Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri

untuk pelanggan prem, baru saja diupdate part 62 dan 63 (full ilustrasi), jangan lewatkan update part 64 besok malam, mudah-mudahan bisa garap lagi part 65, 66 dan 67 secepaatnya...

Rasa penasaran pcinta novel diary seorang istri akan segera terjawab tak lama lagi , bagaimana nasib Maya, Anto, Adam dan Anissa, apakah akan sesuai harapan pembaca, atau malah membuat pemirsa setia jengkel?

Apakah Anto akan lolos juga kali ini dari incaran santoso? apa Maya dan Anto akan kabur berdua sesuai apa yang diucapkan Maya di part 60, duh kacau deh...penasaran? trus saksikan kisah yang mendebarkan sekaligus membuat emosi kita bergejolak..
 
Diary Seorang Istri
Part 60 - Angan Maya


“Gimana Bos, apa saya dan Rebon perlu balik lagi ke Jakarta untuk buat perhitungan dengan curut got itu..” Ucap Murad setengah berbisik, napasnya sedikit tersengal, sepertinya emosinya telah sampai ubun-ubun.

“Ya Bos, kita siap menghajar si bangsat itu sampai mampus, masuk penjara juga kita rela bos.” Rebon memukulkan tinjunya ke telapak tangannya sendiri.

Santoso menatap kedepan, ke arah ruangan tempat Maya di rawat, sepertinya wanita itu tak Santoso memicingkan matanya yang sipit, hatinya sangat geram melihat kelakukan wanita itu, namun Santoso merasa ini bukan saat tepat untuk melampiaskan kekesalannya, prioritas utama adalah kesembuhan sahabatnya itu, Santoso mengangkat tangannya memberikan kode agar kedua anak buahnya itu tak lagi membicarakan Si Pebinor itu.

“Ada waktunya kita akan buat perhitungan dengan bangsat itu, gak sekarang, waktunya gak tepat, tunggu sampai Mas Adam terbebas dari bahaya, baru aku akan buat perhitungan.”

Kedua pria bertampang seram itu tak lagi bicara, mereka paham apa yang diutarakan bosnya itu, Santoso beranjak dari duduknya, didekatinya Anissa, Santoso duduk disamping perempuan cantik itu. Anissa yang menyadari kedatangan Santoso, dia kemudian duduk tegak, Santoso melihat wajah gadis ini sangat lesu, matanya terlihat bengkak.

“Pak..” Sapa Anissa dengan senyum dipaksakan, wajah cantiknya memang terlihat lelah.

“Gimana kronologinya mbak, hingga bisa seperti ini.” Tanya Santoso.

Anissa hanya menggeleng, “Saya juga gak tahu pak, harusnya saya gak kembali ke rumah, kalau saya di hotel gak mungkin kejadian ini menimpa pak Adam, ini salah saya.” Ujar Anissa terbata-bata.

“Semua sudah diatur ama Yang Diatas mbak, bukan salah mbak kok, gak usah terlalu dibebani perasaan bersalah.” Ucap Santoso berusaha menghibur kegundahan hati gadis manis tersebut.

“Sebaiknya mbak pulang dulu aja, nanti biar saya antar, istirahat dulu, nanti mbak…siapa namanya tadi.” Tanya Santoso.

“Panggil aja Nissa pak.” Jawab Anissa.

“Mbak istirahat dulu ya, besok bisa kesini lagi, nanti malah mbak yang sakit.”

“Gak apa pak, saya baik-baik aja, lagipula saya ditugaskan oleh Pak Robert untuk memantau keadaan Pak Adam.” Ujar Anissa.

“Ya saya paham, lagipula gak ada yang bisa kita lakukan disini, mendingan kita sementara pulang, tidur sebentar sambil mengumpulkan energi baru buat besok, mungkin aja besok pak Adam dipindahkan ke Jakarta.” Ucap Santoso.

Anissa melihat ke arah Santoso, pria itu hanya mengangguk, Anissa merasa kalau ucapan pria didepannya ini ada benarnya, dia harus istirahat, “Nanti saya telpoin bapak untuk jemput pak.” Ujar Anisa.

“Gak usah biar nanti saya suruh supir saya antar kamu, dan standby di rumah kamu, kalau kamu udah istirahat dan ingin kembali memantau kondisi Adam, kamu tinggal berangkat aja nanti.” Ucap Santoso.

“Duh malah ngerepotin pak.” Anissa merasa tak enak dengan tawaran Santoso tersebut.

“Gak ada yang direpotkan kok, Adam adalah sahabat saya, bahkan kami sudah seperti saudara, ini adalah bentuk kewajaiban saya sebagai saudara, sebentar saya telpon supir saya itu.” Santoso beranjak menjauh sambil menelpon, Anissa hanya melihat Santoso, apa yang dikatakan Santoso itu ada benarnya, tak ada hal apapun yang bisa dilakukannya sekarang, menunggu disini juga sama sekali tak bisa melihat keberadaan Adam, Nissa akhirnya memutuskan untuk pulang, dia bermaksud untuk bersiap-siap andai Tim Dokter memerintahkan pemindahan Adam ke Jakarta.

***

Betapapun geramnya hati Santoso pada Maya, namun dia juga merasa iba dengan wanita ini, biar bagaimanapun Maya adalah istri sahabatnya, “Pasti dia lelah dan shock dengan kejadian ini, Tim dokter yang akan memeriksa Adam baru datang esok siang, sebaiknya dia beristirahat dulu, sudah hampir pagi, apalagi kondisinya sedang hamil.” Ujar Santoso dalam hati.

Santoso kemudian berkonsultasi dengan perawat, dan akhirnya memutuskan untuk memindahkan Maya ke ruang perawatan yang lebih layak, paling tidak untuk saat ini, hingga nanti ada keputusan dari Tim Dokter mengenai kelanjutan penanganan Adam. Santoso juga akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah, dia berencana kembali ke rumah sakit besok pagi, apalagi kedua pengawalnya juga terlihat lelah.

Sebelum pulang Santoso kembali ke ruangan tempat Maya di rawat, perempuan itu masih tertidur, Santoso duduk sambil memperhatikan Maya, dia benar-benar tak habis pikir, perempuan cantik ini sepertinya bukan perempuan binal yang haus belaian lelaki, “Kenapa sampeyan harus berurusan dengan lelaki bajingan seperti Anto, mbak!”

Santoso benar-benar iba dengan nasib sahabatnya, apalagi saat teringat percakapan dengan Adam beberapa hari lalu, Adam yang begitu tulus ingin mendapatkan anak dari istrinya hingga memutuskan untuk menerima tawaran Edwin, kini harus mendapati istrinya hamil, Santoso tak tahu apa reaksi Adam jika tahu istrinya selingkuh dengan pria yang sama yang membuat Santoso menceraikan istrinya dahulu.

“Apa Maya hamil anak Adam? Atau jangan-jangan malah benih si bangsat! Tapi kenapa Adam cerita kalau istrinya ini sulit hamil? Sampai-sampai Adam merencanakan membawa istrinya ini ke Singapura? Buktinya sekarang dia hamil begitu mudah, sebenarnya apa yang sedang terjadi?” Santoso memijat keningnya, begitu banyak misteri dalam cerita ini, kenapa Maya Selingkuh? Lalu dimana dia kenal Anto? Dan satu lagi kemana perempuan yang bernama Olivia itu, masa perempuan itu membiarkan si bajingan Anto menggoda istri orang lagi?

Begitu banyak pertanyaan berseliweran di benaknya, pertanyaan itu membuatnya sakit kepala, tubuhnya juga terasa lelah, Santoso menghela napas panjang, dia beranjak meninggalkan ruangan tempat Maya di rawat, Hari sudah semakin terang saat ini, Santoso memutuskan untuk pulang ke rumahnya sejenak, sekedar mandi dan istirahat sejenak memulihkan kelelahannya, dan kemudian kembali ke rumah sakit secepatnya sebelum tim Dokter datang.

***

“Fiuhhh, akhirnya selesai juga, waduh lama juga gua ngebersihin apartemen ini, udah pagi nih, tapi gak apa, yang penting Olivia gak bisa mencium jejak perempuan disini, waduh gawat kalau si Oliv sampai tahu aku membawa perempuan kesini.” Anto menjatuhkan tubuhnya ke ranjang, semalaman hingga pagi ini dia benar-benar memeriksa dengan hati-hati agar tak ada satupun kepunyaan Maya yang tertinggal di apartemen, bahkan hal terkecil sekalipun, Anto juga mengganti seprei dengan seprei yang baru, Anto tak mau ambil resiko andai Olivia menemukan aroma bekas parfum Maya atau apapun itu di seprei, Anto tahu kalau Olivia adalah perempuan pintar yang punya insting tajam.

“Duh Maya sekarang lagi apa ya…sayang banget Olivia harus datang secepat ini, hmmmm malam tadi harusnya gue dapat jatah ngentot lagi dengan Maya, duhhhhhh maya benar-benar cewek kualitas super, kulitnya sempurna banget, tubuhnya, aromanya, dan juga manjanya…ahhhhhh..” kontol Anto mulai mengeras membayangkan lenguhan dan erangan Maya saat bersetubuh dengannya.

Angan Anto melayang ke saat dirinya bersama Maya siang tadi di pantai, setelah makan siang di mal mereka menuju pantai, di pantai mereka saling berpegangan tangan dan saling tertawa, Maya begitu manja memeluk lengannya yang kekar saat berjalan menyusuri pantai, Anto tersenyum teringat saat dia dan Maya saling berkejaran di pasir putih, Maya terkikik geli saat Anto menangkap dan membopong tubuhnya, Anto sedikit tertegun, ada suatu perasaan yang tiba-tiba mengiris hatinya, perasaan sukanya semakin bertambah dengan wanita cantik itu.

Anto kembali teringat percakapannya dengan Maya siang itu………..

***

“Mas….aku merasa seneng banget hari ini…” Maya menyender di dada Anto yang memeluknya dari belakang.

“Mas juga dek…seneng banget bisa berdua ama dek Maya lagi, mas kangen banget ama dek Maya..” Ujar Anto setengah berbisik di telinga Maya.

“Mas kangen ama aku? Boong ah..” Maya menggoda Anto.

“Serius sayang, mas kangen berat, masa dek Maya gak ngerasain tadi malam, semua kekangenan udah mas tumpahkan tadi malam. Dek Maya bisa ngerasain kan..” Anto kembali berbisik ditelinga Maya.

“Iya mas…duh kalau inget tadi malem..hihihi..” Maya terkikik geli dan juga malu.

“Dek Maya tadi malam pasti ngerasa puas kan, pssttt…keluar berapa kali dek?” Tanya Anto.

Maya menoleh dan bertatapan dengan pria kekasih gelapnya itu… “Apaan sihhhh…ihhh.” Maya dengan gemas mencubit paha Anto, wajah cantiknya bersemu merah.

“Tuhh,,kalau wajah kamu merah gitu, mas jadi gemes tau..jadi pengen….” Anto sengaja menunda ucapannya.

“Pengen apa..??” tanya Maya menggoda.

“Pengen nyetubuhin mamah..” bisik Anto sambil menjilati lubang telinga Maya.

Maya menggeliat geli, ucapan Anto yang vulgar membuat hatinya berdesir, apalagi lidah pria itu begitu nakal.

“Mamah..?” Maya menoleh sambil tersenyum.

“Ya boleh dong papah panggil dek Maya mamah?” Anto tersenyum menggoda perempuan cantik didekapannya ini.

“Ihh papah,hihihihi…” Maya terkikik geli mendengarnya.

“Hihihihi lucu ya….” Anto juga terkikik geli.

“Mas……..aku… aku gak ingin lagi kita harus sembunyi-sembunyi seperti ini, tapi aku juga bingung….” Maya terdiam.

Anto memeluk Maya dengan erat, “Dek Maya pasti sangat mencintai suami dek Maya kan?”

Maya masih tertunduk namun refleks dia mengangguk, “Tapi aku juga bahagia bersama mas…”

Anto bisa membaca kemana arah pembicaraan ini, Anto yakin kalau perempuan ini sudah ketagihan dengan kepuasan yang didapatkannya, sehingga perempuan ini menjadi bingung dan mulai terbawa perasaan, dan Anto tak menghendaki itu semua terjadi, kalau Maya sampai benar-benar menyukainya dan meninggalkan suaminya, maka segala kesenangan ini akan berakhir bagi Anto.

Anto menyukai situasi seperti ini, baginya mengencani istri orang sangat menantang adrenalinnya, dan membuat hasratnya begitu kuat untuk menyetubuhi perempuan ini, kalau sampai Maya meninggalkan suaminya dan bercerai, maka tak ada lagi tantangan, apalagi ada Olivia, tak mungkin Anto menggantikan posisi Olivia, apalagi dengan seorang Maya yang begitu rapuh.

“Mas kok diem sih..” Tanya Maya.

“Gak kok..mas gak diem, Dek…mas tahu kebimbangan yang dek Maya rasakan, namun Mas bahagia kok walau seperti ini, yang penting kita sama-sama bahagia..mas gak nuntut dek Maya menjadi milik Mas, karena mas yakin dek Maya gak akan siap menghadapi cibiran orang kelak, coba bayangain, perempuan terhormat cantik, kaya, kok malah memilih tukang parkir dan meninggalkan suaminya yang tampan.” Anto mulai memainkan psikologi Maya.

“Mas, aku gak pernah beranggapan seperti itu kok.” Ucap Maya.

“Mas tahu..tapi gimana pendapat orang, teman-teman dek Maya, dan sekeliling dek Maya, apa dek Maya yakin bisa hidup dengan gunjingan seperti itu? Mas cukup bahagia bisa memiliki dek Maya saat ini, walau Cuma sesaat, percayalah mas udah bahagia banget dek..kalau kita nekat egois dengan keinginan kita, maka yang ada malah membuat gak nyaman, terutama bagi dek Maya.”

Maya terdiam, apa yang dikatakan Anto ada benarnya, nyalinya tak cukup kuat menghadapi cibiran dan gunjingan orang, selain itu Maya juga masih sangat mencintai Adam, “Ya mas Anto benar, mungkin sekarang ini lebih baik seperti ini saja dulu.” Batin Maya.

“Mas akan selalu ada kapanpun dek Maya butuh mas, percayalah sayang…” Anto mengenggam erat jemari lentik Maya, perempuan itu membalas dengan hangat, dan semakin merebahkan punggungnya di dada pria kekasih gelapnya. Mata Maya terpejam menikmati hembusan angin laut yang menerpa wajahnya.

***

Bersambung
 
demikianlah update terakhir untuk minggu ini, sampai jumpa di part berikutnya selasa depan, terima kasih atas atensi, komen, dan dukungannya sampai jumpa lagi
 
Diary Seorang Istri
Part 60 - Angan Maya


“Gimana Bos, apa saya dan Rebon perlu balik lagi ke Jakarta untuk buat perhitungan dengan curut got itu..” Ucap Murad setengah berbisik, napasnya sedikit tersengal, sepertinya emosinya telah sampai ubun-ubun.

“Ya Bos, kita siap menghajar si bangsat itu sampai mampus, masuk penjara juga kita rela bos.” Rebon memukulkan tinjunya ke telapak tangannya sendiri.

Santoso menatap kedepan, ke arah ruangan tempat Maya di rawat, sepertinya wanita itu tak Santoso memicingkan matanya yang sipit, hatinya sangat geram melihat kelakukan wanita itu, namun Santoso merasa ini bukan saat tepat untuk melampiaskan kekesalannya, prioritas utama adalah kesembuhan sahabatnya itu, Santoso mengangkat tangannya memberikan kode agar kedua anak buahnya itu tak lagi membicarakan Si Pebinor itu.

“Ada waktunya kita akan buat perhitungan dengan bangsat itu, gak sekarang, waktunya gak tepat, tunggu sampai Mas Adam terbebas dari bahaya, baru aku akan buat perhitungan.”

Kedua pria bertampang seram itu tak lagi bicara, mereka paham apa yang diutarakan bosnya itu, Santoso beranjak dari duduknya, didekatinya Anissa, Santoso duduk disamping perempuan cantik itu. Anissa yang menyadari kedatangan Santoso, dia kemudian duduk tegak, Santoso melihat wajah gadis ini sangat lesu, matanya terlihat bengkak.

“Pak..” Sapa Anissa dengan senyum dipaksakan, wajah cantiknya memang terlihat lelah.

“Gimana kronologinya mbak, hingga bisa seperti ini.” Tanya Santoso.

Anissa hanya menggeleng, “Saya juga gak tahu pak, harusnya saya gak kembali ke rumah, kalau saya di hotel gak mungkin kejadian ini menimpa pak Adam, ini salah saya.” Ujar Anissa terbata-bata.

“Semua sudah diatur ama Yang Diatas mbak, bukan salah mbak kok, gak usah terlalu dibebani perasaan bersalah.” Ucap Santoso berusaha menghibur kegundahan hati gadis manis tersebut.

“Sebaiknya mbak pulang dulu aja, nanti biar saya antar, istirahat dulu, nanti mbak…siapa namanya tadi.” Tanya Santoso.

“Panggil aja Nissa pak.” Jawab Anissa.

“Mbak istirahat dulu ya, besok bisa kesini lagi, nanti malah mbak yang sakit.”

“Gak apa pak, saya baik-baik aja, lagipula saya ditugaskan oleh Pak Robert untuk memantau keadaan Pak Adam.” Ujar Anissa.

“Ya saya paham, lagipula gak ada yang bisa kita lakukan disini, mendingan kita sementara pulang, tidur sebentar sambil mengumpulkan energi baru buat besok, mungkin aja besok pak Adam dipindahkan ke Jakarta.” Ucap Santoso.

Anissa melihat ke arah Santoso, pria itu hanya mengangguk, Anissa merasa kalau ucapan pria didepannya ini ada benarnya, dia harus istirahat, “Nanti saya telpoin bapak untuk jemput pak.” Ujar Anisa.

“Gak usah biar nanti saya suruh supir saya antar kamu, dan standby di rumah kamu, kalau kamu udah istirahat dan ingin kembali memantau kondisi Adam, kamu tinggal berangkat aja nanti.” Ucap Santoso.

“Duh malah ngerepotin pak.” Anissa merasa tak enak dengan tawaran Santoso tersebut.

“Gak ada yang direpotkan kok, Adam adalah sahabat saya, bahkan kami sudah seperti saudara, ini adalah bentuk kewajaiban saya sebagai saudara, sebentar saya telpon supir saya itu.” Santoso beranjak menjauh sambil menelpon, Anissa hanya melihat Santoso, apa yang dikatakan Santoso itu ada benarnya, tak ada hal apapun yang bisa dilakukannya sekarang, menunggu disini juga sama sekali tak bisa melihat keberadaan Adam, Nissa akhirnya memutuskan untuk pulang, dia bermaksud untuk bersiap-siap andai Tim Dokter memerintahkan pemindahan Adam ke Jakarta.

***

Betapapun geramnya hati Santoso pada Maya, namun dia juga merasa iba dengan wanita ini, biar bagaimanapun Maya adalah istri sahabatnya, “Pasti dia lelah dan shock dengan kejadian ini, Tim dokter yang akan memeriksa Adam baru datang esok siang, sebaiknya dia beristirahat dulu, sudah hampir pagi, apalagi kondisinya sedang hamil.” Ujar Santoso dalam hati.

Santoso kemudian berkonsultasi dengan perawat, dan akhirnya memutuskan untuk memindahkan Maya ke ruang perawatan yang lebih layak, paling tidak untuk saat ini, hingga nanti ada keputusan dari Tim Dokter mengenai kelanjutan penanganan Adam. Santoso juga akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah, dia berencana kembali ke rumah sakit besok pagi, apalagi kedua pengawalnya juga terlihat lelah.

Sebelum pulang Santoso kembali ke ruangan tempat Maya di rawat, perempuan itu masih tertidur, Santoso duduk sambil memperhatikan Maya, dia benar-benar tak habis pikir, perempuan cantik ini sepertinya bukan perempuan binal yang haus belaian lelaki, “Kenapa sampeyan harus berurusan dengan lelaki bajingan seperti Anto, mbak!”

Santoso benar-benar iba dengan nasib sahabatnya, apalagi saat teringat percakapan dengan Adam beberapa hari lalu, Adam yang begitu tulus ingin mendapatkan anak dari istrinya hingga memutuskan untuk menerima tawaran Edwin, kini harus mendapati istrinya hamil, Santoso tak tahu apa reaksi Adam jika tahu istrinya selingkuh dengan pria yang sama yang membuat Santoso menceraikan istrinya dahulu.

“Apa Maya hamil anak Adam? Atau jangan-jangan malah benih si bangsat! Tapi kenapa Adam cerita kalau istrinya ini sulit hamil? Sampai-sampai Adam merencanakan membawa istrinya ini ke Singapura? Buktinya sekarang dia hamil begitu mudah, sebenarnya apa yang sedang terjadi?” Santoso memijat keningnya, begitu banyak misteri dalam cerita ini, kenapa Maya Selingkuh? Lalu dimana dia kenal Anto? Dan satu lagi kemana perempuan yang bernama Olivia itu, masa perempuan itu membiarkan si bajingan Anto menggoda istri orang lagi?

Begitu banyak pertanyaan berseliweran di benaknya, pertanyaan itu membuatnya sakit kepala, tubuhnya juga terasa lelah, Santoso menghela napas panjang, dia beranjak meninggalkan ruangan tempat Maya di rawat, Hari sudah semakin terang saat ini, Santoso memutuskan untuk pulang ke rumahnya sejenak, sekedar mandi dan istirahat sejenak memulihkan kelelahannya, dan kemudian kembali ke rumah sakit secepatnya sebelum tim Dokter datang.

***

“Fiuhhh, akhirnya selesai juga, waduh lama juga gua ngebersihin apartemen ini, udah pagi nih, tapi gak apa, yang penting Olivia gak bisa mencium jejak perempuan disini, waduh gawat kalau si Oliv sampai tahu aku membawa perempuan kesini.” Anto menjatuhkan tubuhnya ke ranjang, semalaman hingga pagi ini dia benar-benar memeriksa dengan hati-hati agar tak ada satupun kepunyaan Maya yang tertinggal di apartemen, bahkan hal terkecil sekalipun, Anto juga mengganti seprei dengan seprei yang baru, Anto tak mau ambil resiko andai Olivia menemukan aroma bekas parfum Maya atau apapun itu di seprei, Anto tahu kalau Olivia adalah perempuan pintar yang punya insting tajam.

“Duh Maya sekarang lagi apa ya…sayang banget Olivia harus datang secepat ini, hmmmm malam tadi harusnya gue dapat jatah ngentot lagi dengan Maya, duhhhhhh maya benar-benar cewek kualitas super, kulitnya sempurna banget, tubuhnya, aromanya, dan juga manjanya…ahhhhhh..” kontol Anto mulai mengeras membayangkan lenguhan dan erangan Maya saat bersetubuh dengannya.

Angan Anto melayang ke saat dirinya bersama Maya siang tadi di pantai, setelah makan siang di mal mereka menuju pantai, di pantai mereka saling berpegangan tangan dan saling tertawa, Maya begitu manja memeluk lengannya yang kekar saat berjalan menyusuri pantai, Anto tersenyum teringat saat dia dan Maya saling berkejaran di pasir putih, Maya terkikik geli saat Anto menangkap dan membopong tubuhnya, Anto sedikit tertegun, ada suatu perasaan yang tiba-tiba mengiris hatinya, perasaan sukanya semakin bertambah dengan wanita cantik itu.

Anto kembali teringat percakapannya dengan Maya siang itu………..

***

“Mas….aku merasa seneng banget hari ini…” Maya menyender di dada Anto yang memeluknya dari belakang.

“Mas juga dek…seneng banget bisa berdua ama dek Maya lagi, mas kangen banget ama dek Maya..” Ujar Anto setengah berbisik di telinga Maya.

“Mas kangen ama aku? Boong ah..” Maya menggoda Anto.

“Serius sayang, mas kangen berat, masa dek Maya gak ngerasain tadi malam, semua kekangenan udah mas tumpahkan tadi malam. Dek Maya bisa ngerasain kan..” Anto kembali berbisik ditelinga Maya.

“Iya mas…duh kalau inget tadi malem..hihihi..” Maya terkikik geli dan juga malu.

“Dek Maya tadi malam pasti ngerasa puas kan, pssttt…keluar berapa kali dek?” Tanya Anto.

Maya menoleh dan bertatapan dengan pria kekasih gelapnya itu… “Apaan sihhhh…ihhh.” Maya dengan gemas mencubit paha Anto, wajah cantiknya bersemu merah.

“Tuhh,,kalau wajah kamu merah gitu, mas jadi gemes tau..jadi pengen….” Anto sengaja menunda ucapannya.

“Pengen apa..??” tanya Maya menggoda.

“Pengen nyetubuhin mamah..” bisik Anto sambil menjilati lubang telinga Maya.

Maya menggeliat geli, ucapan Anto yang vulgar membuat hatinya berdesir, apalagi lidah pria itu begitu nakal.

“Mamah..?” Maya menoleh sambil tersenyum.

“Ya boleh dong papah panggil dek Maya mamah?” Anto tersenyum menggoda perempuan cantik didekapannya ini.

“Ihh papah,hihihihi…” Maya terkikik geli mendengarnya.

“Hihihihi lucu ya….” Anto juga terkikik geli.

“Mas……..aku… aku gak ingin lagi kita harus sembunyi-sembunyi seperti ini, tapi aku juga bingung….” Maya terdiam.

Anto memeluk Maya dengan erat, “Dek Maya pasti sangat mencintai suami dek Maya kan?”

Maya masih tertunduk namun refleks dia mengangguk, “Tapi aku juga bahagia bersama mas…”

Anto bisa membaca kemana arah pembicaraan ini, Anto yakin kalau perempuan ini sudah ketagihan dengan kepuasan yang didapatkannya, sehingga perempuan ini menjadi bingung dan mulai terbawa perasaan, dan Anto tak menghendaki itu semua terjadi, kalau Maya sampai benar-benar menyukainya dan meninggalkan suaminya, maka segala kesenangan ini akan berakhir bagi Anto.

Anto menyukai situasi seperti ini, baginya mengencani istri orang sangat menantang adrenalinnya, dan membuat hasratnya begitu kuat untuk menyetubuhi perempuan ini, kalau sampai Maya meninggalkan suaminya dan bercerai, maka tak ada lagi tantangan, apalagi ada Olivia, tak mungkin Anto menggantikan posisi Olivia, apalagi dengan seorang Maya yang begitu rapuh.

“Mas kok diem sih..” Tanya Maya.

“Gak kok..mas gak diem, Dek…mas tahu kebimbangan yang dek Maya rasakan, namun Mas bahagia kok walau seperti ini, yang penting kita sama-sama bahagia..mas gak nuntut dek Maya menjadi milik Mas, karena mas yakin dek Maya gak akan siap menghadapi cibiran orang kelak, coba bayangain, perempuan terhormat cantik, kaya, kok malah memilih tukang parkir dan meninggalkan suaminya yang tampan.” Anto mulai memainkan psikologi Maya.

“Mas, aku gak pernah beranggapan seperti itu kok.” Ucap Maya.

“Mas tahu..tapi gimana pendapat orang, teman-teman dek Maya, dan sekeliling dek Maya, apa dek Maya yakin bisa hidup dengan gunjingan seperti itu? Mas cukup bahagia bisa memiliki dek Maya saat ini, walau Cuma sesaat, percayalah mas udah bahagia banget dek..kalau kita nekat egois dengan keinginan kita, maka yang ada malah membuat gak nyaman, terutama bagi dek Maya.”

Maya terdiam, apa yang dikatakan Anto ada benarnya, nyalinya tak cukup kuat menghadapi cibiran dan gunjingan orang, selain itu Maya juga masih sangat mencintai Adam, “Ya mas Anto benar, mungkin sekarang ini lebih baik seperti ini saja dulu.” Batin Maya.

“Mas akan selalu ada kapanpun dek Maya butuh mas, percayalah sayang…” Anto mengenggam erat jemari lentik Maya, perempuan itu membalas dengan hangat, dan semakin merebahkan punggungnya di dada pria kekasih gelapnya. Mata Maya terpejam menikmati hembusan angin laut yang menerpa wajahnya.

***

Bersambung
Ya ampun Maya. Antara Polos, Bodoh dan Baperan beda tipis. Bahkan Mines perbedaannya. Bisa bisanya ketipu omongan gombal macem kecoa kampung.

Di sini terlihat kan kelicikan Kecoa kampung yang cuma mau memek Maya aja, eksperimen seks lebih tepatnya. Dan secara ga langsung bisa merobohkan Pikiran dan psikologis wanita itu sendiri. Mungkin inilah yang membuat Santoso hancur karena melihat mantan istrinya dulu hancur secara kacau dan juga menganggap ini sebuah penghinaan buat Santoso. Ga Ayal Santoso Dendam Total sama kecoa kampung.

Sudah ada saksi perselingkuhan Maya hingga Hamil. Dokter utama, Santoso, bahkan Nissa yang notabene anak baru di circle Adam yang pasti berfikir satu arah bahwa Kecoa kampung yang hamilin Maya.


Di sini ada dua kemungkinan Kecoa kampung bakalan remuk

Santoso turun tangan buat Menghajar Abis abisan atau

Maya yang minta pertanggunjawaban hamil Kecoa kampung dan akhirnya Oliv tau kebusukan piaraannya..

Ditunggu updated hu @pujangga2000
Sehat selalu hu biar rajin update
 
Cerita yg sungguh menguras emosi. Makasih suhu buat triple update nya.
 
Ga kebayang kalo Adam tau jika hamil Maya dari perselingkuhan. Terlebih Cinta Adam yang terlalu dalam buat Maya. Istri yang selalu dikangenin Adam.

Ga kebayang kalo Maya denger bahwa Santoso itu "kawan lama" Kecoa kampung. Yang ternyata pernah tidur sama istri orang sebelumnya. Apa Maya juga siap nyali kalo denger si Kecoa kampung dah punya Pacar si Olivia??

Dampak yang fatal dan beban berat terjadi di Maya sebenarnya. Udah kelewatan Total.

Banyak kejujuran yang belum diketahui Maya dari kecoa Kampung. Fakta kecoa kampung sudah didepan Maya. Dan di part sebelumnya Maya terlihat sinis dengan keakraban suaminya dan Nisa.. Ini bisa mengungkap kejujuran Nisa tentang hatinya dan juga bisa membuat Maya pikiran lebih terbuka (kalo punya). Alur yang sulit ditebak.

Banyak teka teki di sini. Santoso bisa jadi Doni IML. Pengungkap Fakta cinta segitiga ini.

Cuma berharap adis ontheway buat happy ending bersama dalam satu ikatan resmi.
 
Semakin ke sini semakin yakin kalau Maya bakal dimaafin walaupun ane sendiri gak rela kalau bakalan seperti itu.
Tapi ya, ngeliat karakter Adam yang begitu pasti dimaafiinlah meskipun dengan hati yang ancur seancur-ancurnya.
 
Gw tau serumit apapun masalah yg ada antara maya dan adam serta anto........ inyong pasti punya solusinya...... ya gak hu.... @pujangga2000 ......
 
Diary Seorang Istri
Part 60 - Angan Maya


“Gimana Bos, apa saya dan Rebon perlu balik lagi ke Jakarta untuk buat perhitungan dengan curut got itu..” Ucap Murad setengah berbisik, napasnya sedikit tersengal, sepertinya emosinya telah sampai ubun-ubun.

“Ya Bos, kita siap menghajar si bangsat itu sampai mampus, masuk penjara juga kita rela bos.” Rebon memukulkan tinjunya ke telapak tangannya sendiri.

Santoso menatap kedepan, ke arah ruangan tempat Maya di rawat, sepertinya wanita itu tak Santoso memicingkan matanya yang sipit, hatinya sangat geram melihat kelakukan wanita itu, namun Santoso merasa ini bukan saat tepat untuk melampiaskan kekesalannya, prioritas utama adalah kesembuhan sahabatnya itu, Santoso mengangkat tangannya memberikan kode agar kedua anak buahnya itu tak lagi membicarakan Si Pebinor itu.

“Ada waktunya kita akan buat perhitungan dengan bangsat itu, gak sekarang, waktunya gak tepat, tunggu sampai Mas Adam terbebas dari bahaya, baru aku akan buat perhitungan.”

Kedua pria bertampang seram itu tak lagi bicara, mereka paham apa yang diutarakan bosnya itu, Santoso beranjak dari duduknya, didekatinya Anissa, Santoso duduk disamping perempuan cantik itu. Anissa yang menyadari kedatangan Santoso, dia kemudian duduk tegak, Santoso melihat wajah gadis ini sangat lesu, matanya terlihat bengkak.

“Pak..” Sapa Anissa dengan senyum dipaksakan, wajah cantiknya memang terlihat lelah.

“Gimana kronologinya mbak, hingga bisa seperti ini.” Tanya Santoso.

Anissa hanya menggeleng, “Saya juga gak tahu pak, harusnya saya gak kembali ke rumah, kalau saya di hotel gak mungkin kejadian ini menimpa pak Adam, ini salah saya.” Ujar Anissa terbata-bata.

“Semua sudah diatur ama Yang Diatas mbak, bukan salah mbak kok, gak usah terlalu dibebani perasaan bersalah.” Ucap Santoso berusaha menghibur kegundahan hati gadis manis tersebut.

“Sebaiknya mbak pulang dulu aja, nanti biar saya antar, istirahat dulu, nanti mbak…siapa namanya tadi.” Tanya Santoso.

“Panggil aja Nissa pak.” Jawab Anissa.

“Mbak istirahat dulu ya, besok bisa kesini lagi, nanti malah mbak yang sakit.”

“Gak apa pak, saya baik-baik aja, lagipula saya ditugaskan oleh Pak Robert untuk memantau keadaan Pak Adam.” Ujar Anissa.

“Ya saya paham, lagipula gak ada yang bisa kita lakukan disini, mendingan kita sementara pulang, tidur sebentar sambil mengumpulkan energi baru buat besok, mungkin aja besok pak Adam dipindahkan ke Jakarta.” Ucap Santoso.

Anissa melihat ke arah Santoso, pria itu hanya mengangguk, Anissa merasa kalau ucapan pria didepannya ini ada benarnya, dia harus istirahat, “Nanti saya telpoin bapak untuk jemput pak.” Ujar Anisa.

“Gak usah biar nanti saya suruh supir saya antar kamu, dan standby di rumah kamu, kalau kamu udah istirahat dan ingin kembali memantau kondisi Adam, kamu tinggal berangkat aja nanti.” Ucap Santoso.

“Duh malah ngerepotin pak.” Anissa merasa tak enak dengan tawaran Santoso tersebut.

“Gak ada yang direpotkan kok, Adam adalah sahabat saya, bahkan kami sudah seperti saudara, ini adalah bentuk kewajaiban saya sebagai saudara, sebentar saya telpon supir saya itu.” Santoso beranjak menjauh sambil menelpon, Anissa hanya melihat Santoso, apa yang dikatakan Santoso itu ada benarnya, tak ada hal apapun yang bisa dilakukannya sekarang, menunggu disini juga sama sekali tak bisa melihat keberadaan Adam, Nissa akhirnya memutuskan untuk pulang, dia bermaksud untuk bersiap-siap andai Tim Dokter memerintahkan pemindahan Adam ke Jakarta.

***

Betapapun geramnya hati Santoso pada Maya, namun dia juga merasa iba dengan wanita ini, biar bagaimanapun Maya adalah istri sahabatnya, “Pasti dia lelah dan shock dengan kejadian ini, Tim dokter yang akan memeriksa Adam baru datang esok siang, sebaiknya dia beristirahat dulu, sudah hampir pagi, apalagi kondisinya sedang hamil.” Ujar Santoso dalam hati.

Santoso kemudian berkonsultasi dengan perawat, dan akhirnya memutuskan untuk memindahkan Maya ke ruang perawatan yang lebih layak, paling tidak untuk saat ini, hingga nanti ada keputusan dari Tim Dokter mengenai kelanjutan penanganan Adam. Santoso juga akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah, dia berencana kembali ke rumah sakit besok pagi, apalagi kedua pengawalnya juga terlihat lelah.

Sebelum pulang Santoso kembali ke ruangan tempat Maya di rawat, perempuan itu masih tertidur, Santoso duduk sambil memperhatikan Maya, dia benar-benar tak habis pikir, perempuan cantik ini sepertinya bukan perempuan binal yang haus belaian lelaki, “Kenapa sampeyan harus berurusan dengan lelaki bajingan seperti Anto, mbak!”

Santoso benar-benar iba dengan nasib sahabatnya, apalagi saat teringat percakapan dengan Adam beberapa hari lalu, Adam yang begitu tulus ingin mendapatkan anak dari istrinya hingga memutuskan untuk menerima tawaran Edwin, kini harus mendapati istrinya hamil, Santoso tak tahu apa reaksi Adam jika tahu istrinya selingkuh dengan pria yang sama yang membuat Santoso menceraikan istrinya dahulu.

“Apa Maya hamil anak Adam? Atau jangan-jangan malah benih si bangsat! Tapi kenapa Adam cerita kalau istrinya ini sulit hamil? Sampai-sampai Adam merencanakan membawa istrinya ini ke Singapura? Buktinya sekarang dia hamil begitu mudah, sebenarnya apa yang sedang terjadi?” Santoso memijat keningnya, begitu banyak misteri dalam cerita ini, kenapa Maya Selingkuh? Lalu dimana dia kenal Anto? Dan satu lagi kemana perempuan yang bernama Olivia itu, masa perempuan itu membiarkan si bajingan Anto menggoda istri orang lagi?

Begitu banyak pertanyaan berseliweran di benaknya, pertanyaan itu membuatnya sakit kepala, tubuhnya juga terasa lelah, Santoso menghela napas panjang, dia beranjak meninggalkan ruangan tempat Maya di rawat, Hari sudah semakin terang saat ini, Santoso memutuskan untuk pulang ke rumahnya sejenak, sekedar mandi dan istirahat sejenak memulihkan kelelahannya, dan kemudian kembali ke rumah sakit secepatnya sebelum tim Dokter datang.

***

“Fiuhhh, akhirnya selesai juga, waduh lama juga gua ngebersihin apartemen ini, udah pagi nih, tapi gak apa, yang penting Olivia gak bisa mencium jejak perempuan disini, waduh gawat kalau si Oliv sampai tahu aku membawa perempuan kesini.” Anto menjatuhkan tubuhnya ke ranjang, semalaman hingga pagi ini dia benar-benar memeriksa dengan hati-hati agar tak ada satupun kepunyaan Maya yang tertinggal di apartemen, bahkan hal terkecil sekalipun, Anto juga mengganti seprei dengan seprei yang baru, Anto tak mau ambil resiko andai Olivia menemukan aroma bekas parfum Maya atau apapun itu di seprei, Anto tahu kalau Olivia adalah perempuan pintar yang punya insting tajam.

“Duh Maya sekarang lagi apa ya…sayang banget Olivia harus datang secepat ini, hmmmm malam tadi harusnya gue dapat jatah ngentot lagi dengan Maya, duhhhhhh maya benar-benar cewek kualitas super, kulitnya sempurna banget, tubuhnya, aromanya, dan juga manjanya…ahhhhhh..” kontol Anto mulai mengeras membayangkan lenguhan dan erangan Maya saat bersetubuh dengannya.

Angan Anto melayang ke saat dirinya bersama Maya siang tadi di pantai, setelah makan siang di mal mereka menuju pantai, di pantai mereka saling berpegangan tangan dan saling tertawa, Maya begitu manja memeluk lengannya yang kekar saat berjalan menyusuri pantai, Anto tersenyum teringat saat dia dan Maya saling berkejaran di pasir putih, Maya terkikik geli saat Anto menangkap dan membopong tubuhnya, Anto sedikit tertegun, ada suatu perasaan yang tiba-tiba mengiris hatinya, perasaan sukanya semakin bertambah dengan wanita cantik itu.

Anto kembali teringat percakapannya dengan Maya siang itu………..

***

“Mas….aku merasa seneng banget hari ini…” Maya menyender di dada Anto yang memeluknya dari belakang.

“Mas juga dek…seneng banget bisa berdua ama dek Maya lagi, mas kangen banget ama dek Maya..” Ujar Anto setengah berbisik di telinga Maya.

“Mas kangen ama aku? Boong ah..” Maya menggoda Anto.

“Serius sayang, mas kangen berat, masa dek Maya gak ngerasain tadi malam, semua kekangenan udah mas tumpahkan tadi malam. Dek Maya bisa ngerasain kan..” Anto kembali berbisik ditelinga Maya.

“Iya mas…duh kalau inget tadi malem..hihihi..” Maya terkikik geli dan juga malu.

“Dek Maya tadi malam pasti ngerasa puas kan, pssttt…keluar berapa kali dek?” Tanya Anto.

Maya menoleh dan bertatapan dengan pria kekasih gelapnya itu… “Apaan sihhhh…ihhh.” Maya dengan gemas mencubit paha Anto, wajah cantiknya bersemu merah.

“Tuhh,,kalau wajah kamu merah gitu, mas jadi gemes tau..jadi pengen….” Anto sengaja menunda ucapannya.

“Pengen apa..??” tanya Maya menggoda.

“Pengen nyetubuhin mamah..” bisik Anto sambil menjilati lubang telinga Maya.

Maya menggeliat geli, ucapan Anto yang vulgar membuat hatinya berdesir, apalagi lidah pria itu begitu nakal.

“Mamah..?” Maya menoleh sambil tersenyum.

“Ya boleh dong papah panggil dek Maya mamah?” Anto tersenyum menggoda perempuan cantik didekapannya ini.

“Ihh papah,hihihihi…” Maya terkikik geli mendengarnya.

“Hihihihi lucu ya….” Anto juga terkikik geli.

“Mas……..aku… aku gak ingin lagi kita harus sembunyi-sembunyi seperti ini, tapi aku juga bingung….” Maya terdiam.

Anto memeluk Maya dengan erat, “Dek Maya pasti sangat mencintai suami dek Maya kan?”

Maya masih tertunduk namun refleks dia mengangguk, “Tapi aku juga bahagia bersama mas…”

Anto bisa membaca kemana arah pembicaraan ini, Anto yakin kalau perempuan ini sudah ketagihan dengan kepuasan yang didapatkannya, sehingga perempuan ini menjadi bingung dan mulai terbawa perasaan, dan Anto tak menghendaki itu semua terjadi, kalau Maya sampai benar-benar menyukainya dan meninggalkan suaminya, maka segala kesenangan ini akan berakhir bagi Anto.

Anto menyukai situasi seperti ini, baginya mengencani istri orang sangat menantang adrenalinnya, dan membuat hasratnya begitu kuat untuk menyetubuhi perempuan ini, kalau sampai Maya meninggalkan suaminya dan bercerai, maka tak ada lagi tantangan, apalagi ada Olivia, tak mungkin Anto menggantikan posisi Olivia, apalagi dengan seorang Maya yang begitu rapuh.

“Mas kok diem sih..” Tanya Maya.

“Gak kok..mas gak diem, Dek…mas tahu kebimbangan yang dek Maya rasakan, namun Mas bahagia kok walau seperti ini, yang penting kita sama-sama bahagia..mas gak nuntut dek Maya menjadi milik Mas, karena mas yakin dek Maya gak akan siap menghadapi cibiran orang kelak, coba bayangain, perempuan terhormat cantik, kaya, kok malah memilih tukang parkir dan meninggalkan suaminya yang tampan.” Anto mulai memainkan psikologi Maya.

“Mas, aku gak pernah beranggapan seperti itu kok.” Ucap Maya.

“Mas tahu..tapi gimana pendapat orang, teman-teman dek Maya, dan sekeliling dek Maya, apa dek Maya yakin bisa hidup dengan gunjingan seperti itu? Mas cukup bahagia bisa memiliki dek Maya saat ini, walau Cuma sesaat, percayalah mas udah bahagia banget dek..kalau kita nekat egois dengan keinginan kita, maka yang ada malah membuat gak nyaman, terutama bagi dek Maya.”

Maya terdiam, apa yang dikatakan Anto ada benarnya, nyalinya tak cukup kuat menghadapi cibiran dan gunjingan orang, selain itu Maya juga masih sangat mencintai Adam, “Ya mas Anto benar, mungkin sekarang ini lebih baik seperti ini saja dulu.” Batin Maya.

“Mas akan selalu ada kapanpun dek Maya butuh mas, percayalah sayang…” Anto mengenggam erat jemari lentik Maya, perempuan itu membalas dengan hangat, dan semakin merebahkan punggungnya di dada pria kekasih gelapnya. Mata Maya terpejam menikmati hembusan angin laut yang menerpa wajahnya.

***

Bersambung
maya baper nich,tau dia hamil ma anto kaya nya maya mau nikah jg ma anto..tinggal lihat seru nya pertarungan kata2 maya dan anto,walau pun anto lbih suka maya tp bagi anto,maya tdk sekuat olive yg bnyak anak buahnya...maya hanyalah seorang wanita yg manja
 
Bimabet
Diary Seorang Istri
Part 60 - Angan Maya


“Gimana Bos, apa saya dan Rebon perlu balik lagi ke Jakarta untuk buat perhitungan dengan curut got itu..” Ucap Murad setengah berbisik, napasnya sedikit tersengal, sepertinya emosinya telah sampai ubun-ubun.

“Ya Bos, kita siap menghajar si bangsat itu sampai mampus, masuk penjara juga kita rela bos.” Rebon memukulkan tinjunya ke telapak tangannya sendiri.

Santoso menatap kedepan, ke arah ruangan tempat Maya di rawat, sepertinya wanita itu tak Santoso memicingkan matanya yang sipit, hatinya sangat geram melihat kelakukan wanita itu, namun Santoso merasa ini bukan saat tepat untuk melampiaskan kekesalannya, prioritas utama adalah kesembuhan sahabatnya itu, Santoso mengangkat tangannya memberikan kode agar kedua anak buahnya itu tak lagi membicarakan Si Pebinor itu.

“Ada waktunya kita akan buat perhitungan dengan bangsat itu, gak sekarang, waktunya gak tepat, tunggu sampai Mas Adam terbebas dari bahaya, baru aku akan buat perhitungan.”

Kedua pria bertampang seram itu tak lagi bicara, mereka paham apa yang diutarakan bosnya itu, Santoso beranjak dari duduknya, didekatinya Anissa, Santoso duduk disamping perempuan cantik itu. Anissa yang menyadari kedatangan Santoso, dia kemudian duduk tegak, Santoso melihat wajah gadis ini sangat lesu, matanya terlihat bengkak.

“Pak..” Sapa Anissa dengan senyum dipaksakan, wajah cantiknya memang terlihat lelah.

“Gimana kronologinya mbak, hingga bisa seperti ini.” Tanya Santoso.

Anissa hanya menggeleng, “Saya juga gak tahu pak, harusnya saya gak kembali ke rumah, kalau saya di hotel gak mungkin kejadian ini menimpa pak Adam, ini salah saya.” Ujar Anissa terbata-bata.

“Semua sudah diatur ama Yang Diatas mbak, bukan salah mbak kok, gak usah terlalu dibebani perasaan bersalah.” Ucap Santoso berusaha menghibur kegundahan hati gadis manis tersebut.

“Sebaiknya mbak pulang dulu aja, nanti biar saya antar, istirahat dulu, nanti mbak…siapa namanya tadi.” Tanya Santoso.

“Panggil aja Nissa pak.” Jawab Anissa.

“Mbak istirahat dulu ya, besok bisa kesini lagi, nanti malah mbak yang sakit.”

“Gak apa pak, saya baik-baik aja, lagipula saya ditugaskan oleh Pak Robert untuk memantau keadaan Pak Adam.” Ujar Anissa.

“Ya saya paham, lagipula gak ada yang bisa kita lakukan disini, mendingan kita sementara pulang, tidur sebentar sambil mengumpulkan energi baru buat besok, mungkin aja besok pak Adam dipindahkan ke Jakarta.” Ucap Santoso.

Anissa melihat ke arah Santoso, pria itu hanya mengangguk, Anissa merasa kalau ucapan pria didepannya ini ada benarnya, dia harus istirahat, “Nanti saya telpoin bapak untuk jemput pak.” Ujar Anisa.

“Gak usah biar nanti saya suruh supir saya antar kamu, dan standby di rumah kamu, kalau kamu udah istirahat dan ingin kembali memantau kondisi Adam, kamu tinggal berangkat aja nanti.” Ucap Santoso.

“Duh malah ngerepotin pak.” Anissa merasa tak enak dengan tawaran Santoso tersebut.

“Gak ada yang direpotkan kok, Adam adalah sahabat saya, bahkan kami sudah seperti saudara, ini adalah bentuk kewajaiban saya sebagai saudara, sebentar saya telpon supir saya itu.” Santoso beranjak menjauh sambil menelpon, Anissa hanya melihat Santoso, apa yang dikatakan Santoso itu ada benarnya, tak ada hal apapun yang bisa dilakukannya sekarang, menunggu disini juga sama sekali tak bisa melihat keberadaan Adam, Nissa akhirnya memutuskan untuk pulang, dia bermaksud untuk bersiap-siap andai Tim Dokter memerintahkan pemindahan Adam ke Jakarta.

***

Betapapun geramnya hati Santoso pada Maya, namun dia juga merasa iba dengan wanita ini, biar bagaimanapun Maya adalah istri sahabatnya, “Pasti dia lelah dan shock dengan kejadian ini, Tim dokter yang akan memeriksa Adam baru datang esok siang, sebaiknya dia beristirahat dulu, sudah hampir pagi, apalagi kondisinya sedang hamil.” Ujar Santoso dalam hati.

Santoso kemudian berkonsultasi dengan perawat, dan akhirnya memutuskan untuk memindahkan Maya ke ruang perawatan yang lebih layak, paling tidak untuk saat ini, hingga nanti ada keputusan dari Tim Dokter mengenai kelanjutan penanganan Adam. Santoso juga akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah, dia berencana kembali ke rumah sakit besok pagi, apalagi kedua pengawalnya juga terlihat lelah.

Sebelum pulang Santoso kembali ke ruangan tempat Maya di rawat, perempuan itu masih tertidur, Santoso duduk sambil memperhatikan Maya, dia benar-benar tak habis pikir, perempuan cantik ini sepertinya bukan perempuan binal yang haus belaian lelaki, “Kenapa sampeyan harus berurusan dengan lelaki bajingan seperti Anto, mbak!”

Santoso benar-benar iba dengan nasib sahabatnya, apalagi saat teringat percakapan dengan Adam beberapa hari lalu, Adam yang begitu tulus ingin mendapatkan anak dari istrinya hingga memutuskan untuk menerima tawaran Edwin, kini harus mendapati istrinya hamil, Santoso tak tahu apa reaksi Adam jika tahu istrinya selingkuh dengan pria yang sama yang membuat Santoso menceraikan istrinya dahulu.

“Apa Maya hamil anak Adam? Atau jangan-jangan malah benih si bangsat! Tapi kenapa Adam cerita kalau istrinya ini sulit hamil? Sampai-sampai Adam merencanakan membawa istrinya ini ke Singapura? Buktinya sekarang dia hamil begitu mudah, sebenarnya apa yang sedang terjadi?” Santoso memijat keningnya, begitu banyak misteri dalam cerita ini, kenapa Maya Selingkuh? Lalu dimana dia kenal Anto? Dan satu lagi kemana perempuan yang bernama Olivia itu, masa perempuan itu membiarkan si bajingan Anto menggoda istri orang lagi?

Begitu banyak pertanyaan berseliweran di benaknya, pertanyaan itu membuatnya sakit kepala, tubuhnya juga terasa lelah, Santoso menghela napas panjang, dia beranjak meninggalkan ruangan tempat Maya di rawat, Hari sudah semakin terang saat ini, Santoso memutuskan untuk pulang ke rumahnya sejenak, sekedar mandi dan istirahat sejenak memulihkan kelelahannya, dan kemudian kembali ke rumah sakit secepatnya sebelum tim Dokter datang.

***

“Fiuhhh, akhirnya selesai juga, waduh lama juga gua ngebersihin apartemen ini, udah pagi nih, tapi gak apa, yang penting Olivia gak bisa mencium jejak perempuan disini, waduh gawat kalau si Oliv sampai tahu aku membawa perempuan kesini.” Anto menjatuhkan tubuhnya ke ranjang, semalaman hingga pagi ini dia benar-benar memeriksa dengan hati-hati agar tak ada satupun kepunyaan Maya yang tertinggal di apartemen, bahkan hal terkecil sekalipun, Anto juga mengganti seprei dengan seprei yang baru, Anto tak mau ambil resiko andai Olivia menemukan aroma bekas parfum Maya atau apapun itu di seprei, Anto tahu kalau Olivia adalah perempuan pintar yang punya insting tajam.

“Duh Maya sekarang lagi apa ya…sayang banget Olivia harus datang secepat ini, hmmmm malam tadi harusnya gue dapat jatah ngentot lagi dengan Maya, duhhhhhh maya benar-benar cewek kualitas super, kulitnya sempurna banget, tubuhnya, aromanya, dan juga manjanya…ahhhhhh..” kontol Anto mulai mengeras membayangkan lenguhan dan erangan Maya saat bersetubuh dengannya.

Angan Anto melayang ke saat dirinya bersama Maya siang tadi di pantai, setelah makan siang di mal mereka menuju pantai, di pantai mereka saling berpegangan tangan dan saling tertawa, Maya begitu manja memeluk lengannya yang kekar saat berjalan menyusuri pantai, Anto tersenyum teringat saat dia dan Maya saling berkejaran di pasir putih, Maya terkikik geli saat Anto menangkap dan membopong tubuhnya, Anto sedikit tertegun, ada suatu perasaan yang tiba-tiba mengiris hatinya, perasaan sukanya semakin bertambah dengan wanita cantik itu.

Anto kembali teringat percakapannya dengan Maya siang itu………..

***

“Mas….aku merasa seneng banget hari ini…” Maya menyender di dada Anto yang memeluknya dari belakang.

“Mas juga dek…seneng banget bisa berdua ama dek Maya lagi, mas kangen banget ama dek Maya..” Ujar Anto setengah berbisik di telinga Maya.

“Mas kangen ama aku? Boong ah..” Maya menggoda Anto.

“Serius sayang, mas kangen berat, masa dek Maya gak ngerasain tadi malam, semua kekangenan udah mas tumpahkan tadi malam. Dek Maya bisa ngerasain kan..” Anto kembali berbisik ditelinga Maya.

“Iya mas…duh kalau inget tadi malem..hihihi..” Maya terkikik geli dan juga malu.

“Dek Maya tadi malam pasti ngerasa puas kan, pssttt…keluar berapa kali dek?” Tanya Anto.

Maya menoleh dan bertatapan dengan pria kekasih gelapnya itu… “Apaan sihhhh…ihhh.” Maya dengan gemas mencubit paha Anto, wajah cantiknya bersemu merah.

“Tuhh,,kalau wajah kamu merah gitu, mas jadi gemes tau..jadi pengen….” Anto sengaja menunda ucapannya.

“Pengen apa..??” tanya Maya menggoda.

“Pengen nyetubuhin mamah..” bisik Anto sambil menjilati lubang telinga Maya.

Maya menggeliat geli, ucapan Anto yang vulgar membuat hatinya berdesir, apalagi lidah pria itu begitu nakal.

“Mamah..?” Maya menoleh sambil tersenyum.

“Ya boleh dong papah panggil dek Maya mamah?” Anto tersenyum menggoda perempuan cantik didekapannya ini.

“Ihh papah,hihihihi…” Maya terkikik geli mendengarnya.

“Hihihihi lucu ya….” Anto juga terkikik geli.

“Mas……..aku… aku gak ingin lagi kita harus sembunyi-sembunyi seperti ini, tapi aku juga bingung….” Maya terdiam.

Anto memeluk Maya dengan erat, “Dek Maya pasti sangat mencintai suami dek Maya kan?”

Maya masih tertunduk namun refleks dia mengangguk, “Tapi aku juga bahagia bersama mas…”

Anto bisa membaca kemana arah pembicaraan ini, Anto yakin kalau perempuan ini sudah ketagihan dengan kepuasan yang didapatkannya, sehingga perempuan ini menjadi bingung dan mulai terbawa perasaan, dan Anto tak menghendaki itu semua terjadi, kalau Maya sampai benar-benar menyukainya dan meninggalkan suaminya, maka segala kesenangan ini akan berakhir bagi Anto.

Anto menyukai situasi seperti ini, baginya mengencani istri orang sangat menantang adrenalinnya, dan membuat hasratnya begitu kuat untuk menyetubuhi perempuan ini, kalau sampai Maya meninggalkan suaminya dan bercerai, maka tak ada lagi tantangan, apalagi ada Olivia, tak mungkin Anto menggantikan posisi Olivia, apalagi dengan seorang Maya yang begitu rapuh.

“Mas kok diem sih..” Tanya Maya.

“Gak kok..mas gak diem, Dek…mas tahu kebimbangan yang dek Maya rasakan, namun Mas bahagia kok walau seperti ini, yang penting kita sama-sama bahagia..mas gak nuntut dek Maya menjadi milik Mas, karena mas yakin dek Maya gak akan siap menghadapi cibiran orang kelak, coba bayangain, perempuan terhormat cantik, kaya, kok malah memilih tukang parkir dan meninggalkan suaminya yang tampan.” Anto mulai memainkan psikologi Maya.

“Mas, aku gak pernah beranggapan seperti itu kok.” Ucap Maya.

“Mas tahu..tapi gimana pendapat orang, teman-teman dek Maya, dan sekeliling dek Maya, apa dek Maya yakin bisa hidup dengan gunjingan seperti itu? Mas cukup bahagia bisa memiliki dek Maya saat ini, walau Cuma sesaat, percayalah mas udah bahagia banget dek..kalau kita nekat egois dengan keinginan kita, maka yang ada malah membuat gak nyaman, terutama bagi dek Maya.”

Maya terdiam, apa yang dikatakan Anto ada benarnya, nyalinya tak cukup kuat menghadapi cibiran dan gunjingan orang, selain itu Maya juga masih sangat mencintai Adam, “Ya mas Anto benar, mungkin sekarang ini lebih baik seperti ini saja dulu.” Batin Maya.

“Mas akan selalu ada kapanpun dek Maya butuh mas, percayalah sayang…” Anto mengenggam erat jemari lentik Maya, perempuan itu membalas dengan hangat, dan semakin merebahkan punggungnya di dada pria kekasih gelapnya. Mata Maya terpejam menikmati hembusan angin laut yang menerpa wajahnya.

***

Bersambung
Meng sedih akhirnya....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd