Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Elena (tamat?)

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mas ayah panggilan nya.. Hahaha..
Jadi inget panggilan anaknya temen om ayah ke bapak nya, karena jarang pulang....
 
Makasih udah mampir dan bacaa...

Nantikan terusannya yaa...

Tahap penulisan apdet berikutnya udah kelar, tinggal edit...

:semangat:
 
(Elena part 3)


Pernahkah kau seakan ingin berteriak menentang takdir?
Ketika segala sesuatu sudah kau persiapkan sesempurna mungkin, dan tiba tiba hujan deras merusak pesta kebunmu?

Rani adalah istriku, dia adalah wanita sempurna bagiku. Setiap nafasnya adalah kehidupanku.

Tapi Elena…

Gadis innocent, bisa merusak segalanya bahkan tanpa perlu dia lakukan apapun.

Sejak quickie-ku dengan Rani di dapur, aku merasa sangat bersalah. Tak sepantasnya, seorang suami, mendamba wanita lain. Aku berusaha sebisa mungkin, melepaskan diri dari bayangan keindahan seorang Elena.

Aku jadi lebih sering mengajak Rani untuk sekedar makan malam berdua-bertiga kalau Farah dihitung-, sambil jalan jalan keliling kota. Beberapa weekend, kita habiskan berlibur di tempat wisata yang tak terlalu jauh dari rumah.

And it works.

Selama beberapa bulan, aku berhenti melirik ke teras kamar kosnya saat bersiap berangkat kerja dari arah teras belakang.

Hingga sore itu terjadi.

=0=

Hari itu, aku harus rapat dengan beberapa nasabah di luar kota. Aku berangkat berlima, dengan kepala cabang, dua orang marketing dan dua orang dari kredit analis, aku salah satunya. Rapat cukup alot, hingga waktu hampir jam 3 sore, ketika rapat ditutup dengan berbagai catatan yang cukup rumit.

Suasana di dalam mobil, masih terbawa aroma rapat, serius. Hingga kepala cabang memutuskan untuk istirahat sebelum kembali ke kantor. Sebuah restoran yang bernuansa cukup alami jadi pilihan. Aku pernah beberapa kali ke sini dengan Rani, masakannya cukup enak. Akan tetapi, karena bukan jam makan siang, tempat ini terasa sepi.


Kami berlima duduk di meja panjang yang terpisah dengan ruang saji utama. Setengah jam kemudian, obrolan mulai agak cair dan suasana santai mulai terbangun. Saat itulah, aku melirik ke ruang saji, kulihat beberapa meja terisi.

Di salah satu mejanya, sepasang laki laki-perempuan duduk berhadap hadapan. Dari postur tubuh dan bentuk rambutnya, aku yakin gadis itu adalah Elena.



Tepat pada saat aku mencoba mengenali, gadis tersebut melambaikan tangan.
Ahh.. Benar Elena rupanya. Aku mengangguk.

Obrolan di mejaku tiba tiba jadi garing. Dua cewek marketing, yang dari tadi kita ketawain gara gara digodain nasabah, jadi tak berasa seru lagi.

“Mass…” Seseorang menowel tanganku.

Aku menengok, dan terlihat Elena di depanku. Senyum khas-nya tampak cantik sekali. Elena masih memakai jas-lab, seragam khusus dokter.

“Eh..iya..kenalin, ini Elena...ngg...dia tinggal di rumahku...kos” Aku sedikit tergagap berkata.

Semua berdiri, menyambut uluran tangan Elena.

“Iiih...kok kayak masih kecil ya Pak, kecil kecil jadi dokter nih” seorang marketingku berkata menggoda. Maya dan Ayu, dua marketing yang dari tadi aku ceritakan, termasuk cewek cewek yang “ramai”. Bersahut-sahutan kedua cewek tersebut menggoda Elena.


Tak lama, Elena pamit. Entah pacarnya atau siapa, ternyata sudah menunggu di teras restoran.


=0=


“Eh iya Bun, aku tadi ketemu Elena di restoran.”

Cerita aku teruskan ke serunya debat di dalam rapat dengan nasabah. Rani, kemudian bercerita tentang kegiatan dia hari ini. Memang sudah semacam rutinitas bagi kami, untuk saling bercerita apa saja. Terutama pada saat makan malam dan pada saat bersantai, seperti saat ini.

Rani rebahan bersandar di bahuku, di sofa sambil menonton tv.

Meskipun tidak membutuhkan waktu kerja full time, namun Rani merupakan salah satu pengurus yayasan yang mengelola beberapa sekolah kanak kanak dan klinik kesehatan. Jadi, obrolan santai seperti malam ini benar benar menjadi simpul dari kegiatan harian kita. Tempat saling membaca, saling mengerti.


“Tadi Elena ke sini kok, cerita kalo ketemu Ayah..”

“Katanya...tadi ayah dikelilingi cewek cewek cantik, seksi...trus Ka Rani harus hati hati, kata dia..haha…” Rani kembali meneruskan.


“Idih...sekarang bisa ketawa...duluuu…” aku menggoda.

Rani mencubit lenganku keras, reflek aku mengaduh.


“Ayah ih...kan malu. Dulu kan gituu...habis, ayah dulu beda.*** kayak sekarang..”
“Beda? Apanya?”


“Hihihi..***k ah..malu..”

Aku teruskan menggoda istriku, hingga memerah wajahnya. Setelah beberapa cubitan, dan lemparan bantal sofa ke mukaku, akhirnya aku berhenti sambil mengeratkan pelukanku.

“Yang penting sekarang Bunda udah ga curigaan lagi kan…” tanyaku.

“Enggak...ayah sayaaangg. Tapii…”


“Tapi apa Bun?”

“Tapi...hnggg….”

“Apa sayangg..” Pelukanku kupererat, sambil kucium rambutnya.

“tapi, nanti kalau beneran ayah mau nyari lagi… Aku yang nyariin…” katanya pelan.

“Bunda ih...ada ada aja…”

Malam itu, kita berpelukan di depan tv sampai hampir tengah malam. Seperti biasa, semua lampu dimatikan dan jendela dibiarkan terbuka untuk menyongsong sinar matahari pagi, hanya lampu teras belakang yang dibiarkan menyala.


=0=



Seperti biasa, aku berangkat sekitar jam setengah tujuh pagi. Rani selalu mengantarku ke teras belakang, salim tangan, cium pipi, dan aku berangkat.

Pagi itu, kebetulan Elena juga sedang mempersiapkan diri di teras kamar kosnya.

“wuih cantik bangeeeett…” Rani menyapa.

Mau tak mau, aku ikut melihat. Dan…


Sesosok tubuh ramping, kecil tampak berdiri malu. Elena tampil sangat dewasa kali ini. Dengan rok span selutut dan hem warna biru muda serta scarf dikelilingkan leher. Rambut yang biasanya dibiarkan jatuh sebahu, kali ini digelung ke atas, memperlihatkan leher yg putih.

Sungguh kecantikan yang sangat menawan. Selama beberapa detik, aku tertegun. Aku tak mampu memalingkan muka.

“Ka Rani ih...malu...ada mas ayah juga”

Elena memerah wajahnya. Kacamata dengan frame emas juga menambah kesan dewasa dan terpelajar.

Dan, aku masih saja tertegun memandangnya, tak kuasa mengalihkan.


Ya Tuhan Yang Maha Besar, mahluk ini sangat indah.


“Kak, aku ikut mas ayah boleh? Cuma ke depan rumah sakit saja kok.”

Rani mengangguk tanpa rasa curiga, sementara degub jantungku tak karuan.

DEG…


Kenapa rasanya jadi seperti masa SMA terulang kembali?

Ah, pasti Elena berdandan untuk pacarnya, yang kemaren ketemu di restoran.

Siapa sih aku, berani beraninya menaruh harapan ke sesosok lucu yang bertransformasi jadi bidadari yang anggun seperti ini.


Mana mungkin…

Mana mungkin seorang gadis perawan, berstatus calon dokter secantik ini, mau sama bapak bapak yang cuma karyawan biasa. Meksipun jarak umur kita paling hanya terpaut lima tahun, tapi tetap saja. Postur tubuhku bukanlah seperti model yang super ganteng, standar saja, dengan tinggi tubuh yg juga standar, bahkan perut sedikit membuncit seperti layaknya bapak bapak.


Aku mencium pipi Rani, sengaja aku perlama, kuhirup wangi istriku. Paling tidak, aku masih berusaha menjaga diri.


“Ayah ih, ciumnya lama...malu ada Elly…” Rani mengusap pipinya, disambut gelak tawa Elena.


Suara tawanya sih masih sama, tapi gaya tertawanya sedikit lebih anggun. Telapak tangan menutupi senyum di bibirnya.


Aku memang selalu memilih berangkat kerja naik motor. Di rumah, ada dua motor dan satu mobil. Rani juga sama, selama masih bisa dijangkau naik motor, kendaraan roda dua masih pilihan terbaik. Selain demi penghematan, mobil SUV yang aku punya juga cukup besar untuk dipakai sehari hari.


Jarak dari rumah ke rumah sakit tak ada satu kilometer, terkadang Elena memang minta nebeng, meski lebih sering dia naik motor sendiri, terutama kalau tugas malam hari.


Seperti biasa, aku turunkan Elena di ujung pintu kecil rumah sakit. Gadis itu melompat turun, lalu sedikit merapikan diri dan mengulurkan telapak tangan.


Eh…

Kusambut uluran tangannya. Tanganku dipegang lembut, lalu dengan agak cepat diangkat dan dilekatkan di dahi.


DEG…


Aku cuma bengong, dan gadis itu segera berbalik dan berjalan cepat tanpa menengok.


b e r s a m b u n g
 
komenin dong...
Yah, cepet banget.... Mau dikomenin dari mananya?

Baiklah....

Pertama, tidak masalah dengan apdeyan pendek-pendek. Pahamlah bagaimana susahnya mengembangkan ide menjadi tulisan yang panjang. Malah bertele-tele jadinya.

Kedua, perkenalan tokohnya lumayan pendek. Kalo baca part 1 aja, kelihatannya bakal seperti one shoot aja. Tapi ternyata aku salah. Konflik pertama dibuat flat. So far is good.

Ketiga, sex scene model seperti ini yang paling aku suka. Jadi teringat kino pucuk limau pelangi, juga banyak ss di paradiso, dan ss paidi-indri yang terakhir di cerita paidi. Soft banget penyajiannya. Menandakan cerita ini cerita romantis. Bukan cerita erotis. Jadi yang berharap cari cerita bacolan, lebih baik gak usah baca cerita ini deh. Gak ada yang layak buat dibacolin. Dinikmati yang ada.

Keempat, alurnya sih keren. Aku suka. Gaya bahasa baku yang diterapkan tidak menjadi masalah dalam penyajiannya. Sulit lho buat cerita beginian. Aku aja ngakui kalo ceritaku yang kemaren itu gagal. Tapi ini berhasil. Sepertinya pengalaman suhu sangat di bidang tulis menulis.

Kesimpulannya. Dapatkah anda mendefikan kata sempurna?
 
Terakhir diubah:
makasih udah baca yaaa....


sudah apdet suhuuu... :ampun:
komenin dong...

Mantap abis gw nitip lapak ada update hahahaha.

So far sejauh ini bagus, belom ada kritik konstruktif dari gw, joss.
 
Yah, cepet banget.... Mau dikomenin dari mananya?

Baiklah....

Pertama, tidak masalah dengan apdeyan pendek-pendek. Pahamlah bagaimana susahnya mengembangkan ide menjadi tulisan yang panjang. Malah bertele-tele jadinya.

Kedua, perkenalan tokohnya lumayan pendek. Kalo baca part 1 aja, kelihatannya bakal seperti one shoot aja. Tapi ternyata aku salah. Konflik pertama dibuat flat. So far is good.

Ketiga, sex scene model seperti ini yang paling aku suka. Jadi teringat kino pucuk limau pelangi, juga banyak ss di paradiso, dan ss paidi-indri yang terakhir di cerita paidi. Soft banget penyajiannya. Menandakan cerita ini cerita romantis. Bukan cerita erotis. Jadi yang berharap cari cerita bacolan, lebih baik gak usah baca cerita ini deh. Gak ada yang layak buat dibacolin. Dinikmati yang ada.

Keempat, alurnya sih keren. Aku suka. Gaya bahasa baku yang diterapkan tidak menjadi masalah dalam penyajiannya. Sulit lho buat cerita beginian. Aku aja ngakui kalo ceritaku yang kemaren itu gagal. Tapi ini berhasil. Sepertinya pengalaman suhu sangat di bidang tulis menulis.

Kesimpulannya. Dapatkah anda mendefikan kata sempurna?

makasih apresiasinya suhu.. :ampun:

apdetan pendek kayaknya lebih enak, soalnya memang ide cerita asalnya ga ribet kok.
curhatan seorang temen, trus ane kembangin..haha... :ha:

sex scene, hmmm.... ane sih kepengennya bikin yang hot, tapi pas nulis, yang ada malah kepikiran temen ane tadi, akhirnya jadi rada mules.....:ha:
ini masih belajar lagi suhu..biar bisa lebih hot lagi...

thankyou, kamsia, matur nuwun, hatur nuhun, dank je, grazie.....

:semangat:

oiya, kasih masukan dong suhu...apa yang kurang? kurang hot?
 
Wah adakah Elena beri signal dia sudah jatuh hati dengan mas ayah? :adek:
 
Tulisan Ente keren Om,
Pelan tapi asik,
Poligami detected
:pandajahat:
 
makasih apresiasinya suhu.. :ampun:

apdetan pendek kayaknya lebih enak, soalnya memang ide cerita asalnya ga ribet kok.
curhatan seorang temen, trus ane kembangin..haha... :ha:

sex scene, hmmm.... ane sih kepengennya bikin yang hot, tapi pas nulis, yang ada malah kepikiran temen ane tadi, akhirnya jadi rada mules.....:ha:
ini masih belajar lagi suhu..biar bisa lebih hot lagi...

thankyou, kamsia, matur nuwun, hatur nuhun, dank je, grazie.....

:semangat:

oiya, kasih masukan dong suhu...apa yang kurang? kurang hot?
Hot? No no no! Mengingat karakter tulisan suhu soft banget. Tipe ss yang soft justru lebih masuk ke cerita. Buat saya untuk penilaian cerita seperti ini, sex scene hanyalah sekedar bumbu penyedap saja. Bahkan kalau suhu mampu mengolah, cerita ini gak butuh ss lebih dari sekali hanya untuk memenuhi syarat masuk ke subforum cerita panas.
 
Bimabet
Hot? No no no! Mengingat karakter tulisan suhu soft banget. Tipe ss yang soft justru lebih masuk ke cerita. Buat saya untuk penilaian cerita seperti ini, sex scene hanyalah sekedar bumbu penyedap saja. Bahkan kalau suhu mampu mengolah, cerita ini gak butuh ss lebih dari sekali hanya untuk memenuhi syarat masuk ke subforum cerita panas.

iya suhu...saran ane pertimbangkan :ampun: :ampun:

tengkyu tengkyu tengkyu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd