Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
wah... bikin mewek....
manthap suhuuu...
nathan dan april bisa jd punya rasa dekat... bs jadi ya karena putri kecil dimasa lalu menyumbangkan organ penting buat april...
yaa semoga aja bs membuat nathan jd dekat dgn april sebagai apa yah.. kekasih atau adik...
 
seneng banget baca cerita yang juga menceritakan masa kecil, saling sayang dan saling becanda gurau.

gemes dan lucu aja bayangannya.


tapi sayangnya Putri dah pergi terlalu cepat meninggalkan Nathan.
dan menurutku sosok Putri yang polos dan baik hati itu bisa di katakan seperti bidadari atau malaikat. karena di sisa-sisa akhir waktunya dia mendapatkan sebuah firasat buat dirinya sendiri dan berujung dengan kebaikan buat orang lain.



firasat ane mengatakan bahwa seseorang yang di tolong oleh Putri itu adalah seorang perempuan, yang bernama Aprilia Putri.
mungkin itu juga yang menyebabkan seorang Nathan serasa sudah mengenal lama, sudah kenal dekat sekali dengan sosok wanita dihadapannya yang bernama Aprilia Putri.
mulai bs baca situasinya...dara..narhan...dan april....
mungkin tokoh utamanya dara dan nathan x ya ...
aprilkah penrima jantung putri....bisa jd...lanjut hu..
wah... bikin mewek....
manthap suhuuu...
nathan dan april bisa jd punya rasa dekat... bs jadi ya karena putri kecil dimasa lalu menyumbangkan organ penting buat april...
yaa semoga aja bs membuat nathan jd dekat dgn april sebagai apa yah.. kekasih atau adik...

Wahh, mulai ada yang meng ANALisa cerita ane nih. Makasih banyak ya suhu. Thank u :horey:seneng bgt ane. :khappy:

Makasih buat suhu2 yang baru mampir. Selamat menikmati cerita:beer:
 
Update terua ya. Tp jgn maksain diri. Ceritanya enak... Emang makanan hehehehe

Makasih udah mampir hu.

Nah itu sih, sebenernya rada ad kendala. Karena ane belum punya draft panjang sekian episode ke depan, dan karena lagi menjelang liburan g ad kegiatan, ane ditawarin nolong proyek dari dosen jadi sebulan kedepan yang harusnya bengong gabut, malah jadi rada sibuk. Tapi udah terlanjur janji juga bakalan update tiap hari.

Mungkin kedepannya ane kurangin frekuensi up, tapi volume nya panjang. Tapi dalam seminggu masih lebih dari 1 post kok.

:sendirian::mati:
 
Take your time, brother
Jangan keburu-buru, nanti malah kurang masimal hasilnya
take it slow...
RL always should be 1st priority
 
Chapter 6
Preparing the Game
POV Nathan

Lalu lintas malam itu masih cukup ramai meski waktu hampir mencapai ke pergantian hari sebelum aku akhirnya menuju jalan kecil dan mobil yang ku kemudikan sampai di sebuah kos-kos an yang cukup besar namun hampir tak ada pekarangan karena di alih fungsikan menjadi parkiran. Cukup tinggi, kosan tersebut dengan 4 lantai, dengan dinding yang artistik menunjukkan tiap pasangan batu bata nya sebagai eksterior nya.

April tidak langsung turun melainkan hanya diam, kemudian menarik nafas panjang dan beralih menatapku.

"Terimakasih ya mas, sudah anterin pulang" kata april
"Iya. Kamu kos jauh juga ya dari cafe."
"Hehe iya sih, namanya juga kerjaan, rezeki ya ga boleh milih-milih la"

Sejenak kami terdiam. Tanpa suara selama semenit. Hingga akhirnya...

"Mas"
"Pril"

"Hehe, kamu dulu deh mas"
"Ladies first"

"Emmm... Mau singgah dulu?" Katanya dengan malu-malu

"Boleh?"

"Boleh dong, kan aku yang ngajak. Haha. Yuk" ajaknya , kemudian April turun dari mobil dan membuka pagar, dan Aku memarkirkan mobil merapat sehingga tidak menutupi jalan.

Dia berjalan di depanku dan aku hanya mengikutinya menaiki tangga. Beberapa kali kami berpapasan dengan penghuni kosan lainnya saat di tangga dan mereka hanya senyum2 ke arah April. Sebenarnya aku penasaran, namun aku tak bertanya.

'kok mereka pada senyum2 ke ni anak ya?'
'terus ni anak kamar nya lantai berapa?????'

Penasaran ku pun terjawab saat kami akhirnya berada di lantai 3 tapi tubuh April yang berjalan di depanku masih terus menghadap ke tangga menuju ke lantai selanjutnya. Sekilas April melirikku dan tertawa geli.

"Situ ngajak mampir apa ngerjain? Gabilang kamar di lantai 4." Kataku

Di bordes tangga menuju lantai 4, kembali berpapasan dengan pasangan yang sepertinya hendak keluar untuk malam mingguan. Dan lagi, mereka melihat April yang berjalan bersamaku dengan senyum2.

"Ciye, tumben bawa cowo ke kosan, mbak. Kirain mbak ga doyan cowo. " Kata yang cewe dengan santainya, dan April hanya tersenyum salah tingkah.

"Wah, gila. Pake pelet apa mas? Biasa si Mbak nya serem dan jutek ngalahin mak lampir, nah ini kok bisa jadi cewe kalem gini?" Kata cewe itu lagi yang kini menoleh kepadaku.

Mendengarnya, April langsung melotot ke cewe tadi dan cowonya langsung berinisiatif mengajak cewe tadi turun.

"Hahha, keluar tuh asli nya mbak april. Yuk yang buruan, sebelum kena makan ama dia entar" lanjut cowo itu dan mereka pun turun hingga hilang dari pandangan kami.

"Ga nyangka kamu seserem itu ya aslinya" kataku menggodanya.

"Udah ah, mas jangan dibahas. Malu aku. Makin gagal total aku jaim hari ini."

"Hahah, jadi diri sendiri aja kali, put" kataku
"Masih keingat putri lagi ya gegara aku paksa cerita tadi"
"Eh.."
"Maaf ya mas. Jadi keinget lagi gegara aku minta cerita" kata April.
"Gapapa kok. Lagian, emang aku tiap hari ingat sama dia kok pril" balasku.

Aprik menunduk. Sekilas ada semburat kesedihan pada wajahnya. Namun tak kuhiraukan. Aku pun berinisiatif mengubah suasana yang mulai canggung ini.

"Pril, kamu jangan ampe mabok ya, repot juga nih kalau suatu saat kamu minum di club ampe mabok trus minta anterin ampe lantai 4 begini" kataku meledeknya , demi menghangatkan suasana.

"Idih, aku ga berat loh, mas. Mau bukti? Sini gendong aku" balasnya. Wajahnya tak sedih lagi. Malah ada senyum jahil nampak disana.

"Eh.. apaaan" kataku kaget.

Tiba2 dia ke belakang ku dan melompat ke punggungku.

"Heh heh, turun2. Atau aku cabut pukang sekarang nih"

"Yah , ganteng2 ngambekan." Jawabnya kemudian beringsut turun.

"Gimana? Aku ga berat kan mas?" Sambungnya sambil masih cekikikan.

"Berat. Banget" jawabku bohong. Tentu saja ringan. Badannya mungil begitu. Mendengar ucapanku, dia hanya berlalu dan setengah berlari menuju lantai 4. Aku hanya geleng2 saja melihatnya bertingkah seperti anak kecil dan sangat manja. Sedikit tidak percaya, bahwa Ia aslinya adalah gadis jutek seperti tetangga kosannya bilang tadi.

Sesampainya di lantai 4, aku melihat sekeliling. Tidak ada pintu yang terbuka. Bingung. Tidak mungkin aku mengetuk kamar satu persatu. Dan masa aku langsung pulang setelah naik tangga ampe lantai 4 begini. Ini sama saja dengan dikerjain, lebih baik aku tak mengiyakan untuk mampir tadi.

Tiba2 ada chat masuk ke hape ku. Whatsapp. Hanya nomor , berarti ini kontak baru. Kubuka dan kubaca chat itu.

"Mas, boleh kenalan?"

Aku tak membalasnya, karena masih mengira-ngira kemana april tadi. Belum lagi karena masih kesal di tinggal seperti ini.

"Ih, ga dibalas. Kenalan dong mas ganteng" isi chat itu tadi. Aku masih tak membalas. Hingga chat itu masuk lagi.

"Kenalin mas, ini aku waitress yang tadi di cafe minta nomor mas. Yang unyu2 itu. Ingat gak?

Membaca nya aku pun menjadi kesal karena bener2 dikerjain. Langsung saja kuketik balasannya.

"Iseng banget sih, nyuruh mampir trus ngilang" balasku.

"Ih, serem. Jangan galak2 mas, entar gantengnya luntur"

"Kamu dimana pril????"

Ia tak menjawab hanya mengirim emoticon lidah yang terjulur. Aduh, ini anak kok childish banget ya. Padahal kan dia udah ga ABG lagi.

"Aku pulang ya. Bye" Balasku. Sengaja, memancing responnya.

"Ih jangan2, jangan ngambek dong mas. Heheh"

"Yaudah kamar kamu yang mana? Udahan ah ngerjainnya. "

"Iya2 ampun mas ganteng jangan ngambek. "
"Mas masih deket tangga? Naik aja, aku lagi di Rooftop. "

"Beneran nih? Jangan ngerjain lagi ya" kataku waspada disuruh naik tangga sekali lagi.

"Iya beneran. Suer" katanya.

Lalu setelah aku berada di atap dan membuka pintu untuk lantai atap, aku melihat sebuah kamar lagi di lantai atap, tentunya lebih luas dibanding kamar2 lain di bawah, dengan kursi panjang dari besi dan beberapa tanaman hias dan lampu kerlap kerlip yang menghiasi Rooftop ini. Wah cozy juga nih, pikirku.

Kemudian aku melihat April keluar dari kamar itu dengan pakaian yang berbeda. Sepertinya tadi Ia menyempatkan berganti pakaian sebelum menemui ku.

"Kamarmu yang itu ? "

"Iya mas. Kenapa? Kan aku ga ada bilang kamarku dilantai 4. Lagian lebih luas. Aku punya halaman sendiri. "

Aku hanya mengangguk membenarkan, namun terasa ada yang janggal. Kamar paling besar + tempat nyantai di rooftop begini, bukannya lebih mahal? Yah,walaupun memang orang pasti mikir sekian kali karena di Rooftop alias lantai 5, tapi tetep aja, pasti mahal. Sedangkan, April hanya pegawai cafe.

April pun mengajak ku duduk di kursi panjang itu. Aku mengiyakan. Duduk di sampingnya, serta menselonjorkan kaki ku ke tembok rendah ,sebagai tepian Rooftop itu.

"Ga kemahalan kamar segede itu,Pril?" Tanyaku penasaran.

Dia hanya tersenyum. Kemudian melemparkan pandangannya ke atas, mengagumi hamparan bintang yang bertaburan menghiasi langit malam.

"Dulu setamat kuliah aku kerja di kantor, mas. Terus aku resign. Karena mau dipromosiin jadi kepala cabang di daerah lain, sedangkan banyak orang yang lebih senior loh dari aku. Karena aku sudah betah di Jakarta. Jadi ya aku resign aja. Lagian aku ga bener2 butuh uang"

"Maksudnya?" Aku heran

"Aku kerja mau cari pengalaman aja mas. Masa kuliah 4 tahun tapi ilmunya ga dipake, kan sayang. " Jawabnya

"Udah berapa lama resign?"

"Mas kepo deh, udah kayak wartawan." Jawabnya sambil tertawa.

"Gajadi nanya deh"

"Hihi, ngambekan banget jadi cowo"

"Lah siapa yang ngambek sih"

"Dah setahun lah aku nganggur" katanya

"Trus sekarang udah perlu uang lagi? Kenapa ga kerja di kantor lagi tapi malah di cafe?" Tanyaku penasaran.

"Aku kerja karena bosen mas, gabut disini" jawabnya namun ekspresi nya lain. Aku juga tak paham. Ganjil, bukannya tadi ketika kutanya alasan rela kerja di cafe yang jauh karena gamau milih2 dan gamau nolak rezeki.

"Lagian, aku sebenernya kerja disitu sekalian mau belajar jadi barista, pengen belajar buat kopi, tapi karena lagi ramai tamu ya aku bantu2 jadi waitress. Kalau soal tabungan, masih cukup sih. Malah bingung mau abisin nya gimana. Pengen liburan, tapi masa sendiri" lanjutnya, sambil sedikit melirikku dan tersenyum.

"Ohh begitu. " Jawabku datar, berpura-pura tak menyadari senyumannya. Bener-bener agresif ni cewe. Tapi entah mengapa aku pun tak risih sama sekali. Malah bahkan nyaman berada didekatnya. Ah. Pasti karena wajah itu. Senyum nya. Tawa nya. Bahkan manyun dan rengek manja nya pun persis.

Aku terkejut saat sentuhan tangannya meremas jemari tanganku tiba2.

"Makasih ya mas, udah baik sama aku, maaf ya kalau mungkin aku terlihat aneh dan terlalu agresif. Sejak di cafe tadi, aku ngerasa deket dan nyaman bgt mas"

'Sama' ucapku dalam hati.

Entah bagaimana mulanya kami beradu pandangan cukup lama, teduh dan indah mata nya sehingga entah siapa yang memulai, wajah kami mendekat hingga kurasakan nafasnya di wajahku. Matanya terpejam, bibirnya terbuka dan semakin mendekat hingga berjarak 2 centi dari ku.

Tiba-tiba, ponselku bergetar. Siallllll!!!. Ini ponsel ku yang satu lagi, dan tak mungkin ku reject. Aku pun berdiri dari kursi dan mengisyaratkan bahwa harus mengangkatnya. April hanya menunduk malu dengan wajah merah. Ketika sampai di tepi Rooftop dan agak jauh dari April. Kulihat Caller ID. Sedikit heran, dan kemudian mengangkatnya.

"Wong? What's up. Anything happen?(ada apa) " tanyaku penasaran.

"Big thing does. Singapore. Didn't you get my memo, Sir? (Hal besar, singapur, bapak tidak terima pesan dari saya?)" Jelas sekali ada nada panik dalam suaranya.

"No, i was asleep. How big? (Aku ketiduran. Seberapa besarkah?)"

Aku kembali melirik April dan memberikan kode bahwa aku harus pulang saat ini juga. Jelas sekali ada raut kecewa pada wajahnya. Namun , aku langsung pergi dan menurun ke tangga ke lantai 4, sambil memasang headset tanpa kabel dan memasukkan hape ku ke saku. Kemudian saat tiba di lantai 4, dengan gerakan cepat, aku melompat ke bawah dengan tangan dan kaki sangat lincahnya berayun dari satu tepian lantai, ke lainnya, hingga aku tiba di samping mobilku.

"Asleep? Hell no. I thought you are already here, or at least provide me an extraction. Sir, if i didn't make it through the night, you must come here and pick my journal. Please. This is so big, we shouldn't take this job, too many big hands involved. Not to mention interpol.
(Ketiduran? Sial, saya kira anda sudah disini pak,kalau saya tak selamat, tolong ambil diary saya, ini terlalu besar, terlalu banyak pihak bahkan Interpol. Tak seharusnya kita ambil job ini" kata nya, menjelaskan, nada panik namun tetap hormat nya tadi, sekarang mulai berubah menjadi kesal.

"Hm. . . Is VIP safe? (Apa VIp aman?) Tanyaku, sambil masuk dan nenyalakan mobil.

"Surely, I manage to trick them to follow me. And still I can't manage to loose them now"
(Tentu, aku berhasil mengecoh mereka sehingga mereka hanya mengejarku, tapi aku belum berhasil lolos. ) "

"Take care, wong, you know you're more than a crew to me, we're brothers, right. Don't make silly mistake"
(Hati2 wong, kau sudah seperti saudara bagiku, jangan buat kesalahan konyol)"

"Haha, you call me brother, but a second later you order me like a boss, man. ... Oohhh,,, fackkk"

'BRAKKKKKK,,,, DRAKKHH, TRAK..TRAKTAKTAK.. '

"WONG.. HEY.. ARE YOU THERE???"

'tut tut tut'

Sambungan terputus. Sepertinya terjadi sesuatu dan dari suara tadi sepertinya mobil itu di tabrak dan terpelanting dengan keras. Sialll.

Kuhubungi seseorang yang langsung di angkatnya setelah satu kali nada tunggu.

"Halo,,, surya. Lagi parkir dimana?"

"Itali , Nat. Kan lagi ada mi.."

langsung saja kuputuskan telfon tadi. Surya pilot dari pesawat operasional untuk misi. Dan tak mungkin menunggunya ke Jakarta kalau jarak sejauh itu.

"Capt, where are you?" Kuhubungi pilot pesawat jet yang biasanya sih tak kan jauh dari Papa. Namun, bila beliau sedang istirahat menetap cukup lama, Captain Ricky biasanya standby untukku.

"Hhh hhh, good evening mr.Hariyadi. i am, hh hh still at Japan, sir"
Sayup2 terdengar teriakan dan lirihan wanita 'ikeh-ikeh-motto-motto-kimochi' dari panggilan itu. Bangsat, lagi butuh begini malah pada enak-enak.

Bunyi notif lain dari aplikasi khusus untuk chat dengan Claire, Hacker yang setahun terakhir mendekatiku untuk bekerjasama untuk misi personal balas dendamnya. Ku ketuk layar untuk melihat isi chat itu.

"Oiii , SHITHEAD,,, WHERE ARE YOU???"
(woi keparat, lagi dimana?)"

Aku hanya mendengus, bukan karena makiannya, tapi kalau sedang ada hal mendesak, bukan begitu isi chat nya menyapaku. Dia juga tak perlu menanyakan keberadaanku karena dia bisa mencariku dalam waktu 3 detik. Palingan dia lagi kesepian, dan hanya mengangguku, apalagi ini malam minggu. Seperti malam minggu sebelumnya , jika sedang tidak ada misi, dia rajin menganggu ketenanganku. Dasar hacker, hidup kok ansos banget sih. Yah, walaupun sebenarnya aku juga ansos sih. But at least i do have friends and meet people.

Ku tekan tombol panggilan suara karena memang aplikasi itu tidak ada panggilan video, lagian mana ada Hacker mau ngeliatin wajahnya.

" Woi dari pada lu ngangguin gua sambil masturbasi, mending lu bantuin gua lagi ada masalah kerjaan" bentakku.

"Hah? Lo yakin? Sejak kapan kerja sama kita lebih dari ini? Lagian apa gapapa? Bukannya client lo dan servicenya confidential semua. Yakin lo? Gw hacker loh, ntar gw jual info nya habis dah perusahaan lo. Eh, bentar. Kok bisa si kerjaan lo bermasalah? Bukannya lo selalu jadi mastermind yang ga pernah salah ambil gerakan, sang Grandmaster catur pas lo masih SMP? "

"Kok kesel ya..." Jawabku ,kesal.
"Tenang , gw percaya ama lo, kalau lo mau jual info ttg perusahaan gw udh dari dulu lo lakuin, secara gw tau kemampuan lo. Lo ingat kan, pas pertama lo hubungin gw, gw g respon dan malah bongkar dan upgrade sistem pengamanan perusahaan berkali2, tapi tetep aja lo bobol dengan mudah kayak ngehack akun medsos orang." Sambungku

"Haha, makasih pujiannya. Tersipu nih. Bantu apaan? Buruan mumpung gw lagi baek" katanya.

Kemudian aku menyebutkan nomor seri misi yang sedang Wong jalani. Aku tau karena dari situ, Claire bisa mengakses rincian misi, dan melacak posisi Wong beberapa hari terakhir, siapa saja yang di jumpainya dan beberapa hal kecil lainnya.

"Trus lo mau nyusul ke sana sekarang?"tanyanya.

"Gak. No jetplane available. Besok pagi" jawabku.

"Hm, tolol." Katanya dengan nada yang kesal. Loh kok malah dia kesal sih.

"Ga usah ngegas woi" balasku yang tak kalah kesal.

"Yaudah tungguin, ntar gw kirim laporannya ke lo. Lo istirahat aja dulu. Kan lo abis kena tendang cewe ampe pingsan hahahaha"
Yah, mukai deh dia sok care, tapi ujung-ujungnya tetap ngehina. Bangke.

"Eh di cafe beneran ada CCTV. Kok bisa gw ampe ga sadar y?"tanyaku penasaran mengingat tadi sore.

"Kenapa ? Lo masih ngira gua tadi lagi di cafe? Haha. Kan udah gua bilang, gua curiga tu sama owner cafe. Jelita Agnesia. Udah gw cek, itu identitas timpaan, alias palsu. Tapi masih kebagusan sih kalau dibilang palsu, soalnya rapi banget dan lengkap. Tapi tetep, gw g bisa dibohongin, gua tau mana data timpaan mana gak." Katanya, menjelaskan dengan bangga.

Memang sih. Claire ini jenius dibidangnya. Kalau aja dia berani nemuin aku dan gak ngumpet, pasti udah lama aku rekrut dia. Belum lagi pengakuan crew IT bahwa reputasi nya sadis, dan yang penting licin. Bukan satu badan inteligen yang ngincar dia tapi banyak. Gak ada yang berhasil lacak dia, belum lagi dia jarang muncul "ngerusuh" dan kabarnya, sekalinya ngerusuh gak ada yang gabisa dia bobol dan penyewanya, selalu menargetkan Big fish, alias target yang masuk jajaran daftar instansi yang gaberani "disapa" sama hacker odong2. Aku sama sekali tak menyangka ternyata 'legend' seperti itu orang Indonesia.

"Urusan si agnes entar aja deh curigaannya. Lo bantu urusan ini dulu." Kata ku

"Iya udah. Lo istirahat aja dulu, ntar lagi nyampe apart kan? Ntar baru lo buka yang gw kirim. Gausah nyetir sambil liat hape. Bahaya, masuk got ntar" katanya.

Nah benerkan? Dia tau aku lagi nyetir dan sedikit lagi sampai. Tadi malah pura2 nanya aku dimana.

"Kok lo jadi sok care gini sih? Setahun kerjasama ama gua lo mulai baper? Jones amat sih. Cari cowo sana. Hidup di Goa mulu sih."

"Ni orang di bantuin bukannya makasih. Udah ah bye, nyesel gw bantuin...."

TIIT... Did she just hung up? Damn.

Arrggh. Kalau ga ada yang bisa aku lakuin begini, mending aku masih di kos April. Atleast, liat senyumnya pasti bisa buat aku tenang.
Sialllll. aku harus naik komersial pesawat pertama ke Singapur besok.

Tau gini, Apa aku harus beli private jet 1 lagi ya.

***
POV Dara

Kami setengah berlari menuju ruang meeting. Sudah beberapa orang berada di sana. Kulihat wajah Jenny masih saja pucat. Kualihkan pandangan ke setiap orang di ruangan itu. Dan semuanya menunjukkan ekspresi yang sama. Tegang, dan serius.

Aku berjalan menuju laptop yang ada di atas meja dan mempersiapkan presentasi ku untuk briefing malam ini.

Layar infocus mulai menunjukkan bagan dengan beberapa foto. Dengan jelas, aku paparkan semua hasil pengintaian Doni dan Kevin terhadap masing2 target, serta detail misi yang akan berlangsung nanti malam.

Kemudian , pembahasan beralih ke rencana cadangan dan evakuasi. Namun sedari tadi, pak kepala yang juga merupakan Papa Jenny, tampak gelisah seperti sedang memikirkan sesuatu. Beberapa kali konsentrasi ku pecah olehnya, karena aku tau. Beliau orang yang sangat teliti, dan bila ekspresinya seperti itu, bukankah berarti ada yang tidak beres.

"Maaf pak, ada apa? Apa ini mengenai kevin?" Tanyaku disela briefing.

"Bukan. Soal kevin, saya yang menjamin." Katanya sambil sekilas melihat Jenny. Kemudian pandangannya kembali kepadaku.

"Saya rasa misi ini bukan hanya mengungkap identitas pihak ketiga, yang akan ada saat pertemuan TO1 dan TO2 nanti, tapi ada satu pihak lagi. Dan jika firasatku benar, penyihir itu pasti ada disana, melihat sebesar ini transaksi nanti malam" sambung pak Edward, papa Jenny.

"Penyihir? Bukannkah dia hanya mitos pak? Sesuai gelarnya" tanyaku.

"Tidak. Dia nyata. Karena saya pernah sekali bertemu dengan dia." Jawab pak Edward.

"Dan jika dia terlibat, baik itu hadir atau tidak, tentunya penggerebekan nanti malam akan berakhir rusuh. Kamu, sebaiknya kamu turut serta secara langsung. Posisi mu biar saya yang gantikan. Karena saya tidak mau melepaskan Penyihir itu kali ini" sambungnya dengan tatapan dingin. Tak pernah ku lihat pak Edward seserius ini. Bahkan beliau bersedia turun serta ke misi.

"Baik pak, saya mengerti. "

Setelah briefing berakhir, kami bersiap2 untuk berangkat malam itu. Hari menunjukkan pukul 9 saat kami berangkat.

Aku menghubungi Doni dan sempat tak ada jawaban sebelum kemudian tak aktif dan muncul pesan dari nomor lain. Jika ini dari Doni berarti ada kecurigaan sehingga Ia memilih untuk membuang nomornya dan mengganti dengan nomor lain agar menghindari penyadapan.

"76ds342j9k- Scouting point compromised"

Isi pesan yang ku percayai itu dari doni melalui nomor id tadi, singkat namun memiliki makna yang luas. Jika tempat pengintaian ketahuan, bisa jadi benar2 ada mata2 di pihak kami atau pihak yang bekerja sama dengan kami yang tak lain adalah Interpol dan intelegen singapur. Pertama Kevin tertangkap, kedua Doni diserang.

"47ja949d5a - Status" balasku.

"Cedera, Retak kaki, pendarahan ringan dikepala" balasnya

"Oke. 11:40 , rendezvous point. Kita ketemu disana. Siapa yang tau dan siapa yang kau curigai?"tanyaku

"Sally dari interpol yang tau dan alibinya kuat. Yang kucurigai adalah Sam. Dan juga orang dalam yang ada bersama target.Aku tidak tau orang dalamnya bagaimana."

"Mundur Don, ini perintah, kondisi kaki seperti itu hanya jadi beban. Malam ini dipastikan akan menjadi sedikit ribut" kataku.

Tentunya dia paham 'sedikit ribut' seperti yang ku maksud itu seperti apa. Bagaimana tidak. Aku dikenal sebagai agen yang keluar dari lokasi dengan suasana sangat tenang atau sangat heboh. Sangat tenang ketika memang itu adalah misi penyusupan alias aku masuk dan keluar lokasi dengan sangat mulus, atau sangat heboh ketika misi yang bersifat penggerebekan seperti ini alias.... Yah... Lihat saja apa yang akan terjadi nanti.

***

POV 3rd

Di dalam kabin sebuah yacht mewah yang sedang berlabuh di pelabuhan harbour front, seorang wanita berkacamata dan berbusana ala kantoran dengan rambut terikat ke belakang ala kuncir kuda, berjalan meliak-liukkan pinggulnya sambil menenteng sebuah Tab berukuran 10 inchi pabrikan paman sam.

Dia mendekat ke seorang laki-laki dengan setelan jas berwarna biru laut dengan motif yang norak, yang sedang duduk bersantai di sebuah sofa sambil tangan kiri nya memegang sebuah cerutu dan tangan kanannya menggenggam secangkir minuman alkohol.

"Bagaimana?" Tanya laki2 itu dalam bahasa asing.

"Saya telah mendapatkan laporan nya pak" kata wanita itu, dengan bahasa inggris namun logat rusia yang kental sangat terasa.

"So..???"

"Berdasarkan hasil pengamatan orang kepercayaan kita, Lebih baik kita batalkan, pak. Terlalu banyak mata yang menunggu disana" kata wanita itu lagi.

"Come on, kau telah lama bekerja denganku, Kurasa kamu mengerti ku yang menyukai tantangan" kata laki2 itu lagi, sambil menghisap cerutunya.

"Tapi pak?" Protes wanita tadi dengan nada khawatir.

"Tenanglah, penyuka tantangan dan nekat itu, perbedaannya nya besar. " Kata laki2 itu kembali dengan seringai nya, menunjukkan Ia tak gentar bahwa pertemuan nanti telah di nanti oleh banyak pihak.

"Kau sudah dapat nama-nama agen yang terlibat?" Tanya laki2 itu lagi.

"Sudah pak, laporan ini lengkap, mulai dari yang terlibat langsung sejauh ini, hingga beberapa nama yang mungkin akan terlibat nantinya" kata wanita rusia tadi sambil menyerahkan tab itu kepada tuannya.

Laki2 tadi mengusap layar satu persatu, melihat daftar nama2 agen dalam laporan lengkap yang entah bagaimana bisa didapatkan oleh pihak seperti mereka, menampilkan nama yang akan 'memeriahkan' pertemuan nanti. Hingga ketika Ia sampai ke profil seseorang yang paling kasar. Tidak ada foto, hanya 'nickname' dan beberapa penampakan foto yang bahkan tak memperlihatkan wajahnya. Tidak ada keterangan lengkap, halaman itu praktis hanya berisi nickname dan cuplikan foto saja, tanpa tau sosok itu bagian dari instansi mana.

"Maaf pak, untuk yang itu, kami tidak bisa menemukan info lebih jauh, bahkan para double agent buta info tentang dia pak. Namun dirasa perlu untuk di sampaikan ke bapak, karena hampir dipastikan dia akan ada disana nanti malam. " Jelas wanita itu saat melihat raut kebingungan di wajah tuannya, ketika melihat satu profil yang sangat tidak lengkap.

Tapi setelah mendengarnya, raut kebingungan tadi, kini berubah menjadi senyuman dan seringai, menunjukkan rasa ketertarikan Laki2 ini terhadap sosok misterius yang bahkan bisa tak terlacak seperti ini. Ia tampak semangat dan tatapan mata nya berbinar. Dan berkata.

"Hahaha, aku suka ini. Tenang saja , aku sudah punya rencana untuk nanti malam, dan ini akan menjadi permainan yang menegangkan. Tak kusangka aku akan mendapatkan hiburan disini.
Black Rose? Hmmmm dia menarik."


Bersambung...


Maaf bila dirasa chapter ini kurang spesial, namun memang chapter ini merupakan pengantar untuk big event setelah ini. Dan beberapa hal yang TS gambarkan di Chapter ini juga akan menjadi point penting untuk kedepannya, seperti.... Hm, tunggu aja deh lanjutannya, pasti entar paham kok.hehehe.

TS memang hobi buat set up konflik dan alur secara perlahan, dan secara anda tidak sadar TS memasukkan banyak Clue di dalamnya.

Mohon dimaklumi

 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd