Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Elena (tamat?)

makasih udah baca...

apdet masih diketik....minggu ini deh, bakal ada kelanjutannya...

baca terus yaaa....
 
(Elena part 2)

Mungkin waktu Tuhan memperkenalkan kata “indah” kepada manusia, Beliau sedang merancang sesosok mahluk bernama Elena.


“Siang, mas”

Sapaan hangat Elena dari teras kamar kos. Aku mengayunkan tangan, memberi kode sedang mengerjakan sesuatu.


“Iiihh….chika dimandiin ya cayaaangg…” Elena menyahut setelah melihatku sedang sibuk menggosok shampoo ke kucing anggora kesayangan Rani, istriku.

Gadis itu mendekat, lalu berjongkok. Matanya berbinar.


“El...jangan dekat dekat. Kotor...”

Dengan tshirt panjang abu abu, dan topi besar coklat, gadis di depanku mengangguk angguk, sambil tangannya menggoda si putih chika.


“Ka Rani mana mas?”

“Ada di dalam tuh..”


“aku ke dalam dulu yaa…”

Calon dokter yang tak sebegitu tinggi itu lalu berdiri. Dengan gaya riang khasnya, dia berjalan ke dalam sambil memanggil istriku.


=0=


Mobil sudah kucuci, motor juga sudah, chika sudah dimandikan, dan waktu masih belum juga sore. Kulirik ruang keluarga, tempat mereka masih ngobrol berdua. Kulihat Elena ada di pelukan Rani. Dari gerakan tubuhnya, terlihat Elena menangis.


Elena dan Rani memang sangat akrab. Mungkin Rani jadi teringat adiknya di surabaya, dan Elena seakan menemukan seorang kakak di perantauan. Tak jarang, mereka pergi berdua hanya sekedar jalan jalan ke mall.

Dari yang aku tahu, Elena adalah anak kedua dari pengusaha di Bandung. Kakaknya cowok, sudah tinggal dan mapan di Darwin, Australia.


Selesai mandi, dengan tubuh segar, aku menyusul ke ruang keluarga.

“Looohh...masih nangis?” godaku.


Elena cuma mengeluarkan suara tak jelas, wajahnya sengaja sembunyi di balik rambut panjang Rani yang digerai bebas. Tentu saja tak berhasil, sedikit kantong mata terlihat dari wajah yang memerah.


“Ini lo yaahh…. Ell galau..”

“Ka Rani ah...malu…”

Aku mengambil posisi duduk di sofa samping. Di seberangku, Farah tertidur pulas dalam keranjang bayi.


“Kenapa Bunn…” aku memancing.

“Jadi tadi pagi ditelepon sama papahnya, katanya sih, disuruh nikah…”

“Kaaa...Raaniiiii….” Elena melepaskan diri dari pelukan Rani, dengan wajah cemberut. Pipinya dikembungkan. Merajuk.


Orang tua Elena, tak begitu paham dunia akademis yang sedang digeluti anaknya. Setelah kuliah selama 4 tahun, seorang calon dokter tetap harus meneruskan pendidikan prakteknya di rumah sakit sekitar dua sampai tiga tahun lagi.

Segala cara dipakai untuk membujuk sang anak untuk pulang. Tapi, nampaknya Elena tidak mau.


“Laaa...ya udah toh..nikah aja…”

“Iya yah...tapi sama siapa katanya… kan jomblo dia sekarang...”


“Dulu, udah kukenalin sama Thomas, sama Adrian, sama siapa lagi tuh… Kok ga ada kabar sampai sekarang…”

“Gak mau” Elena menjawab singkat, masih dengan pipi yang dikembungkan.


“IIhhhh….cantiknya kayak gini kok bisa susah dapet pacar.” Rani menyahut sambil menarik gemas pipi Elena ke samping.


“Gak mau pokoknya… “
“Trus yang gimana dong yang Ell mau..” Rani menjawab.


“Hmmm….yang gimana ya… Hihi….” Elena mengerlingkan mata ke atas, lucu.
“Aku pengen besok itu kalo berkeluarga, bisa kayak Ka Rani. Suaminya pengertian, ga nakal, ya gitu lah...tapi asyik”


“Ya udah, sama Ayah aja..” Rani menyahut.


“Eh...bunda ah… Ga sopan…” Aku sedikit menghardik.


“Eh iya...sama mas Ayah aja ya Kak…”


“Tuh kan Yah… malah langsung dipanggil mas Ayah...” Rani menyahut yang dibalas dengan gelak tawa bersama.


Sesaat kulihat tatapan mata Elena sedikit berbeda. Matanya memandang aneh, pipinya sedikit merona malu, meski kemudian kembali mengerling lucu.


DEGG..


Aku menyalakan tv untuk mengalihkan perhatian.


=0=


Aku mendusin dari tertidur di sofa. Sayup sayup terdengar suara dari arah belakang.


“Kak… Mas Ayah udah bangun tuh…”


Kutengok ke arah pantry, Rani berkerudung hijau tersenyum.

“Yah...ini ada bakso, makan dulu. Tadi jalan jalan sama Ell, belanja banyak hihi..***papa yaa…”


Rani mendekat, dan memeluk lenganku. Elena tersenyum lucu, sambil membantu menata meja.

Seorang istri adalah belahan jiwa. Loro lopo nya adalah loro lopo seorang suami. Indah wangi bunganya adalah kehormatan seorang suami.


Rani adalah sahabat terbaikku. Aku kenal dia sejak hari pertama ospek fakultas, saat asma-ku kumat. Kita berdua terkapar sukses di tikar ruang BEM yang disulap jadi ruang kesehatan sementara. Rani, darah rendah akibat tamu bulanan.


Dua semester kemudian, mulai dari sekedar makan siang, sampai touring susur pantai selatan jawa, kita jalani sambil bergandengan tangan mesra.


Setelah perut kenyang, aku kembali bersantai di sofa depan tv. Elena sudah pamit sedari aku mulai makan.


“Yaah… “
Rani memanggil pelan. Tangannya memeluk kepalaku dari arah belakang sofa. Kubalas dengan ciuman ke pipi, dengan mata tetap memperhatikan tayangan di tv.


Rani beringsut duduk di sampingku. Lengan kananku kembali dipeluk, erat. Terasa lenganku ada di antara dua bongkahan hangat.


Seorang suami tak akan meminta lebih dari seorang istri, seperti yang telah Rani berikan.

“Baru ya, Bun…” kupegang gaun tidur Rani, sambil kucium rambutnya. Harum.

Rani beranjak berdiri, memamerkan. Semacam kimono berwarna hitam sedikit transparan, dengan renda renda bunga berwarna hijau. Tali kecil mengunci rapat dua sisi, memperlihatkan lekuk Rani yang melengkung indah.

Bak seorang peragawati, Rani memutar badannya. Tangannya perlahan memegang dua ujung tali, dengan gaya anggun kemudian menariknya ke samping.


Dengan gaya menggoda, leher kimono sedikit ditarik ke bawah, memperlihatkan pundak mulus Rani. Hingga ujung lengan terlihat, Rani kembali memutar badannya. Kali ini, tubuh montok istriku tidak kembali menghadapku.


Bongkahan pantat membulat, berada persis di depanku. Rani menengok, dan memberikan senyumnya yang selalu membuatku terpesona, bahkan hingga sekarang.


Tangan Rani mengarah ke bawah, membuat kimono jatuh ke bawah. Meski berwarna hitam, namun karena berada diantara aku dan tv yang sedang menyala, terlihat lekuk badan Rani membayang.


Perlahan, Rani berjalan mundur, dan duduk di pangkuanku. Rambut Rani tebal dan sedikit berombak. Beberapa kali dia berniat memotong pendek, gerah kalo lagi di luar pakai kerudung, alasan dia. Namun, sampai memanjang hingga sepunggung seperti sekarang, belum sampai hati dia memotongnya.


Aku memeluk pinggang Rani, kepalanya menyender di sebelah kiri. Badan Rani terasa pas sekali di atas pangkuanku. Selalu kumerasa, inilah jodoh terbaik yang pernah diberikan Sang Pencipta. Semua terasa pas. Sempurna.


Bagaimana mungkin tidak terbit birahi, sementara bidadari cantikku menggoda di pangkuan.


Tanpa kata, tanpa aba aba, bibir kita sudah menyatu.


Rani mendesah panjang. Leher sebelah kanan adalah sasaranku berikutnya. Gairah naik dengan cepat. Badan sekal di pangkuanku mulai bergerak gerak gelisah.


Tanganku merangkul pinggang dan perut Rani. Terasa kain gaun yang lembut, licin. Kupermainkan ujung jariku mengelilingi pusar, menambah gerinjal badan Rani semakin kuat.


Tubuhnya kemudian melorot ke samping, merebah di atas sofa. Tali di pundak kirinya sedikit melorot, bukit indah payudara Rani menyembul malu malu.


“Kamu cantik…” bisikku di telinganya sembari kutindih perlahan.

Rani mendesah, pahanya membuka. Tanganku mengelus paha kiri Rani yang terbuka.


Lidahku merangkak ke bawah, hingga ke leher. Rani mendongak, sambil melepaskan nafas panjang, penuh birahi. Jarinya meremas rambutku, sedikit terasa tangannya mendorong ke bawah.


Rani makin gelisah. Dadanya melengkung naik, membusungkan bukit payudara yang hanya tinggal beberapa senti lagi kujamah.

“Hfffssssss…..” Rani mendesis saat putingnya kumainkan dengan lidah. Tangannya semakin erat meremas rambutku. Berganti ganti, dada kiri dan kanan menjadi medan pertempuran bibir dan putingnya. Telapak tanganku tak tinggal diam, remasan demi remasan mendulang birahi yang semakin meninggi.

Kutegakkan badanku, duduk. Rani mengikuti, dan merangkulkan tangannya ke leherku. Bibir dan bibir kembali bertemu. Tanganku bergerilya ke bawah, kuremas bulatan pantat montok yang selalu kukagumi.


Rani menggelinjang, badannya terangkat, sampai aku harus mendongak untuk tetap mempertahankan pergulatan lidah.


“Hfffsss .ayahhh...langsung saja yuk…” Rani memohon, sambil pinggulnya menggesek pahaku.


Dengan sedikit tergesa gesa, Rani turun dari pangkuan dan menarik celanaku turun. Tanpa melepas gaun, kakinya melangkah.


“ooohhh…..ssssss….” Pelan, tubuh kami berdua mulai menyatu.


Wajah cantik Rani terlihat mengkilat peluh, matanya terpejam seakan berusaha meresapi persatuan tubuh kami. Pinggulnya mulai bergerak perlahan maju, mundur.


Aku gapai dada kirinya dengan bibirku, gerakan Rani semakin cepat dan kuat. Hingga tak berapa lama, mengejang dan bergetar hebat.


=0=


Aku berbaring di karpet dengan Rani yang masih rebah di atasku. Nafas kami mulai kembali normal.

“Sayaang…” Rani mengecup bibirku, lalu menggelosor ke samping. Kepalanya masih diletakkan di dadaku.


Saat saat paling intim, saat saat aku merasa Rani sepenuhnya menjadi bagian dari jiwaku. Kuelus rambutnya, dan dibalas dengan dekapan Rani di dadaku. Selama beberapa saat, kita hanya terdiam, saling menikmati rasa kebersamaan.


“Eh..yaahh...baju aku bagus kan.” Rani berdiri dan membetulkan gaun tidurnya.

Kimono yang teronggok di lantai, dipakainya kembali.


“Iya ih...seksi si Bunda..” Aku memuji tulus.

“Hahaha...persis..”


“Hmm ?”

“Iyaa...tadi kan ke mall. Elena yang milihin baju ini, katanya pasti Ayah suka.”

DEGG...Elena.

b e r s a m b u n g
 
maaf kalau agak mengecewakan ya agan agan...

rasanya nulisnya banyak, tapi ternyata kok cuma dapet segitu...
 
hehe..perlahan tapi pasti..si isteri bakal membuat elena bakal jatuh hati dengan mas ayah? :adek:
 
trasanya mash sedikit yahhh,....

apa arah2 menuju ke poligami suhu, atau ada sesuatu yg terjadi ma rani, di ganti perannya ma elena.... ko jd ky film kl ke arah sana, bagusan poligami main bertiga, trus happy ending....
jgn kebanyaken konflik y suhu,
mks updateny...
d tunggu lanjutanya
 
Ayo mas ayah jdkan Elena yg kedua Rani jg sepertinya ngga nolak
 
ane rasa:bingung: lumayan koq.. cukup untuk sekali ukuran updatetan..
terasa kurang itu dikarenakan habis orgasme bersamaan:bata: dengan pasangan..
:D:Peace:

yang membuat:cool: ini terasa pendek itu karena setting masih ditempat yang sama dan waktu terjadinya juga hanya terpisah saat ketiduran di sofa..

eahh:papi: bagaimana pun siapa saja akan merasa kurang di saat usai didera kenikmatan..:o
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd