Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri Season 2

Mohon Maaf udah lama gak mampir kesini, belakangan ini lagi sibuk dengan RL, dan juga ane hilang mood karena cape kerja, setiap mau mulai nulis bawaanya ngantuk dan males, namun beberpa hari ini ane usahain membuat update beberapa cerita ane yang rilis di prem, salah satunya diary seorang istri season 2 ini, dan juga menamatkan jurnal kelam seorang istri, jadi disini ane mau bilang kalau beberapa cerita ane yang pernah dimuat disini sudah tamat antara lain.

IML 1 DAN 2, DSI 1, SUAMI KEDUA ISTRIKU, JURNAL KELAM SEORANG ISTRI.

SEDANGKAN YANG BELUM TAMAT DAN ANE KOMITMEN UNTUK MENAMATKAN
BEAUTY DAN HER BEAST LOVER, DSI SEASON 2, PETUALANGAN SYAHWAT ISTRIKU

mudah-mudahan minggu ini ane bisa update lanjutan di semprot
 
Sip! :genit:

Suhu waone ini satu dari segelintir suhu yang paling saya tunggu kelanjutan karya-karyanya.
 
Diary Seorang istri Season 2
Part 27



“Kenapa lu tolak tawaran rumah itu To?” Tanya Muklis sambil meletakkan plastik berisi pakaian kotor Anto.

Anto tak menjawab pertanyaan temannya itu, dia berjalan perlahan menuju sebuah kursi, kakinya masih terasa nyeri untuk digerakkan. Muklis dan Anto baru saja meninggalkan rumah sakit, mereka pulang diantar oleh supir suruhan Dahlia.

“Gua bingung ama lu, tampang lu kayaknya pas-pasan, maksud gua gan ganteng-ganteng amat, tapi kok banyak cewek yang bertekuk lutut ama lu, mana ceweknya cakep-cakep dan tajir juga, lu punya pegangan pelet ya To? Bagi-bagi napa, siapa tau gua bisa dapet tante bohay yang ngempanin gua hehehehe..” Ujar Muklis sambil duduk selonjoran di lantai.

“Permisi, ini kopinya mas..” Seorang pria paruh baya datang membawa baki yang berisi dua gelas kopi, “Sudah sembuh mas Anto?” Tanya Bapak itu.

“Alhamdulillah pak, oh ya jadi berapa pak?” Tanya Anto.

“Udah nanti aja gampang, minum aja dulu, permisi ya saya balik ke warung dulu lagi rame..” Jawab Bapak itu lagi.

“Ohh ya udah, dicatat aja pak..makasih ya..” ucap Anto.

Bapak itu menganggukkan kepala dan meninggalkan rumah Anto, “Bang, nih kopinya…” ucap Anto pada Muklis.

Muklis berdiri dan mengambil kopinya, dan kembali duduk di lantai, dinyalakan rokoknya, Muklis menawarkan rokok pada Anto, namun Anto menolaknya, Muklis bersandar di dinding sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.

“Bang, gua terima kasih banyak nih, udah bantu gua selama ini..sori bang gua nyusahin lu..” Ucap Anto.

“Apaan sih lu, ya wajarlah gua berbuat gitu, kalau giliran gua yang ngalamin, apa lu gak mau bantuin gua?” Tanya Muklis.

“Ya bener juga bang..” Jawab Anto sambil tersenyum.

“Terus To, gimana kelanjutannya..” Tanya Muklis sambil meniup-niup kopinya yang panas.

“Maksud lu bang?” Anto malah balas bertanya.

“Ya soal cewek itu, siapa namanya Dahlia..” Lanjut Muklis.

Anto menghela napasnya, dia juga meniup-niup kopinya yang panas, di hirupnya sedikit, dan diletakkan kembali kopi itu, “Gak tau gua bang…bingung juga gua..” Ucap Anto.

“Dahlia kan cakep, malah cakep banget menurut gua, kulitnya bersih, wajahnya juga manis To, apa lu gak suka?” Tanya Muklis lagi.

“Bukan soal itu bang…” Anto kembali menghe;a napasnya.

“Apa lu masih cinta sama si Maya itu? Ngapain juga lu masih suka ama cewek itu, dia kan bini orang To, lu hancur kaya gini kan karena lu main-main ama bini orang! Sori kalau lu tersinggung..” Ujar Muklis.

“Lu dulu punya lapak parkir yang bagus, punya pacar yang cakep dan royal ama lu, dan lu main-main ama bini orang terus malah suka beneran, liat lu ancur, hilang semua yang lu punya selama ini, bahkan si Maya juga menghilang gak tau kemana, dan lu masih ngarepin cewek itu? Apa lu udah gila?” Lanjut Muklis berapi-api.

Anto hanya diam, apa yang dikatakan temannya itu benar, dia telah kehilangan segalanya memang, tapi bukan karena Maya, perempuan itu tak salah apa-apa, Anto menyalahkan dirinya sendiri yang memulai permainan ini, Anto malah terjebak dengan perasaannya sendiri, Muklis benar, Maya adalah istri orang, namun Anto tak kuasa untuk menghentikan perasaannya ini, semakin dia mencoba melupakan Maya, dia malah semakin merindukan perempuan itu, Mengenal Maya merupakan awal kehancuran hidupnya, namun Anto tak bisa memungkiri kalau Maya adalah hal terbaik yang pernah terjadi padanya.

“Kayaknya si Dahlia itu suka ama lu To, dan inget dahlia itu bukan cewek biasa, lu liat kan siapa keluarganya, gua ngeri To liat bokapnya.” Ujar Muklis.

“Maksud gua, kalau emang lu gak suka, ya mending hindarin aja To, kita di kampung orang, gua gak mau lu nanti kelibat masalah kaya dulu, kalau ini bisa bahaya To…” Lanjut Muklis.

Anto memandang temannya itu, apa yang dikatakannya memang masuk akal, tapi Anto juga bingung dan dilematis dengan semua ini.

“Ya udah To, gua balik ke kontrakan dulu, cucian gua udah numpuk, kalau ada apa-apa, lu telpon gua aja, Gua cabut dulu To.” Muklis beranjak dan meletakkan gelas kopinya yang kosong ke atas meja, Anto mencoba bangun untuk mengantar temannya, namun Muklis memintanya duduk, “Udah lu disitu aja, istirahat aja yang banyak, biar lekas pulih, oh ya tuh obat dari dokter di plastik itu, baju lu gua bawa, biar sekalian gua cuciin..” Ujar Muklis sambil memindahkan pakaian kotor Anto ke plastik lain.

“Waduh, biarin aja bang, gak usah repot-repot..” Ucap Anto.

“Gak masalah bro…dah ya gua cabut..” Balas Muklis.

“Makasih bang, atas bantuan lu..” Ucap Anto, Muklis hanya mengibaskan tangannya lalu berpamitan keluar rumah.

Anto beranjak dari tempat duduknya, dia bergerak cukup hati-hati, langkahnya terasa berat, karena rasa nyeri yang masih terasa di kakinya, Anto membuka kaosnya, dan mengambil remote Tv, dia mengambil bantal dan berbaring menonton televisi.

“Pemirsa…perkembangan terbaru kasus penusukan yang terjadi beberapa hari lalu, kami telah mendapatkan video rekaman CCTV yang berisi detik-detik terjadi penusukan terhadap Korban, kita simak bersama.”

Gambar di televisi menayangkan angle video dari atas, seorang pria bergerak cepat menabrak seorang wanita, tak lama pria tersebut terlihat berpelukan dengan pria lain, pria yang menabrak wanita tadi tiba-tiba melorot dan terjatuh bersimpuh sambil memegang perutnya, wanita yang tertabrak tadi menoleh ke arah pria satunya, tak lama oarang-orang berdatangan..”

Anto tiba-tiba duduk, matanya melotot, bukan peristiwa penusukan tadi yang menarik perhatiannya, tapi wajah wanita yang menoleh di CCTV itu membuat matanya melotot. Anto segera mencari hpnya, dia buka Youtube, dia lalu menuliskan sesuatu di kolom search, Anto memilih salah satu video yang serupa dengan yang baru saja di saksikannya, dengan tangan gemetar dia menekan tombol play, matanya begitu awas menyaksikan adegan demi adegan dalam video itu, saat sampai pada adegan wanita itu menoleh, anto segera mempause video tersebut, Anto menzoom gambar tersebut, wajahnya seperti melihat Hantu, mulutnya menganga, ”Maya….” Gumamnya.



***​



Teguh mengibaskan tangannya saat melihat orang yang ditunggunya datang, Maya tersenyum ke arahnya, teguh berdiri menyambut Maya, diulurkan tangannya, Maya menyalami Teguh, “silahkan duduk mbak Maya..” Ujar Teguh.

Maya duduk di hadapan lelaki itu, “Maaf mbak Maya, saya tahu nomor hp Mbak Maya dari data di kepolisian, mohon maaf juga sudah meminta Mbak Maya untuk datang ke tempat ini secara tiba-tiba.” Lanjut Teguh.

“Gak apa pak, saya tadi bingung ada nomor tak dikenal, rupanya nomor bapak, kebetulan saya sebentar lagi mau ke rumah sakit untuk menjemput seseorang.” Balas Maya.

“Ohh siapa yang sakit?” Tanya Teguh.

“Bukan sakit, tapi abis melahirkan, istri pak Adam yang semalam.” Jawab Maya.

Kening Teguh berkerut mendengar jawaban Maya, “Hmm maaf, bukannya mbak Maya istri pak Adam?” Tanya teguh dengan nada bngung.

“Ehh..ohh ya….ya..” Maya menyadari kalau dia telah kelepasan bicara yang membingungkan.

Teguh memandang Maya, dia menyangka Maya masih merasa shock dengan insiden yang terjadi kemarin malam, “Oh ya pak Teguh sendiri kenapa ada di Jakarta?” Tanya Maya berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Saya ada urusan mbak.” Jawab Teguh singkat.

“Ohhh…” ucap Maya.

Mereka berdua kemudian terlibat pembicaraan ringan, Maya mengatakan cukup senang mengetahui Amira mendaftar di sekolah tempatnya mengajar, pembicaraan yang sifatnya basa-basi, “Mbak Maya, saya meminta Mbak Maya datang karena ada suatu hal yang saya ingin katakan.”

Maya terdiam dan menunggu apa yang hendak dibicarakan pria ini, “Soal peristiwa yang terjadi malam itu, saya tahu ini bukan wilayah wewenang saya, namun saat saya merasakan suatu bahaya, maka saya harus bertemu dengan Mbak Maya.”

“Bahaya? Maksudnya apa?” tanya Maya bingung.

“Saya lihat rekaman CCTV insiden itu, dari CCTV gak terlalu jelas terlihat pelakunya, berdasarkan pengalaman saya, sepertinya pelaku tahu lokasi CCTV gedung itu, dan lagi, saya sendiri bingung kenapa pelaku bisa membawa senjata tajam ke dalam area yang telah steril.” Jawab Teguh agak gugup saat melihat Maya fokus memperhatikan dirinya, sesaat Teguh terpesona melihat kecantikan Maya dari jarak dekat, “Ya Allah cantik banget perempuan ini…” Ujar Teguh dalam hati.

“Terus pak..” Tanya Maya mengagetkan lamunan Teguh.

“Ini off the record mbak..” Teguh berhenti sejenak, dia menoleh ke sekelilingnya seolah takut pembicaraannya didengar orang, “Belati yang digunakan oleh pelaku, belati yang unik, dan harganya juga mahal, sepertinya bukan buatan dalam negeri.” Lanjut Teguh.

Maya mengernyitkan kening, penjelasan Teguh malah membuatnya bertambah bingung, “Lalu bahaya untuk saya apa pak?” Tanya Maya dengan polos.

“Sepertinya…ada pihak kami yang ikut terlibat dalam insiden itu.” Ujar Teguh, suaranya begitu pelan sehingga terdengar seperti berbisik.

“Maksud bapak, polisi terlibat juga?” tanya Maya, Teguh memberikan simbol telunjuk di bibirnya, meminta Maya tak bicara terlalu keras.

Teguh menganggukan kepalanya, “sekarang saksi kunci adalah Mbak Maya, karena mbak Maya satu-satunya yang melihat wajah pelaku..” Ujar Teguh.

“Saya tidak melihat pak, pelakunya mengenakan masker, saya hanya sekilas melihat wajahnya saat korban mencoba membuka masker pelaku, namun yang saya ingat matanya sipit pak.” Ucap Maya.

“Mbak Maya sudah mengatakan hal itu pada penyidik?” Tanya Teguh.

Maya diam sejenak, dia mencoba mengingat apa yang dikatakannya malam itu di depan penyidik, “Sepertinya belum pak, penyidik hanya meminta biodata saya dan suami saya saja malam itu, mereka merasa kita belum siap untuk di mintai keterangan.” Jawab Maya.

Teguh terlihat mengangguk-angguk, “Jadi menurut bapak, apa saya perlu memberitahu penyidik soal itu?” Tanya Maya.

“Ya, berikan saja keterangan sesuai yang mbak Maya tahu, saya yakin mereka profesional, saya sih gak mencurigai penyidik, tapi saya yakin ada seseoarang atau sekelompok orang dari pihak kami yang terlibat, namun saya merasa mereka juga gak tahu apa yang mereka perbuat.” Jawab Teguh.

Maya semakin bingung, Teguh hanya tersenyum, “Mbak Maya gak usah khawatir, nanti saya akan cari tahu lebih lanjut, saya akan lindungin Mbak Maya, maksud saya…maaf…maksud saya Mbak Maya tenang saja, kalau ada apa-apa hubungi saya saja.” Lanjut Teguh.

Maya hanya diam, dalam hatinya Maya merasa apa yang dikatakan Teguh sangat masuk akal, bagaimana pelaku bisa membawa senjata tajam kalau tidak ada kerjasama orang dalam, tiba-tiba Maya merasa agak takut.


***​


Anto telah berulang-ulang menonton video peristiwa penusukan itu, bukan peristiwa itu yang menarik perhatiannya, namun seseorang yang pernah singgah dihatinya berada disana, Anto mengelus gambar Maya yang dia screen shoot, “Maya…begitu lama aku mencarimu, tiba-tiba aku melihat dirimu lagi…aku sangat merindukanmu..” Ujar Anto dalam hati.

Anto tiba-tiba terkejut, wajahnya berubah tegang, dia mencari artikel tentang peristiwa penusukan itu, semua berita online memuat peristiwa itu sebagai headline, “Murad? Kenapa nama itu gak asing ya..” Anto berusha mencari penampakan Murad, akhirnya dia menemukan foto korban penusukan itu semasa hidup.

“Korban bernama Murad, dia adalah seorang pengawal salah satu pengusaha yang menjadi tamu acara amal tersebut, Polisi belum memberikan keterangan valid apa yang menyebabkan korban ditusuk oleh pelaku, namun spekulasi diluar menyebutkan kalau peristiwa ini adalah pertempuran antara dua gangster yang memperebutkan wilayah kekuasaan, namun pihak kepolisian belum mengkonfirmasi kebenaran berita tersebut.”

“Murad? Jadi orang ini bernama Murad?” Anto ingat benar dengan Murad, karena orang ini, Anto kehilangan semua uangnya, seluruh saldo rekeningnya Dikuras semua oleh bajingan ini, tak ada yang disisakan olehnya, apalagi dia juga memprovokasi Olivia hingga Olivia memutuskan meninggalkannya dan mengambil semua yang telah diberikannya, “Ternyata karma itu ada, mampus luh bangsat!!” Maki Anto geram.

“Maya…ternyata Maya ada di Jakarta, tapi kenapa Maya kok ada dekat si bajingan itu, ohhh ya aku lupa, bos si Murad kan teman akrab suami Maya, berarti Maya masih bersama suaminya, sepertinya suaminya telah memaafkan perbuatan Maya, hmmmmmmm..” Anto menghela napas, disatu sisi dia senang karena bisa melihat Maya lagi, disisi lain dia sedikit kecewa, karena dia berharap Maya berpisah dengan suaminya, namun harapannya kini kandas, namun anto juga merasa bahagia melihat Maya, “Pasti kamu sudah bahagia dengan suamimu ya, aku kira kamu sungguh-sungguh ingin berpisah darinya, tapi gak apa, aku senang melihat kamu lagi, kamu terlihat agak berisi, tandanya kamu bahagia, mulai sekarang aku akan melupakanmu, terima kasih atas semua kenangan indah yang pernah kita punya..” Anto tersenyum sambil mengelus gambar Maya, air matanya menitik, air mata pertanda Anto telah melepaskan keinginannya bersama Maya…



***

Bersambung
 
Diary Seorang Istri Season 2
Part 28



Pagi itu Anto terbangun, semalaman dia tak bisa tidur, melihat Maya di video itu menjadi dua kontradiksi dalam benaknya, satu sisi dia senang bisa melihat Maya kembali, sisi lainnya dia menyadari kalau semua impiannya di masa depan bersama Maya terkubur begitu saja, Anto tahu kalau Maya kembali bersama suaminya, namun saat melihatnya langsung, Anto menjadi mulai kehilangan semangat.

Saat kehilangan semua yang dimilikinya, Anto merasa tak menyesal, namun kini Anto merasa perjuangannya untuk berubah seolah tak ada artinya lagi, jauh-jauh dia datang ke Kalimantan untuk mengumpulkan uang demi impiannya memiliki Maya, sekian lama dia berusaha memendam keinginannya untuk menikmati tubuh wanita karena Maya, Anto merasa seolah semua itu sia-sia, Anto bahkan tak memikirkan betapa senangnya dia melihat Murad tewas, semua fokus perhatiannya hanya pada Maya, dan Maya perempuan yang selama ini dirindukannya ternyata telah kembali hidup bahagia bersama suaminya. Apalagi ketika melihat Maya berada di lokasi insiden penusukan itu, Anto mulai curiga kalau Maya juga ikut menyuruh Murad menghancurkan dirinya saat itu, memang Murad adalah anak buah Santoso yang merupakan sahabat suaminya, namun melihat kedekatan mereka semua, Anto mulai curiga Maya juga ikut terlibat menyuruh Murad merampok dan mengancam dirinya.

Anto berjalan sedikit tertatih keluar kamar, diambilnya rokok diatas meja, Anto duduk di bangku teras rumah kontrakannya, Matahari mulai tinggi di luar, “sepertinya Muklis sudah berangkat kerja.” Benak Anto.

Anto kembali ke dalam untuk mengambil hpnya, dia ingin mengetahui perkembangan insiden penusukan Murad, Anto merasa heran ketika melihat notifikasi whatsappnya begitu banyak, ternyata grup driver di tempat kerjanya ikut heboh membahas peristiwa itu, Anto membaca komen para teman-temannya di grup, Anto sedikit terkejut saat teman-temannya di grup mengatakan kalau bos besar perusahaannya juga ikut dibicarakan disana, Anto merasa bingung, siapa gerangan bos besar yang mereka bicarakan itu, memang sekian lama bekerja di perusahaan tambang ini, tak pernah Anto merasa perlu untuk tahu siapa Bos besar perusahaan tempatnya bekerja, namun caht grupnya membuatnya menjadi penasaran, Anto mengikuti chat teman-temannya berusaha mencari tahu siap orang yang dimaksud, namun Anto hanya melihat salah satu chat temannya yang berkata Pak Adam ternyata ada disana, “siapa pak Adam?” tanya Anto dalam hati.

Anto yang tadinya tak ingin ikut dalam obrolan, akhirnya mulai bertanya tentang pak Adam yang dimaksud, jawaban yang diterima Anto hampir membuatnya terlonjak dari tempat duduknya, Anto meninggalkan chat tersebut dan membuka Youtube, matanya melotot melihat sosok lelaki yang menjadi suami Maya, “Dia pak Adam? bos besar Pt Serayu?” gumam Anto.

Perlahan memori otak Anto membuka kenangan masa lalu, saat Maya menunjukkan foto suaminya dan meminta Anto memeriksa apakah suaminya berada di panti pijat, dan Anto sendiri yang merekam keberadaan Suami Maya itu di panti pijat, walaupun sekarang sosok suami Maya itu sedikit berbeda, namun Anto mulai bisa mengenali sosok itu.

Anto menghempaskan punggungnya yang telanjang di sandaran kursi, di letakkan hpnya di meja, di hisapnya rokoknya dalam-dalam, tangannya sedikit gemetar memegang rokok, “Jauh-jauh gua ke Kalimantan, ternyata gua kerja di perusahaan suami Maya, apa ini? Kenapa dunia terasa begitu sempit, kenapa gua terkoneksi lagi ke lingkaran itu lagi, apa rencana Tuhan?” Anto benar-benar terkejut dengan kenyataan di balik insiden penusukan Murad.

Tiba-tiba suara Hpnya berdering mengejutkannya, di lihatnya nomor tak dikenal memanggilnya, Anto mengerutkan kening, dan mengambil hpnya, “Halo.” Anto kembali terkejut saat mendengar suara seorang wanita yang menelponnya.

“Selamat siang mas…Aku Dahlia mas…” Ujar sang penelpon, Anto terdiam sesaat, pikirannya sekejap menerawang, namun tak lama seulas senyum tersungging di bibirnya.

“Ohhh Dahlia, kirain siapa, kok tau nomor saya..” Tanya Anto.

“Ya tau lah…gimana kabarnya mas?” Dahlia balas bertanya.

“Ya sudah mendingan, tapi saya belum bisa masuk kerja..terima kasih ya Mbak dahlia untuk semuanya.” Jawab Anto.

“Aku yang harusnya terima kasih mas, kalau gak ada mas, aku mungkin udah gak ada di dunia ini.” Ujar dahlia.

“Hmmm jangan ngomong gitu ah, saya hanya kebetulan berada disana Mbak..” Balas Anto.

“Panggil Dahlia aja dong, jangan Mbak, atau panggil sayang uga boleh hihihi..” Ujar dahlia, Anto hanya tersenyum mendengarnya.

“Heheeh ada-ada aja mbak ini ehh maaf Dahlia..” Tukas Anto.

“Ohh ya, Mas udah makan? Aku datang ke sana ya, nanti aku bawain makanan enak..” Ujar Dahlia kemudian.

Anto terdiam beberapa saat, pikirannya seperti tengah berpikir atau merencanakan sesuatu, “Ya kalau gak repot, gak apa-apa, tapi kalau repot gak usah..” Balas Anto.

“Gak repot kok..ya udah nanti am 11 aku otewe kesana ya, sampai ketemu disana ya mas…” Uar dahlia menutup pembicaraan.

Anto melihat ke Hpnya, seulas senyum tersungging di bibirnya, “Dahlia…” gumam Anto, sepertinya Anto mulai menyerah dengan mimpinya bersama Maya, menyadari posisinya yang hanya supir truk dan suami Maya adalah bos besar di tempatnya bekerja, membuat Anto menyerah dengan tekadnya untuk hidup bersama Maya, Dahlia adalah jalannya untuk hidup enak seperti dulu, “ahhh ngapain uga gua masih ngarepin Maya, ada Dahlia yang kaya, dia juga cantik dan seksi, hmmm Goodbye Maya, walau aku sangat mencintai kamu, namun rasanya mimpiku untuk memilikimu seutuhnya hanya sebatas mimpi saja, goodbye sayang, semoga kamu bahagia bersama suamimu….” Anto tersenyum, namun terlihat murung, hatinya begitu sesak melepaskan mimpinya itu..



***



Sebuah mobil Pajero hitam memasuki parkiran sebuah penginapan kecil di pinggir kota balikpapan, dua orang lelaki tegap turun dari mobil, salah seorang bergegas membukakan pintu mobil, tak lama terlihat seorang lelaki paruh baya dengan rambut panjang terikat turun dari mobil, dia adalah ayah Dahlia, lelaki paruh baya itu berjalan ke dalam penginapan diikuti dua orang pengawalnya tadi, sampai di sebuah kamar, pengawalnya mengetuk pintu kamar itu, tak lama pintu kamar terbuka, seraut wajah oriental muncul dari balik kamar, lelaki itu terlihat begitu misterius seolah begitu waspada terhadap tamunya yang datang, setelah tahu siapa yang datang lelaki penghuni kamar tersebut membuka pintu dan mempersilahkan tamunya masuk.

Pria tua itu tersenyum sambil meletakkan kedua lengannya di balik punggungnya, pandangannya menyapu seluruh ruangan kamar yang ditempati pemuda tersebut, kedua pria tegap tadi menarik sebuah lkursi yang tersedia, Pria tua berambut putih itu duduk, dan mengibaskan tangannya meminta si pemuda bermata sipit itu untuk duduk di dekatnya, sejenak pemuda itu ragu, namun melihat kedua pria tegap itu memandangnya tajam, pemuda itu tahu tak ada pilihan lain selain menghampiri pria tua itu.

“Kamu yang bernama Aliong..” Tanya pria tua tersebut.

Aliong memandang pria tua didepannya ini, kedua pria tegap yang mengawal pria tua itu terlihat tak begitu senang dengan tatapan Aliong yang dirasa menantang, namun pria tua itu hanya mengibaskan tangan pada kedua bodyguradnya untuk tenang.

“Hahahaha..kelihatannya kamu ini orang yang menyebalkan ya, kelihatan wajahmu itu wajah penjahat hahahah, tapi saya justru suka orang seperti kamu, saya Apang Anyang, mungkin bosmu si steven telah kasih tahu tentang saya kan.” Ujar Apang Anyang sambil tersenyum.

Aliong mengerutkan kening, dia memang menebak kalau pria tua yang datang ini adalah bukan orang sembarangan, auranya begitu kuat membuat orang yang berada didekatnya menjadi segan, namun saat pria tua itu memperkenalkan dirinya, nama itu cukup mengejutkan Aliong, dia telah banyak mendengar reputasi kriminal pria tua didepannya ini, bagi Aliong pria tua ini bagaikan living legend di dunia yang digelutinya, begitu banyak cerita menyeramkan yang didengar oleh Aliong tentang sepak terjang Apang Anyang, Aliong sungguh tak menyangka kalau dia akan bertemu seorang legend di dunia hitam.

Aliong mengerima juluran tangan pria tua itu, terasa genggaman yang kuat dan membuat Aliong sedikit gentar, Aliong yang selama ini terlihat tak mengenal takut, merasa terintimidasi dengan kharisma Apang Anyang.

“Ya pak, saya Aliong…” Ucap Aliong.

“Ya saya dengar kasusmu, aku sendiri heran dengan steven, kenapa anak buahnya yang gagal gak di habisi aja sekalian hahahahahaha, maaf saya becanda…” Ujar Apang Anyang sambil terkekeh geli.

“Tapi pasti ada sesuatu yang kamu miliki yang membuat setven masih mempertahankan kamu, dan aku mulai bisa melihat apa yang dilihat steven darimu, mulai sekarang kamu dalam perlindunganku, namun kamu harus ikut menjadi bagian dari kami, apa kamu keberatan?” Tanya Apang Anyang dengan pandangan tajam.

Aliong tahu itu bukan pertanyaan yang bisa dijawab dengan kalimat negatif, Aliong sendiri tak ingin mati konyol dan terus bersembunyi dari kejaran aparat, satu-satunya tempat perlindungan yang tepat adalah menjadi bagian kelompok pria tua ini, terlepas dari semua peristiwa itu, Aliong merasa mendapat berkah tersembunyi bisa bertemu dengan idolanya, tentu saja dia tak akan keberatan bergabung dengan kelompok ini. Tiba-tiba Aliong mulai terbersit keinginan untuk menjadi legenda seperti pria tua didepannya ini.

“Saya siap menjadi bagian kelompok anda bos, saya tak akan mengecewakan bos.” Jawab Aliong mantap.

“Hahahahaha….mantab…mantab anak muda…itu yang saya ingin dengar..oke kamu istirahat saja dua hari disini, kebetulan saya harus keluar kota, setelah dua hari, kamu bersiap saja, dan selama dua hari ini, saya sarankan kamu jangan keluar dulu, paham!” Ujar Apang Anyang.

“Siap Boss..” Ujar Aliong mantap.



****



Teguh menghisap rokoknya dalam-dalam di sebuah kafe yang sama ketika bertemu Maya beberapa waktu lalu, ketika pelayan kafe mengahmpirinya untuk memberikan menu, Teguh mengatakan untuk menunggu temannya datang, Teguh memutuskan untuk memperpanjang masa cutinya di Jakarta, pada atasannya Teguh beralasan ingin mengunjungi makam istrinya, dan Atasannya mengerti dengan keinginan Teguh dan mengizinkannya untuk memperpanjang cutinya hingga sehari lagi. Teguh juga memberi kabar pada ibunya serta Amira, kalau dia harus menunda kepulangannya sehari lagi, awalnya Amira ngambek dan marah pada ayahnya, namun dengan sabar Teguh memberi pengertian pada putri kecilnya sehingga lambat laun Amira mulai bisa menerima. Pada Santi Teguh juga mengabarkan kalau dia belum bisa balik sesuai jadwal, Santi juga mengerti dan meminta Teguh untuk tak memikirkan Amira, karena semua bisa ditangani oleh Santi dengan baik.

Teguh sebenarnya bukan hanya ingin mengunjungi makam istrinya, namun entah kenapa dia mulai khawatir dengan Maya, pertemuannya dengan Maya beberapa waktu lalu membuatnya terkesan, Maya terlihat begitu cantik namun terasa sunyi, Teguh tahu kalau Maya adalah istri seseorang, namun Teguh tak kuasa melawan perasaannya ini, Teguh juga tak tahu apakah dia menyukai Maya atau hanya sekedar kagum, namun yang jelas Teguh sangat mengkhawatirkan Maya.

Bukan tanpa alasan Teguh mengkhawatirkan perempuan cantik itu, Teguh menyakini ada jajarannya yang ikut terlibat dalam insiden penusukan malam itu, walau bukan terlibat langsung, namun paling tidak, ada oknum polisi yang membiarkan sipil bersenjata tajam masuk tanpa pemeriksaan, dan insting sebagai penyidik mengatakan kalau ada pihak yang lebih besar juga terlibat langsung dalam insiden tersebut, Teguh mulai bisa menyimpulkan kalau Murad bukanlah target yang diincar sang pembunuh, namun bos Murad yang menjadi Targetnya.

Teguh juga diam-diam mengikuti perkembangan kasus tersebut melalui temannya yang menjadi penyidik di kasus ini, Teguh cukup lega saat mengetahui Maya mengikuti arahannya dalam memberi kesaksian, Teguh tahu kalau apa yang dilakukannya ini salah, namun Teguh melakukan itu hanya demi keselamatan Maya, Teguh yakin andai Maya memberitahu kepada penyidik tentang pria bermata sipit yang dilihatnya sebagai pelaku, maka keterangan Maya ini akan bocor oleh oknum yang sama yang membiarkan pelaku masuk ke dalam gedung itu tanpa pemeriksaan, dan Teguh yakin Maya akan menjadi incaran si pelaku, karena Maya adalah saksi kunci satu-satunya.

Dan ketika hari ini Teguh mendapat kabar kalau pelaku telah ditangkap oleh pihak kepolisian, instingnya mengatakan ada sesuatu yang direkayasa tengah terjadi, Teguh yakin pihak penyidik ingin memancing pelaku sebenarnya atau pihak yang terlibat untuk lengah, atau mungkin ada sesuatu besar yang tengah disembunyikan dan direkayasa, Teguh sama sekali tak tahu. Namun Teguh merasa harus memperingatkan Maya sebelum dia kembali ke Balikpapan. Teguh juga tak tahu kenapa dia berbuat ini, namun rasa ingin melindungi Maya muncul begitu saja dalam hatinya, untuk itu Teguh telah menghubungi Maya untuk menemuinya di Kafe yang sama seperti beberapa waktu lalu.

Teguh mematikan Rokoknya saat melihat seorang perempuan cantik keluar dari mobil, bibirnya tersenyum melihat tamunya telah datang, Teguh berdiri dan menyambut Maya di depan pintu masuk kafe, Maya tersenyum dan membalas lambaian tangan Teguh.

“Maaf ya pak, agak terlambat..” Ujar Maya.

“Ohh gak apa-apa mbak, saya juga baru datang.” Balas Teguh.

Teguh mengantar Maya ke mejanya, tak lama pelayan Kafe kembali datang, Maya memesan coffe latte, Teguh juga mesan minuman yang sama seperti yang dipesan Maya. Teguh dan Maya mulai terlibat pembicaraan basa-basi, obrolan mereka terhenti sesaat saat pelayan kafe datang membawa minuman pesanan mereka.

“Ada berita apa ya pak, kayaknya sesuatu yang serius..” Tanya Maya sambil menyeruput minumannya.

“Saya kemarin sudah lihat hasil pemeriksaan mbak Maya di penyidik, saya lega Mbak Maya tak mengungkit pelaku yang mbak Maya lihat.” Ujar Teguh.

Maya melihat ke arah Teguh untuk sesaat, jemari lentiknya memainkan sendok di gelas kopinya, “Saya sih sebenarnya bingung kenapa pak Teguh meminta saya tak mengungkit ciri-ciri pelaku yang sebenarnya..”

Baru saja Teguh hendak menjawab, di layar televisi kafe tengah berlangsung siaran langsung press release dari pihak kepolisian, dalam press release itu, pihak kepolisian menyatakan telah menangkap tersangka penusukan yang terjadi beberapa waktu lalu, pihak kepolisan juga membawa tersangka dalam jumpa pers tersebut, saat melihat pelaku yang diperkenalkan oleh pihak kepolisian, Maya sontak berdiri, “Bukan dia…” Ujar Maya. Teguh menoleh ke kiri ke kanan dan menyentuh punggung tangan Maya untuk memintanya tenang, namun yang terjadi jantung Teguh malah berdebar keras saat menyentuh tangan halus Maya.

Maya duduk kembali dan membelalakkan mata indahnya pada Teguh, bibirnya bergerak berbicara, Teguh yang terpana melihat Maya tiba-tiba menjadi tuli, tak terdengar olehnya apa yang diucapkan Maya, namun sesaat kemudian Teguh mulai bisa mengontrol perasaannya, “Pak itu bukan pelaku sebenarnya, polisi salah tangkap itu..” Ujar Maya berapi-api.

Teguh menghela napasnya, jantungnya terus berdebar kencang, dia berusaha keras mengontrol perasaannya, “Ya saya paham maksud mbak, tapi biar saja mbak.***k usah ikut campur..tetap diam..” ujar Teguh.

Maya tiba-tiba terdiam dan memandang pria didepannya itu, “kenapa?” Tanya Maya bingung, kebingungan Maya membuat Teguh semakin terpesona, betapa cantik wajah perempuan di depannya ini, ahhhh Teguh tahu perasaannya saat ini…dan Teguh tahu itu salah………



****

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd