuin aku ngerjain PR.. eh..jadi pulang ujan-ujanan..
lama-lama aku mikir
di kamar sempit itu.. kakak ngapain aja yah
pasti bosen banget..kok nih orang bisa betah yaa.. apa ga takut ya sendirian begitu
kalo sakit siapa yang tau
siapa dong yang ngurusin
Kusimak betul semua yang terlontar dari sang Dia
kuresapi dan kubayangkan apa yang ia gambarkan..
Kurasa wajar
karena kala itu seingatku ia masih gadis SMP kelas tiga.. layaknya seorang gadis yang masih polos
tentu sederhana saja yang ia pikirkan.
tapi bener loh,kak
aku bingung
kakak itu baik
baiiikkk banget
aku tau
, sang Dia nampak benar-benar sibuk dengan kisahnya.
meskipun baiknya banyakan ke Asta dibanding ke aku
kakak tuh bikin aku bingung
kok bisa ya..kan kakak bukan saudara
atau siapapun.. saudara sendiri aja ga sebaik kakak..
kalo pas libur
gendong Asta jalan-jalan
ngajak aku, Asti dan kak Lia
apalagi pas gajian
wahh..habis deh si kakak duitnya
makanya si Papa dan Mama dirumah suka ngomelin kita kalo ga sopan sama kakak
truss
waktu kakak punya rumah sendiri
ada mama kakak
baru deh aku tau
kenal sama mama kakak
orangnya judes
tegas banget
sama kaya kakak
tapi sebenernya baik..
Kulamati alur kisah sang Dia dengan cermat.. nampaknya ada kisah lain yang tak pernah kudengar
kuingat waktu itu
sampai akhir hayat
Asta dan Aska lah yang setiap hari menjaga sang Bunda yang sakit.
mama kakak sering nasehatin aku..sering ngajarin aku.., ujar sang Dia sejenak tersendat seperti sedang mengingat.
kamu yang deket sama si kakak yaa
pandai ya kamu ambil hatinyaa.., tutur sang Dia membuatku tertegun.. dialek itu adalah dialek sang Bunda.
orangnya susah susah gampang loo.. lu pasti pinter jadi cewek..si kakak jadi mau deket sama kamu.., masih saja sang Dia melanjutkan urainya.
Dialek sang Bunda
begitulah yang terdengar.. yang barusan dituturkan oleh sang Dia
Itulah kalimat-kalimat Mama yang pernah diucapkan buat seorang Aska.
Sungguh benar aku tak tahu kisah yang ini..
lu ga perlu peluk badannya
cukup hati lu lurus
lu cukup pegang dia punya tangan
dia ga bakal pergi kemana-mana
mama kasih tau lu loo.. nanti Mama ga ada
Mama jadi ga pikirin lagi..
ada lu lahh
Mama titip anak mama sama lu lahh..
Terkesiap aku saat mendengar kalimat sang Dia yang barusan terucap
spontan membuatku menoleh dan lekat menyorot wajah sang Dia yang ada dihadapanku.
Sang Dia membalas tatapku dengan tenang.. lurus kini ia dalam menyeruakkan pandangnya ke wajahku.
lu inget loo.. bukan bajunya
bukan barang-barangnya
ini nii
hatinya
lu ngerti ga.., sang Dia melanjutkan lagi seperti tak perduli reaksiku.
anak Mama teguh dari depan sampe ujung
ga goyang dihantam angin..turunan Mama bukan orang main main punya loo..
anak Mama mending mati daripada jadi orang ga guna
lu tau haa..
Satu uluran telapakku meraih pipi sang Dia..
Seperti memintanya untuk cukup dalam melontarkan kisahnya.
Sang Dia pun bagai mengerti
ia hentikan apa yang dari tadi ia sampaikan.
kakak
, suara kecil sang Dia memecah.
Kuangkat kepalaku yang tertunduk seperti orang kalah.
semua bener
yang Mama kakak bilang itu semua bener..kakak memang begitu.. aku yang ngalamin sendiri..,ucap sang Dia dengan lembut.
Mama kakak udah ga ada
aku bangga
aku yang nemenin Mama sampai saat terakhir.. dia mertua aku,kak..
dia Mama aku juga
sudah kuanggap Mama aku sedari dulu
masih banyak yang Mama kakak ajarin ke aku
aku selalu ingat..
kakak waktu kecil gimana
sukanya apa
sifatnya
kalo marah
kalo seneng
kalo lagi diem.. wahh banyak..
banyak
tapi
tapi ga semua
sisanya harus kutemuin sendiri
Mama kakak yang udah kasih jalan
, ujar sang Dia masih terlena dalam paparnya.
dan aku bisa
aku pasti bisa.., gumam sang Dia.. matanya menyorot lagi kearahku.
Kutangkap tatap sang Dia
satu anggukan kecil dan senyum tipis jadi jawabku.
Kurengkuh bahunya
ku beri kecupan kecil di keningnya..
Satu senyuman terulas begitu manis seusai kecupan yang kuberikan..
kakak.., sang Dia pelan memanggil.
ya,sayang..,sahutku cepat.
sayang kakak
, ucap sang Dia.
sayang kamu
, jawabku menanggapi dengan senyuman.
Sang Dia pun tersenyum
matanya masih saja menatapku dengan dalam.
cinta kakak
, ucap sang Dia tiba-tiba.
Aku pun tersenyum lagi..
selalu
selalu Cinta kamu
, demikian jawabku lembut
kuusap lagi rambutnya
kukecup lagi keningnya.
Suasana pagi sudah menyelimuti kami..
Lalulah perlahan kami bangkit dari duduk kami dilantai dermaga kecil dipinggir pantai itu.
Beranjak kami tutup niat kami dalam hati berbunga.. satu niat telah tunai..
Satu kisah terucap
kisah yang ada dan terjadi dibelakangku..
Tanpa ku tahu
kisah itu tersimpan rapi..
Seperti kisah-kisahku tentang setiap orang
kini kisah orang yang tentang aku..
Dan satu lagi yang kudapat dari sebuah pembelajaran..
Begitulah seharusnya kita mengenang..
Membungkus yang manis untuk jadi kuat kita menggapai harapan..
Mencatat yang pahit untuk jadi manusia yang mawas diri, kokoh dan tak terkalahkan.
Demikianlah kiranya satu modal untuk jadi yang terbaik.
Ada pesan dan amanat sang Bunda yang tertitip dari mulut sang Dia di pagi ini.
Telah disampaikan kepadaku..
Sepertinya
sang Bunda telah memilih
jauh sebelum aku memutuskan..
Entah firasat atau kebijaksanaan dari sang Bundaku yang tua dan penuh pengalaman.
Sepertinya ia sudah tahu
maka segera ia tambatkan percaya dan ia titipkan aku, barulah kemudian ia ikhlas berangkat pergi mengakhiri hayatnya.
Perlahan kurapikan tas ransel ke sangkutan motor.
Kutunggu sang Dia untuk naik dan perlahan kunyalakan mesin untuk beranjak menuju pulang..
oke..? siap
? Pegangan yahh.., ucapku seperti biasa memastikan posisi sang Dia sebelum mulai berangkat.
yup
, terdengar sahutan pendek yang khas dari sang Dia.
kita pulang
cari makan..trus istirahat yahh
,ucapku sambil memulai menggerakkan motorku.
ya..ya
,terdengar lagi sahutan dari sang Dia yang kini memelukku dalam boncengnya.
Tersenyum aku mendengar jawaban sang Dia
dari cara ia menjawab terdengar seperti menganggapku terlalu bawel.
Pelan kuputar gas
dan melajulah kami menyusur jalan..
jangan ngebut ya,Black
,satu suara terdengar dari belakangku
dari mulut sang Dia yang tengah memeluk pinggangku.
Jawaban sang Dia membuatku agak terkejut, selang dari itu, kudengar ada tawa kecil yang tersusul setelah ia mengucap.
Kubiarkan saja ia senang
tak sanggup aku menahan senyum..
Dalam lapang dan bahagia
kami pun pulang..
Demikian kisah ini tersampaikan..
Selalu dalam hati ane
semoga apa yang ane kisahkan bisa berguna buat semua yang membaca dan mau mengerti.
Akhir kata
Selalulah Bahagia
jangan biarkan sedih dan risau merajai hatimu terlalu lama.
Karena yang kau tahu sampai yang kau tak tahu.. percayalah..
Masih selalu ada yang baik dalam dirimu
Maka maafkanlah dirimu.. maafkanlah mereka
Terus berdiri dan melangkahlah lagi
Jadilah yang terbaik sebisa yang dirimu mampu
Raih
dan kemas baik-baik dihatimu dalam rasa syukurmu selalu