Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Datang memberi nikmat, Pergi tinggalkan kenangan.

Alur cerita (REAL) cukup ada NTR nya. Kira2 suhu mau yang bagaimana?


  • Total voters
    50
  • Poll closed .
chapter 11

Nila telah berada di rumah selama seminggu, hari2 yang dirasakannya bukan lah kebahagiaan sejati.
Ia terpaksa memasang senyum palsu disetiap waktu, karena perlakuan dari ortunya yang selalu memaksa dan menyudutkannya, patriarki jelas terasa dari perlakuan sang ayah.
Suatu ketika, ortu Nila berencana pergi keluar kota. Memasrahkan nenek yang sudah renta dalam pengawasan dan perawatan Nila.
Hubungan kekeluargaan dan persaudaraan yang rumit sudah di telan oleh Nila sejak kecil.

Hari sudah malam. Sang nenek sudah tertidur pulas, menyisakan Nila sendirian di rumahnya. Tiba-tiba muncul suara ketukan pintu.

"Permisi, cak... ning... ada orang kah dirumah" suara dari luar pintu memanggil.

"Iya sebentar, Oh... mas Dayat, ibu sama bapak lagi keluar, udah dari tadi pagi belum pulang" ucap Nila membukakan pintu, dan menjumpai adik dari ayahnya 'a.k.a paman'

"Loh, Nur pulang? sejak kapan? tambah canti ya sekarang. ohya aku mau ngomong sesuatu, ya meski sebenernya mau ngobrol sama ortumu, tapi yaudah mumpung ada kamu, sekalian ngobrol sama kamu" ucap Dayat

"Iya mas, silahkan masuk, duduk dulu, saya buatkan kopi" balas Nila

Dayat adalah paman Nila, yang sudah berumur kepala 3, tetapi karena banyak faktor, dia masih melajang dan belum menikah, pekerjaan yang serabutanpun membuatnya sering bergantung kepada ortu Nila dalam masalah perekonomian. Karena sejak Nila kecil pamannya ini sering 'menjaganya', maka Nila memanggilanya dengan panggilan Mas.

Nila kembali dengan membawa secangkir kopi hangat, menyambut Dayat dengan senyuman, dan mulai mengobrol banyak hal diruang tamu.
Pada akhirnya, Dayat lagi dan lagi datang dengan tujuan untuk meminjam uang lagi kepada ortu Nila, yang sayangnya mereka sedang keluar.

"Mas Dayat. mas udah pinjam berapa ke bapak? untuk kali ini sebaiknya mas jangan pinjam dulu deh, bapak lagi ada trouble sama proyeknya, aku takut mas di hajar dan diamuk sama bapak"

"Ya gimana lagi Nur... Mas lagi gak ada pemasukan bulan ini, kerjaan lagi seret, jadi mau gak mau mas kudu minjem lagi ini"

"Mas, gimana kalo kali ini mas aku pinjemin? aku ada simpenan dari kerjaanku sendiri, mas bisa balikin kapan2, asal mas gak bilang2 ke bapak atau ibu kalau mas aku kasih pinjam."

"Baiklah Nur, makasih banyak ya" Dayat menyahut tangan Nila dan menundukkan kepalanya.

"Iya mas, sama2" Nila mengelus pundak Dayat dengan tangan satunya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Dayat bersiap untuk berpamitan pulang.
Nila yang merasa iba karena Dayat berjalan kaki, dan jarak rumah mereka cukup jauh karena berbeda desa.
Akhirnya menyuruh Dayat untuk menginap di rumahnnya.

"Mas Dayat, mending tidur disini ajah deh, jangan pulang jam segini, udah kemaleman, mas juga jalan kaki doang. Disini sekalian jagain aku sama si mbah, karena gak ada orang dirumah"

Dayat mengiyakan ajakan Nila, dan meminta izin Nila untuk tidur di sofa.
Nila masuk ke kamarnya, mengganti bajunya dengan piyama. Sebelum tidur Nila pergi ke kamar mandi untuk melakukan ritual sebelum tidur 'sikat gigi, cuci muka dsb'.
Sebelum masuk ke kamarnya, Nila menghampiri Dayat untuk memberikan selimut.
Dayat kaget melihat penampakan Nila yang terlihat menawan, cukup erotis. Berbeda dengan penampilan casual sebelumnya yang dibalut dengan hijab.
Tentu saja batang kontol Dayat mengeras saat itu juga, dan bisikan setanpun masuk kedalam telinganya.


Dayat yang sejak Nila kecil mengetahui seluk beluk rumah Nila, sangat percaya diri bahwa semua letak kamar, kunci pintu dan semua spot sudut rumah itu.
Perlahan-lahan mendekati kamar Nila disaat ia sudah yakin Nila tertidur lelap.
Dengan membawa kursi kecil, Dayat mencoba mengintip Nila dikamarnya melalui lubang ventilasi di atas pintu.
Dan benar saja, ia melihat seonggok daging pemuas nafsunya telah tertidur diatas kasur.


Tangannya yang lihai dalam mengutak atik pintu, berhasil membuka 'selot' kunci dari pintu jadul itu.
Sekian detik, pintu sudah terbuka. Dayat mendekati Nila yang terlelap, beberapa bagian tubuhnya terekspos karena baju yang terlipat.
Dayat mulai meraba2 tubuh Nila, menunggu respon dari Nila, apakah dia terbangun atau tidak.
Menggerayangi tete imut Nila yang hanya tertutupi sehelai kain, Nila malah mengigau.

"Ahhh.. mas sayang, jangan di pegang doang dong, dijilat diemut juga... ahhh" igau Nila dalam mimpi.

Dayat menganggapnya sebagai kesempatan emas, dia mulai melucuti seluruh pakaian Nila.
Nila dalam kondisi itu seperti menurut dan membiarkan seluruh tubuhnya menjadi telanjang di depan Dayat.

Bibir besar dayat lengkap dengan kumis dan jenggot cukup lebatnya menyentuh dan bergesek saat dia mengenyot tete Nila.
Nila menggelinjang karena geli atau nikmat. Setelah cukup lama Dayat meremas dan mengenyot. Dia mulai melumat bibir Nila.
Sambil menciumi bibir dan leher Nila, tangan dayat mulai meraba meki Nila yang sudah becek.
Basah dan hangat, Dayat memainkan itil Nila yang mulai menonjol.
Dayat tahu ini saatnya pemanasan yang sesungguhnya. Karena dialah juga yang dulu memperkosa Nila di waktu masih smp.
Jari kasar kuli Dayat masuk kedalam lubang meki Nila, Nila menjerit manja, melenguh, merasakan nikmat fingering yang dilakukan Dayat.

"Emmhhhh, ahhhh,, mas.... ukkk, uhhhhh" Nila melenguh,

Sembari masih menyedot-nyedot puting Nila kanan dan kiri, Dayat mempercepat tempo kocokan jarinya.
Nila mengginjal, mekinya terasa menjepit jari Dayat.

Disaat itu pula Dayat mencabut jarinya, membuat Nila tengkurap, dan memasuki lubang meki sempit itu dengan kontolnya yang sudah mengeras.
Tanpa tenaga berarti, kontol Dayat masuk seluruhnya, meki yang sempit dan licin itu sangat mudah di tembus Dayat.
Mengingatkanya dengan sensasi saat pertama kali memperkosa Nila di waktu itu.

Nila masih mengigau memanggil-manggil nama Devan.
Dayat pun berpura-pura menjadi Devan. Menyodok Nila hingga benar hasratnya terpuaskan


Cukup lama Dayat mengoyak meki Nila. Dayat akhirnya memuntahkan sperma panasnya didalam meki Nila.

Nila yang terhentak karena kenikmatan itu, secara sadar terbangun dan perlahan-lahan melihat Dayat diatas badannya.
Ingin berteriak, mulut Nila ditahan oleh Dayat, dan langsung mengancam Nila jika berteriak, dia akan langsung mencekik Nila hingga diam.
Nila hanya menganggukkan kepala, melepaskan tangan Dayat dari mulutnya, dan berkata.

"Mas Dayat, kenapa lakuin ini lagi ke aku? dulu waktu itu, mas bilang menyesal setelah di hajar bapak dan pakde, tapi kenapa sekarang mas lakuin lagi. aku punya salah apa ke mas? aku kurang baik ke mas?" Nila seraya bergetar suaranya.

"Aku,... aku gak bermaksud... Nur.. aku..." Dayat terbata-bata.

"Aku ngerti kok, mas sebenernya tertekan dan banyak masalah juga, maka dari itu mas juga harusnya mencoba merantau, keluar dari tempat ini, cari kerja di tempat lain yang mungkin kalo beruntung mas bisa dapat istri juga di tempat lain itu"

Dayat duduk termenung setelah mendengar semua cerama Nila kepadanya.
Disaat yang sama Nila yang masih menggantung nafsunya meraih kontol Dayat yang belum surut, mencoba melahap dan membersihkannya.

"Ini kali terakhir aku membantu mas dalam banyak hal, anggap saja ini perpisahan. karena aku gak mau ketemu mas lagi, sebelum mas bisa bahagia dengan cara mas sendiri"


Dayat menikmati semua hisapan dan jilatan Nila. Kembali muncrat didalam mulut Nila.
Nila yang puas pun mengeluarkan klimaksnya hingga cairan Dayat pun meluber keluar bercampur dengan cairannya.
Malam yang penuh dengan adegan panas itupun berakhir. Dayat keluar dari kamar Nila, dan berusaha tidur di sofa.
Meninggalkan Nila sendiri yang telah 'porak poranda' di atas kasurnya.


Nila tertidur kembali, hingga esok datang. Nila terbangun dan ingin bergegas mandi.
Saat dia mengecek ruang tamu, Dayat telah pergi.
Semalam terjadi seperti mimpi, Nila hanya menyimpan semua kejadian itu menjadi rahasia. Tiada orang yang tahu.
Nila mandi dan segera beraktifitas seperti biasa, menyiapkan makanan dan merawat neneknya.
Sehingga siang tiba, disaat itulah ortu Nila kembali.

Semua yang terjadi hari itu malam itu. Hanya menjadi kisah rahasia, yang takkan ada orang yang mengerti.
Sekali lagi, Nila menjadi binal diluar sepengetahuan Devan.

chapter 11 end

Akhirnya bisa lanjut nih cerita :(( setelah sekian purnama, saya sakit dan sibuk dengan RL
Terima kasih untuk para suhu yang sudah berkenan menunggu update dari saya. :sembah:
 
nice updetnya hu
Makasih apdetnya
Nice apdet.. Suwun hu
Lanjjuuttt.....
Makasih atas apdetnya om @Devan555
Suwun updatenya @Devan555
Siap huu makasih udah mantau updatenya

Wihhh cerita sebaguss ini harussss lanjuttt terus nih
Izin baca suhu
Siap huu, silahkan pasang tenda buat mantau updatenya 🙏
 
chapter 12

Beberapa hari setelah kejadian itu, Nila mulai tidak betah dirumah. Dia ingin menikmati hari2 liburnya dengan bertemu sahabat lamanya, atau pergi ke suatu tempat.
Apalagi rumahnya dekat dengan kawasan pariwisata lokal. Dengan bersikeras tidak ingin dirumah, akhirnya orang tua Nila menyetujui dengan syarat pergi bersama2 keluarga.
Nila cukup senang dengan hal itu, menyetujui persyaratan yang diberikan dan segera bersiap diri.

Meski di tekan oleh ayahnya dengan segala gerutu, ketidak sabaran dan cercaan amarah, Nila tetap fokus mempersiapkan semua keperluan tamasya keluarga.
Membongkar isi gudang untuk mengambil tikar, payung dan sebagainya. Dia lakukan seorang diri meskipun dia seorang cewe. Begitulah kerasnya Nila tumbuh di lingkungannya sejak kecil.


Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Semua barang dan bekal sudah masuk kedalam mobil. Nila beserta ortu, adik, dan saudara yang lain berangkat menuju pantai.
Cukup dekat karena tak perlu butuh perjalanan yang lama, kurang lebih 1,5 jam, Nila dan keluarga telah sampai.
Nila yang sudah sedari tadi mempersiapkan barang bawaan, sekarang dia juga yang menata semua keperluan "piknik" sendiri.

Setelah semua tertata rapi, semua langsung mengambil posisi duduk tanpa memperdulikan Nila yang terengah-engah.
Nila bergegas pergi dari situ, dan mencoba menuju ke pantai dengan salah satu saudaranya.

Suara deburan ombak, bau air laut yang asin dan sejuk, hamparan pasir putih pantai. Benar-benar memanjakan Nila sejenak.
Mengabaikan segala hal yang membuatnya sedih, capek, ataupun stress.


Sang pawang kuda, selalu mengajak Nila mengobrol dan memancing Nila untuk bercerita tentang dirinya.

"Mbak Nila kuliahnya jauh juga ya di kota S. lagi pulkam gini gak kangen sama temen atau sahabatnya disana?" tanya Haris sang pawang kuda.

"Enggak juga kok mas, kan ya pulkam semua sendiri2 ke rumahnya masing2. Aku juga cukup senang bisa pulang kampung, karena kesempatan begini jarang sekali bisa" balas Nila

"Oh gitu ya, tapi mbak Nila dari matanya keliatan ada sesuatu yang mengganjal gitu, meski mbak tutupin dengan senyum, pandangan mata itu gak bisa bohong, saya bisa liat"

"Ya bagaimana lagi mas, hidup kan gak selalu berjalan seperti yang kita inginkan, mau ngeluh juga percuma. Jadi hanya bisa berusaha, bertahan dan sabar"

Haris mulai mengerti kalau Nila adalah sosok yang cukup rapuh, terlihat dari cara Nila memandang dan bahasa tubuhnya yang bisa Haris tebak
kalau Nila dibalik kerudung nya, adalah sosok yang cukup nakal. Dengan sedikit trik, Haris mencoba membuat Nila terangsang dengan gerakan jalan kuda yang di tunggangi Nila.
Sembari menuju pondok kecil di ujung pantai yang cukup jauh dari pantai utama, Haris terus membuat Nila terangsang.

"Mas, ini kudanya gak bisa jalan normal kah. a... aku geli, aku maksudku aku takut jatuh" ucap Nila dengan nada memohon.

"Gapapa kok, ini karena pasir pantainya agak panas, jadi jalannya kayak gini, lagian abis ini sampe ke tempat spot yang kataku private pemandangan bagus, jadi sabar ya"


Nila mengangguk dan hanya bisa menuruti arahan Haris, sesampainya di pondok itu, Nila segera pamit untuk ke kamar kecil. Mekinya yang agak becek itu tergesek pelana kuda, membuatnya ingin segera kencing. Haris mengikuti Nila dengan alasan memberi tahu lokasi wc didalam pondok itu. Haris mengunci pintu utama. Pondok kecil itu sebuah jebakan untuk Nila agar tidak bisa kabur kemanapun.
Meski nantinya Nila berteriak pun tidak akan terdengar oleh siapapun.

Haris telah bersiap di samping pintu, saat Nila keluar dari Wc, Haris langsung menyergap dan membekap Nila. mengarahkannya untuk telentang di atas kasur.


"Mas, kenapa mas, mas jangan mas... tolong....." Nila panik.

"Kamu gak akan bisa terdengar siapapun, pondok ini kedap suara, juga sekitar pondok ini dekat dengan batu karang, ombak yang berisik itu gak akan bisa buat siapapun dengar. dan jangan coba2 melawan, kamu gak mau kan terjadi hal yang gak kamu inginkan karena melawan?"

Nila yang awalnya terlihat panik, menjadi diam, berusaha menutup suaranya, dan menuruti keinginan Haris, Nila telah melihat kontol Haris yang mengeras dibalik CD nya.
Nila memahami apa yang diinginkan Haris, dan segera melucuti semua pakaian gamisnya.
Dan saat itu juga Haris kaget, ternyata Nila tidak memakai CD hanya celana pendek berbahan katun yang bagian selakangannya sudah basah efek cairan keluar.
Haris tanpa basa basi langsung menjilat meki Nila, Nila sontak kaget dan menggapit kepala Haris dengan kedua pahanya.

Nila melenguh, mulai becek dan banjir kembali mekinya dibuat Haris, jilatan Haris sangat membuat Nila menikmati sensasi itu,
Lidah Haris menggerayangi setiap bagian meki Nila luar dan dalam. Nila semakin geli dan kelojotan hingga menekan kepala Haris dalam jepitan selakangannya.
Nila klimaks dan disedotlah semua cairan itu oleh Haris.


Nila agak lemas setelah klimaks pertama, tetapi Haris yang belum puas hanya dengan itu, mulai menindih Nila. Memaksa kontol nya masuk kedalam lubang kenikmatan Nila.
Haris menyodok kasar meki sempit itu, mengocok seperti menghajar, menumbuk dengan keras sampai di ujung rahim Nila.
Nila hanya bisa menganga tanpa suara, desahannya tak lagi terdengar hanya rintihan yang diiringi dengan deru nafas tak teratur.
Sekali lagi, meki nila di jajah oleh kontol yang sangat dia sukai, sisi binal Nila telah menguasainya, dia tak lagi pernah melawan secara nyata saat ada kontol yang memasukinya tak peduli siapa.
Meski mulutnya memanggil nama Devan, tapi tubuhnya sudah bukan lagi hanya milik Devan seorang. Nila telah menjadi cewe binal yang sangat kehausan akan kontol


Permainan panas itu berakhir saat keduanya telah kehabisan tenaga, Nila yang lemas tak bisa beranjak pergi, Haris yang telah muncrat berulang kali tidur di samping Nila.
Hingga beberapa jam kemudian, Nila kembali tersadar, memakai semua bajunya, dan pergi meninggalkan Haris sendiri di pondok pantai itu.

Keluarga Nila hanya bertanya darimana saja dia tadi, Nila hanya menjelaskan hanya berkeliling pulau dengan kuda.
Kejadian tadi berlalu begitu saja tanpa ada kecurigaan dari keluarga Nila. Nila hanya berusaha seperti tidak ada yang terjadi di hari itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, setelah selesai makan dan meringkas kembali semua perabotan.
Nila dan keluarganya kembali menuju rumah.

Another day to be fucked
More bitch she was...


Devan???
Dia memantau nomer app tel__grm Nila dari rumah, dan membaca semua chat Nila dengan para cowo yang ingin SSI dengan Nila.
Mulailah tumbuh sisi cuck/swing yang menjadi fantasi Devan terhadap Nila.


chapter 12 end

cukup lama terjeda update cerita karena sibuk dengan hari raya, lebaran dan mudik.
semoga update kali ini cukup seru untuk dibaca.
terima kasih untuk para suhu yang memantau update thread ini :sembah:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd