Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary of Gue: Tentang Mama dan Tante

Bimabet
Daripada gak update sama sekali kan yah...

POV DIKA

Di dalam kereta menuju Bogor, gue udah merelakan tidak akan terjadi apa-apa malam ini. PLANNING A dan B terbukti gagal total. Gue gak tahu musti bagaimana lagi. Gue mikir keras gak nemuin satupun ide tentang PLANNING C. Di sisi lain, Pak Yono sudah sampai stasiun Bogor. Dia nanya gue udah sampai dimana dan Gue gak tahu musti jawab apa. Stasiun Bogor udah di depan mata. Apa gue harus puter balik ke Jakarta? Sia-siakah perjalanan ke Bogor ini? Tante Viona mencolek gue. Dia berjalan ke arah gerbong depan. Gue membaca tanda-tanda dan lekas mengekorinya.

Jumlah penumpang yang padat, meskipun tidak sepadat ketika berangkat menghendakki kita berjalan ke gerbong depan. Jika tidak, keluar nanti akan dihadang penumpang yang bertumpuk-tumpuk ingin berlomba-lomba keluar lebih dulu. Gue mengikuti Tante Viona. Gue pandangi BOKONG besarnya. Ada rasa ingin menyeruduk bak Banteng MATADOR melihat warna merah. Tiba di gerbong depan, gue menunggu hingga kereta benar-benar berhenti. Gak lama Pak Yono kirim WA ke gue

Pak Yono: Dika, apa rencana kamu selanjutnya? Saya harus menunggu berapa lama lagi di sini?

Gue: Saya baru turun dari kereta Pak

Gue tutup ponsel tanpa harus membaca chat Pak Yono berikutnya karena gue masih harus berlalu lalang dengan Tante Viona menyusuri para penumpang yang mengerubungi stasiun Bogor. Kereta yang gue naikki kosong. Kemudian diisi penuh lagi oleh mereka yang ingin pergi menuju Jakarta. Penumpang berebut. Gue dan Tante Viona terhalang-halang. Berjalan perlahan tapi pasti, gue berhasil keluar dari stasiun Bogor. Tante Viona menggiring gue ke menapakki pematang jalan. Banyak orang-orang yang berjualan di sekitar stasiun Bogor malam-malam. Angkot pun masih bergerombol berebut penumpang dari Jakarta.

Dikira langsung pulang, Tante Viona dan Gue memasuki sebuah warung makan kaki lima pinggir jalan. Kita duduk saling menghadap. Gue taruh Ransel di atas meja. Begitu juga Tas mungil Tante Viona. Kita menanti dilayani oleh penjual. Sebaliknya Penjual mengatakan agar kita menuliskan menu yang dipesan pada sebuah kertas yang telah disediakan di atas meja. Tante Viona mengibas-ngibas kaos yang dipakainya, membetulkan tali BH beserta posisi CUP BH yang kendor. Kemudian Dia mengambil bolpoin di tas. Gue pikir TOKETnya lagi keringetan. Kedua mata gue menyorot. Kebayang-bayang bentuk dan warna putingnya karena gue pernah lihat dia telanjang bulet Sabtu kemarin. Puting COKLAT TUA dengan areola yang agak melebar.

Tante Viona: Dika, kita makan dulu yaa? Tante laper nih belum makan.

Gue: Iya Tante gapapa. Aku juga belum makan kok. (Perjalanan yang menyita waktu panjang membuat perut gue keroncongan walaupun berangkat tadi gue udah makan bareng Pak Yono)

Tante Viona: Kamu mau makan apa? (Tante Viona lihat-lihat menunya)

Gue: Aku Pecel Lele aja Tante

Tante Viona: Kalau gitu Tante Viona Pecel Ayam aja. Terus kamu minumnya apa?

Gue: Hmmmm... Es jeruk aja.

Tante Viona: Tante Viona emmm... Es Teh manis aja deh.

Setelah menuliskan apa yang kita pesan ke sebuah kertas, Tante Viona menyerahkannya kepada penjual sekaligus juru masak. Gue bersama dia duduk menunggu. Rasa grogi masih menyelimuti gue. Mau mulai bicara lidah seperti kaku. Lagipula, apa yang mau gue bicarakan ya. Tante Viona memeriksa ponselnya. Dia menekan-nekan entah chat dengan siapa. Gue melirik. Tidak sanggup melihat. Yang jelas dia membuka WA. Tanpa disadari HAPE gue getar. Pak Yono kembali kirim WA ke gue. Mungkin ini karena gue belum baca dan balas chat terakhir dari dia.

Pak Yono: kamu belum balas juga. Eh ternyata kamu enak-enakan makan sama Tante kamu. Saya ditinggal bengong sendirian. (Wah kok Pak Yono tahu gue lagi makan sama Tante Viona ya? Jangan-jangan ngelihat Pak Yono)

Gue: Maaf Pak tadi lagi di jalan. Kok Bapak tahu saya lagi makan?

Pak Yono: Saya kan melihat. Kalau ndak melihat mana mungkin saya tahu. Ini bagaimana jadinya kelanjutannya Dika? Saya gak betah lama-lama di pinggiran stasiun begini?

Gue: Iya Pak sebentar. Saya juga lagi mikir ini bagaimana rencana berikutnya. Kalau sudah tahu pasti saya kabarin Bapak kok. Memang Pak Yono dimana sekarang?

Pak Yono: Saya lagi ngerokok di warung sambil ngopi. Saya punya ide nih. Kira-kira kamu setuju apa gak?

Gue: Ide apa pak? (Nah gitu dong. Sekali-kali dia yang mikir. Jangan gue mulu)

Pak Yono: Saya ke rumah Tante Viona duluan bagaimana? Ini alamat yang kamu kasih alamatnya kan?

Gue: Mau ngapain Pak? Jangan macem-macem Pak. Mending Pak Yono tunggu sebentar aja dulu disitu. Saya makan gak lama kok.

Pak Yono: Oke kalau mau kamu begitu Dika. Saya ngalah deh. Tapi kamu nanti bakal lihat apa yang gak kamu tahu hehe

Gue: Maksudnya apaan Pak?

Pak Yono gak balas lagi. Menunggu hidangan makan malam datang, Tante Viona ngajak ngobrol gue. Dia nanya beberapa hal. Paling umum ya nanya tentang keluarga. Kabar Mama, Papa, dan faisal. Setelah itu, dia nanya sesuatu yang gak biasa gue kasih pendapat karena gue memang belum pernah mengalaminya. Di sisi lain, gue mengambil pendapat dari yang umum-umum saja. Tante Viona nanya soal perselingkuhan ke gue. Ya udah gue jawab apa adanya kalau perselingkuhan itu gak baik. Bisa merusak hubungan dalam rumah tangga. Banyak di luar sana pasangan berpisah karena perselingkuhan. Tante Viona hanya mengangguk-ngangguk ketika gue terangkan. Gue gak paham kenapa dia nanya soal itu ke gue.

Lebih lanjut, Tante Viona nanya, Pak Yono pernah kirim WA ke gue gak. Gue jelas kaget ketika Tante Viona nanya kayak begini. Jawabnya antara ya dan tidak. Gue bilang aja dulu waktu awal-awal. Waktu perkenalan biasa. Selanjutnya gak sama sekali (gue berbohong). Ketika gue tanya kenapa Tante Viona nanya begitu. Dia bilang gapapa nanya aja. Gue jadi aneh. Aneh sih gak terlalu aneh karena Tante Viona Sabtu kemarin kan Video Call Sex sama Pak Yono.

Makan malam datang. Disajikan bersamaan. Tidak ada yang tertinggal satu pun. Gue yang sudah kelaparan lantas menyantap. Mengunyah dan mencomoti daging-daging lele dari tulangnya. Nasi dan sambal semakin menambah nikmat makan malam gue. Kepedesan. Es Jeruk menghilangkan rasa pedas dengan sensasi dingin dan menyegarkan. Sambil melahap makanan, gue sebetulnya pengen nanya soal masalah mama dan papa ke Tante Viona. Akan tetapi, gue ragu apa hak gue nanya ke Tante Viona. Yang bermasalah kan Om Gilang. HADUH.

Tante Viona: Dika...

Gue: Iya kenapa Tante?

Tante Viona: Nanti Tante Viona mau ke minimarket dulu ya. Mau beli keperluan nyuci. Kamu kalau mau langsung masuk ke rumah. Masuk aja ya. Ini kuncinya. Yang satu kunci pager. Yang satunya lagi kunci pintu (Tante Viona taruh di atas meja. Gue geser ke bawah ransel gue)

Gue: tapi pulangnya bareng kan Tante?

Tante Viona: Iya dong.

Gue: Ohhh (Menerima kunci rumah dari Tante Viona. Timbul niat jahat dari dalam diri gue. Gue seakan sudah memegang kendali penuh atas ARENA PERTARUNGAN.

Kembali mengunyah makanan, rasanya gue pengen cepet-cepet sampai ke rumah Tante Viona. Gue pengen ngabarin ini ke Pak Yono pasti dia seneng banget. Akan tetapi, gue memilih menunda dulu. Pas gue sampai rumah Tante Viona baru deg gue kabarin Pak Yono. Ketika makanan gue mau habis, Tante Viona sudah selesai lebih dulu. Dia meminum Es Teh Manisnya. Gue gak mau kalah. Gue langsung menyergap sisa makanan dan menenggak habis Es Jeruk. Gue udah gak sabaran. Pengen segera ke rumah Tante Viona.

Selesai Tante Viona membayar, kita duduk-duduk dulu. Perut yang kenyang mendesak beristirahat. Selagi demikian, Tante Viona memesan Taksi Online untuk perjalanan pulang. Menunggu taksi tiba, batin gue tak TAHAN menyinggung soal masturbasi Tante Viona dan Pak Yono selama ini. Gue takut pas nanya. Tante Viona gimana-gimana gitu. Didorong rasa penasaran yang memuncak gue memberanikan diri bertanya tetapi selembut mungkin.

Gue: Tante Viona, aku boleh nanya sesuatu?

Tante Viona: tanya aja lagi. Sama Tante sendiri malu-malu.

Gue: Emmm... tapi Tante Viona jangan marah yaa.

Tante Viona: Tenang... Emang kamu pernah lihat Tante Viona marah apa? Enggak kan? Yaudah tanya aja sih

Gue: Emmhh jadi gini.. Sabtu kemarin. Aku lihat dan denger Tante Viona video call sama Pak Yono. (Gue bilang singkat gitu aja, gak ada vulgar-vulgarnya, udah meremin mata. Takut sama reaksi Tante Viona.)

Tante Viona: (Diem entah apa yang dia pikirin. Beberapa menit dia baru ngomong) Maafin Tante ya udah bohong sama kamu...

Gue: Iya gapapa kok Tante. (Baru pengen denger cerita Taksinya dateng. Yaaaahhh)

Masuk ke dalam taksi, gue taruh ransel gue di depan badan. Gue duduk di sebelah supir. Tante Viona duduk di belakang seorang diri. Gue pengen Tante Viona lanjutin ceritanya. Kehadiran Supir di sebelah gue gak memungkinkan untuk Tante Viona berterus terang. Yang bisa diharapkan sekarang cepat sampai rumah. Biar gue bisa denger Tante Viona cerita. Kali aja ada yang belum dia ceritain BENER-BENER. Begitu juga Pak Yono. Ngakunya mereka kan diraba-raba biasa. Aslinya entah bagaimana. Melesat lumayan cepat taksi ini, gue gak berminat ngajak si supir ngobrol. Karena takut diajak ngobrol, gue pun memilih tidur.

Di satu sisi, Gue sampai kelupaan sama Pak Yono. Dia pasti udah lama nungguinnya. Sayangnya, pas gue WA dia buru-buru. Pesan tidak terbaca. Centang satu. Ada apakah dengan Pak Yono? Wah jangan-jangan hapenya mati. Baterainya habis. Gimana ini yah. Masa gue balik lagi ke stasiun. Gak mungkin lah. Pasrah deh gue. Terserah Pak Yono deh sekarang. Gue memegang kening. Berharap tidur mengantarkan gue sudah di depan rumah Tante Viona. TAPI KENAPA PERASAAN GUE GAK ENAK GINI YA. HEMMM.

Lambat laun taksi akhirnya sampai di daerah rumah Tante Viona. Taksi berhenti di sebuah gang karena mobilnya tidak bisa masuk ke akses jalan rumah Tante Viona. Gue sama Tante Viona terpaksa berjalan kaki. Momen itu dimanfaatin Tante Viona cerita ke gue.

Tante Viona: Dika, Tante Viona sebenernya dari kemarin udah mau cerita sama kamu... tapi Tante takut kamu cerita kemana-mana (Alesan aja. Kalau gue gak nanya juga gak akan cerita)

Gue: terserah Tante aja mau cerita apa enggak. Aku gak maksa. Tadi itu aku cuma mastiin aja. Lagian juga aku gak akan lapor ke siapa-siapa. Cuma, kok bisa sih Tante?

Tante Viona: Ya bisa aja. Jadi selama waktu Om Gilang gak bisa jemput-anter Tante dulu. Pak Yono suka nemenin Tante makan, ngobrol, curhat.. sampai suatu ketika Pak Yono mungkin lagi birahi kali yaa. Dia masukkin Tangannya ke payudara Tante...

Gue: AJE GILE PAK YONO!

Tante Viona: Cuma gitu aja sih. Megang-megang payudara Tante. Pak Yono gak sampe macem-macem kayak nyetubuhin Tante gitu. Kalau soal Video call itu... bagi Tante itu jalan aman buat dia gak bersentuhan sama Tante.. Tante mohon jangan cerita ke siapa-siapa soal ini ya Dika?

Gue: Iya. tenang Tante. Beneran itu aja? (Gue NGACENG)

Tante Viona: Emmm... pernah ngajakkin ciuman, Tante gak mau. Gitu aja sih enggak ada lagi.

Gue: heemmh... (masih gak percaya)

Tante Viona: Oh ya Dika. Tante sampai kelupaan. Tante ke Minimarket dulu ya.. kunci rumah sudah sama kamu kan?

Gue: Udah kok. (Jawab gue yakin. Ngerogoh-rogoh kok gak ada)

Tante Viona: kamu kalau mau langsung tidur-tidur aja ya

Gue: Iya siap Tante... (gue tersenyum lihat Tante Viona menjauh)

Berdiri di depan rumah Tante Viona, gue panik dan linglung. Kunci yang Tante Viona kasih kok gak ada ya. Gue memeriksa kantong celana. Membongkar isi ransel. KOSONG. Nah Loh kemana yah. ADUH gue musti bilang apa ini ke Tante Viona. Jangan-jangan ketinggalan di Warung Pecel tadi. NAH IYA! Bener ketinggalan di sana. Aduh gimana ini. Bego banget gue. Kuncinya gue taruh di bawah ransel pas Tante Viona ngasih. Kenapa bisa sampai lupa yak. Harus gimana ini. Masa musti balik lagi ke sana? Bangkrut bener gue inih. Duit jajan bulanan udah mulai menipis. Ya Tuhan! Gue ngecek naik gojek stasiun berapa karena warung pecelnya deket stasiun. Lumayan mahal.

PLLLOOOOKKKK, Ada orang yang nepuk dari belakang.

Pak Yono: kamu nyari ini...

Gue: Loh kok Bapak bisa di sini? (Pak Yono tiba-tiba muncul di belakang gue sekalian gue terima kuncinya)

Pak Yono: tadi saya numpang ngecash HAPE dulu di warung. Kamu tahu sendiri saya gak bawa kabel CHARGER. Selesai ngecash, ketika saya cek warung tempat kamu makan. Sudah pergi kamu dan Tante Viona kamu. Penjualnya justru kasih ini ke saya.

Gue: Syukur deh. Untung ada Pak Yono jadinya gak perlu ke warung tadi itu.

Pak Yono: terus bagaimana ini? Tante Kamu dimana?

Gue: Itu Pak saya juga lagi mikir. Belum ketemu musti bagaimana. Kalau Tante Viona sih lagi ke minimarket sebentar. Oh ya Pak, saya mau nanya. Kemarin itu bapak bener udah JUJUR belum sih sama saya soal udah ngapain aja sama Tante Viona?

Pak Yono: Beneran sudah...

Gue: Ah yang bener...? Tante Viona malah nambahin cerita lagi. Dia malu ketahuan bohong sama saya. Katanya dia, Pak Yono udah sampai ngeremes Payudaranya dia.

Pak Yono: HAHAHAHA (Nah kan ketahuan bohong juga kan Lo)

Gue: kok malah ketawa. Jawab jujur Pak.

Pak Yono: Kamu mau tahu saya sama Tante kamu sudah ngapain aja?

Gue: Ya jelaslah.

Pak Yono: yaudah kita masuk dulu..

Gue: Lah, kok bapak masuk? Kalau ketahuan Tante Viona bagaimana?

Pak Yono: Yasudah masuk dulu. Nanti saya jelasin hehe. Dika.. Dika...

Membuka gembok pagar, gue bersama Pak Yono masuk. Gue bener-bener gak ngerti sebenernya apa yang sudah terjadi dengan Pak Yono dan Tante Viona. Apa bener dugaan gue selama ini. Mereka berdua sudah berhubungan badan. Hmm. Setelah membuka pintu depan, gue dan pak yono lekas duduk di bangku ruang tamu rumah Tante Viona, menghempaskan ransel ke sisi yang kosong. Gue was-was berada di dalam. Merasa gak yakin keberadaan Pak Yono akan baik-baik saja. Oleh karena itu, gue minta dia segera bercerita. Akan tetapi, Pak Yono tidak menepati janjinya. Dia malah minta gue ambil segelas air minum karena beliau kehausan. Pak Yono duduk bersandar. Karena kerongkongan gue juga kering, yaudah gue ambil minum aja sekalian buat dia.

Gue comot dua gelas di dapur. Kemudian menuangkan air dingin dari DISPENSER. Gue anter deh itu air minum seraya meminum lebih dulu air minum gue. Dari jauh mata memandang, Pak Yono mesem-mesem mengamati ponselnya. Gue kira dia lagi lihat video atau gambar lucu awalnya. Gue mendekat mau melihat. Pak Yono malah menyimpan hapenya seakan tidak diizinkan gue tahu. Gue kasih aja air minum yang diminta dia. Tangan Pak Yono menggapai. Gue lekas duduk di sebelah Pak Yono. Perasaan gelisah. Apa bener gak apa apa Tante Viona ngelihat Pak Yono di sini.

Selesai minum, Pak Yono ngajak bicara gue.

Pak Yono: Dika, kamu udah dewasa kan ya?

Gue: Ya kira-kira begitu, hampir.

Pak Yono: Mau ndak kira-kira kalau Saya ajak NGERJAIN Tante kamu ini? (Beneran Kaget dengernya. Beneran apa Gak ini Pak Yono ngomong. Asal jiplak aja jangan-jangan)

Gue: Ah si Bapak. Ya gak mungkinlah... (Pak Yono berniat ngajak gue TARUNG sama Tante Viona. NGACO aja beliau)

Pak Yono: Loh kenapa ndak mungkin?

Gue: Nanti kalau saya diaduin ke Om Gilang dan Orang tua saya bagaimana? Apa bapak mau tanggung jawab? Siap membela saya?

Pak Yono: kalau masalah itu gak usah kamu khawatirin. (Pak Yono menjawab remeh sekali. Paling-paling kalau gue kena aduan, dia ngilang)

Gue: gak usah khawatirin bagaimana? Ada-ada aja nih Pak Yono...

Pak Yono: Yaudah kamu intinya mau apa gak..

Gue: Lihatin aja deh Pak... (Gue memilih bermain aman)

Pak Yono: Yang bener? Coba dipikirin lagi?

Gue: Iyaa. Saya gak mau kenapa-kenapa kalau ketahuan terlibat.

Pak Yono: Yasudah kalau begitu maumu. Oh ya. Kamu sudah bisa memegang rahasia kan? Bisa dipercaya kan? (Wah bener nih kayaknya....)

Gue: kalau Pak Yono percaya sama saya, kenapa gak? Pasti saya pegang apapun itu rahasianya.

Pak Yono: Baiklah. Kamu sekarang WA Tante kamu... bilang... kamu mau pergi ke tempat temen kamu di daerah Bogor. (WADUH kok Gue malah disuruh pergi)

Gue: Masa begitu? Saya kan gak punya temen daerah Bogor Pak? Bapak ngawur aja nih.

Pak Yono: Ceritanyaaaaa........

Gue: kalau saya bilang begitu. Saya musti kemana dulu pak? Ngumpet dulu kayak Pak Yono di stasiun tadi? Enggak deh Pak... Enggak... Saya enggak mau kalau begitu.

Pak Yono: Siapa yang nyuruh kamu keluar rumah? Heh? Kamu kan bisa ngumpet dimana gitu di sini? Memang di sini gak ada tempat bersembunyi? (Pak Yono melirik-lirik ke dalam rumah Tante Viona)

Gue: Ada Pak. Kalau ada memang Bapak mau ngapain?

Pak Yono: Nih kamu lihat ini. (Pak Yono kasih lihat percakapan WA nya dan Tante Viona.

Tante Viona: kan Sabtu kemarin udah... Viona gak bisa lagi. maaf. Lagi ada orang di sini juga (Wah Tante Viona bohongin Pak Yono. Untung kaga tahu dia kalau Pak Yono sekarang lagi di rumahnya)

Pak Yono: kalau begitu chat aja ya sayangku... gapapa kan chat aja malam ini?

Tante Viona: Gak bisa pak... gimana saya mau masturbasi...

Pak Yono: kemarin bisa... kenapa sekarang enggak?kamu ke kamar mandi gak bisa juga? (Tante Viona gak bales)

Gue: terus kalau udah begini? Apa hubungannya sama saya? Kenapa saya harus kirim WA ke Tante Viona kalau saya mau pamit pergi?

Pak Yono: kamu inih yaa.. emang susah diajak kompromi.

Pak Yono beranjak berdiri. Gue ambil sandalnya. Dia berjalan ke arah Dapur melintasi kamar Tante Viona. Berhenti sesaat, Dia membuka pintu kamar Tante Viona. Mata memeriksa dari depan. Mengawasi ke segala arah. Kemudian Pak Yono lanjut berjalan ke kamar belakang tempat gue akan melepas lelah. Gue mengikuti dan memperhatikan Pak Yono membuka jelana jeansnya sesampainya di dalam. Tertinggal celana pendek yang melekat. Karena gerah, dicopoti jaket yang telah membungkus badannya, sekalian dengan kemeja yang sudah bau apek dan keringat. Digunakan singlet putihnya untuk mengusap keringat di daerah ketiak, dada, punggung, hingga perut. Pak Yono loncat berbaring di kasur gue. ADUH BAU KERINGET DEH ITU KASUR!

Gue denger suara pintu depan kebuka. TANTE VIONA! WADUH! Gue buru-buru ke depan supaya Tante Viona gak kemari. Tante Viona membawa bungkusan plastik entah apa isinya. Gue merasa apa oleh-oleh gue kurang enak ya. Ah Gue Sotoy banget. Siapa tahu itu bukan makanan.

Tante Viona: Kamu belum tidur Dika? (Tante Viona nanya ke gue sebelum masuk ke pintu kamarnya)

Gue: belum Tante hehe.. emang kenapa?

Tante Viona: Ya gapapa. Tante masuk dulu yaa..

Gue: Iyaaa.....

Setelah Tante Viona masuk ke dalam kamarnya. Gue duduk di bangku ruang tamu. Gue belum mau masuk ke kamar sebelum yakin Tante Viona tidur. Apa jadinya gue masuk ke kamar. Tante Viona mampir ke kamar gue, terus dia lihat gue dan Pak Yono. Gue gak bisa bayangin. Diusir kali ya gue sama Pak Yono. Gue sibuk mainin HAPE. Bodo amat bosen bosen deh. Sekitar 15 menitan gue gak lihat ada tanda-tanda Tante Viona keluar dari dalam kamarnya. Apakah dia sudah tidur? Tapi Tante Viona kan belum mandi. Masa iya langsung tidur dalam kondisi badan bau. Heemm.

Gue mendekat ke kamarnya. Gue buka pintu sedikit, ternyata Tante Viona udah menggantung handuk di pundak. Akan tetapi, dia masih asyik dengan ponselnya. Senyum-senyum gak jelas lagi. Kembali gue terpaksa duduk. Baru pantat ini menyentuh ubin. Pak Yono muncul. Dia melambaikan tangan ke gue supaya menghampiri. Gue samperin Pak Yono. Dia menunjukkan sesuatu ke gue.

Pak Yono: beneran nih....?

Tante Viona: Beneran. kan kalau Pak Yono bisa sampai rumah Viona malem ini. Yeee.

Pak Yono: Ohh begituu. Yasudah Intinya jadi bisa apa gak ini Viona urusan kelamin kita?

Tante Viona: Nanti lihat dulu situasinya. Baru juga Sabtu kemarin Viona kasih jatah.

Pak Yono: Jatahnya begini mulu. Aku pengen yang beneran sayang... gak puas-puas jadinya.

Tante Viona: masih syukur Viona kasih

Gue: terus saya musti ngapain sih Pak?

Pak Yono: Kamu ambil tasmu di dalem. Kamu bilang ke Tante kamu. Kalau kamu mau nginep di rumah Temen kamu daerah Bogor.

Gue: seriusan ini Pak?

Pak Yono: Ya enggaklah. Kamu keluar kemana dulu. Jangan jauh-jauh. Sekitar 10 menitan kamu baru balik lagi.

Gue: kenapa musti begini?

Pak Yono: yaudah kerjain aja. Kamu mau lihat Tante kamu main sama Saya apa gak ini?

Gue: Iya.

Pak Yono: buru cepet ambil tas kamu.

Pak Yono berbarengan dengan gue masuk ke kamar belakang. Bedanya, dia tiduran lagi. Gue ambil RANSEL terus keluar kamar. Seperti yang Pak Yono Inginkan. Gue ketuk pintu kamar Tante Viona. Dia gak lama keluar menenteng handuknya.

Tante Viona: Dika? Kamu mau kemana?

Gue: Eh ini Tante, akuh mau ke rumah Temen. Kebetulan masih daerah Bogor kota. Ada tugas kuliah yang mendesak dikerjain nih (gemetaran gue ngomong)

Tante Viona: emang gak bisa besok aja? Ini kan udah malem.

Gue: gapapa Tante sekarang aja. Kalau besok repot lagi musti balik ke Jakarta. Yuk Tante aku duluan (Tanpa cium tangan, gue berpaling muka dari Tante Viona)

Tante Viona: Hati-hati ya Dika. Ada ongkosnya gak?

Gue: Ada kok Tante. (Gue jawab sambil membuka pintu. Dalam hati SELAMAT MENIKMATI YA Tanteku sayang hehe)

Gue keluar. Menembus Pagar, gue berjalan muter-muter sekitaran wilayah rumah Tante Viona. Jalanan udah sepi. Bener-bener udah gak ada siapa-siapa lagi, kecuali sekelompok kalong dan tikus parit. 1 orang melintas. Udah gue kira itu pasti warga yang baru pulang kerja. Sampai kaki pegel. Lalu duduk sebentar. Gue perhatiin baru 5 menit. Gue udah dilanda penasaran banget. Apa yang kiranya Pak Yono lakuin sama Tante Viona saat ini. Jangan-jangan Pak Yono didamprat. HAHA. Ya mudah-mudahan jangan. Gue pikir gak harus 10 menit sih. Gue inisiatif balik lagi sebelum 10 menit yang dikatakan Pak Yono. Semakin mendekati rumah, jantung gue berdegup kencang. Pikiran dan khayal gue terbang membumbung. Gue masuk menggeser pagar pelan-pelan, cemas mengganggu Pak Yono dan Tante Viona yang kali aja udah cumbu-cumbuan. Dengan menarik nafas panjang. Gue membuka pintu depan rumah Tante Viona. Tiba di dalem,.. gue lihat ada celana pendek Pak Yono tergeletak di lantai depan pintu kamar mandi. Wah pasti mereka berdua lagi di dalem....
Makin dekat, suara mereka berdua terdengar semakin jelas.

Pak Yono: kamu gak perlu tahu aku dapat alamat kamu darimana sayang... Sekarang lebih baik kamu laksanain janji kamu tadi...

Tante Viona: Enggak mau... enggak.. jangan harep...

Pak Yono: Ayo Vionaa... kamu lihat KELAMINKU INI sayang Kamu sudah janji kan?

Tante Viona: beneran isep aja tapi kan?

Pak Yono: Iya sayangku.....

Gue intip melalui celah pintu kamar mandi yang tidak tertutup sempurna. WALAAAH Pak Yono sudah telanjang buulet. Gue cuma bisa lihat pantat korengnya. Dia berdiri membelakangi gue. Tante Viona masih sama. Belum diapa-apain pakaiannya. Dia dalam kondisi duduk terpojok di lantai kamar mandi, dekat bak. Pak Yono menyudutkan Tante Viona. Gue jadi gak bisa lihat bentuk KONTOLnya Pak Yono.

Tante Viona: beneran gede ya ternyata Pak....

Pak Yono: iyaa dongg.... mau ngerasain dimasukkin? Hehe.

Tante Viona: Gak mau... kan janjinya ngisepin aja.

Pak Yono: Ayo kalo gitu... buru dihisap...

Yang bisa gue lihat sekarang Tangan Tante Viona sepertinya lagi ngocokkin kontol Pak Yono. Karena ketutupan badan Pak Yono gue jadi gak bisa lihat gambaran keseluruhannya. AH PAYAH AH. Gue cuma bisa dengerin Pak Yono ngomong atau Tante Viona kadang bicara sedikit.

SEE YOU NEXT EPISODE 8








 
Terakhir diubah:
Hiyahiyahiya asem kentang huuu ,ane tunggu kelanjutannya :semangat::semangat:
 
apa bener itu cuman ngisep aja? gak ada tahap selanjutnya kah?

ane tunggu episode 8 nya hu, hehe, terima kasih update nya
 
Si dika jg harus dapat jatah dari tante viona...tante daripada sama pa yono mending sama dika...joss gandoss
 
makasih hu updatenya. dika kok bego bener sihh.. mungkin alur ceritanya
 
Bersambung di episode 8 setelah di php-in di episode 7 hahahaha!! :pandapeace: SAMPAI JUMPA DI EPISODE 8, SEMOGA NGGAK BIKIN NUNGGU LAGI HU:D:D
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd