Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG DOSA DOSA KECIL

'Keluarga Sakinah Mawadah Warahma'
Yasmin ingat doa-doa para tamu undangan di pernikahannya, doa yang dia aminkan dengan serius. Doa para tamu itu terkabul, Yasmin dan Lukman bahagia dan damai pada kehidupan pernikahan mereka, beberapa cobaan dan masalah masih mereka bisa hadapi dengan baik, namun selama 6 tahun pernikahan cobaan terbesar mereka adalah tidak mempunyai keturunan.

Yasmin sempat pasrah, dia sempat bertanya-tanya kenapa tidak diberikan kepercayaan untuk menjadi seorang Ibu. Beberapa pengecekan medis dan program kehamilan mereka coba namun, sejak tahun ketiga pernikahan dia merasa suaminya telah menyerah lebih menyukai pekerjaan menyibukan diri pada Yayasan, Yasmin pun akhirnya menyibukan diri ke pengajian dan acara sosial Yayasan kadang kegiatan Masjid komplek.
Sebuah keajaiban terjadi, 10 bulan yang lalu, Yasmin hamil, sampai saat ini dia masih tak percaya sedang menggendong malaikat kecil yang lahir dari rahimnya. Mungkin inilah yang dinamakan jalur langit, saat hubungan pernikahannya sudah mulai hambar, kesibukan masing-masing, dia ingat bahwa suami sangat jarang menyentuhnya bahkan Yasmin tak ingat kapan terakhir suaminya mengecup keningnya, yang dia ingat hanya tangan hangat suaminya yang selalu ia salim saat suaminya berangkat kerja atau keluar kota mengurusi Yayasan cabang kota lain. Sekarang semua tidak lagi hambar, dengan lahirnya sang buah hati, suaminya lebih sering tersenyum dan Yasmin mulai mengingat lagi kehangatan pelukan suaminya yang pernah ia lupakan.

Malam ini, malam yang Yasmin nantikan karena telah selesai masa nifasnya, 2 minggu lalu Lukman telah bertanya padanya kapan Yasmin selesai masa nifas. Sebuah tanda bahwa suaminya menginginkan untuk bercinta lagi. Setelah menidurkan anaknya, Yasmin bersiap-siap sambil tersipu malu, mulai dengan membersihkan tubuhnya melihat tubuhnya di cermin kamar mandi,sedikit ke khawatiran muncul, Ia tak lagi muda, beberapa tanda strecthmark karena kehamilannya muncul, dadanya meskipun bertambah besar, tak dipungkiri grafitasi bumi tetap akan menarik volume payudaranya kebawah-sedikit menggantung-, putingnya dulu yang pink kecoklatan sekarang bergradasi lebih tua coklat. Yasmin menepis pikirannya, lalu mulai memakai daster dan wewangian untuk menyenangkan suaminya. Di gerai rambut hitamnya tanpa menggunakan kerudung, Yasmin keluar kamar mendapati Lukman sedang membaca buku di ruang tamu mereka.

" Abi... sedang apa?" Yasmin menghampiri ikut duduk di sofa.

" Ini, buku Pengantar Ilmu Agama, buatan tim Yayasan, rencananya mau rilis 2 minggu lagi untuk pesantren di pusat. Abi lagi ngecek aja apakah ada yang kurang atau tidak. Aidan udah tidur?"

" Aidan sudah tidur Abi" Yasmin berhenti sebentar "dan Umi juga sudah siap Abi, jika ingin tidur bareng" sambung Yasmin sedikit malu, pertama kali dalam pernikahanya dia mencoba untuk mengajak bercinta.

"wahhh.. oh iya, sudah selesai ya, Ayo Umi kita ke kamar" Abi berdiri dari duduknya menggenggam tangan Yasmin lalu bersemangat ke kamar.

Tak butuh 5 menit, pasutri sudah berada di atas kasur mereka, berciuman mesra.
"Abi kangen Umi" kata Lukman disela-sela kecupan pada wajah istrinya.
Yasmin tersenyum lembut, dia bahagia.

"Umi juga kangen Abi" balas Yasmin mengecup bibir suaminya.

Kecupan-kecupan manja perlahan menjadi ciuman hangat. Lukman mengambil kontrol, merengkuh wajah Yasmin lebih dalam dan mulai menggigit bibir Yasmin.
Yasmin mengerti lalu memberikan akses masuk, kini lidah Lukman bebas mengakses manis mulut istrinya. Yasmin tak diam, merasakan lidah Lukman yang mengeksplor bebas mulutnya, ia membalas, lidahnya kini beradu bergesekan dengan lidah Lukman. Yasmin mulai tidak nyaman dengan tubunya yang tertekan dan kepalanya yang makin miring dipeluk Lukman. Yasmin melepaskan ciuman mereka.

"hahhh hah hahh" nafas Yasmin berat mengatur nafasnya.

Yasmin bergerak menggeser badannya agar dapat duduk dengan baik, lalu mulai membuka kancing baju Lukman. Lukman mengerti lalu mulai mengangkat tangan, agar Yasmin dapat meloloskan lapisan terakhir tubuh atasnya.
Lukman lalu mulai membuka kancing atas daster Yasmin, ia gemas melihat belahan dada Yasmin yang dia intip dari tadi. Kancing terlepas, namun gunung kembar belum bebas dari bra krem. Lukman menenenggelamkan wajahnya diantara payudara Yasmin, lalu menghirup aromanya dengan dalam. 'Manis' pikirnya, tanpa sadar mulai menjilat belahan payudara Yasmin. Yasmin menekan pundak suaminya berusaha menjauhkan wajah Lukman karena merasa geli, tapi Lukman makin semangat, meski Yasmin mendorong badannya menjauh Lukman tahu Yasmin menikmati perlakuannya karena pinggul Yasmin yang mulai bergerak mendorong menyentuh juniornya dibawah.

Posisi Lukman telah menindih tubuh Yasmin, penis menekan menggesek-gesek bibir senggama Yasmin yang sudah basah berlapis celana dalam.
Lukman bangkit lalu segera membuka celana dalam istrinya, Yasmin berinisiatif membuka dasternya sendiri. Melihat Yasmin telanjang, Lukman ikut melepaskan celananya. Yasmin menelan ludah melihat batang coklat milik suaminya berdiri tegak, seakan bersiaga untuk menghujam rahimnya. Yasmin membaringkan dirinya sendiri dan mulai mengangkang kakinya, dia bersemangat melihat penis suaminya gagah, berharap malam ini ia bisa mendapatkan puncak kenikmatan lagi.
Lukman mulai memposisikan kemaluannya pada pintu masuk liang Yasmin yang terbuka lalu mendorong perlahan.

" uhhh " Yasmin mendesah saat merasakan penis masuk ke lubang kenikmatannya.
Lukman perlahan mulai menggenjot vagina Yasmin yang belepotan karena pelumas alami dari rahim Yasmin. Nafas Yasmin mulai menderu, birahinya makin meningkmat merasakan sodokan masuk keluar di lubang pusat tubuhnya.

"Enak mi?" Lukman memastikan melihat Yasmin yang menutup matanya menahan nafas.
Yasmin mengakui dengan mengangguk. Lukman makin cepat menggenjot vagina Yasmin.
Anggukan Yasmin berbohong. Yasmin masih mencari kenikmatan. Memang bercinta selalu terasa nikmat, vaginanya basah, pelukan suaminya hangat, deru nafasnya menggebu, tapi sodokan sekarang masih tidak memuaskan birahinya. Ia ingin di sentuh lebih, lebih dalam dan lebih tajam. Yasmin memeluk punggung suaminya, meremas pantat kuat suaminya yang sedang maju mundur.

"ahh Umi, enak sekali!!" Lukman mendesah

Masih tak merasa puas, Yasmin mencium bibir suaminya, Yasmin tak sabar ingin berada diatas agar dia bisa bebas menyetir vaginanya sendiri, saat dia sedang melumat bibir suaminya dan mengambil kendali,
"uhggg Umiii crottt, crottt" semprotan hangat terasa dalam liang vagina Yasmin.
Sepersekian detik Yasmin masih menggesek-gesekan pinggulnya, lalu tersadar bahwa batang suaminya telah layu.

Lukman ambruk diatas istrinya, mengatur nafas merasakan sisa-sisa orgasmenya. Nafas Yasmin sedikit tertahan kecewa, ia berusaha mengendalikan raut wajahnya sebelum terlihat oleh suaminya. Terlebih ia harus menahan kedutan vaginanya yang masih meminta lebih.

"Enak gak Umi?" tanya Lukman mulai memisahkan kemaluan mereka.

Inilah salah satu cobaan yang Yasmin harus hadapi pada pernikahan mereka. Lukman tidak pernah tau apakah istrinya orgasme atau tidak.

"Enak Abi" jawab Yasmin tersenyum.

Ia ingat, salah satu kajian saat dia masih aktifis dulu, bahwa tugas salah satu istri yang solehah adalah bisa memuaskan suami. Jadi inilah responnya, berusaha untuk tidak mengecewakan suaminya. Yasmin tahu bahwa suaminya sudah sangat kepayahan mengurusi pekerjaan dan Yayasan. Yasmin tak mau menambah beban pikiran karena keegoisan dirinya meminta klimaks, toh yang ia inginkan menjadi istri solehah dan ibu yang baik. Mimpinya sama dengan muslimah lain yang mengingkan surga setelah akhirat.

"Terima kasih sayang" kata Lukman mengecup kening Yasmin.

"Sama-sama Abi" Yasmin tersenyum lalu memeluk tidur diatas dada suaminya.

"oh ya, Abi mo bilang, sesuatu" Lukman mengelus rambut istrinya

"Abi dan tim pengembangan InsyaAlha mau ke keluar kota, yang udah pernah Abi bilang sebulan yang lalu, kalo Yayasan ingin mengadakan pembangunan masjid dan sekolah ngaji di desa-desa terluar gitu, tapi kali ini mungkin agak lama"

"Berapa lama Abi?" Yasmin mendongakan kepala menatap wajah suaminya

"Mungkin satu bulan, Yayasan ada target 12 wilayah pembangunan dalam satu tahun ini, jadi mungkin Abi akan pulang beberapa minggu sekali"

"Yahh Abi, kirain Umi, proyek Abi mulai dikurang-kurangi karena ada Aidan" "Maaf Umi, mau gimana lagi, ustad Fandi memundurkan diri, malah Abi yang dipercayakan"

"Baiklah Abi, udah dapet amanah juga. Kapan rencananya?" Yasmin menenggelamkan wajahnya pada leher Lukman.

"Bulan depan Umi, Nah, Abi gak mau Umi sendiri, Abi ngajak kakeknya Aidan tinggal dirumah ya Umi? Jadi ada yang jagain Umi klo Abi gak ada"

"hmm baik Abi, lagian kasihan Ayah di kampung sendiri, gak tau makan apa disana, kalau disini Abi kan juga bisa tenang"

"Baik kalau gitu, Abi nanti bicara sama Ayah. Oh ya, udah ada Aidan gini, Abi cariin juga ya yang bisa bantu-bantu pekerjaan rumah?"

"terima kasih Abi" Yasmin terseyum, meski baru saja kecewa pada penis suaminya, Yasmin selalu bersyukur karena Lukman selalu perhatian pada hal-hal seperti ini.
-----


Pada malam yang sama, saat anak dan menantunya berpeluk hangat, dalam rumah kamar kecil miliknya, tangan kiri Hj didin mengocok penisnya sendiri, dalam nafas yang menggebu, tangan kanannnya memegang foto Yasmin tersenyum dengan kerudung pink panjang sedang duduk di sofa kecil. Beberapa kali hj Didin mengeluskan kepala penisnya pada gambar bibir Yasmin.
"oh Yasmiiinnn" Hj didin mengerang
'crotsss.. crott.. ' lelehan sperma menyiprat gambar wajah Yasmin.
----



Sebulan kemudian..
"Assalamualaikum.." Hj Didin datang membawa tas jinjing besar dan tak lupa sekarung buah-buahan dari kampung.

"Walaikumsalam.." Lukman keluar menyambut ayahnya.

"Umii, Umiii.. Ayah datang" memanggil istrinya
Tak lama Yasmin sambil menggendong bayinya keluar dari kamarnya dengan sopan memakai kerudung panjang dan gamis coklat muda sederhana.

"Walaikumsalam Ayah" Yasmin tersenyum menyapa lalu mendekat salim pada tangan Ayah mertuanya.

"Wahh Aidan udah gede ya, cepet banget montoknya" Hj Didin bercanda dengan cucunya yang sekarang berusia 4 bulan.

"Iya dong kakek, Aidan kan mo cepet gede" Yasmin menanggapi becandaan Ayah Mertuanya.

"Ayo Ayah, kita makan dulu, tadi Yasmin udah masak sayur asem dan pepes jambal" ajak Lukman sambil membawa barang bawaain Ayahnya ke kamar tamu yang jarang dipakai.

Setelah semua sudah makan siang, Lukman bersiap-siap lalu pamit untuk pergi.
"Umi, Abi berangkat sekarang ya" pamit pada istrinya yang sedang menimang bayi di kamar mereka.
"Baiklah Abi, hati-hati di jalan" Yasmin bangkit lalu mencium punggung tangan suaminya.
Lukman keluar kamar lalu pamit pada Ayahnya.


Hari-hari berlalu, Hj Didin mulai terbiasa dengan lingkungan barunya, bahkan sudah mempunyai tongkorongan bapak-bapak di masjid atau sekedar ngopi di tetangga. hal ini mudah karena Hj Didin memang sebelumnya kadang datang ke kediaman Lukman-Yasmin untuk menginap menjenguk keluarga Lukman. Tentu saja motivasi sebenarnya datang untuk melihat Yasmin dan memujanya dalam diam. 'Lukman pandai mencari menantu'' katanya dalam hati.

Suatu hari didapatinya Yasmin sedang menyusui cucunya diruang tengah, saat dia baru pulang dari Masjid komplek malam hari.
"Assalamualaikum.. " sapanya sengaja saat ia sudah di pintu ruang tengah.

"Walaikumsalam .." Yasmin sedikit kaget, langung menurunkan mukenahnya menutupi payudara dan kepala bayinya. "Loh, Ayah tumben jam segini udah pulang"

"Oh Iya, Pak RT dan Pak Ridwan ada acara lain, jadi tadi selesai jamaah Isya pada langsung pulang" kata Hj Didin sambil duduk di sofa samping Yasmin, Ia mulai mengambil remot tivi lalu mencari siaran yang Menarik.

"Ayah kalo mau makan sudah Yasmin siapkan ya Yah, tapi nasi masih di mejikom, Yasmin masih nyusuin Aidan dulu" kata Yasmin.

"gak apa - apa Yasmin, selagi Ayah gak keluar, kita makan bareng saja nanti, setelah Aidan Nenen"

"takutnya ayah udah lapar, Aidan masih lama kayaknya"

"emang Aidan nenennya banyak?"

"gak banyak juga sih yah, cuman baru mulai, trus Aidan susah tidur, kalo lepas dia bangun lagi"

"wahh, manja banget Aidan, gak bisa lepas dari ibunya" timpal Hj Didin becanda.

"hehe, begitulah Yah, namanya juga bayi"

"iya sih, lagian bagus Aidan dapet gizi terbaik juga, biar cepat besar. full asi kan Yas?"

"Alhamdulilha, masih full asi, belum pake susu formula"

"Wah, berarti produksi asi nya kamu bagus ya Yas?"glek, Hj Didin menelan tenggorokan kosonya, Ia bisa membayangkan dengan jelas dibalik kerudung Yasmin, ada dua gunung kembar brutal yang memproduksi susu, " biasa untuk anak pertama kadang wanita sulit loh" lanjutnya

" memang sebulan pertama agak susah, tapi kesini alhmadulillha aman" jawab Yasmin

"syukurlah, jadi bisa produksi asi yang banyak yaa"

"alhamdulillha" ucap Yasmin.
Puting Yasmin lepas dari bibir bayinya, Aidan merengggek manja, Yasmin membenarkan posisi kepala si bayi, namun air susu kanan telah seret, Yasmin terpaksa membuka bh kirinya dalam kerudung dan mengganti posisi bayinya, tak sengaja kerudungnya terjepit dan menarik kain kerudung yang menutupi dadanya, payudara kanan mengkilap bekas menyusui belum sempat di bungkus lagi, terlihat sepersekian detik 'deg' Hj Didin sekali lagi seperti memotret pemandangan indah itu dalam kepalanya.

"melihatmu sekarang menjadi Ibu, Ayah sangat senang, Ayah jadi inget almarhum ibu mertuamu dulu" kata Hj Didin.

Yasmin hanya membalas senyuman, tak tau harus berkata apa, hari meninggal ibu Mertuanya merupakan hari paling terpukul buat Lukman dan Ayahnya, Yasmin tak berani bersuara karena takut Ayahnya malah makin merindukan istrinya.

Dilain sisi, kepala Hj Didin mengingat-ngigat rasa payudara wanita yang sudah lama tidak ia rasakan. Mengenang klip singkat baru saja terjadi, Ia sangat semangat menemani hari-hari selanjutnya bersama Yasmin. Yang jelas, ia harus tau jadwal menyusui si bayi kemudian hari.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd