Diari Seorang Istri - Part 26
“Pak Bud, saya izin pulang siang ini ya, semua kerjaan udah beres, soalnya saya ada urusan.” Ucap Maya di ruangan Pak Budi.
Pria paruh baya berkacamata tebal itu melihat ke arah Maya, “Ya gak apa-apa May.., ohh kamu mau antar Milla ke rumah sakit?” Tanya Pak Budi.
“Iya sekalian itu juga, gak apa kan ya pak..plisss.” Ujar Maya setengah merayu.
“Ya gak apa, lagian juga kerjaan kamu udah beres semua, tapi jangan sering-sering ya.***k enak sama yang lain..” ujar Pak Budi.
“Oke pak, thanks ya..” Maya tersenyum dan berpamitan pada atasannya itu, Pak budi hanya tersenyum, Maya sudah seperti anak sendiri baginya, apalagi kinerja Maya diperusahaan cukup bagus dan setiap pekerjaannya selalu selesai dengan sempurna, sehingga tak ada alasan bagi Pak Budi menolak permintaan Maya.
Maya tersenyum-senyum saat menuju meja kerjanya, handphone di sakunya berbunyi, dilihatnya nama suaminya memanggil.
“Assalamualaikum Yank..” sapa Maya
“Walaikum salam, yank, itu Milla kenapa ya?” Tanya Adam
“Maksudnya?” Tanya Maya tak mengerti.
“Itu loh statusnya kok galau gitu..” jawab Adam.
“Ohh itu, ihh kamu kepo ya suka liat status orang..” Ujar Maya, kemudian Maya menceritakan apa yang terjadi dengan Milla, dan juga soal Fajar yang diduga terkena kanker.
“Ya ampunn..kasian ya Fajar..” respon Adam setelah mendengar cerita istrinya.
“Tapi kan belum tentu juga yank, doain aja supaya berita dari dokter adalah berita baik..” ujar Maya.
“Aamiin…” Sahut Adam.
“Yank..kamu nanti gak usah jemput ya..aku pulang sendiri, ohh ya kalau aku pulang terlambat jangan marahin ya..” Ujar Maya.
“Ohh kamu mau temanin Milla ya..” Tanya Adam.
“Hmmm…” Maya menjawab sambil menggigit bibirnya, dia sungguh sulit berbohong pada suaminya ini, apalagi sekarang melibatkan Milla lagi.
“Ohh ya yank, kamu nelpon mau nanya status Milla aja?” Tanya Maya.
“Gak juga sih, aku tadi mau kasih tau kamu kalau mungkin nanti aku gak jemput, soalnya ada rapat dengan klien sampai malam, eh malah kamu tadi bilang gak usah dijemput..” jawab Adam.
“Pasti kamu mau ke panti pijat lagi…ya udah teserah kamu aja, aku juga bisa kaya kamu kok..” Ucap Maya dalam Hati, foto-foto saat Adam di panti pijat kembali terngiang di benaknya.
“Kok diem yank, kamu lagi sibuk?” Tanya Adam membuyarkan lamunan Maya.
“Ya..ya udah ya yank, aku banyak kerjaan nih..” Maya merasa mulai bete, dia tak ingin berlama-lama bicara dengan suaminya.
“Ya..jangan lupa makan ya yank, walau sibuk tetap harus makan..” ujar Adam lembut.
Maya cemberut dan melotot ke arah hpnya, “Ya…ya udah ya..bye likumm..” Maya menutup hpnya.
Di tempat lain, Adam sedikit kaget melihat ke arah hpnya, kenapa tiba-tiba Maya memutuskan telponnya begitu saja, “Ohh mungkin dia lagi emosi mendengar Fajar…” Adam menganggukan kepalanya dan meletakkan Hpnya diatas meja kerjanya.
Tok!..Tok!
“Ya masuk..” Sahut Adam.
Dari balik pintu sosok wajah manis muncul sambil tersenyum, “Maaf pak..ini saya mau berikan konsep materi untuk rapat.” Anissa berdiri sambil memegang sebuah map berwarna kuning.
“Ohh.. kamu cepat juga ya, mana sini coba saya periksa.” Ujar Adam.
Nisa mendekati bosnya itu, Adam meghampiri Nisa, dan melihat konsep materi yang sudah dibuat oleh Nisa.
Nisa sedikit gugup saat berada di samping Adam, hatinya berdegup kencang, sekilas Nisa melirik kearah pria tampan dan beraroma harum disampingnya ini, Nisa memperhatikan raut wajah bosnya dari samping, Adam tak menyadari kalau gadis manis disampingnya ini tengah memperhatikan dirinya, Adam tengah serius memeriksa konsep materi yang telah dibuat Nissa.
“Padat dan singkat serta sangat menarik, wahh hebat kamu Nis, kamu bisa menerjemaahkan apa yang saya mau, konsep ini perfect..bravo..” Adam menepuk pundak gadis manis itu.
Nisa sedikit kaget melihat respon bos tampannya, begitu juga dengan Adam, seketika dia menyadari kalau dia sudah terbawa suasana senang, Adam khawatir kalau tepukannya dianggap melecehkan gadis itu.
“Maaf-maaf Nis, saya terlalu senang, jadinya kebawa suasana, maaaf ya..” Ujar Adam.
Nisa memerah mukanya, hatinya berdegup kencang saat wajahnya sangat dekat dengan wajah tampan bosnya itu, sungguh Nisa tak keberatan dengan tepukan lembut itu, “Gak apa pak…” ujar Nia sambil tersenyum malu.
“Oke konsep ini sudah sempurna, silahkan kamu langsung buat materinya, nanti jam empat atau lima kita berangkat ke klien, oh ya jam tiga harus beres ya Nis, soalnya saya musti kasih materi ini ke pak robert buat acc.” Ujar Adam.
“Baik Pak..oh ya pak, kira-kira sampai jam berapa rapatnya ya.” Tanya Anissa.
“Hmm biasanya ampe malam Nis, apa kamu ada acara lain?” Adam balas bertanya.
“Gak ada sih pak, saya mau kasih tau tante kalau ada rapat di kAntor, jadi tante bisa jemput jam berapa gitu.” Jawb Nisa polos.
“Ohh tante yang ketemu di bandara itu ya.” Tanya Adam, Nissa hanya mengangguk.
“Kamu telpon aja tante kamu, bilang gak usah dijemput, nanti saya yang antar kamu pulang.” Lanjut Adam.
“Ya pak..” Ujar Nissa.
“Ya sudah kamu makan dulu sana, di ujung kAntor sebelah kiri ada warung yang enak, makan disitu aja.”
“Saya bawa makanan dari rumah pak..” ujar Nissa.
“Hmmm…ya udah, makan dulu baru kerja lagi..” Ucap Adam.
“Baik pak, saya permisi dulu, insya Allah jam tiga sudah selesai..” ujar Anissa yang kemudian berpamitan dan keluar dari ruangan Adam.
Adam memeperhatikan gadis manis yang baru saja keluar dari ruangannya, Adam tersenyum melihat kecanggungan gadis itu, sikapnya berbeda 180 derajat dibandingkan pertama kali bertemu, “Mungkin karena posisi kita dikAntor yang membuatnya canggung..” Benak Adam, tiba-tiba suara dering telpon berbunyi, Adam menjawab pangilan itu..
****
“Stop pak disini aja..” Maya menepuk pundak pengemudi ojol yang dia tumpangi, pengemudi ojol segera menepi untuk berhenti.
“Ini pak, ambil aja kembaliannya..” Ujar Maya memberikan selembar uang dua puluh ribuan.
“Makasih ya mbak..” pengemudi Ojol itu segera berlalu dari tempat tersebut.
Maya celingukan mencari sosok yang ingin ditemui, seorang pria di sebelah mobil Avanza hitam melambaikan tangan padanya, Maya tersenyum simpul dan balas melambaikan tangan, Maya bergegas menghampiri pria tersebut.
Pria itu membukakan pintu mobil untuk Maya, dengan sumringah tanpa ragu sedikitpun Maya naik ke mobil tersebut, setelah itu pria itu bergegas menuju ke tempatnya di balik kemudi.
“Duhh kamu tambah cantik banget dek..” Ujar Anto melirik Maya.
Maya hanya tersenyum tersipu-sipu, dia merasa bingung harus menjawab apa, hatinya berdesir-desir penuh gairah.
“Aihh tambah cantik kalau tersipu gitu..” goda Anto.
“Ihh apaan sih mas…” Maya mencubit pelan paha Anto.
“Duhh…agak keatas dikit dong nyubitnya..” Anto menangkap tangan halus Maya, dan mengarahkannya ke gundukan di tengah celananya.
Maya sedikitpun tak berniat menarik tangannya, hatinya semakin berdegup kencang, dibiarkan Anto menggesekkan tangannya ke gundukan itu.
“Aku dan Bobi kangen banget ama kamu dek..” Ucap Anto.
“Bobi siapa mas..” Tanya Maya bingung.
“Ini yang kamu sedang elus, namanya bobi hehehe..” Anto tertawa mesum.
Seketika Maya menarik tangannya “Ihhhh…., ada-ada aja..” pipi Maya semakin merona karena malu..
“Kita mau kemana mas?” Tanya Maya.
“Kita mau ke suatu tempat dek, tempatnya aman dan privat..” jawab Anto melirik Maya.
Maya memperhatikan wajah pria disampingnya, dengan manja Maya membaringkan kepalanya di pundak Anto, Maya mengenggam gundukan itu kembali tanpa malu..
Anto sedikit terkejut melihat perubahan Maya, sungguh tak menyangka Maya bisa melakukan itu, “duhh jangan kelamaan disitu dek, ntar aku gak bisa konsen..” ucap Anto.
“Hmmm….” Hanya itu respon Maya, sungguh dia tak peduli lagi dengan apapun, yang dia inginkan saat ini hanya ingin menikmati momen saat ini, apalagi tadi suaminya Adam bilang akan rapat lagi, dan Maya sungguh benci dengan kata-kata rapat itu, di benaknya, Maya beranggapan kalau Adam adalah pembohong dan tukang selingkuh, Maya tanpa ragu menyimpulkan kalau suaminya itu akan kembali menghabiskan waktu dengan pelacur-pelacur di panti pijat itu lagi.
“Aku juga bisa yank melakukan apa yang kamu lakukan…” Ujar Maya dalam hati.
Anto sesekali melirik ke arah Maya yang sedang bersandar manja di bahunya, Anto tersenyum melihat wanita cantik itu sudah menyerahkan dirinya secara pasrah, di kaca tengah Anto melihat wajah Maya tengah termenung seolah memikirkan sesuatu, Anto tak ingin menganggu Maya, dia yakin kalau wanita cantik ini telah bertekuk lutut padanya.
“Mau makan dulu apa gimana dek.” Tanya Anto.
“Hmmm, mas lapar?” Maya balas bertanya.
“Belum sih, kali dek Maya lapar.” Ujar Anto.
“Sama aku juga belum lapar, nanti aja makannya mas, apa tempatnya masih jauh?” Tanya Maya.
“Gak..sekitar dua kilo lagi, ya udah nanti aja makannya ya, kalau nanti lapar pesen lewat aplikasi aja ya..” Jawab Anto.
Maya mengangguk tanpa melepaskan kepalanya dari bahu Anto.
Mobil yang dikendarai Anto memasuki komplek apartemen mewah, Maya sedikit heran dan memandang pria disampingnya itu, Anto hanya tersenyum menjawab keheranan Maya itu.
Maya memperbaiki duduknya, mobil itu menuju ke basement parkir, tak lama setelah berputar sejenak, mobil itu terparkir sempurna, Anto memandang Maya, “Sudah sampai dek.”
Maya memandang wajahnya di cermin tengah, sepertinya tak ada yang perlu dirapihkan, Anto juga sudah turun dari mobil dan membuka pintu mobil disisi Maya, Anto membantu Maya turun.
Maya melihat sekeliling tempat parkir ini, tak begitu banyak mobil terparkir, ya karena ini masih jam kerja, tentunya mereka sedang sibuk di tempat kerja masing-masing, “Ini dimana mas.” Tanya Maya sambil merapihkan pakaiannya.
“Tempat teman dek, beliau lagi ke luar negeri, jadi kuncinya di percayakan pada mas.” Jawab Anto lalu meraih jari Maya, tanpa berusaha menghindar, Maya membiarkan jemarinya di genggam Anto, mereka kemudian berjalan saling berpegangan.
Anto memencet angka 20 di dalam lift, kembali Anto meraih jemari Maya dan menciumnya, Maya hanya tersenyum tersipu merespon, tak ada pembicaraan diantara mereka, hanya tatapan penuh gairah terpancar di mata kedua insan itu.
Tak lama pintu lift terbuka, Anto membimbing Maya keluar lift, kebetulan kamar yang dituju tak terlalu jauh dari lift, Anto memencet kode tombol kunci, “Silahkan masuk dek.” Maya tersenyum dan melangkah masuk.
Apartemen ini terdiri dari dua kamar, ruangan apartemen ini tidak terlalu luas, namun terkesan cukup mewah, Maya memperhatikan foto-foto yang tergantung di dinding, ada foto seorang wanita cantik berwajah indo dengan figura berwarna keemasan berukuran besar, Maya sedikit mengernyitkan kening merasa ingin tahu siapa perempuan itu.
“Itu istri teman yang punya apartemen ini dek..mereka sedang liburan di luar negeri.” Ujar Anto menjawab rasa penasaran Maya.
Maya sedikit heran kenapa tidak ada foto teman yang dimaksud oleh Anto, dan sepertinya Anto paham keheranan perempuan cantik itu, “Teman saya itu malas pasang foto dek, dia mengagumi istrinya makanya hanya foto istrinya yang ada disini.”
“Kok bisa gitu ya mas..” Maya merasa sedikit heran.
Anto hanya menggerakan bahunya, Anto kemudian mengikuti Maya yang sepertinya penasaran dengan keadaan apartemen ini, Maya menyibakkan tirai besar di ruang Tv, “Waw pemandangannya bagus ya mas..” Maya melihat kaca itu rupanya sebuah pintu geser menuju ke balkon, Maya menggeser pintu itu dan melangkah ke balkon, Maya melihat suasana lalu lintas di bawah sana, serta beberapa gedung tinggi yang ada disekitar apartemen ini.
“Anginnya kencang dek disini.” Anto tiba-tiba telah berdiri di belakang Maya, Anto memeluk pinggang wanita cantik itu.
“Tenang ya mas disini…” Ujar Maya, dibiarkan Anto memeluknya.
“Aku kangen banget ama kamu dek…” Anto berbisik lirih di telinga Maya yang tertutup hijab.
Maya berbalik dan berhadapan dengan Anto, “Aku juga kangen mas..” Maya menatap wajah Anto, dadanya semakin berdesir, Anto membelai pipi putih Maya, perlahan Anto memajukan wajahnya, Maya hanya diam memejamkan mata, tak lama benda kenyal menempel erat dibibirnya.
Anto mencium Maya dengan lembut, Maya membalas kecupan Anto itu, Anto melepaskan bibirnya, keningnya menempel di kening Maya, dengusan napas keduanya mulai memburu, tak lama Anto kembali menempelkan bibirnya di bibir indah Maya, sedikit demi sedikit Anto mulai melumat bibir itu, Maya melingkarkan tangan ke leher Anto dan membalas lumatan Anto.
Keduanya saling melumat dengan penuh gairah, Maya membuka mulutnya lebar-lebar dan membiarkan Anto menghisap lidahnya, begitupula sebaliknya Maya menghisap lidah pria itu dengan penuh gairah, syahwat telah menguasai keduanya, ciuman dan jilatan keduanya semakin membara, sambil melumat tangan Anto meremas pantat montok wanita cantik itu, Maya sepertinya sudah terbakar birahi, wajahnya memerah dan napasnya mulai memburu, sepasang tangannya melinggkar erat di leher Anto seolah tak membiarkan Anto menghentikan lumatannya….
--------------------------------
Bersambung