Radicks
Tukang Semprot
[HIDE]
WARNING!!!
Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
***************************************************************************************************************************************
[Diary Ari] The Story
Chapter 35: Kos Campur Sari
***************************************************************************************************************************************
Ari
Pagi ini aku terbangun dengan tubuh yang keletihan setelah kemarin habis berpacu birahi dengan kak lisa. Saat kubuka mataku, kak lisa berbaring menghadapku dengan kedua mata yang masih terpejam, “Manis banget kakak ini” aku membatin. “Kak… bangun kak” ucapku seraya mengelus pipinya. “Uhh hhmm udah pagi ya ri?” tanya kak lisa yang kelihatannya masih ‘mengumpulkan nyawa’. “Iyaa kakak sayang” ucapku seraya bangkit dari ranjang hendak mandi. Pagi ini kami sama-sama masih terlanjang bulat, bercak sisa-sisa cairan cinta kami tercetak jelas di seprai ranjangku.
“Ri… tunggu bentar deh” ucap kak lisa seraya berlari kecil menuju kamar mandi. “Ngapa kak?” tanyaku. “Mandi bareng yaa… biar cepet… kamu emangnya gak kuliah apa hari ini?” tanya kak lisa. “Iyaa kuliah kak… oke deh” ucapku seraya menutup pintu kamar mandi. Setelah kami selesai mandi bersama, “Ri… buka sepraimu, biar kakak cucikan” ucap kak lisa. “Emang kakak gak pulang?” tanyaku. “Gak ri… kakak bilang ke mama nginep di rumah temen dua hari” jelas kak lisa. “Oo oke deh kak… jagain rumahku ya kak” ucapku seraya bergegas untuk berangkat kuliah.
Pagi ini adalah kuliah bu rida, sudah lama aku tak berjumpa dengannya. Namun sepertinya saat ia melihatku, ia seolah acuh tak acuh padaku, apakah perbuatan kami di masa lalu membuatnya begitu benci padaku. “Ah entahlah” aku membatin. Di kelas ia mengajar secara profesional, tak peduli perasaan pribadi. Saat perkuliahan usai, dan aku sudah tidak ada kelas lagi, maka aku pun langsung menuju mobilku dan hendak pulang. Hpku bergetar pertanda ada notifikasi pesan yang masuk.
“Apa kabar sayangku?” isi sms tersebut yang ternyata dari mbak tini.
“Kabar baik mbak… mbaknya apa kabar?” balasku.
“Baik juga mas… Mas, aku kangen banget” balas mbak tini.
“Mbak dimana sekarang?” balasku.
“Aku di dekat Mall XXX mas” balas mbak tini.
“Oke saya kesana mbak” balasku.
“Iyaa sayang” balas mbak tini.
Aku pun langsung memacu mobilku menuju lokasi yang dimaksud, setibanya disana tanpa memarkirkan mobilku terlebih dahulu, mbak tini langsung naik dan menyapaku. “Langsung ke kos ku aja mas” ucap mbak tini seraya menunjukkan jalan. Aku bak kerbau dicucuk hidungnya menurut saja apa maunya. “Mas kuh udah makan belum?” tanya mbak tini manja. “Belum mbak… baru selesai kuliah tadi” jawabku. “Nanti mbak masakin deh..” ucap mbak tini.
Sesampainya di sebuah komplek kos-kosan yang berbentuk letter U, “Mbak.. ini kos-kosan cewek loh… gak apa nih kalau saya masuk?” tanyaku. “Ini campur sari mas kos-kosannya, cowok cewek. Di kiri cewek di kanan cowok” jelas mbak tini. Saat sudah sampai di dalam ruang tamu kosnya, aku langsung duduk dan meluruskan kakiku setelah mengendarai mobil di jalananan yang padat merayap tadi. “Saya ke belakang dulu ya mas” ucap mbak tini. Sekembalinya dari ‘belakang’ yang ia sebut tadi, ia datang dengan tangtop putih longgar andalannya, dan samar-samar dapat kulihat puting coklatnya. “Masnya mau makan apa?” tanya mbak tini. “Yang gak ngerepotin mbak deh” ucapku. “Ahh gak bisa… aku harus masakin yang terenak buat mas, bentar ya mas… aku belanja di depan dulu” ucap mbak tini seraya keluar dari kamar kosnya. Aku yang menunggu mbak tinipun duduk dan sesekali melirik keluar untuk sekedar memenuhi keingintahuan ku pada ‘kos-kosan campur sari’ ini.
Tak beberapa menit, ada satu pemandangan yang menarik mataku, antara percaya atau tidak percaya kulihat ada seorang pria yang berjalan dengan seorang akhwat bercadar hitam menuju salah satu kamar kos disini, tepatnya kamar kos disisi pria. Dari balik jendela kamar kos ini, aku memperhatikan dengan seksama akhwat bercadar itu, aku sepertinya mengenal siapa dia. Namun karena jarak antara dua sisi kos ini cukup jauh, dan mataku yang mulai rabun, aku tak dapat memfokuskan mataku untuk melihat mata sang akhwat. “Ceklek” pintu kamar kos ini terbuka dan masuklah mbak tini. “Ngeliatin apa toh mas?” tanya mbak tini. “Cuci mata doang keluar saya mbak” ucapku.
Setelah mbak tini selesai memasak, kamipun sama-sama memakan masakan yang ia buat, menurutku ini adalah masakan terenak dibandingkan buatan istri-istriku dahulu. “Enak banget mbak… istri idaman nih” ucapku memuji masakannya. “Ahh saya jadi malu mas… mas tadi aku denger gosip loh” ucap mbak tini. “Gosip apa mbak?” tanyaku penasaran. “Tadi waktu aku lagi belanja bareng ibu-ibu di sini, ada cewek jilbaban nutup muka gitu masuk ke kawasan kos sini bareng sama pria, pria itu siapa aku sih tau, tapi tu cewek gak tau siapa” ucap mbak tini. “Terus mbak?” tanyaku semakin penasaran. “Iyaa mas… pria itu tuh seorang supir mobil travel yang biasa ngetem di terminal dekat sini mas, nah kalau cewek jilbaban itu aku gak tau, jadi aku tanya deh ke ibu-ibu yang sama-sama belanja tadi” jelas mbak tini. “Terus apa kata mereka?” tanyaku semakin penasaran.
“Mereka bilang cewek jilbab itu udah 2 kali kesini, biasanya sih malem-malem lebih tepatnya ketika si supir udah pulang narik, nah ini tumben-tumbenan dateng siang” jelas mbak tini. “Kira-kira mereka ngapain ya mbak?” tanyaku. “Palingan ngentot mas” celetuk santai mbak tini. “Ah udah ah… gak usah ngomongin mereka… aku udah rindu banget samamu mas” ucap mbak tini seraya merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Tangan mbak tini begitu liar merayap di tubuhku, birahiku mulai terpicu sehingga kedua tanganku pun langsung mengambil posisinya masing-masing di tubuh mbak tini, tak lain tak bukan ya di toket dan pangkal paha. “Ahh mass…” desah mbak tini memanaskan suasana. “Mbak beneran nih bisa disini?” tanyaku ragu. “Bisa ah mas… mbak udah gatal nih ssshh” desah mbak tini. Pemanasan ini pun tak lepas dari cumbuan kami berdua.
Rini
Pagi ini seperti biasa aku akan berangkat ke kampus dengan mas boby, dan sarapan untuk pagi ini sudah disiapkan oleh kak rida di meja makan. Saat kami tengah menyantap makanan, “Kemarin kamu pulang dengan siapa rin?” tanya kak rida tiba-tiba. “Dengan temen kak” jawabku singkat. “Anak mana rin?” tanya kak rida. “Sama kampusnya dengan kita kak” jawabku. “Ooo… yaa mungkin kayaknya kamu baru kenal, jadi saran kakak, jaga diri baik-baik ya” nasihat kak rida.[/HIDE]
WARNING!!!
Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
***************************************************************************************************************************************
[Diary Ari] The Story
Chapter 35: Kos Campur Sari
***************************************************************************************************************************************
Ari
Pagi ini aku terbangun dengan tubuh yang keletihan setelah kemarin habis berpacu birahi dengan kak lisa. Saat kubuka mataku, kak lisa berbaring menghadapku dengan kedua mata yang masih terpejam, “Manis banget kakak ini” aku membatin. “Kak… bangun kak” ucapku seraya mengelus pipinya. “Uhh hhmm udah pagi ya ri?” tanya kak lisa yang kelihatannya masih ‘mengumpulkan nyawa’. “Iyaa kakak sayang” ucapku seraya bangkit dari ranjang hendak mandi. Pagi ini kami sama-sama masih terlanjang bulat, bercak sisa-sisa cairan cinta kami tercetak jelas di seprai ranjangku.
“Ri… tunggu bentar deh” ucap kak lisa seraya berlari kecil menuju kamar mandi. “Ngapa kak?” tanyaku. “Mandi bareng yaa… biar cepet… kamu emangnya gak kuliah apa hari ini?” tanya kak lisa. “Iyaa kuliah kak… oke deh” ucapku seraya menutup pintu kamar mandi. Setelah kami selesai mandi bersama, “Ri… buka sepraimu, biar kakak cucikan” ucap kak lisa. “Emang kakak gak pulang?” tanyaku. “Gak ri… kakak bilang ke mama nginep di rumah temen dua hari” jelas kak lisa. “Oo oke deh kak… jagain rumahku ya kak” ucapku seraya bergegas untuk berangkat kuliah.
Pagi ini adalah kuliah bu rida, sudah lama aku tak berjumpa dengannya. Namun sepertinya saat ia melihatku, ia seolah acuh tak acuh padaku, apakah perbuatan kami di masa lalu membuatnya begitu benci padaku. “Ah entahlah” aku membatin. Di kelas ia mengajar secara profesional, tak peduli perasaan pribadi. Saat perkuliahan usai, dan aku sudah tidak ada kelas lagi, maka aku pun langsung menuju mobilku dan hendak pulang. Hpku bergetar pertanda ada notifikasi pesan yang masuk.
“Apa kabar sayangku?” isi sms tersebut yang ternyata dari mbak tini.
“Kabar baik mbak… mbaknya apa kabar?” balasku.
“Baik juga mas… Mas, aku kangen banget” balas mbak tini.
“Mbak dimana sekarang?” balasku.
“Aku di dekat Mall XXX mas” balas mbak tini.
“Oke saya kesana mbak” balasku.
“Iyaa sayang” balas mbak tini.
Aku pun langsung memacu mobilku menuju lokasi yang dimaksud, setibanya disana tanpa memarkirkan mobilku terlebih dahulu, mbak tini langsung naik dan menyapaku. “Langsung ke kos ku aja mas” ucap mbak tini seraya menunjukkan jalan. Aku bak kerbau dicucuk hidungnya menurut saja apa maunya. “Mas kuh udah makan belum?” tanya mbak tini manja. “Belum mbak… baru selesai kuliah tadi” jawabku. “Nanti mbak masakin deh..” ucap mbak tini.
Sesampainya di sebuah komplek kos-kosan yang berbentuk letter U, “Mbak.. ini kos-kosan cewek loh… gak apa nih kalau saya masuk?” tanyaku. “Ini campur sari mas kos-kosannya, cowok cewek. Di kiri cewek di kanan cowok” jelas mbak tini. Saat sudah sampai di dalam ruang tamu kosnya, aku langsung duduk dan meluruskan kakiku setelah mengendarai mobil di jalananan yang padat merayap tadi. “Saya ke belakang dulu ya mas” ucap mbak tini. Sekembalinya dari ‘belakang’ yang ia sebut tadi, ia datang dengan tangtop putih longgar andalannya, dan samar-samar dapat kulihat puting coklatnya. “Masnya mau makan apa?” tanya mbak tini. “Yang gak ngerepotin mbak deh” ucapku. “Ahh gak bisa… aku harus masakin yang terenak buat mas, bentar ya mas… aku belanja di depan dulu” ucap mbak tini seraya keluar dari kamar kosnya. Aku yang menunggu mbak tinipun duduk dan sesekali melirik keluar untuk sekedar memenuhi keingintahuan ku pada ‘kos-kosan campur sari’ ini.
Tak beberapa menit, ada satu pemandangan yang menarik mataku, antara percaya atau tidak percaya kulihat ada seorang pria yang berjalan dengan seorang akhwat bercadar hitam menuju salah satu kamar kos disini, tepatnya kamar kos disisi pria. Dari balik jendela kamar kos ini, aku memperhatikan dengan seksama akhwat bercadar itu, aku sepertinya mengenal siapa dia. Namun karena jarak antara dua sisi kos ini cukup jauh, dan mataku yang mulai rabun, aku tak dapat memfokuskan mataku untuk melihat mata sang akhwat. “Ceklek” pintu kamar kos ini terbuka dan masuklah mbak tini. “Ngeliatin apa toh mas?” tanya mbak tini. “Cuci mata doang keluar saya mbak” ucapku.
Setelah mbak tini selesai memasak, kamipun sama-sama memakan masakan yang ia buat, menurutku ini adalah masakan terenak dibandingkan buatan istri-istriku dahulu. “Enak banget mbak… istri idaman nih” ucapku memuji masakannya. “Ahh saya jadi malu mas… mas tadi aku denger gosip loh” ucap mbak tini. “Gosip apa mbak?” tanyaku penasaran. “Tadi waktu aku lagi belanja bareng ibu-ibu di sini, ada cewek jilbaban nutup muka gitu masuk ke kawasan kos sini bareng sama pria, pria itu siapa aku sih tau, tapi tu cewek gak tau siapa” ucap mbak tini. “Terus mbak?” tanyaku semakin penasaran. “Iyaa mas… pria itu tuh seorang supir mobil travel yang biasa ngetem di terminal dekat sini mas, nah kalau cewek jilbaban itu aku gak tau, jadi aku tanya deh ke ibu-ibu yang sama-sama belanja tadi” jelas mbak tini. “Terus apa kata mereka?” tanyaku semakin penasaran.
“Mereka bilang cewek jilbab itu udah 2 kali kesini, biasanya sih malem-malem lebih tepatnya ketika si supir udah pulang narik, nah ini tumben-tumbenan dateng siang” jelas mbak tini. “Kira-kira mereka ngapain ya mbak?” tanyaku. “Palingan ngentot mas” celetuk santai mbak tini. “Ah udah ah… gak usah ngomongin mereka… aku udah rindu banget samamu mas” ucap mbak tini seraya merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Tangan mbak tini begitu liar merayap di tubuhku, birahiku mulai terpicu sehingga kedua tanganku pun langsung mengambil posisinya masing-masing di tubuh mbak tini, tak lain tak bukan ya di toket dan pangkal paha. “Ahh mass…” desah mbak tini memanaskan suasana. “Mbak beneran nih bisa disini?” tanyaku ragu. “Bisa ah mas… mbak udah gatal nih ssshh” desah mbak tini. Pemanasan ini pun tak lepas dari cumbuan kami berdua.
Rini
Pagi ini seperti biasa aku akan berangkat ke kampus dengan mas boby, dan sarapan untuk pagi ini sudah disiapkan oleh kak rida di meja makan. Saat kami tengah menyantap makanan, “Kemarin kamu pulang dengan siapa rin?” tanya kak rida tiba-tiba. “Dengan temen kak” jawabku singkat. “Anak mana rin?” tanya kak rida. “Sama kampusnya dengan kita kak” jawabku. “Ooo… yaa mungkin kayaknya kamu baru kenal, jadi saran kakak, jaga diri baik-baik ya” nasihat kak rida.[/HIDE]