Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Endless Love

BAB XXII : RENATA GLACIA ADISTIA



Bu Manda, saya dicariin sama Bu Tari yah? WA nya dan di grup dari tadi nanya mulu di wa saya yang satu lagi

Iya, nanya gue mulu, masalah PJ kok bisa bocor sih?

Saya lupa Mbak, soalnya pake PO, harusnya langsung pake account pribadi Bapak

Gimana udah ketemu?

Udah Mbak, gila banget ngga berhenti nangis lihatnya

Picture recieved

Masyaallah Intan, mirip banget yah ama Eka, cantik sekali Putri

Renata gimana?

Ini kita lagi jalan mau jemput

Oke2, keep me update yah....

Siap Bu


********************


“Bapak-bapak ngga mau makan? Ini sudah siang mau sore lho...” tanya Menik ke dua orang itu

“nanti aja Bu...” ujar mereka sambil mengangguk hormat

Menik melihat ke arah Ijah, dia bingung dengan kelakuan dua orang ini. Disuruh makan malah bilang nanti, yang mau pada beli diusir-usirin sama mereka. Belum makan malah mau dibayar semuanya, namun Menik menolak, dia tahu mereka pasti akan bayar, hanya saja dia heran.

Tidak lama datang dua petugas kepolisian, mereka menyalami dua orang itu, lalu mengangguk ke arah Menik. Menik semakin heran melihat ini, namun dia hanya berpandangan saja dengan Ijah, dan meski bingung, mereka memilih diam dan mensyukuri hari ini bakal kecipratan rejeki yang tidak terduga.

“alhamdulillah Menik, rejeki” ujar Ijah

“iya Mbak, aku kasihan lihat Putri, mau benerin sepedanya nanti sore” ucap Menik

Ijah terenyuh mendengarnya, dia sekian tahun bersama ikut jualan dan membantu Menik, dia tahu persis bagaimana perjuangan dia membesarkan Putri, membagi semuanya dengan keluarganya, bahkan dia tidak pernah berpikir untuk dirinya sendiri, hanya untuk untuk anaknya dan keluarganya.

“insyaallah akan ada jalan keluarnya, Putri anak baik, pasti ada jalan buat dia”

“makasih Mbak...” ujar Menik lagi

“pada ngga mau makan, mereka kayaknya bukan orang sini” bisik Ijah

“iya, aneh “ sambil tersenyum

“mereka mau bayar tadi, makan aja belum udah mau bayar semua”

Mereka berdua saling senyum satu sama lain.



****************

Suara sirene motor patwal membuat pengemudi motor dan mobil memberi jalan pada rombongan yang sedang memasuki area pasar ikan Mayangan, mereka yang berada di sepanjang jalan melongok melihat ada 5 iring-iringan mobil yang bergerak masuk ke kawasan tersebut. Melihat parade kecil itu, semua sibuk menebak siapa orang penting yang sedang dikawal itu.

Mendengar suara sirene patwal yang mulai mendekat, dua orang itu segera berdiri ke arah tepian jalan, dan memerintahkan motor-motor yang di sedang berhenti di dekat situ agar jalan maju, karena rombongan akan parkir disitu.

“kayaknya rombongan yang dia bilang itu kali” ujar Ijah, mendengar suara sirene dan klakson patwal mendekat

“masa sih?”

Benar kata Ijah, motor patwal berhenti setelah melewati warung kecilnya, lalu ada beberapa mobil berhenti juga tidak jauh dari depan warungnya, dan betapa kagetnya saat mobil besar mewah berhenti tepat di depan warungnya.

Renata makin terkejut setelah melihat siapa yang turun dari mobil sebelah kiri tepat di depan warungnya

“Putri.....??” dia kaget melihat anaknya turun dari mobil mewah itu, dengan sweater barunya, kok anaknya bisa naik mobil semewah ini dan diantar pakai pasukan pengawalan.

Dan belum hilang kagetnya, dia semakin dibuat kaget lagi saat sosok pria yang keluar dari pintu kanan mobil, memutar dari belakang mobil, membantu Putri turun, dan kemudian mendekati warungnya

Jantung Menik seakan mau berhenti...

Dia seperti tidak percaya dengan apa yang di lihat saat ini...

Suara ramai orang-orang, suara Ijah yang menegurnya, bahkan suara Putri yang memanggilnya tidak dia dengar lagi

Tatapannya melekat di sosok tinggi tegap, berkulit putih, dengan balutan blazer membungkus kaos putihnya, dan kini sosok itu juga menatapnya dengan ribuan pandangan penuh arti, dia segera menyadari siapa pria itu

“mas Eka.......” suara Renata bergetar tanpa sadar

“mas Eka.....” dia seperti tidak percaya dengan pandangannya, sosok yang dirindukannya dan selalu hadir dalam setiap angan dan mimpinya, kini berdiri di depannya, memegang tangan Putri, tangan anak mereka, buah cinta mereka

“Ayang.....” oh rasanya panggilan itu membuat Renata semakin berdentam hatinya, panggilan yang dari dulu selalu diucapkan hanya oleh satu sosok, sosok yang sangat dia cintai, yang begitu dia rindukan

“Mas Eka....” tanpa dia sadari airmatanya mulai turun membasahi matanya, dadanya sesak dengan keharuan. Sosok yang sekian tahun hanya bisa hadir dalam setiap doanya, dalam setiap tarikan nafasnya, kini berdiri dengan senyuman, senyuman penuh hari.

“ayang....”

Eka menghambur ke depan warung, menghampiri kekasihnya, dan memeluknya dengan erat, pelukan yang sangat erat dan penuh rindu yang tidak pernah lekang oleh waktu

“Mas Eka....” bisik Renata di kupingnya dengan suara parau....” ini mas Eka aku khan...???”

“iya Ayang...... “

Pelukan Eka dengan sangat erat memeluk wanita yang dia sangat cintai, derai airmata membasahi bahu dan leher Eka, linangan airmata yang bertahun tahun dia simpan sendiri, kini tumpah ruah di pelukan kekasih hatinya,.

“Mas Eka.....” suara tangis Renata kini terdengar kencang, hati Eka jadi terseyat rasanya. Dia meemluk kekasihnya itu dengan sangat erat.....

“maafin aku Ayang..... maafin aku.....” pintanya dalam tangisnya.

Eka sangat terluka melihat kondisi kekasihnya ini, rasanya sakit dan miris melihat orang yang snagat dia cintai harus berjualan di warung yang sangat sederhana ini, disaat dia sedang berupaya keras mencari mereka berdua

Dia memeluk dan membelai rambut Renata, rasa sesalnya membuat airmatanya kembali turun, dia rasanya tidak mampu bahkan untuk memaafkan dirinya, selama ini dia sangat mencintai bahkan tidak pernah membiarkan Renata harus menderita seperti ini, dan hari ini dia melihat bagaimana sulitnya kehidupan anak dan Renata, itu yang membuat Eka semakin pilu dan sedih hatinya.

Suasana dan orang-orang yang meihat semua ikut terharu, seakan tidak perduli dengan sekelilingnya, Eka tetap memeluk Renata, dengan erat sembari airmatanya berlinangan mengucur, bercampur haru dan bahagia, karena usai sudah pencarian panjangnya.

“maafin aku Yang.....baru bisa datang dan ketemu......maafin aku....”

Renata menangis, dia menatap wajah Eka, wajah yang kini matanya juga penuh embun....

Dia hanya bisa menangis, tanpa suara kini

Eka menatap wajah lelah yang sekian tahun dia cari, wajah yang dia rindukan dalam setiap harinya, dia mencium pipinya, mencium bibirnya dengan lembut, lalu menenggelamkan wajah itu kedalam pelukannya lagi

Putri hanya diam, dia dirangkul oleh Intan, dan juga oleh Mak Ijah yang masih bengong. Dia hampir tidak mempercayai matanya, laki-laki ganteng yang memeluk Menik ternyata papanya Putri, sosok yang hanya dia dengar lewat cerita Menik, cerita yang kadang dia sendiri menyangsikan kebenarnnya. Pantas Menik tidak pernah membuka hati ke siapapun selama ini

“mas jemput Putri tadi....” suara Renata masih bergetar, dia hampir bingung dan tidak percaya dengan matanya, jika sosok yang dirindukan itu di depan matanya sekarang

“iya....” dia mengulurkan tangannya ke arah Putri, dan memeluk anak itu, mereka bertiga tenggelam dalam pelukan bersama, pelukan penuh kerinduan

“aku ngga boleh nangis....aku mau lihat muka Mas Eka sekarang....” suara terbata dan gugup Renata

Mereka kembali tenggelam dalam dekapan penuh kerinduan, momen yang sekian tahun mereka tunggu tanpa tahu kapan dan dimana akan terjadi, bahkan nyaris sudah mau hilang dari harapan untuk bisa terjadi, kini momen itu datang tepat di hari ini, momen yang sangat mengharukan dan membahagiakan.

Ijah dan Intan yang berdiri di dekat mereka ikut menteskan airmata haru, mereka saling tahu dan mengerti masing-masing kondisi orang yang ada didepan mereka, dan melihat adegan penuh tangis dan haru ini, tak pelak membuat mereka juga larut dalam suasana hati ini.

“duduk Mas...” Ijah mempersilahkan Eka untuk duduk di bangku warung tersebut,

Polisi dan petugas pengawal Eka lalu meminta masyarakat yang berkerumun untuk bubar

“bubar-bubar, mohon tidak mengganggu jalan umum yah..... ayo bubar-bubar, bukan tontonan”

Para pemilik warung dan juga warga yang disekitar disitu yang menegnal Renata langsung pada sibuk kasak kusuk

“siapa yah....”

“Kayaknya bapaknya putri....”

“orang kaya yah....mobilnya sampe banyak begitu.....”

Mereka sibuk memandang dari jauh dan ada yang celengak celinguk mencoba melihat ke arah warung yang kini dijaga dari luar oleh pengawal Eka, dan masing-masing sibuk saling bertanya dan memastikan, siapa dan apa yang terjadi.

Sementara Eka yang duduk di bangku panjang dengan kedua kakinya di masing masing sisi bangku, masih dengan erat memeluk Renata dari samping. Dia menumpahkan kerinduannya dengan tidak ingin lepas dari pelukan Renata

Gadis mungilnya yang dulu selalu ada dibelakang boncengannya, selalu jadi tempat curhatnya, mentornya, kakaknya, dan cinta sejatinya, bahkan segala galanya, yang kemudian hilang dari hidupnya membawa semua isi cinta dan hatinya, kini kembali hadir di hadapannya.

Renata yang kapalanya bersandar di bahu Eka, masih terisak isak dalam tangisan penuh haru, tangannya memegang tisu kadang menggunakan telapak tangannya menghapus airmatanya

“mas, kemana aja sih selama ini...... ngga tau kalo aku kangen....??” ujarnya disela tangisnya, wajahnya memandang Eka dengan penuh tangis di matanya.

“aku nyari Yang.... tapi benar-benar buntu, jejak kalian sulit dicari, untung anak buah bisa dapat Mbok lokasinya di Malang....” jelas Eka

“apa iya aku ngga nyari Ayang?”

Balasnya lagi sambil menggenggam tangan Renata yang masih bergetar, getar karena gugup dan rasa kagetnya melihat Eka muncul di hadapannya.

Renata menatap wajah Eka dengan penuh kerinduan

Astaga, wajah ganteng dengan senyum memikat itu masih sama, meski kini lebih gemuk dan berisi, tapi senyumnya dan tatapannya, masih sama dengan tatapan 14 tahun yang lalu, tatapan yang membuat dia selalu tidak mampu melupakannya, yang membuat dia rela menderita sekian tahun, karena dia yakin tatapan itu akan hadir kembali untuknya

Sedangkan Eka tersenyum penuh cinta, namun berbalut kesedihan dan rasa prihatin, melihat kondisi kekasihnya, ibu dari anaknya. Pakaian sederhana yang membalutnya, wajah letih dan lelah itu terlihat di pelupuk matanya dan gambar wajahnya. Meski raut manisnya tetap menghadirkan citra lama yang selalu dia rindukan, senyum manisnya yang selalu buat dia rindu dan jatuh hati.

Eka merasa sangat bersalah, harusnya dari dulu dia mencari mereka dengan lebih keras lagi, dia tidak mampu membayangkan bagaimana kerasnya hidup Renata dan Putri selama ini, tangan Renata yang jauh dari kata lembut dan terawat digenggamnya, pipi yang berurai airmata itu disentuhnya dengan lembut, dia mencium bahu wanita itu, lalu merangkulnya dengan erat.

“maafin aku Ayang.... sudah buat ayang menderita.....” bisiknya penuh kesedihan

“ngga Mas... aku yang salah, sudah buat cita-cita Mas....’

“sudah sayang.....Tuhan punya rencana lain buat kita...” potong Eka

Renata kembali menengok ke arah Eka, senyumannya kini lepas

“sekarang pun jika aku dipanggil Tuhan.....aku sudah lega....sudah lihat muka Mas lagi....” bulir embun di ujung matanya kembali muncul, menetes turun ke pipinya.

Eka merangkul wajah penuh airmata itu, dia memeluk dengan erat, pelukan penuh kerinduan yang rasanya tidak akan bisa terlukiskan dengan jelas, namun punya arti yang tidak bisa diterjemahkan oleh siapapun, selain pemilik hati yang bersyukur akhirnya bisa menemukan wanita yang sekian tahun dicarinya, wanita yang selalu membuat dia berpikir dan percaya, bahwa cintanya selalu tertinggal di sosok itu.

“mau ninggalin aku lagi.....??” tanya Eka sambil tersenyum

Renata hanya menundukkan wajahnya, dibaliknya kebahagiaannya bertemu Eka, melihat kondisi Eka sekarang dia jadi merasa minder sendiri, dia melirik sejenak ke Putri yang dia tahu bahwa semua yangmelekat dibadan Putri pasti pemberian Eka

“bau aku Mas...” elak Renata saat Eka memeluknya dengan erat, sambil mencium rambutnya

Eka tersenyum

“kasur dikamar juga dulu apek kok..... jadi Putri juga...” bisiknya sambil tertawa

Renata mencubit lengan Eka, dia lalu menengok wajah kekasihnya, tangannya membelai wajah ganteng itu, wajah yang nyaris tidak banyak berubah, wajah yang selalu tersenyum melihatnya, yang selalu dia rindukan

“Ma....” tegur Putri

Seketika Renata tersadar, dia lalu menyeka airmatanya dan kemudian tersenyum ke arah Putri

“sudah lihat wajah Papamu?” tanya Renata pelan

Putri menganggukan kepalanya tersenyum

“ dia selalu bertanya wajah papanya, kangennya dia ke Mas.... aku hanya bisa bilang berdoa...” suara Renata agar berat “ dan lihat ke cermin, karena wajah kalian mirip sekali.....”

Eka memeluk Putri yang berdiri di sampingnya, sambil mengusap punggung anaknya

“ini siapa Mas...” Renata tersadar bahwa banyak orang di warungnya. Pertemuannya dengan Eka membuat dia tidak sadar akan keadaan sekitarnya, dia terlalu bahagia dan terlalu terharu, karena doa dan harapannya selama ini akhirnya dijawab Tuhan hari ini.

“Oh.....” Eka juga tersadar seketika

“ Ini Reza, teman ku dan teman di kantor juga, dia yang berjasa besar mencari Ayang”

Reza lalu maju dan bersalaman

“ini Intan”

Intan juga maju dan bersalaman

“Intan, Bu....saya PA nya Pak Eka....” dia memperkenalkan dirinya

“PA?”

Eka tersenyum

“ Personal Assistant, asisten aku, sayang....”

“oh, maaf.....”

Renata agak minder karena dia melihat tampang Intan dan juga Eka yang begitu rapi dan glamour, sedangkan dia hanya menggunakan kaos oblong dengan celana jins yang sering dia pakai setiap hari untuk jualan, mana dia baru dari pasar, baunya pasti tidak nyaman disamping Eka.

Tapi Eka seakan tidak peduli, dia tetap saja merangkul dan memeluk Renata, dia seolah tidak ingin membiarkan Renata menjauh sedikitpun darinya.

“ini Ijah Mas... yang sering bantu aku disini” Renata memperkenalkan Ijah ke Eka

“ijah Mas....” Eka menyambut uluran tangan wanita itu

“ini bapaknya Putri, Mbak Ijah.....” ujar Renata

Ija terpukau melihat Eka

“pantas Menik tidak mau lihat yang lain yah.... bapaknya Putri ganteng banget....” ujar Ijah tanpa sadar, yang disambut gelak tawa diantara mereka....

“mas ngga mau makan?” tanya Renata

“ngga sayang, anak-anak aja yang makan....”

“ngga lapar?”

Eka memeluk Renata lagi

“aku mau makan masakan Ayang..... tapi ngga disini....” ujarnya sambil tersenyum

Renata mengernyitkan keningnya

“Boss.....ngga makan?” tanya

“makanlah kalian...”

“aku siapin yah...” ujar Renata

“Jangan Bu....” cegah mereka “....biar kami saja..”

Renata bingung, akhirnya Ijah yang membantu menyiapkan makanan untuk semua anggota yang hadir disitu, karena mereka tidak membiarkan dirinya melayani mereka.

“masih suka minum teh botol?” tanya Renata sambil membawakan teh botol buat Eka

Eka tersenyum sambil menerima teh botol dari tangan Renata, dia lalu menggenggam tangan Renata, membawanya ke ke dadanya. Dia ingat sambil makan mie ayam atau soto dulu, minumnya pasti selalu pesan teh botol, dan Renata masih mengingat itu.

“keluarga Mas di Jakarta?” tanya Renata lirih....

“ini keluargaku...” senyum Eka menjawab pertanyaan Renata

Renata menatap Eka dengan pandangan yang agak serius

“aku muter-muter cari Ayang dan Putri....kecapean...makanya malas nyariin yang lain....” ucapnya sambil menyeruput teh botolnya.

Renata mengulum senyumannya, matanya berkejap penuh arti

“ayang.... kenapa belum nikah?” tanya Eka sambil menatap wajahnya lurus

“Nunggu pria yang aku mau lamar aku.....ngga datang-datang, makanya ngga nikah2 aku....” jawabnya sambil tersenyum dan menunduk.... Eka tertawa lepas mendengarnya

Setelah mereka selesai makan, Eka yang sedari tadi tidak lepas pelukannya ke Renata, kadang lepas dari Renata, dia memeluk Putri

“ayang.... ayo....” ajak Eka

“kemana?” tanya Renata sedikit bingung

“ikut ke Jakarta!”

Renata kaget, ,mendengar ajakan Eka mengajaknya ke Jakarta seperti mengajaknya ke alun-alun kota...

“aku ama Putri?”

“iya....”

Renata bingung, dia melihat ke arah Putri dan Ijah....

“pergilah...” suruh Ijah sambil senyum

“Ini gimana...”

“ngga usah Ayang pikirin, masalah warung nanti aku suruh staff aku urusin...” ujar Eka

“tapi.....”

“rumah juga sudah diberesein... sudah diberesin masalah kontrakannya Ayang”

Renata kaget mendengarnya

“kalo Ayang mau, rumah itu kita beli sekalian....” ujar Eka lagi

Renata bingung sambil menatap Eka. Dia lalu melirik ke arah Putri

“Putri mau ikut Papa?”

Putri mengangguk cepat

Eka lalu mengambil tangan Renata, dia sedikit banyak mengerti kegundahan Renata

“ayang kenapa? Ngga kangen ama aku? Sampai ragu begitu....” sambil mengusap tangan Renata

“bukan.....aku....”

“ayang ngga usah kuatir, tidak ada yang bisa pisahkan kita lagi sekarang..... dan jika ayang ngga mau ikut, maka aku akan tinggal disini sama Ayang dan Putri....” mata Eka menatap tajam ke mata Renata. Dia mengerti akan kekuatiran Renata, karena memang Renata masih belum tahu kondisi Eka saat ini seperti apa, jadi rasanya gamang dan kuatir wajar baginya, dan Eka ingin menguatkan dia untuk tidak memikirkan hal itu lagi.

Mendapat pandangan Eka seperti itu, membuat Renata rasanya tidak kuat ditatap seperti itu oleh Eka, mata yang begitu dirindukan selama ini.

“aku ambil baju dulu....”

“ngga usah, sudah disiapkan nanti....”

Renata makin kaget mendengarnya

“Putri juga belum.....”

“Ngga usah.... udah gitu aja....nanti disiapin semua.....” kata Eka

Renata makin bingung, namun hatinya benar-benar bahagia, bisa bertemu dengan Eka kembali, dia benar-benar merasakan sukacita yang luarbiasa, doanya akhirnya dijawab oleh Yang Punya Hidup, yang sudah mempertemukan dirinya kembali.

Langsung semua sibuk karena rombongan akan segera bertolak kembali

“ Boss kita ke Surabaya aja yah....” ujar Reza

“oke”

“intan, minta tolong siapin semuanya yah...” ujar Reza

“iya Pak, semua pakaian Mbak Putri sama Bu Renata nanti tim Surabaya akan siapin”

“kita ke hotel kita aja, yang baru yah...”

“oke”

Renata lalu berpamitan dengan semua tetangga warungnya, mereka semua terharu melihat Renata yang mereka tidak sangka selama ini, ternyata Ayahnya Putri bukan orang sembarangan, semua mereka saling memberi selamat dan memeluk Renata

“hati-hati dijalan Mbak Menik....Mbak Putri....”

Renata memeluk Ijah, airmata haru tumpah saat mereka saling berpelukan

“selamat yah Menik....Allah sayang sama kamu...kesabaran kamu juga dibayar hari ini.... Mbak ikut bahagia.... jangan lupa kasih kabar.....” sambil memeluk Renata, yang sudah seperti adiknya sendiri. Dia juga memeluk Putri dengan penuh haru.

“iya Mbak, makasih banyak yah.....titip warung....” Kata Renata sambil memeluk Ijah

“aku dikasih amplop tebel banget sama anak buah suami kamu....” dia setengah berbisik

“yah sudah, pegang aja buat Mbak dan buat isi warung besok...”

Ijah menganggukan kepalanya, dia sedih sekaligus bahagia melihat kebahagiaan Menik dan Putri kini.

Renata agak gamang saat ingin naik mobil Eka, seumur hidupnya belum pernah dia naik mobil semewah ini.

“Putri didalam sayang, Mamah ditengah” ujar Eka

“intan sama Boss lagi yah, lu didepan aja...” komando Reza

Begitu semua siap, mobil dan rombongan lalu bergerak pelan meninggalkan daerah pasar ikan di pantai Mayangan.

Renata tidak habis pikir, dia berangkat hanya dengan baju dibadan, dompet dan ponsel yang dibawa, tanpa ada baju dan bawaan lain, Putri malah masih pakai seragam sekolahnya hanya saja jaketnya sudah berganti dan sepatunya. Dia bagai mimpi, bisa naik mobil mewah seperti ini, meninggalkan kota yang sudah ditinggalinya lebih dari 10 tahun, dan tiba-tiba ada Eka disampinya.

Dia meneteskan airmata haru kembali, dia tidak henti-hentinya mengucap syukur atas apa yang terjadi hari, terlalu indah dan terlalu bahagia buat dirinya, saat yang selama ini hanya ada dalam mimpinya dan angannya, terwujud hari ini.

“itu handphone siapa, Nak?” tanya dia ke Putri yang duduk di baris belakang

“handphone putri dikasih Papa...” jawabnya dia sambil mengecek dan membuka aplikasi di ponselnya

“bagus banget toh, Nduk...”

Putri tersenyum

“harganya 21 juta, Ma... Putri lihat harganya di toko ijo”

Renata terkejut sambil memandang ke Putri dan Eka.....

“mas, belinya kok mahal2...”

“ngga apa2.... “ senyum Eka

Renata dengan malu-malu memandang wajah Eka. Mereka saling berhadapan wajahnya, bertatapan dengan penuh senyum, matanya saling berbinar seakan memberi warna dan sinyal yang hanya mereka yang mengerti, sinyal sebuah cinta selalu ada, meski terpisah waktu dan jarak

“mah.....”

“mamah.....” panggil Putri agak keras karena Mamanya tidak mendengar panggilannya, malah asyik bertatapan mesra dengan Papahnya

“iya sayang.....”

“mama ngapain mandang Papa lama sekali....”

Renata tersenyum malu

“kangen toh Nduk....” tangannya membelai wajah Eka....

“tuh, kamu suka nanya wajah Papahmu... lihat betapa miripnya kalian....” ujarnya lagi.

Eka menengok kebelakang, tangannya membelai rambut anaknya

“Mah, tadi Pak Wira dicekik ama Papa...” celotoh Putri

Renata kaget bukan kepalang

“iya Mas?”

Eka hanya tersenyum kecil

“kok bisa sih?”

“yah bisa aja, dia berani menghina anak sama istriku harus siap terima resiko...”

Renata geleng-geleng kepala

“masih yah kelakuannya.....” sambil mencubit lengan Eka

Putri lalu menceritakan kehebohan di sekolah tadi saat Eka datang, sampai teman-teman dan guru-gurunya pada kaget. Renata tertawa saat Putri cerita bahwa Bu Anisah yang sombong itu ternyata dulu ngajar di sekolah papahnya.

Eka menggenggam tangannya Renata dengan erat, dia mengusap punggung tangan wanita yang begitu dia cintai itu. Tangan yang begitu perkasa dan mampu melewati ribuan hari penuh kesedihan, membuat dia terenyuh dan menahan sesak, karena dia masih menganggap bahwa diirinya juga yang punya andil besar atas sulitnya hidup Renata dan Putri.

“ Mas...”

“ya sayang...”

“Tari, bapak dan ibu,sama Eyang Putri gimana kabarnya?” tanya Renata lirih

Eka menghela nafasnya, sambil mengusap punggung tangan Renata

“Bapak dan Ibu di Blora, sudah pensiun sekarang urus ternak, Ibu juga urus butik sekarang” jawab Eka

“Yang Ti, sekarang urus hotel, ngga urus sih... dia pantau aja, Aayang kalau ingat hotel Dahlia dulu yang tua itu, sudah kita beli dan bangun lagi.... namanya jadi Wulandari Hotel....”

Renata terdiam menundukan kepalanya. Dia ingat sosok bijak yang sangat baik kepada keluarganya itu.

“Tari sekarang di kantor di Jakarta, sama aku... sudah nikah juga....”

Renata masih diam, dia masih suka teringat masa lalu yang sedikit menyerempetnya.

“ayang ngga usah kuatir...” Eka sepertinya membaca kekuatiran Renata “ saat ini tidak ada yang bisa memisahkan kita lagi....”

Eka mencium tangan Renata dengan lembut, hanya anggukan dan airmata yang mengambang di tepian mata dia yang menjadi jawaban buat Eka.

Intan lalu menyela sebentar

“Pak, PJ nya dipindah ke Juanda yah....”

“Oke Intan...”

Lalu...

“Bu Renata, maaf nanya ukuran bra nya....” bisik Intan

Renata menengok sambil mencubit Eka, lalu dia berbisik ke Intan

“ngga bawa baju lho kita berdua...”

“ngga apa2, sampai di Surabaya sudah disiapin, di dry cleaning biar langsung pakai” jawab Eka

Renata tidak mengerti apa yang dimaksud Eka, tapi dia diam saja, dia tahu bahwa Eka pasti akan mengurusnya dan anak mereka.

Dia lalu melirik, kemudian menatap Eka, Eka pun demikian, dia kini memandangi Renata dengan tatapan penuh sayang

“kangen aku Mas.....” bisik Renata

“ sama..... kanget banget ama Ayang....”

Tangan Eka membelai wajah Renata, wajah manis yang senyumannya selalu hadir dalam angan Eka, dan dia tidak bisa menahan dirinya, dia memegang wajah Renata, mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Renata dengan lembut....

“Papa ama Mama.....” teriak Putri “ pacarannya jangan didepan Putri dong...”

Eka dan Renata tersadar lalu tertawa lepas

“papamu dulu banyak yang naksir, sampai teman2 mama juga pada naksir....”

“mama juga banyak yang naksir.....”

“iya tapi pada takut dihajar ama papamu....”

Mereka berdua saling nostalgia, tawa mereka lepas saat ingat Eka pernah mukulin Triyono, Parman, dan juga kejadian-kejadin lain.

" Rumah yang lama sudah roboh, jadi ama 2-3 rumah di sekeliling sudah aku beli tanahnya.... " Ujar Eka
" kalo kangen Ayang, aku suka datang kesitu...."

Renata terharu mendengarnya, ternyata untuk mencarinyapun sampai sedemikian pengorbana n Eka, hingga bekas rumah yang dulu mereka tinggali dan tumpangi milik orang itu, dibeli ama Eka hanya supaya kenangan mereka tetap ada dan hidup.

Intan yang mendengar dari kursi depan, hanya bisa tersenyum dalam hatinya dia sepintas memperhatikan, bagaimana Eka begitu mencintai Renata, meski yang naksir dia banyak dan jauh lebih cantik dari Renata secara fisik, namun dia mengagumi kebesaran hati Eka, yang tetap setia dan bahkan berani menjemput Renata dan anaknya. Mungkin anaknya sudah biasa karena punya ikatan darah, tapi menjaga cintanya hingga saat ini untuk tetap menunggu sampai bertemu Renata, rasanya sangat jarang ada pria yang punya hati sebesar itu

Besok di Group Holding Cakrawala atau di kantor jika pada tahu kalau Eka sudah bertemu dan memiliki anak bahkan istri, pasti banyak yang patah hati nih, pikir Intan.....

Sementara mobil mereka kini masuk tol untuk melaju ke arah barat tujuan Surabaya, menuju Polaris Hotel yang baru 2 minggu yang lalu diakusisi secara resmi oleh Polaris Hotel Management.
Alhamdulillah akhirnya bisa kumpul kembali Eka, Renata dan Putri. Mantap hu ditunggu kelanjutannya 👍🙏
 
TERHARU.. Yaaa.. Ceritanya bikin hati ini kembang kempis.. Luar biasa emosi ini bermain.. Rasanya seperti nano nano ramai rasanya..

Klo sutradara sekelas mas hanung jd member forum semprot mungkin kisah ini akan diangkat ke layar lebar dan dikasih label 18+ 😂

Lanjutkan suhu @Elkintong mahakarya ini.. 🙏🙏🙏
 
BAB XXI : JALAN PANJANG YANG KUTEMPUH UNTUK MENEMUKANMU


“Jeni....” teriak Tari dari ruangannya

“iya Bu...”

“ini biaya charter pesawat pribadi siapa yang order?” tanya dia

“sebentar Bu....”

Tidak lama kemudian....

“intan Bu...”

“intan?? Kok tanpa ada verifikasi kamu dan approval dari saya sudah langsung OK?”

“approval langsung dari Pak Eka....”

Tari kaget, kok bisa charter pesawat tanpa lewat mejanya.

“Bu Manda, Intan kemana? Tadi ditelp ke mejanya ngga masuk katanya?” tanya Tari ke Manda.

“ngga tau Bu, mungkin ada dinas luar...”

“ dinas luar kok manager HRD ngga tau?” cecar Tari lagi

“nanti gue cek dan info lagi” jawab Manda

Tari agak aneh hari ini, soalnya Eka dan Reza tidak masuk, Intan juga tidak masuk, HRD malah tidak tahu, dan ada biaya charter pesawat, meski itu sudah diapprove oleh Eka, tapi rasanya dia sebagai Finance Director wajib tahu. Dia menelpon Reza dan juga Eka, tidak ada jawaban sama sekali dari mereka berdua.

*****************​

Sementara itu di apartmentnya......

Joan sendiri merasa agak masgul hatinya, entah kenapa dia merasa belakangan ini semakin sering rindu dengan suami kontarknya itu. Meski Eka tetap diam dan dingin, tapi perlakuannya ke Joan, jantannya dia diatas tempat tidur, membuat dia sering merindukan Eka.

Sebelum berangkat ke Paris, Eka sempat datang menemui dan bercinta dengannya, namun sekarang sepulang dari Paris dan Malaysia, malah dia tidak muncul ke apartmentnya. Joan benar-benar merindukannya, dia dibuat galau dengan perasaannya, meski dalam kontrak jelas ditulis untuk tidak main hati, tapi bagaimanpun dia hanya wanita biasa yang punya hati, rasanya memang berat, tapi dia tidak bisa membohongi dirinya, dia kini sudah bermain hati dengan suami kontraknya ini.

Dia sendiri membenci rasa yang timbul ini, tapi dia tidak mampu menolak rasa itu, rasa yang timbul, ditambah lagi dengan Mama dan Papanya yang sering bertanya, meminta bahkan agar Eka jika bisa diajak ke Banjarmasin. Dia bingung bagaimana menjelaskan situasi hunungan dan kontrak ini ke mereka, sedangkan dirinya sendiri terperangkap dalam jerat yang harusnya dia hindari.

Dia kesal dengan dirinya sendiri, merindukan orang yang tidak merindukannya.......


*******************​

Mobil Avanza berisi 3 orang melaju di jalan Ikan Tongkol Probolinggo, mereka agak memperlambat jalannya, lalu berhenti sebentar di warung kopi yang ada beberapa orang sedang menikmati kopi dan minum disitu. Mereka memutuskan berhenti sejenak, memesan kopi dan bertanya kepada para tukang ojek disitu.

“Nuwun sewu Mas, numpang nanya, ada yang tahu warung nasi Bu Menik dimana yah?”

“Menik ?? wah ngga tau kita Mas....”

Tukang ojek lain bertanya

“nyari siapa Mas?”

“warung nasi mbak Menik....”

Sepertinya pada tidak tahu dimana warung nasi itu.

Tiba tiba, salah satu tukang ojek berbisik ke temannya

“menik bukannya yang punya warung nasi yang lu taksir?”

“emang Menik itu?”

“iya kali.... coba aja tanyain....”

“ngga ah, lagian ada si Gaban disana, gue mau makan aja sempat ditabok ama dia”

“lah, gaban tukang tagih itu?”

“iye.... dia kan naksir berat ama Menik..”

Mereka melihat tampang 3 orang ini, terlihat rapi dan sepertinya bukan orang sini, badan mereka tegap dan rambutnya pendek rapih.

“Mas siapanya memang yah?”

“kami dari Surabaya, kebetulan ada saudara ibu Menik minta kami mampir disini...” sahut mereka ramah

Dia langsung menghampiri kawannya lagi, dia memberi saran lagi

“kita tunjukin aja, sekalian tunjukin si gaban yang suka malakin ama mungut disana, pasti saudaranya menik ini bukan sembarang, bisa kena tampol si gaban. Sekalian balas dendam lu....”

Kawannya berpikir sebentar, lalu mengiyakan

“benar juga kata sampean...”

Lalu mereka berdua menghampiri lagi 3 orang tersebut

“Mas, kami sepertinya tahu tempatnya, cuma maaf... motor kami bensinnya kosong... “ ujarnya setengah nyengir....

3 orang itu langsung bangkit, salah satunya langsung menbuka tas nya, menyodorkan masing-masing 200 ribu

“buat bensin dan makan siang Mas berdua....”

Dia berdua kaget mendapat rejeki nomplok, sehari palingan dapat 50 ribu hasil ngojek, kini dapat 200 ribu

“ayo Mas...kami antar....”

Motor mereka segera jalan, dari tidak ada bensin tiba – tiba ada bensin siluman sehingga bisa langsung jalan motor dia berdua. Dan mobil itu mengikuti dari belakang, dan tiba di area pasar bagian belakangnya, mereka menujukan tempat warung nasi dimana Menik berjualan.

“Itu Mas, itu mbak yang bantuin dia yang di depan itu” kata mereka menunjuk salah satu warung yang ada yang menunggu disitu.

“makasih Mas”

Mereka bertiga segera bergerak, 2 orang turun ke arah warung, satu lagi standby di dalam mobil.

“selamat pagi, Mbak...” sapa mereka berdua

“Pagi Mas....mau makan?” sapa wanita yang jaga di warung

“eh...kami pesan kopi aja sama kue, makan beratnya nanti...” jawab mereka

“baik mas, kopi hitam yah?”

“betul Mbak....”

Kopi lalu dihidangkan, dan kue diatas piring juga ditaruh untuk mereka berdua

Tiba –tiba muncul satu orang sambil membawa catatan dan berteriak

“menik darling......”

Mendengar panggilan itu, muncul sosok wanita dari dalam, sambil sedikit manyun...
“ apa sih main darling-darling aja, belum ngumpul nih uangnya, nanti sorean yah....” ujar wanita itu.

“oke sayang, Mas Gaban siap menunggu....” ujarnya genit

“aku pesan kopi juga kalau begitu”

Wanita yang satunya lagi menyiapkan kopi dengan wajah agak kesal.

Pria yang disebut Gaban mamandang dua orang yang duduk di meja sebelah dengan pandangan agak curiga, dia menyelidiki dengan ekor matanya, dan itu sebabnya dia memilih untuk tetap duduk disitu, dia kuatir wanita yang ditaksirnya ini ada yang menggodanya.

Salah satu dari dua pria tersebut mengeluarkan ponselnya, dia pura-pura memainkan ponselnya, padahal dia sedang membuka aplikasi kamera, lalu diam-diam dia memotret wanita yang sedang mengaduk tempe dan sayur, dan kemudian dia mengirim foto tersebut via whatsapp



******************​

Rombongan mobil yang dikawal oleh petugas patwal sedang melaju dengan kencang, dan tidak terasa sebentar lagi akan keluar dari pintu toll Tongas, untuk keluar ke kota Probolinggo tujuan mereka. Tiba-tiba Reza menyapa boss nya

“Boss, cek wa lu....” ujarnya dia

Eka terbangun dari lamunannya, segera dia meraih ponselnya, membuka whatsapp dan membuka foto yang dikirim Reza...

Teng ... bagai dihantam palu godam....dadanya bercampur aduk rasanya

“ Yes..... it’s her....my Renata” ujarnya pelan.... kembali sudut matanya berembun

“noted Boss..’

Dia segera mengetik di WAnya lagi

Confirmed, dan amankan. Lalatpun tidak diijinkan menyentuhnya.


*******************​

Setelah menerima whatsapp balasan, dua orang yang duduk di warung itu langsung berdiri menghampiri Gaban.

“itu apa Mas?”

Gaban kaget

“ini setoran buat biaya keamanan”

“setoran apa?”

“buat keamanan...” jawab Gaban agak aneh meilhat mereka berdua

“legal..?? dari pasar atau pemerintah daerah?”

Gaban makin bingung, gelegat dua orang ini membuat dia agak sedikit ngeri

“yah, memang sudah aturannya...”

“aturan dari mana?’

Menik dan Ijah yang melihat mencoba melerai

“itu memang biaya keamanan pasar, mas...” ujar Menik

Melihat Menik keluar untuk menegur mereka, segera dua orang itu menyeuruh agar Menik masuk

“Ibu silahkan duduk didalam Bu.... ini kami akan tangani...”

Menik kaget, tangani apa?

“ kamu pergi sekarang, tidak boleh ada biaya keamanan ngga jelas disini” perintah salah satu orang ke Gaban

“waduh....ini sudah aturan wilayah disini.... sampean berdua jangan coba-coba...” gertak Gaban

“coba-coba apa?” tantang salah satunya

Dia menghampiri Gaban, mengambil buku catatan yang dipegang Gaban

“kamu anak buah Slamet Burik kan?” Gaban kaget mendengarnya

“bilang si Burik, ada saya Edi Gacor disini....” bisiknya di kuping Gaban, sambil menepuk pundak Gaban.

“warung ini milik boss saya, siapapun dilarang masuk, termasuk sampean....” ucapnya pelan, tapi cukup membuat Gaban gemetar. Dia seperti pernah mendengar nama itu, lalu segera mengambil bukunya, dan naik ke motornya, langsung pergi dengan buru-buru.

Menik dan Ijah kaget melihat kejadian itu, mereka tahu persis preman dibawah boss nya Gaban itu sangat terkenal dan menguasai wilayah di kawasan dekat pasar ikan ini, mereka sangat ditakuti, namun melihat Gaban pergi buru-buru, sepertinya orang dua ini bukan orang sembarangan.

Meski agak takut, tapi melihat dua orang itu menyapa dengan senyuman, Menik dan Ijah sedikit lega

“mau makan Mas?” tawar Menik

“nanti aja Bu...”

“kalau mau makan biar saya siapkan....” Menik mengambil piring untuk menyendok nasi

“jangan bu....” cegah salah satu diantara mereka

Menik bingung

“nanti kami ambil sendiri...” makin bingung Menik

“kok??”

“kami borong semua nya Bu...” jawab yang satunya lagi

Menik jadi heran, dia menatap wajah Ijah dengan wajah yang sama – sama bingung

“pokoknya Ibu tenang saja, kami lagi tunggu rombongan kami mau kesini, mau makan disini juga, tapi mohon Ibu santai duduk, dan jangan kemana mana” ujar salah satunya lagi. Menik senang mendengarnya meski bingung.

“mbak Menik, beli nasi....” salah satu ibu datang hendak membeli nasi

“maaf Bu, warung ini sementara tutup....eh bukan tutup, tapi sudah kami booking, jadi tidak boleh ada pembeli lain” cegah salah satunya lagi. Mendegar itu ibu yang hendak belanja, jadi mengurungkan niat, dia lalu menatap Menik, tapi dengan pandangan yang geli dan bingung, lalu berlalu.

Mereka menunduk dengan penuh hormat ke Menik, sambil tersenyum. Menik semakin bingung. Dia lalu melangkah hendak keluar ke warung sebelah, dan tiba-tiba dicegah “ibu tidak boleh keluar dulu dari warung, jika keluar harus kami kawal”

Menik kaget mendengarnya, dikawal? Tidak boleh keluar warung?

“loh, saya Cuma mau kesebelah..”

“maaf Bu, boss saya pesannya begitu, warung ini dibooking dan diborong semua makanannya, dan Ibu harus standby. Jika perlu apa, ibu bilang ke saya dan kawan saya, biar kami yang cari”

Menik ingin tertawa tapi dia bingung, Ijah pun demikian tidak kalah bingung.

“udah biar aja, yang penting makanan kita hari ini ludes” ujarnya ke arah Menik yang masih bingung sembil tertawa kecil


*****************​

Ayang..... tatapan Eka tidak lepas dari layar ponselnya, foto Renata yang diambil diam-diam oleh anakbuahnya, membuat dia kembali meneteskan airmatanya, wajah manis itu tidak banyak berubah, meski terlihat seperti kurang mengurus diri, tapi wajah manis, badannya yang masih langsing seperti dia gadis dulu, tidak berubah

Kangen aku Yang...... teriak hati Eka..... wajah dan sosok yang dirindukannya, wajah yang selalu menghiasi hari-harinya sekian tahun, bahkan hingga mereka terpisah selalu ada kerinduan yang tidak pernah padam kepada ibu dari anaknya ini.

Dia tidak henti mensyukuri jika akhirnya hari ini dia bisa datang menjumpai mereka berdua, setelah sekian tahun dia mencari, kini jarak mereka hanya terpisah beberapa kilometer lagi, dan mungkin dalam 15-20 menit lagi dia bisa menemui Renata.

“Boss, mau gue mintain no telpnya?” tanya Reza

“ngga usah.... gue mo bicara langsung nanti aja....” suara gugup penuh getar dari bibir Eka

Dia menengok Reza, dia tersenyum penuh haru

“thanks Bro.... really apprecaited..”

“gue yang ngga enak, nyarinya terlalu lama....”

Eka menepuk lengan kawannya itu.

“boss, kita mau kemana dulu?

“maksud lu?”

“SMP Pionir 2 km lagi, pasar sekitar 7 km lagi, mau kemana dulu?”

“ke SMP aja dulu....” putus Eka

Reza segera berbicara lewat radio

“tujuan ke SMP Pionir, 1,5 km didepan kita belok kanan, 100 meter disebelah kiri lokasinya, mohon rotator dan sirene jangan dibunyikan diarea sekolah....”

“siap Boss.... dicopy”

1,5 km dari titik tersebut rombongan segera berbelok ke kanan, dan kira-kira 100 meter rombongan berhenti di depan sekolah SMP Pionir. Salah satu petugas sempat turun berbicara dengan petugas keamaan yang menjaga pintu gerbang, lalu pintu gerbang dibuka dan kemudian rombongan bisa masuk ke halaman parkir depan.

Wajah tegang dan gugup terlihat di raut wajah Eka, dia memandang bangunan dua lantai di depannya ini, tidak percaya rasanya dia akan segera bertemu anaknya.

“ada di kelasnya kan?” tanyanya ke Reza

“ada boss” jawabnya

Eka gugup dan gemetar

“ baju gue udah OK khan? Intan gimana gue?” tanya dia agak gugup

“ udah keren Pak” intan mengangkat jempolnya

Kaos casual dengan celana jins, dibalut blazer biru dengan sepatu sneakers membuat tampang Eka memang selalu terlihat segar, meski wajahnya kali ini sangat tegang, dia sempat merapihkan rambutnya, berkaca di cermin di mobilnya sebelum turun.

Kelas VIII B ramai karena Ibu guru matematika mereka Pak Suadi keluar sebentar ke ruang guru. Dan masuknya rombongan mobil ke halaman depan jelas terlihat dari jendela mereka. Rombongan sebanyak itu dan mobil mewah beserta motor pengawalan jelas menarik perhatian buat mereka.

Mereka ramai-ramai mengintip dari jendela, sambil kasak kusuk menebak siapa pejabat yang datang, tidak terkecuali Putri dan Rany, mereka mengintip dari jendela.

“ih, kayak artis korea yah...***nteng banget....putih lagi...” ujar Rany ke Putri

Putri tersenyum melihat sosok ganteng yang baru turun dari Alphard, dan juga ada wanita cantik disebelahnya yang membawa tas. Sosok pria sempat menengok ke arah jendela, sehingga dengan jelas mereka bisa melihat wajah ganteng itu.

“heh.....ngintip aja, sana duduk...” bentak Titi salah satu anak yang memang agak kurang menyukai Putri.

“lagian juga ngga akan nyari kamu kok”

Putri dan Rany memilih menyingkir daripada berurusan dengan anak orang kaya ini. Mereka suduah berkali kali harus menelan pil pahit jika berurusan dengan dia, apalagi jika ayahnya dan ibunya sudah turun tangan belain anaknya.

“kamu sudah beres semuanya?”

“sudah”

“wah, aku lihat no 7 yo, aku belum soalnya” ujar Rany sambil cengengesan ingin menyontek dari kawannya

*******************​

“selamat siang Bapak dan Ibu, maaf dari mana dan ingin bertemu siapa yah? “ tanya salah seorang guru piket di ruang depan tempat tamu diterima

“eh.... kami boleh bertemu dengan Ibu kepala sekolah?” tanya Reza “ atau mungin dengan wakilnya atau guru piketnya?”

“saya sih yang piket, tapi Ibu kepala sekolah kami ada” jawabnya lagi” maaf dari mana dan apa keperluannya?”

Eka bingung jawabnya

“Kami ada urusan masalah keluarga sebenarnya, namun biar ada Ibu Kepala sekolah jika ada, biar kami bicara”

“oh begitu”

“saya Reza, kami dari Jakarta, ini pimpinan saya Pak Eka, dan ini kawan saya Ibu Intan” Reza memperkenalkan diri.

Melihat rombongan itu dan ada pihak kepolisian juga ikut hadir, akhirnya guru piket itu masuk dan memanggil kepala sekolahnya.

“silahkan duduk dulu Bapak dan Ibu” dia mempersilahkan tamunya duduk

Bukan hanya siswa yang heboh, guru-guru yang sedang di ruang guru jadi ikutan heboh dan pada datang ke ruang depan tempat penerimaan tamu, saat mendengar ada tamu ganteng dan cantik katanya mengunjungi sekolah mereka.

“pak Eka yah....” teriak salah satu guru

“oh, iya Bu...” Eka bangkit dari duduknya gara-gara ada yang menyapanya

“ya Allah....senangnya... bapak apa kabar? Ada keperluan apa kesini?” teriak guru itu heboh sendiri. Dia lalu menyalami Eka dan mencium tangannya, Eka dan Reza jadi bingung ini siapa

“saya Anisah Pak, saya ngajar di Cakrawala tahun kemarin di SMPnya”

“oh....apa kabar Bu?”

Eka segera sadar, ternyata guru di sekolahnya dia yang pindah kesini. Belum sempat Eka bertanya lebih lanjut, kepala sekolah sudah datang dan menyapa.

“selamat siang Bapak Ibu... mohon maaf, saya Tuty, kepala sekolah SMP Pionir ini....”

“siang Bu, perkenalkan saya Reza, ini Pak Eka, dan ini Bu Intan...” Reza memperkenalkan mereka bertiga.

“oh iya selamat datang di sekolah kami.....”

Bu Guru yang namanya Anisah nampak berbisik ke Ibu Kepala sekolah

“kita ke ruangan di dalam saja yah...” ajak Kepala sekolah ke mereka bertiga

“Bu Anisah, Ibu Waka Bu Neny, dan Bu Tami yang piket ayo ikut” ajak Bu Tuty ke staff nya untuk ikut menemaninya menemui tamu-tamunya

“ini sekolah swasta yah Bu...”

“benar Pak, punya yayasan...”

“sama kayak Cakrawala Pak....” timpal Anisah

“kok Ibu pindah kesini” tanya Reza

“ikut suami Pak, suami kan PNS disini, jadi saya ikut....” ujarnya lagi “padahal saya sih lebih suka masih nagjar disana”

Semua tersenyum mendengarnya

“silahkan duduk bapak ibu” Ibu kepsek mempersilahkan

Mereka lalu saling berbasa basi sedikit bertanya kondisi sekolah, dan hal-hal ringan lain, termasuk kondisi sekolah di Cakrawala yang jauh lebih mewah dan fasilitasnya jelas jauh diatas sekolah di kabupaten kecil seperti ini.

“jadi gini Bu Kepsek.... kami ini sebenarnya ada perlu sedikit ke sekolah ini...” ujar Reza, sambil melihat wajah tegang Eka yang gugup dan sepertinya sudah tidak sabar ingin bertemu anaknya.

“iya Pak, apa yang bisa kami bantu?”

Dia sejenak, lalu Reza menengok ke arah Eka, Eka hanya menganggukan kepala

“gini Bu, kami mau bertemu dan mau jemput anaknya Pak Eka....” ujar Reza

Kata-kata Reza sekaligus mengagetkan mereka semua, termasuk Anisah, karena dia tahu bahwa Eka masih single dan belum menikah, lalu bilang ada anaknya disini, tentu mengagetkan. Anak milyarder sekolah disini dan mereka tidak tahu.

“anak pak Eka?” Bu Tuty seperti tidak percaya, karena wajahnya Eka yang masih terlihat sangat muda, apa iya anaknya sudah SMP.

Eka nampaknya menyadari ada banyak pertanyaan mereka, dia langsung berusaha mengatasi kegugupannya

“eh gini Bu..... “sedikit terbata dia menjelaskan...” anak saya ini lahir ketika saya baru selesai SMA”

Kata-kata Eka membuat semua mereka tambah kaget disini

“dan ini baru pertama kali kami bertemu, karena saya baru dapat infonya jika dia tinggal di kota ini, dan sekolah disini....”

Semua langsung terhenyak mendengarnya....

“Eka Putri Perdana.... nama anak bapak?” tanya Bu Neny.

“iya iya Bu....” jawab Eka cepat

“Putri? Kelas 8 B?” tanya Ibu kepsek

“iya Bu, mirip banget soalnya mukanya......” ujar Bu Neny.

Eka seketika sesak dadanya, dia seakan tidak sabar untuk bertemu anaknya

“kalau Ibunya?” tanya Bu tuty

“ tadinya kita mau ke pasar dan ke warung tempat ibunya jualan, tapi karena sekolah ini lebih dekat, kita kesini dulu” jawab Reza

“bukan maksudnya apa dengan ibunya......” ucap Bu Tuty

“Ranata Glacia Adistia, nama ibunya..... belum ketemu, karena baru dapat informasi dari kakeknya jika mereka berdua ada disini....” terang Eka cepat, dia bisa membaca arah pertanyaan Ibu Kepsek itu,

Bu Tuti memandang ke arah Bu Neny dan Anisah sejenak

“nama ibunya memang itu, dan kartu keluarganya hanya mereka berdua....” ucap Bu Neny, wakil kepsek yang mengurus bagian data kependidikan, dia sangat hapal dengan sebagian besar muridnya

Mereka kembali bingung, sedangkan Eka semakin tidak sabar...

“jadi Bapak mau bertemu Putri yah..... “

“betul Bu....”

“ini ibunya sudah tahu belum yah.....” bingung jadinya kepsek ini

“nanti kita akan jemput kok Bu... lagian ini ada pengawalan dari bapak-bapak kepolisian, kami juga sudah koordinasi dengan Polres Probolinggo, bahkan dengan bupati juga sudah kami beritahu...” jawab Reza, karena memang dia sudah berkoordinasi dengan semua pihak.

“saya coba diskusi dengan tim saya dulu yah.....” ujar Bu Tuty

Eka agak kesal, tapi dia memilih diam

“wajahnya sangat mirip memang” jawab Neny

“dia pemilik Cakrawala Bu, pemilik jaringan Hotel Polaris juga Bu...” jawab Anisah meyakinkan Ibu Tuty

“oh gitu.....”

Akhirnya

“ Pak Eka, kami panggilkan anak Bapak dulu yah.....” ujar Bu Tuty

“iya Bu...” ucap Eka

Dia benar-benar gugup dan sedikit gemetar

“Tan....gue udah Ok khan?”

“Udah Pak...keren lah pokoknya...” jawab Intan, dia tahu Eka galau dan gugup ingin bertemu anaknya

“hadiahnya dimana?”

“di mobil pak, saya suruh bawa turun yah...”

“Oke...”

“semuanya?”

“iya semuanya...”

Kelas VIII B yang sedang belajar, dikagetkan oleh ketokan di pintu kelas, Ibu Tamy yang piket hari ini menghampiri guru matematika mereka, Bapak Suadi, berbicara sebentar berbisik bisik, lalu menghadap ke arah murid-murid.

“Eka Putri, ikut ibu yuk...”

Putri kaget, dia ingat belum bayar SPP dua bulan, pasti gara-gara ini dia dipanggil

“iya Bu....” sambil berdiri

“ayo, ditunggu Ibu kepela sekolah....”

Makin kaget Putri

“tas kamu bawa sekalian” perintah Bu Tamy.

Putri bingung, Rany juga, teman-teman sekelasnya apalagi. Namun dengan segera Putri memasukan buku-buku ke tasnya yang sudah agak robek dibagian retsluitingnya, lalu dia maju berpamitan dengan Rany, mencium tangan Pak Suadi, dan keluar dibelakang Bu Tamy.

“sini nak...” ujar Bu Tamy sambil merangkul Putri.

Guru itu melihat wajah Putri, dia membayangkan akan kagetnya anak itu jika tahu bapaknya yang akan menjemputnya adalah bukan orang sembarangan. Dia merasa terharu, rasa senang dan ikut bahagia. Dia banyak tahu anak ini memang rajin, jarang bicara dan sering cenderung dibuly, makanya nasibnya berubah dengan sekejappun pasti ada rencana Yang Kuasa dibalik ini.

“putri kenapa pak?” tanya Titi, dia memang murid yang paling berani bertanya

“dijemput keluarga.... ada bapaknya datang...” jawan Suadi dengan cueknya

Semua dikelas langsung kaget mendengarnya. Jadi sosok ganteng tadi itu bapaknya Putri?

Kasak kusuk terdengar

“diam semuanya.......soal no 11-15 segera kerjakan, baru kalian boleh pulang”

*********************​

Putri berjalan ke arah ruangan Ibu kepala sekolah, dan Intan yang sedang mengomandoi untuk emngambil dus yang berisi hadiah, ditambah kedatangan mobil satu lagi yang berisi makanan kotak, melihat sosok berbaju putih biru jalan didampingi gurunya

Astaga, pikirnya, sungguh anak ini mirip sekali Pak Eka, tingginya, putih kulitnya dan wajahnya, tidak jauh dengan wajah Eka dan Tari, benar-benar mirip sekali.

Anisah dan Bu Neny yang melihat Putri masuk, langsung memeluk anak itu, Putri kaget mengapa guru-gurunya pada memeluk dan berubah sekali dengannya hari ini. Apalagi Bu Anisah yag dikenal agak jutek dan suka banggain jaman dia mengajar di Jakarta dulu.

Ibu Kepala sekola lalu menghampirinya, dan tersenyum ke arahnya

“Putri..... papah kamu datang untuk bertemu kamu.....”

Dada Putri berdentam seketika, papahnya?

Sosok yang selama ini dia tanyakan ke Mama....apa yang tadi keluar dari mobil? Itu Papa?

Dada Putri berdetak kencang, kakinya gamang seketika,

Putri melangkah masuk ke ruangan Kepala sekolah, dan benar tepat berdiri di depannya sosok ganteng yang tadi dilihatnya..... sosok itu menatapnya dengan pandangan yang sulit dia nilai.... pandangan penuh rindu....

Eka mendekati anaknya.... air matanya terlihat dimatanya, sosok cantik dan agak kurus, berkulit putih... wajah itu... wajah yang dia rindukan.....

Dia menatap anaknya.....

“anakku Putri.....” getar di bibirnya tidak bisa disembunyikan.... dia mendekati anaknya.... berdiri dengan penuh rindu dan berjuta rasa yang sulit dia ungkapkan, dan tiba – tiba dia lalu memeluk anaknya dengan penuh haru.... dia menangis dengan penuh haru, menangis dengan kencang....

“anakku .....papa mohon maaf sayang.... papa baru bisa menemui putri....” suara tangisan pria itu terdengar lewat isakannya

“papa minta maaf sayang....papa minta maaf.....”

Suara bergetar penuh emosi keluar dari bibir Eka....airmata tidak henti mengalir, dia memeluk anaknya yang dia rindukan, anak yang tidak pernah dia lihat semenjak lahir.....

Putri juga hanya bisa meneteskan airmata, dia bagai tidak percaya yang saat ini dia dalam pelukan ayahnya, sosok yang selama ini hanya ada dalam bayangannya, ada dalam benak dan mimpinya, kini ada didepannya dan memeluknya dengan erat....

“maafin Papa sayang.....” suara parau penuh tangisan itu masih terus meminta maaf ke anaknya....

Semua yang hadir di ruangan itu bercucuran airmata, siang terik di langit sekolah tidak mampu menahan rasa haru mereka yang melihat suasana pertemuan untuk pertama kalinya setealh pencarian sekian tahun

Intan dan Reza juga terharu, Intan apalagi, airmatanya mengalir, sambil mendokumentasikan pertemuan bersejarah itu, dia hanya bisa mengucap syukur dalam hatinya, penantian bossnya Eka untuk bertemu anaknya berakhir sudah.

Eka lalu menatap wajah anaknya....senyumnya terkembang di wajahnya, dia mengusap wajah cantik itu, menghapus airmatanya yang turun dari mata indah itu, sementara dia sendiripun masih terisak penuh haru, bahagia dan campur aduk, melihat penantian panjangnya ini kini ada dalam pelukannya.

Kembali dia memeluk anaknya dengan erat, pecah sudah kerinduannya, dia menenggelamkan wajah anaknya di dadanya, dengan penuh kasih dia mencium rambut dan kepala Putri, airmatanya bercampur dan menetes di rambut anaknya. Dia seakan tidak mampu berkata kata, keharuan dan rasa bahagianya terlalu besar, terlalu indah baginya, anak perempuannya yang dia cari kini sudah dalam dekapannya

“maafin papa sayang....” sambil memegang pipi anaknya

Sambil berderai airmata, anak perempuannya itu menganggukkan kepalanya....

Ibu kepala sekolah yang menyaksikan pertemuan itu, lalu berbisik ke Intan dan Reza, sambil menyeak airmata dengan tisunya

“silahkan pakai dulu ruangan ini, saya dan teman-teman guru ada di ruangan sebelah, jika sudah selesai panggil kami...” jawabnya sambil menyeka airmatanya

“iya Makasih Bu....”

“Ibu Neny mungkin bisa disini dengan Ibu Tamy....” ujar Bu Kepsek.

Mereka saling mengganggukan kepala, sambil memandang pertemuan penuh haru antara anak dan bapaknya, yang semenjak dia lahir, baru kali ini bertemu dalam suasana yang penuh haru dan bercampur kebahagiaan.

“bos... “tegur Reza....” kata Bu Kepsek kita bisa disini sementara”

Eka tersadar seketika, dia lalu memperkenalkan Reza dan Intan ke anaknya

“sayang, ini Om Reza, dan ini Tante Intan, teman Papa....”

Putri menyodorkjan tangannya dan mencium tangan Reza dan Intan....Intan memeluk Putri dengan erat.... “mirip banget ama Papa dan Tante Tari....”

Putri menengok ke ayahnya....

“Tari adik papah, tantenya putri sayang.....” ucap Eka sambil merangkul anaknya

“duduk sayang.....” ujar Eka” sayang sudah makan....”

Putri menggelengkan kepalanya

“intan....” panggil Eka

Intan lalu membawa kotak makanan dan botol minuman aqua, serta tisu dan juga hand sanitizer

“sayang makan yah......”

“ini apa Pah?” tanya Putri....

Mendengar kata-kata itu pertama kali disebut, Eka tidak mampu menahan tangisnya, airmatanya kembali turun di pipinya, dia merangkul anaknya kembali dalam pelukannya. Ini rasanya panggilan sakti itu, ini rasanya menjadi seseorang yang disebut papah.

“makanan jepang, sayang.... papa suapin yah....” ujar Eka lirih

Dia membuka box makanan itu, lalu mengambil sumpit dan sendok, mengaduknya, menyobek saos dan mayones, lalu mulai menyuapi anaknya, sambil menahan air mata haru, momen yang begitu lama dia tunggu, kini terasa sangat indah saat anaknya membuka mulutnya menerima suapan pertama kalinya dari dirinya sebagai papanya.

“enak kan?” tanya Eka

Pandangan Eka turun ke sepatu anaknya, yang sudah agak membuka ujungnya, lalu tasnya yang sudah bolong kecil, sambil menatap wajah anaknya, dia kembali menyuapinya. Putri sepertinya mengerti apa yang jadi perhatian papanya, dia hanya diam menundukan kepalanya.

“papah ngga makan?’ tanya dia lembut.

Hati Eka bagaikan disiram air dingin, rasanya luarbiasa mendengar suara anaknya.

“papa ngga lapar, ketemu anak papa sudah hilang lapar papah.....” Putri tersenyum mendengarnya

Dia sungguh bahagia hari ini, tidak disangka sosok yang begitu dia rindukanm yang selama dia selalu dia tangisi setiap saat dia sedih, saat dia bertanya ke mama, kini dihadirkan di hadapannya, dan seperti yang dibilang Mama, wajah itu memang mirip dengannya. Lihat aja di cermin, itulah wajah papa kamu, selalu itu yang mama bilang.

Begitu makanannya selesai dimakan, Eka bertanya lagi

“mau nambah?”

“ngga pa...” Putri tersenyum

Eka membuka air minum kemasan, lalu memberikannya ke Putri.

“intan, kotak makanan banyak belinya?”

“iya Pak, semobil isinya....”

“bagi ke guru-guru aja kalo gitu....”

“baik pak....”

“Oh iya, ngga apa2 kan kita disini?”

“kata Bu Tuty tadi pakai aja Pak, nanti kalo sudah selesai kita kasih tau mereka...”

“ yang kemarin mana?” tanya dia lagi

“ini Pak.....” tunjuk Intan ke dus besar dan dus kecil di samping meja...

Eka sedih sekali melihat sepatu dan tas anaknya. Tas seorang anak CEO dan Pemilik perusahaan besar, membuat dia sedih dan terpukul sekali, tidak disangka anaknya akan semenderita ini, akan seprihatin ini dalam sekolah dan kesehariannya.

“ sayang kaki ukuran berapa?”

“ 38 Pah....”

Putri kaget melihat dus besar itu dibongkar, isinya semua sepatu.

“ini pak, yang 38, kaka mau warna yang mana?” tanya Intan

Putri memandang ke ayahnya bingung

“sayang suka warna apa?”

Setelah diam, lalu dia menjawab

“yang pink aja....”

Intan lalu menyodorkan sepatu putih yang bermotif pink di garis-garisnya.

“kaos kakinya Ntan...”

Pengawalnya juga ikut sibuk membuka dan membereskan semua tentengan yang ada.

“papa ngga tau nomor kaki putri berapa, warna kesukaannya apa, maka papa beli semua nomor dan warna, biar putri yang milih....”

Putri kaget mendengarnya, semua sepatu itu buat dia? Selama ini dia hanya punya satu sepatu dan itu juga sudah was-was mau bolong....

Eka lalu menundukan badannya didepan Putri, meski Putri agak menolak karena malu, tapi Eka tetap membuka sepatu Putri dan kaos kakinya, lalu memakaikan kaos kaki yang baru, dan sepatu baru ke sepasang kaki anaknya.

Airmatanya kembali menetes, dia ingat impian lamanya, kerinduan untuk memakaikan sepatu untuk putrinya kini terbayar sudah. Dia lalu memegang tangan anaknya, sambil bersimpuh didepan Putri, lirih suara Eka “ ini impian papa dari dulu, bisa memakaikan sepatu ke kaki anak perempuan papa....”

Sambil mencium kedua tangan anaknya, dia lalu berdiri dan mengambil beberapa hadiah buat Putri di dus yang agak kecil

“tasnya mau yang mana, ka?” tanya Intan sambil memperlihatkan ada 4 tas yang dijejerkannya. Putri kembali menunjuk tas bernuansa pink yang jadi warna kesukaannya.

“pasti jaketnya mau yang pink juga?” dia memberi jaket warna senada untuk Putri, agar diganti jaketnya dia yang sudah belel itu

Putri tersenyum dan mengucapkan terima kasih ke Intan.

“sayang ngga ada hape?” tanya Eka saat melihat Putri memindahkan buku dan perlengkapan tulisnya ke tas nya yang baru. Putri menggelengkan kepalanya.

“kalo belajar online?”

“pinjam hape mama...” ujarnya pelan

Dada Eka bagaikan dipukul dengan palu mendengar itu. Dia segera membuka bungkusan ponsel buat anaknya dan juga ipad, lalu menyodorkan ke anaknya. Putri bengong melihat ponsel mewah yang hanya dilihat di sinteron atau di youtube, kini digenggaman tanganya.

“buat Putri?ini kan Iphone 13?” tanyanya dia seolah tidak percaya

“iya sayang.....” senyum getir sang papah melihat kilatan sukacita di mata anaknya

Putri seperti tidak percaya melihat benda itu digenggaman tanganya. Lalu jam tangan, dan terakhir kalung melingkar di lehernya, dia bagaikan tidak yakin dengan semua ini, datang begitu cepat dan begitu drastis baginya

“ mama marah ngga?” tanya Putri agak bengong, karena memang mama suka larang jika dia menerima pemberian orang lain.

Eka memeluk anaknya dengan erat

“Sayang anak Papa, dan ini hadiah dari papa buat putri, ngga mungkin mama marah.....”

Senyuman manis muncul di bibir anaknya, membuat hati bahagia di dada Eka semakin membuncah, dia tidak henti-hentinya mengucap syukur kepada Yang Diatas untuk semua hal indah hari ini, dia akhirnya bisa menebus semua kesalahannya dia selama ini.

“kita pulang yuk... jemput mamah....” kata Eka, disambut oleh anggukan kepala Putri.

“Pah....”

“iya sayang..”

“ini sepatu buat putri semua?”

“iya...”

“Putri boleh minta ngga dua sepatu?”

Eka hran dan sedikit tertawa

“ini semua punya sayang, kenapa harus minta?”

Putri diam sejenak....

“mau putri kasih ke teman Putri, yang sudah baik ama putri selama ini....” ucapnya pelan

Eka terharu mendengarnya....

“boleh sayang, boleh sekali....”

Putri lalu memilih du pasang sepatu, lalu dia keluar sebentar dan menuju ke Ibu Neny yang sedang berdiri di luar

“bu, nitip buat Talia yah.... “

Ibu Neny kaget, dia tahu memang Talia anaknya dekat dengan Putri, tapi medapat hadiah sepatu seperti ini membuat dia kaget

“makasih yah Put.....” setengah tidak percaya dirinya, apalagi melihat banderol harga sebesar 1,899 juta yang belum dicopot, membuat matanya jadi kunang-kunang seketika.

Mereka lalu pamitan ke Ibu kepala sekolah dan guru-guru semua yang ada disitu.

“saya pamit Bu, terimakasih atas semua kebaikan dan perhatian ibu dan bapak semua disini, termasuk sudah mendidik anak saya selama satu setengah tahun ini, terima kasih sekali lagi.....” ucap Eka

“untuk hal-hal lain, silahkan hubungin nanti Bu Intan, kami sebagai bentuk terima kasih, mungkin akan membantu untuk pengadaan fasilitas pendidikan di sekolah sini.....”

“Makasih banyak Bapak...” ucap Bu Tuty penuh haru

Putri lalu berpamitan, dan mencium tangan guru-guurnya yang ada disitu, mereka kaget, terharu dan bahkan tidak menyangka ternyata selama ini masalah dan rahasia yang terpendam sekian lama, akhirnya terjawab juga siapa bapaknya Putri.

“mengenai sekolahnya Putri, saya kan diskusikan dengan mamanya nanti, tapi yang pasti malam ini atau besok pagi akan saya bawa anak saya ke Jakarta, jika diijinkan, kemungkinan Putri akan sekolah di Jakarta...” ujar Eka kembali

“ia Pak, fasilitasnya lebih bagus, lagian bapaknya punya sekolah, masa anaknya sekolah disini” ceplos Bu Anisah dengan cepat.

Putri hanya tertawa dalam hati, ternyata sekolah canggih dan bagus yang suka diceritakan dan disombongkan oleh Bu Anisah saat mengajar di kelas, itu adalah sekolah milik Papanya.

Eka memberi kode ke Intan dan Reza agar jangan lupa memberi sedikit bingkisan buat guru-guru yang ada “ kasih aja lumpsum ke kepsek, ama wakilnya, nanti biar mereka yang bagi” perintah Eka ke Reza dan juga Intan

Putri lalu pamitan ke temannya Rany, dia memeluk Rany dan sambil meneteskan airmatanya. Dia memberi sepasang sepatu, dan juga tas yang baru buat sahabat karibnya itu. “ aku mau ke Jakarta, dijemput papaku...” kata Putri sambil memeluk sahabatnya erat-erat.

“jangan lupain aku yah.....” pesan Rany

Guru guru dan teman-teman Putri kaget meihat Putri yang tadi kini sudah berubah total, semua serba baru, kecuali pakaian seragamnya. Mulai dari sepatunya, tasnya, jam tanagn dan jaketnya, dan tangannya menggenggam iphone terbaru, ponsel mewah yang tidak ada satupun di sekolah ini yang memilikinya.

“pah, sepedaku di belakang” ujar Putri

Seketika itu satpam sekolah langsung bergerak tanpa disuruh, mengambil sepeda Putri, yang selama ini dia pakai untuk berangkat dan pulang sekolah.

“muat dibagasi mobil aja” perintah Reza

“bu, makasih yah...” pamit Eka ke Bu Neny

“iya Pak, makasih juga...Putri memang anak baik...”

Dia lalu melihat ke gerbang, ada Pak Wira yang sedang memarahi satpam karena membiarkan mobil rombongan itu

“pak...” panggil Neny

“oh iya Bu...”

“hmmmm...”

“ada masalah anak saya selama ini?” tanya Eka, setahu dia hanya pembayaran saja yang dia sudah perintahkan Intan agar segera diselesaikan semuanya sekarang

“ngga sih Pak, Cuma dulu ada masalah, saya pun marah sebenarnya.....”

“masalah apa yah Bu...” tanya Eka penasaran

“bapak lihat orang yang di mobil sedan itu?”

Eka melihat ada mobil sedan yang pengemudinya masih mengomel ke satpam

“namanya Pak wira, dia pernah hanya karena anaknya berselisih paham dengan Putri, sampai putri dan mamanya dikata-katain kasar sama dia”

“bilang apa dia...” emosi eka mulai naik

“yah macam-macam, anak kampunganlah, anak haram lah..... tapi bapak jangan bilang saya yng ngomong, bapak tanya aja ke putri nanti....saya sih kesal saja sama dia mentang2 kontraktor orang pemda, sombong sekali”

Eka menatap agak tajam ke arah mobil itu, lalu

“makasih banyak yah Bu, infonya....” Eka lalu berpamitan

Dia lalu menggenggam tangan anakny Putri yang sudah selesai berpamitan dengan teman-temannya, sambil jalan ke arah mobil, dia merangkul pundak anaknya

“Intan, kamu di alphard sama boss, gue di rubicon aja..” ujar Reza

“oke siap Pak....” jawab Intan

Eka lalu bertanya ke anaknya

“sayang, pak wira itu pernah marah ke sayang? “

Putri diam, hanya mengangguk pelan

“ada mama juga dia marah?”

Anggukan lagi dari Putri

“trus Mama?”

“diam aja trus mama nangis....”

Eka benar-benar terbakar emosinya

“intan, bawa Putri ke mobil dulu.....”

“Yuk Ka....” ajak Intan menggandeng putri

Eka lalu melangkah ke arah mobil accord yang terpakir dengan pintu keluar, dia mengetuk kaca jendela mobilnya itu. Para pengawal yang melihat gejala yang agak lain, segera menyusul Eka dari belakang, sedangkan Putri segera naik ke alphard, yang diiringi pandangan dari teman-teman sekolahnya

“wira....” bentak Eka

“iya....” agak kaget melihat wajah yang asing itu di luar pintu mobilnya.

Begitu kacanya turun, tangan tangan Eka langsung masuk dan mencekik lehernya dia

“eh gue kasih tau lu yah..... gue bapaknya Putri....lu berani bilang dia anak haram?”

Wira mencoba mendorong pintu mobilnya, tapi tenaga Eka dengan kuat mendorongnya agar tidak terbuka, tangan kanannya masih mencekiki leher Wira

“lu macam-macam sekali lagu gue bantai lu....”

Pengawalnya segara menarik tangan Eka....

“ mau kita apain Boss...?”

Melihat wajah Eka dan bekas cekikannya membuat Wira ketakutan, dia tidak menyangka akan diserang di sekolah ini oleh orang yang baru dia lihat

“balikin mobil lu bisa gue lakuin sekarang...... belagu amat lu yah....”

Eka kemudian ditarik ke mobil sama pengawalnya, dan beberapa orang guru yang memang tidak menyukai Wira, nampak hanya tersenyum melihat Wira dibentak dan dicekik oleh Eka, akhirnya ada juga lawannya dia sesama orang kaya.

Eka lalu masuk ke mobilnya, dia senyum melihat anaknya yang duduk disampingnya

“kita jemput Mama yuk.....”

“Iya Pah....”

Eka merangkul anaknya lagi, bahagianya hari ini sungguh luarbiasa rasanya, anaknya yang selama ini dia cari dan rindukan, kini sudah ada bersamanya, dan dia tidak akan melepaskan lagi anaknya kali ini. Sambil memandang mata cantik anaknya, dia seketika ingin segera bertemu Renata......
Cerita super suhu...sangat bagussss
 
trims hu sudah berkenan update, akhirnya ya setelah penantian, bertemu juga dengan belahan jiwanya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd