Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Fan Fiction] Lamunan di Beranda (The Story About Jessie)

Waktu menunjukan pukul 23.30. Ve baru saja selesai latihan yang dimulai sejak sore tadi dan dilanjut dengan briefing di theater. Dua hari kedepan ada event yang disponsori oleh Waku-Waku TV. Begitu sampai di kamarnya Ve langsung membenamkan wajahnya di bantal. Perasaan kesal, berdosa, marah pada diri sendiri menjadi satu. Membuat dirinya ingin menangis saja saat itu. Di dalam pikirannya terbayang-bayang senyum hangat Jimmy. Seperti senyum yang tulus, yang Ve lihat setiap kali berjumpa dirinya. Ve seolah menganggap dirinya adalah sang pendatang bahagia buat Jimmy. Tapi saat itu juga ia merasa sangat berdosa sekali. Seperti baru saja berbuat sesuatu yang sangat hina dan kotor. Ia merasa telah mengkhianati dan mengecewakan Jimmy. Padahal Jimmy saat ini bahkan belum tahu apa yang telah terjadi dengan Ve. Dan walau tidak ada ikatan khusus diantara keduanya selama ini tapi mereka seolah telah mengikatakan diri satu sama lain. Tidak ada status, mereka tidak pernah memproklamirkan diri sebagai sepasang kekasih. Semua berjalan dengan mengalir begitu saja. Tapi tidak dipungkiri memang hubungan mereka bisa dibilang sudah begitu intim. Dan akhirnya ada air mata yang leleh. Ve sangat kesal. Sangat menyesali kebodohannya tadi siang. Mengapa dirinya tidak mampu mengendalikan diri di depan Ferdy? Padahal ia sudah bersumpah bahwa Ferdy adalah masa lalu. Mengapa ia membiarkan saja Ferdy berbuat seperti dulu ketika mereka masih pacaran? Malah ia sempat terhanyut dan nyaris menyerahkan dirinya secara utuh ke Ferdy. Ve benci kepada dirinya sendiri. Benci kepada dirinya yang begitu mudahnya terpancing nafsu dan perlakuan Ferdy. Ia merasa bodoh. Ia merasa hina sekali. Ia merasa bukan seorang yang baik buat Jimmy. Ia memang kini sudah menjadi center di JKT48. Tapi dengan status demikian bahkan ia tak sanggup menjadi wanita yang baik buat Jimmy. Ferdy memang cowok yang pertama kali singgah dalam hatinya. Tapi kini sudah ada Jimmy yang mengisi kekosongan hatinya selama bertahun-tahun. Yang mengubur semua kenangan masa lalu yang kerap menghantui dirinya. Ia bahagia, membiarkan dirinya terajut kisah indah dengan Jimmy. Tapi hanya dengan sekali pertemuan tidak sengaja dengan Ferdy seolah Ve merusak semuanya. Aku tidak akan mengecewakan Jimmy lagi, biar saja Ferdy menjadi masa laluku, tekad Ve dalam hati. Jimmy memang tidak pernah menuntut apa-apa kepada Ve. Ia hanya berusaha menjadi seorang yang baik buat Ve dengan mempercayainya dan tidak membatasi geraknya. Jimmy menganggap Ve sudah dewasa, ia sanggup menjaga dirinya sendiri. Jimmy memang unik, cowok seperti itu mungkin langka atau cuma bisa ditemui di dunia sinetron. Ve sebenarnya tidak harus menjaga apapun tehadap Jimmy, pun perasaannya. Tapi entah mengapa kini dirinya merasa sangat berdosa sekali. Memikirkan semua itu membuat Ve semakin menyesal. Bantalnya kini basah oleh air mata. Tangisnya pecah. Kegiatan latihan tadi tak mampu meringankan kegundahan hatinya. Ia membiarkan saja terbenam dalam tangisnya. Berharap setelah itu segala gundah dan penyesalannya menjadi lebih ringan. Suasana kamarnya menjadi semakin hening, cuma ada bunyi detak jam yang terdengar seperti muncul tenggelam. Entah berapa lama Ve mencurahkan tangisnya. Ketika sudah agak tenang akhirnya ia tertidur.

Pagi ini seperti biasa Ve sedang berada di beranda. Mengamati suasana dan menikmati udara pagi yang segar. Sinar matahari masih lembut dan menyapa dengan hangat. Di meja ada secangkir teh manis yang isinya tinggal setengah dan sebuah novel bergenre misteri atau detektif karangan Agatha Christie. Walau hampir tak ada waktu untuk membacanya tapi Ve selalu membeli buku-buku semacam itu jika ada kesempatan. Entah mungkin hanya untuk memuaskan ego pribadinya. Sebelum menjadi member JKT48 dan sesibuk ini Ve memang hobi membaca novel bergenre misteri. Tapi baru saja membaca sebanyak tiga halaman ia sudah merasa jengah. Bahkan membaca mensyen-mensyen fans yang masuk yang biasa ia lakukan disaat senggang pun tidak. Pikirannya masih gundah. Jimmy, ah dia. Walau sudah sedekat ini tapi dia masih seorang Jimmy yang dulu. Meski tidak setiap kali tapi dia masih antusias memotret jika aku perform diluar. Pun walau tidak sering-sering amat tapi ia masih suka datang ke theater menonton aku perform. Ia masih berlaku sebagai seorang penggemar biasa, bahkan masih suka mensyen aku bilang kangen lah, memberi kalimat penyemangat, atau sekedar greetings. Tapi dilain sisi ia bisa memperlakukan aku seperti wanita biasa. Tidak ada jarak, tidak canggung, dekat dan akrab. Bukan sebagai seorang idol yang didewakan sebagaimana perlakuan fans-fansku selama ini. Karena terus terang saja aku sangat jenuh diperlakukan seperti itu. Aku butuh seorang teman, sahabat yang bisa aku ajak ngobrol dan sharing sesuatu hal atau bertukar pikiran. Dan Jimmy memenuhi kriteria itu, bahkan lebih. Ia pria yang lugu, tidak neko-neko. Ia beranggapan bahwa semua orang adalah baik dan dapat dijadikan teman. Ia selalu berpikiran positif, dan optimis. Ia pria rendah hati, murah senyum, dan disukai teman-temannya. Ah itu hanya sebagian kecil yang aku suka pada dirinya, gumam Ve mengingat-ingat Jimmy. Seolah ia berbicara dengan dirinya sendiri, menghibur hatinya sendiri. Tapi ketika Ve mengingat Jimmy dari sisi yang lain ia jadi senyum-senyum sendiri. Haha dasar, apanya pria polos, dimana-mana mungkin cowok pada akhirnya akan sama saja, kata Ve dalam hati teringat Jimmy yang pemalu tapi ternyata nakal sekali pada saat-saat tertentu. Lalu Ve kembali tersenyum-senyum sendiri. Seolah baru saja menemukan sesuatu yang lucu dan jenaka. Perasaannya kini makin lega. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan mengatur waktu untuk bertemu Jimmy. Beberapa minggu yang lewat memang menjadi minggu-minggu yang sibuk buat Ve. Kini Ve menjadi lebih bersemangat untuk bersiap-siap. Siang nanti Ve terpaksa absen kuliah karena ada sesi pemotretan untuk seri photopack terbaru.


Di antara jeda lagu dan ketika Melody sedang nge-lead MC tiba-tiba Kinal memukul pelan lengan Ve, "Semangat bener lo performnya, haha". "Lha bukannya gue selalu begitu?", balas Ve. "Halah basi lo, Ve.. Ada apa sih? Bolehlah kita gosip-gosip tetangga hihihi", kata Kinal lagi. Mereka sedang mengisi acara yang diselenggarakan oleh Waku Waku TV, sebuah perusahaan tv satelit yang menyiarkan program acara dari Jepang. Sore ini penontonnya cukup banyak. Tapi diantara penonton yang berjubel Ve masih bisa menemukan Jimmy disitu. Padahal stage di Gandaria City ini termasuk lebar dengan area penonton yang cukup luas. Mungkin keberadaan dirinya yang membuat Ve semakin bersemangat perform. Sudah dua kali Jimmy absen memotret di event seperti ini karena kesibukan di tempat kerjanya. Itulah mengapa Ve menjadi lebih lepas dancenya, senyumnya lebih ceria. Ia semakin terlihat bercahaya. Sedang di sebelah sana Jimmy sibuk membidik Ve via viewfinder nya. Ia senyum-senyum sendiri. Ah cantik sekali kamu hari ini Jessie. Ingin rasanya bertemu sekadar berbincang dan memandangmu dari jarak dekat, sayang disaat seperti ini kita hanya bisa berlaku sebagai idola dan fansnya, gumam Jimmy. Entah sudah berapa shutter count yang dihabiskan Jimmy untuk memotret Ve. Ia bahkan tidak memikirkan apapun selain shoot, shoot, and shoot. Kadang secara continues atau menjepret berkali-kali hampir tanpa jeda, kadang berhenti sejenak hanya memandang kecantikan Ve di viewfindernya lalu menjepret jika dirasa momentnya pas. Teriakan chants atau lambaian lighstick dari penonton lain seolah tidak menganggunya. Malah membuat Jimmy semakin bersemangat memotret Ve. Kebetulan kali ini ia dapat tempat yang strategis, mungkin di blokingan 2 jika ukurannya dari posisi member, hampir di tengah. Di tengah sesi MC sesekali Ve memandang dan tersenyum kearah Jimmy lalu melambaikan tangannya, membuat gesture air kiss, love sign dan memonyongkan bibirnya, membuat penonton di sekitar Jimmy menjadi gesrek bray. Jimmy cuma senyum-senyum saja, ah mungkin memang untuk mereka, untuk aku nanti saja jika kita berduaan hehe, pikiran Jimmy mulai ngaco arahnya. Setelah membawakan 6 lagu akhirnya event ini usai. Member melakukan salam terakhir dan mulai meninggalkan panggung sambil melambaikan tangannya kearah penonton. Jimmy pun tersenyum puas, sejenak memeriksa hasil foto dari LCD kameranya. Tidak lama kemudian ia membereskan gears memotretnya dan memasukan ke dalam tas Manfrotto warna coklatnya. Tapi dibalik kepuasannya memotret Ve tadi ada satu pertanyaan yang sedikit mengganjal, kapan aku bisa menemui dirinya?. Ah biar saja dia yang menentukan kapan dan dimana, aku tidak bisa memaksanya. Dia pasti punya solusi dan waktu untuk kita bertemu, batin Jimmy menghibur diri. Sedang di dalam bus mini yang mengantar member kembali ke FX Ve menanyakan ke manajer timnya tentang schedule dua minggu kedepan. Setelah mendengar jawabannya wajah Ve sedikit menampakan raut kecewa. Ah makin sedikit saja kesempatanku untuk bertemu Jimmy, rutuk Ve dalam hati. “Woe bencong ngapain lo bengong?”, tiba-tiba Kinal memutus lamunannya. “Apa sih?”, balas Ve sedikit kesal. Lalu mereka larut dalam pembicaraan tentang sebuah boyband Korea yang weekend nanti akan manggung di Jakarta. Entah apa lagi yang mereka bahas karena tidak lama kemudian mereka sudah tertawa-tawa.


Minggu pagi di CFD sekitaran antara lapangan Gasibu dan Gedung Sate, Bandung. Jimmy baru saja menghabiskan sarapannya. Dia sudah sejak Sabtu malam ada di Bandung bersama teman-temannya. Kebetulan weekend ini adalah long weekend karena hari Seninnya adalah hari besar salah satu agama. Bersama teman-teman satu tongkrongan di bengkel mereka turing dari Jakarta. Ada delapan motor yang berangkat. Kebetulan salah satu diantara mereka mempunyai saudara di Bandung yang rumahnya cukup besar untuk diinapi. Mereka memang kadang suka turing keluar kota jika waktunya pas. Dan kali ini tujuannya yang dekat-dekat saja, Bandung. Dan yang membuatnya senang adalah ternyata Ve akan menyusulnya ke Bandung. Karena disaat ada waktu untuk mereka bertemu ternyata Jimmy pergi turing bersama teman-temannya. Ve tidak bisa mencegahnya karena ia juga tidak bisa memastikan dari jauh-jauh hari untuk mereka bisa bertemu. Sekarang ada kesempatan cuma di hari Minggu ini dan Senin besok saja. Kebetulan tim J mendapat giliran perform theater di hari Sabtu. Ya sudah sekalian saja ketemuan di Bandung, pikir Ve. Hitung-hitung sekalian jalan-jalan dan mencari suasana baru. Dengan alasan ingin refreshing dan main ke tempat Dhike lalu Ve pamit ke orang rumah untuk pergi ke Bandung selama dua hari. Minggu pagi Ve berdua dengan Dhike berangkat menggunakan travel Citi Trans yang pool nya ada di FX. Dalam rangka kedatangan Ve menyusul dirinya ke Bandung mau tidak mau Jimmy harus berpisah dengan teman-temannya dan mencari penginapan atau hotel sendiri. Dengan sedikit alasan bla bla bla dan ini-itu teman-temannya dapat memaklumi. Tentu saja Jimmy tidak memberitahu siapa sebenarnya yang akan datang menemuinya. Dan tidak mungkin Jimmy memperkenalkan Ve kepada mereka. Setelah sebelumnya berputar-putar mencari akhirnya Jimmy dapat penginapan di sekitar antara Dipati Ukur dan Telkom Gasibu. Ada hotel yang cukup nyaman dan letaknya cukup strategis. Jimmy beruntung, karena biasanya long weekend begini rata-rata penginapan di Bandung fully-booked. Satu lagi karena lokasinya itu maka jika ingin bekeliling di kota Bandung akan dapat dijangkau dengan jarak yang tidak begitu jauh dari hotel. Dan kebetulan sekali ada pool Citi Trans di Jalan Dipati Ukur. Setelah janjian dan disepakati akhirnya Jimmy gas menuju lokasi yang sudah disepakati. Citi Trans dari Jakarta sampai di Bandung jam 10 pagi. Jam 10 lewat 5 menit akhirnya Jimmy tiba. Wajahnya berseri-seri dengan senyum sumringah begitu melihat wujud Ve disana. Dan ternyata Dhike sudah dijemput duluan. Dia memang jika bolak-balik Jakarta-Bandung suka diantar-jemput oleh seorang yang berambut cepak. Mungkin ajudan ayahnya yang perwira menengah TNI itu. “Hmmm kita cari makan dulu yuk? Aku lapar”, kata Ve. Dan Jimmy sudah tau dan tidak perlu berpikir lama akan membawa Ve kemana.

Mereka berdua berboncengan membelah jalan di kota Bandung. Honda CB150R warna putih strip biru milik Jimmy mengaspal dengan tenang. Ve mengenakan jaket yang menyerupai parka warna hijau army. Dan Jimmy sebelumnya sudah membawa helm half face cadangan buat Ve. Hari ini cuaca lumayan cerah dengan matahari yang bersinar lembut. Bermotor di kota Bandung sedikit berbeda dengan di Jakarta. Walau tidak sesejuk dulu tapi membelah angin dengan berkendara motor masih terasa adem. Kota Bandung sekarang dibawah kendali Wali Kota Ridwan Kamil agak sedikit berbeda. Sudut-sudut kota ditata apik dan bersih. Taman-taman kota atau spot-spot lain dibikin lebih indah, rapi dan asri. Jalur lalu lintas diatur ulang. Walau belum bisa mengatasi kemacetan Bandung di akhir pekan tapi setidaknya tampak lebih teratur. Sedikit berbeda dengan waktu aku masih kuliah disini dulu, gumam Jimmy. Ve mendekap erat lingkar pinggang Jimmy. Baginya berboncengan motor dengan Jimmy adalah suatu yang mengasyikan. Jimmy? jangan ditanya lagi, membonceng Ve dengan posisi demikian tentu saja membuat dirinya merasa nyaman, serasa dimilki oleh Ve. Berboncengan rapat dan mesra sambil ngobrol ringan selama perjalanan sedikit mengobati kerinduan diantara mereka. Setelah menembus lalu lintas yang mulai padat menjelang siang itu akhirnya mereka sampai di tempat yang dituju. Ada satu tempat yang berkesan bagi Jimmy yaitu Dakken di Jalan Riau, sebuah cafe atau restoran steak yang berkonsep seperti rumah tinggal sendiri. Kursinya berupa sofa atau meubel dan ruangnya bersekat-sekat mirip ruang tamu di rumah-rumah. Ada juga yang menyerupai gazebo yang letaknya di belakang, atau ada yang seperti ruang meeting untuk keperluan pengunjung yang datang dengan jumlah besar. Mereka mengambil tempat di sebuah sudut dengan meubel dan dekorasi mirip sekali dengan ruang tamu rumah. Setelah menunggu sekitar 15 menit akhirnya hidangan datang. Jimmy tersenyum kecil memperhatikan Ve yang agak sedikit lahap makannya. Ve cuma membalas dengan tatapan saja lalu kembali melahap makanannya. Oh perempuan cantik yang sedang lapar, aku rindu sekali padamu, gumam Jimmy sambil senyum-senyum.

Sehabis makan sebenarnya mereka masih ingin jalan-jalan. Ve ingin hang-out ke mall-mall di Bandung seperti Paris van Java, Ciwalk atau Trans Studio. Sebenarnya sudah pernah, apa lagi Trans Studio Mall, Ve sudah dua kali perform disana. Karena mumpung lagi di Bandung Ve ingin merasakannya lagi. Tapi sepertinya tidak memungkinkan buatnya, apalagi ia cuma berdua saja dengan Jimmy. Jika kebetulan ada seorang fans yang melihat Ve tentu akan fatal sekali akibatnya dan mengancam kelangsungan kariernya di JKT48. Dan Ve ingat bahwa Jimmy habis riding Jakarta-Bandung sehari sebelumnya, tentu masih capek. Ve tentu saja tidak tega dengan menyiksanya lagi dengan menugasinya menemani jalan-jalan. Akhirnya mereka memutuskan untuk ke hotel yang sudah di-reservasi oleh Jimmy. Setelah mampir dulu ke mini market untuk sekedar membeli cemilan atau keperluan lain akhirnya mereka sampai di kamar hotel. Jimmy sejenak merebahkan tubuhnya di tempat tidur double bed. Walau tubuhnya lelah tapi seolah ia tidak merasakannya lagi karena ada Ve disisinya. Sambil menikmati snack mereka berdua menonton tv diatas tempat tidur sambil bersandar. “Lucu ya kita bisa meluangkan waktu berdua seperti ini malah ketika di kota orang”, ucap Jimmy. “Maafkan aku baru punya kesempatan seperti sekarang ini”, balas Ve. “Ah tidak mengapa Jessie, bisa berduaan saja denganmu setelah menahan kangen berminggu-minggu terasa menyenangkan sekali”, balas Jimmy lagi sambil membelai pipi Ve yang ranum dan halus itu lalu mengecup lembut dua kali. Ve membalas dengan memeluk Jimmy, rasanya kangen sekali, seperti berbulan-bulan tidak bertemu. “Jadi gimana keadaanmu selama ini Jess?”. Lalu Ve bercerita bahwa ia sempat secara tidak sengaja bertemu Ferdy di kampusnya. Walau ia agak takut melihat reaksi Jimmy akan seperti apa tapi dia harus menceritakannya. Biar lega, agar ia tidak merasa menyembunyikan apapun di terhadap Jimmy. Tentu saja Ve tidak menceritakan hal yang terperinci. Semua tidak perlu diungkap secara gamblang, contohnya kejadian di kamar Ferdy beberapa waktu lalu. Yang penting apa yang mau disampaikan dapat dimengerti. Karena terkadang ada sesuatu yang sebaiknya tetap terpendam demi kebaikan keduanya. Diluar dugaannya ternyata Jimmy hanya menanggapi datar saja. Tidak kaget ataupun marah. “Aku percaya padamu, aku tidak membatasi kamu untuk bertemu dengan siapapun. Lagi pula dia sekarang sudah merupakan teman lama bagimu”, kata Jimmy sambil sedikit senyum. Ve memperhatikan raut wajah Jimmy seksama dengan agak cemas. Walau bibirnya mengatakan demikian tapi aku tidak tahu apa yang dirasakan jauh di dasar hatinya, gumam Ve. Jika pun ia menjadi marah dan kesal karena itu maka aku akan mewajarkannya, meminta maaf dan berusaha membuatnya kembali ceria, tambah Ve dalam hati. Ya memang Jimmy berusaha mati-matian menekan perasaan cemburu. Ia memang tahu tidak punya kuasa atau tidak mau mengendalikan Ve. Namun perasaan cemburu yang tidak dikehendakinya ini sedikit menjalar dalam pikirannya. Tapi ia sadar tidak akan merusak suasana yang indah ini, yang entah kapan bisa terulang kembali. Akhirnya Jimmy berangsur-angsur berhasil menepis perasaan negatif yang tidak perlu. “Ok kamu tidak perlu meminta maaf padaku, karena apa yang mau dimaafkan? kamu pasti tidak bisa jawab kan?”, tanya Jimmy. “Terima kasih”, balas Ve. Ah dia memang pintar menyamarkan suatu feeling guilty lawan bicaranya, karena aku pun tidak tahu jawaban dari pertanyaan dia, kata Ve dalam hati. Lalu Ve memeluk tubuh Jimmy dengan erat. Aku cinta pria ini, aku tidak akan melepasnya, aku akan serahkan diriku kepadanya, seutuhnya.

Lalu Ve sudah berada diatas tubuh Jimmy, melumat bibirnya dengan nafsu hingga membuat Jimmy gelagapan. Tentu saja Jimmy kaget dengan inisiatif Ve seperti ini, tidak biasanya. Tapi ia menikmati saja, sambil memegang pinggul Ve, meremas-remasnya gemas. “Mmmmhhh..”, Ve berubah menjadi wanita yang binal, seolah ingin menyiram dahaganya terhadap Jimmy yang selama ini dipendam-pendam. Bunyi kecipak bibir dengan nafas yang memburu menyatu memenuhi kamar hotel itu. Digigit-gigitnya bibir Jimmy, dihisap lalu dilumat lagi sambil lidahnya ikut bermain. Oh Jessie apa yang terjadi dengan dirimu sayang? tanya Jimmy dalam hati. Ah tapi masa bodoh, tunjukan padaku sisi dirimu yang lain, gumam Jimmy lagi. Jimmy hanya meladeni saja, Ve berada dalam posisi yang dominan, ia yang memegang kendali. Tangannya meremas dan menekan pinggul Ve hingga menjadi semakin rapat. Hingga Ve dapat merasakan ada sesuatu yang mengeras milik Jimmy. Tapi itu yang dicari Ve, dia malah menggesek-gesekan penis Jimmy dengan area selangkangannya sehingga penis Jimmy semakin menegang keras, dan memanjang. Bergerak maju mundur, ke kanan kiri dengan berirama. Ve sengaja menyasarkan batang penis Jimmy dan digesekan dengan belahan vaginanya. Dengan demikian ada dua tujuan sekaligus yang dicapai, merangsang dirinya dengan penis Jimmy yang menegang sekaligus menstimulus penis Jimmy agar lebih mengeras lagi. Puas melumat bibir Jimmy lalu Ve melepas kaos yang dikenakan Jimmy. Kini Jimmy bertelanjang dada. Lalu Ve menciumi tubuh Jimmy, dadanya dikecup-kecup. Merasakan bibir Ve nempel ditubuhnya membuat Jimmy merasa geli. “Ahhh Jessie, geli sayang..”. Tapi Ve tidak peduli malah semakin giat menciumi dada Jimmy. Dijilat-jilatnya puting dadanya sampai Jimmy menggelinjang menahan geli. Bergantian kanan kiri lalu mulai mengulas seluruh area dadanya secara rata. Dirasakan Jimmy lidah Ve licin sekali, lincah, bikin geli tapi nikmat. “Ugghhh Jessie..”, desah Jimmy. Sesekali Ve sambil menatap Jimmy yang sedang kegelian manahan nikmat dengan tatapan seperti wanita yang binal, yang ingin melepas dahaga nafsunya saat ini. Perlahan lidah Ve menuju ke perut Jimmy, dikecup-kecupnya dan diciumi. Aroma tubuh Jimmy membuat Ve semakin bernafsu. Digigit-gigit halus perut Jimmy bergantian dengan jilatan yang mengulas. Permukaan perut Jimmy menjadi lembab oleh ulasan lidah Ve. Lalu tangan Ve mengelus selangkangan Jimmy. Membelai batang penisnya, diraba-raba dan diremas secara gemas oleh Ve. Perlakuan Ve itu membuat Jimmy semakin keenakan, “Aaahhh Jessie.. oouchh”. Lidah Ve semakin menurun, sudah sampai di celana jeans Jimmy. Lalu Ve melepas kancing dan menurunkan retsletingnya, memelorotkan sekaligus dengan celana dalamnya. Dan menyembul lah penis Jimmy, tegak, tegang dan keras. Ve terbelalak, memandanginya dengan penuh nafsu. Batang penis Jimmy sampai terlihat urat-uratnyanya, kekar, dan perkasa. Lalu Ve mengocok penis Jimmy dengan penuh nafsu. Ia gregetan ingin segera membuat perhitungan dengan penis yang menantang nafsunya ini. “Aaachhh.. ssshhh”, Jimmy sampai merem melek menahan nikmat karena perlakuan Ve. Setelah mengocok-ngocoknya beberapa saat lalu Ve membenamkan penis Jimmy kedalam mulutnya. Hanya setengah batangnya lebih sedikit, tidak terbenam seluruhnya. Mulut Ve membutuhkan penyesuaian dulu terhadap penis Jimmy yang keras dan besar itu. Dikulum-kulumnya, dihisap-hisapnya dengan penuh nafsu. Maju mundur mulut dan bibir Ve menghisap batang penis Jimmy. Gesekan bibir Ve dengan batang penisnya membuat Jimmy semakin menggelinjang nikmat. Aduh Jessie kamu jahanam sekali, rutuk Jimmy dalam hati kesenangan. Sedikit demi sedikit Ve mencoba membenamkan keseluruhan penis Jimmy kedalam mulutnya, ia penasaran. Sebesar apapun punyamu aku akan menundukannya, tekad Ve dalam hati. Dan akhirnya berhasil. Sekarang gerakan maju mundurnya semakin panjang karena mesti menyusur batang penis Jimmy dari kepala sampai pangkal batangnya. Walau dengan itu Ve harus berjuang keras karena ketika ujung penis Jimmy mencapai kerongkongannya membuat Ve agak mual. Tapi dengan kecintaannya terhadap Jimmy ia rela melakukannya. Ia ingin membahagiakan Jimmy dengan seluruh kemampuannya. Setelah berhasil membenamkan seluruh penis Jimmy lalu dilepas sejenak sambil terus dikocok-kocok. Ia tidak mau kenikmatan Jimmy terhenti. Lalu lidahnya menjilati ujung penis Jimmy, kepalanya diulas dengan ujung lidah. “Uuugghh.. aaachh.. geli sayaaaang”, Jimmy mendesah kegelian tapi bercampur nikmat. Batangnya pun dijilati, digesek-gesek dengan bibir. Nyaris seluruh area batangnya kena jilatan lidah Ve. Dan sekarang testisnya pun dijilati dengan penuh nafsu sambil tangannya mengkocok batang penis Jimmy. Bergantian testis kanan kiri, dihisapnya, dimainkan dengan mulutnya, dijilati lagi. Aduh cewek ini kenapa? tapi aku mana bisa menghentikannya, gumam Jimmy. Lalu Ve melepas genggaman tangannya di penis Jimmy. Sambil menatap Jimmy ia melepas kemeja tanpa lengannya, lalu mencopot bra nya. Dalam kedaan terlentang Jimmy bisa melihat payudara Ve yang indah itu, menggantung dengan sempurna. Lalu Ve kembali dalam posisi berhadapan dengan penis Jimmy. Digesekannya kedua payudara Ve ke penisnya Jimmy. Karena lumatan mulut Ve tadi membuat penis Jimmy menjadi basah dan licin ketika digesekan ke payudara Ve. “Aaachh Jessie.. kamu nakal sekali..”. Menggesekan penis Jimmy ke payudaranya membuat Ve jadi semakin nafsu sendiri. Semakin dibenamkannya batang penis Jimmy di belahan payudaranya lalu digesek-gesekan kembali. Jimmy semakin keenakan dibuatnya, payudara Ve yang kenyal dan lembut itu kini digesekan ke penisnya. Sebenarnya buah dada Ve tidak cukup besar untuk melakukan itu. Tidak benar-benar menjepit dan membenam penis seperti yang ia lihat di blue film. Ah biarlah segini juga sudah cukup, pikir Ve. Lalu Ve kembali menggesekan dengan gerakan semakin cepat sambil memperhatikan Jimmy yang mendesah keenakan. Menggesekan belahan payudaranya dan membenamkannya ke penis Jimmy membuat Ve merasa seksi dan nakal, ia menjadi sangat bergairah. Tampaknya ia ingin membayar tuntas karena telah membuat Jimmy sedikit cemburu karena cerita tadi dan sebagai hadiah karena pengertiannya terhadap masalah itu. Kini Jimmy sudah telanjang bulat, celana jeansnya yang melorot sudah dilepas semuanya oleh Ve. Membuat Ve semakin leluasa memainkan dan meng-explore penis Jimmy.

Ve merasakan vaginanya sudah basah, tanda sudah terangsang hebat. Sebenarnya sejak tadi ia menahan-nahan, dinding vaginanya gatal ingin digesek dan dimasukan sesuatu. Sekarang dengan penis Jimmy yang tegak dihidapannya ia menjadi tidak sabar. Dan kini gantian Ve yang melepas celana jeans nya. Kemudian celana dalam berwarna biru mudanya. Jimmy terhenyak, dihadapannya Ve telanjang bulat dengan bentuk tubuhnya yang indah, kulitnya yang putih mulus, bersih dan lembut terawat. Dan tentu saja V curve nya yang, aahh sangat indah dan menggugah syahwat. Ada bulu-bulu halus saja, tidak lebat, mungkin belum lama Ve mencukurnya. Lalu Ve bertumpu dengan lututnya, mengangkangi penis Jimmy yang sudah siap tempur. Sekarang gantian Jimmy yang tidak sabar ingin penisnya dimasukan ke vagina Ve. Dengan mengikat rambutnya terlebih dahulu menjadi ponytai dengan posisi masih mengangkangi Jimmy. Prosesi itu membikin Jimmy semakin kagum dengan pemandangan diatasnya. Tubuhmu indah sekali Jessie, gumamnya. Dan ketika tangan Ve mengikat rambutnya membuat payudaranya semain terlihat bagus bentuknya. Membuat siapa saja yang melihat menjadi gemas ingin meremas. Lalu tangan Ve meraih penis Jimmy dan diarahkan ke lubang vaginanya. Digesek-gesekan terlebih dahulu kepala penis ke area clitoris dan belahan vaginanya. Dan Jimmy merasakan ujung penisnya menyentuh vagina Ve yang hangat dan licin karena sudah agak basah oleh cairan pelumas tanda siap di penetrasi. Dan akhirnya, bleesss.. penis Jimmy amblas kedalam vagina Ve. “Aaachh..”, Ve sedikit tersentak kegelian karena penis Jimmy sontak amblas membuat vaginanya terasa nikmat. Dengan posisi woman on top Ve menggoyang-goyangkan tubuhnya, mengocok penis Jimmy dengan vaginanya. Dengan gerakan yang teratur dan nafas yang semakin memburu. “Aaachh.. oouchhh sshh..”, Ve mulai mendesah-desah karena kenikmatan mulai menjalari area vaginanya. Jimmy dengan posisi terlentang dengan penisnya yang seolah dipijit-pijit oleh vagina Ve yang berdenyut itu, hangat dan rapat, nikmat sekali. Belum lagi jika melihat Ve meliuk-liuk diatasnya dengan payudara yang terguncang-guncang dan mendesah, uugh seksi sekali. “Ouchh Jessie.. teruskan sayang, enak sekali”, Jimmy meracau karena dirasakan penisnya semakin nikmat dikocok sedemikian rupa oleh vagina Ve. Sambil meremas payudara Ve ia pasrah membiarkan Ve memegang kendali. Tangan satunya meremas dan mendorong pinggul Ve membantu agar Ve tidak terlalu mengeluarkan tenaga untuk menggoyangkan tubuhnya. Semakin lama semakin cepat, Ve ingin merasakan lebih kenikmatan lebih jauh lagi. “Sssshh.. aaachh.. Jimmy ouchh”, Ve terus mengocok penis Jimmy dengan menggoyangkan pinggulnya. Kadang ia merapatkan tubuhnya sehingga sejajar dan bisa mencium dan melumat bibir Jimmy. Setelah beberapa saat Jimmy membiarkan Ve dominan dengan posisi woman on top sekarang ia mau gantian yang menjadi aktif. Dicabutnya penisnya dari vagina Ve lalu ia bangkit dan memposisikan tubuh Ve membelakanginya. Setelah tangan Ve bertumbu ke kasur lalu Jimmy mencobloskan penisnya ke lubang vagina Ve dari belakang. Pinggul Ve yang kenyal dan bulat membuat Jimmy semakin gregetan mengocok penisnya ke vagina Ve. Dalam posisi doggy style begitu pinggul Ve beradu dengan paha Jimmy menimbukan suara seperti orang menepuk. Tapi suara-suara itu malah membuat mereka semakin bergairah. Di cengkramnya pinggang Ve dengan kedua tangannya agar Jimmy bisa lebih mantap mengocok vagina Ve dengan penisnya. Maju mundur dengan teratur, kadang cepat kadang melambat. “Ouchhh aaachh.. sshhh”, Ve mendesah menahan kenikmatan yang semakin menguasai tubuhnya. Kini Jimmy lebih leluasa mengatur tempo, karena jujur saja tadi ia nyaris dibikin klimaks oleh Ve karena goyangannya yang kelewat cepat dan erotis dalam posisi WOT. Kini Jimmy kadang memaju mundurkan dengan cepat, hingga tubuh mereka beradu dan menimbulkan bunyi plak plak. Kadang melambat ketika Ve sudah melenguh keras dan dirinya sendiri nyaris klimaks. Setelah beberapa lama Jimmy mencabut penisnya dan rebah menyamping diikutin Ve. Dengan tubuh Ve yang membelakangi dengan posisi tidur menyamping Jimmy memasukan kembali penisnya ke vagina Ve. Sekarang posisinya agak santai tanpa mengurangi keleluasaan penetrasi. Posisi demikian lebih nyaman ketika pasangan sudah mulai lelah. Justru bisa lebih intim karena Jimmy bisa mendekap tubuh Ve sekaligus meremas payudaranya. Pun mereka masih bisa saling melumat bibir. Ve juga bisa mengaitkan kakinya ke kaki Jimmy. Dan Jimmmy mulai mempercepat gerakan maju mundurnya. Penisnya semakin mengkilap karena dilumasii oleh cairan vagina Ve. Maju-mundur, keluar-masuk mengobok-obok lubang vagina Ve yang semakin memerah rekah itu. Tangan kanan Jimmy menstimulus klitorisnya sedang batang penisnya menggesek dinding vagina membuat Ve semakin tidak tahan. Ingin rasanya diklimaks-kan saja oleh Jimmy. “Aaaaachh.. sshhh sssaayaaanngg.. ouch”, Ve semakin mendesah menahan kenikmatan luar biasa. Jari Jimmy sambil mengucek-ucek klitorisnya dan mulut Jimmy menciumi tengkuk Ve. Bunyi kecipak karena dua kelamin berbeda yang saling bercumbu seolah bersahutan dengan nafas mereka yang semakin memburu. Di tengah pergumulan Jimmy menghentikan sejenak gerakannya. “Jess, kamu sebentar lagi datang bulan ya? aku tebak mungkin lusa”, tanya Jimmy. Tentu saja Jimmy mengetahui hal itu karena sejak awal tadi libido Ve tinggi sekali. Tanda-tanda wanita akan datang bulan. “Uhmm ya memang sudah waktunya, kenapa memang? ah aku tau maksud jahatmu, kamu akan mengeluarkannya di dalam kan?”, cecar Ve. Maksud Jimmy mudah saja ditebak olehnya. Ini sama saja dengan program KB dengan sistem kalender, gumam Ve. Sperma yang masuk nanti akan terdorong keluar oleh darah haid dan tidak sampai membuahi. “Ah kamu tidak jahat sayang, lakukan sesukamu saja, aku milikmu seutuhnya”, sambung Ve lagi. “Kita buat keluar dan klimaks bareng-bareng ya sayang”, ucap Jimmy lalu mengecup Ve. Ve hanya mengangguk tanda setuju. Lalu Jimmy membuat Ve telentang dan Jimmy berada diatasnya. Dengan posisi konvensional alias missonaris Jimmy kembali menghunjam vagina Ve dengan penisnya yang masih mengeras. Blesss.. “AAcchh..”, Ve merasa vaginanya dimasuki oleh tongkat kayu yang keras dan besar, tapi yang ini alot dan agak elastis. Vagina Ve penuh menampung penis Jimmy. Tidak menunggu lama lalu Jimmy mulai mengerakan pinggulnya, membuat penis Jimmy maju mundur di vagina Ve. Batangnya seolah menggaruk dinding vaginanya yang gatal. Terasa nikmat dan semakin nikmat lagi. Apa lagi Jimmy mulai memainkan klitorisnya dengan jarinya. Menguwel-uwel, menstimulus dengan gerakan memutar, mencubit, menggesek. Dengan penisnya yang konstan mengocok vagina Ve. Setelah beberapa saat Ve menerima perlakuan Jimmy itu, “Aaachh ssayaaangg.. ouchh.. bikin aku orgasme.. ughh”, Ve memohon kepada Jimmy karena dirinya sudah hampir mecapai puncak. “Bentar sayang, tunggu aku.. biar kita bareng-bareng keluarnya”, balas Jimmy. Lalu Jimmy semakin cepat menggerakan tubuhnya, menghentak dengan keras sampai tubuh Ve tersentak-sentak. “Oouchh.. aachh”, Jimmy mulai merasakan dirinya sebentar lagi akan ejakulasi. Sementara Ve semakin menggelinjang keenakan, kepalanya terlempar kesana kemari. “Aaachhh ooochh.. sshhh aaachh..”, Ve sepertinya akan orgasme sekejap lagi. Dan, “Aaachh Jessie aku mau keluar.. ooucch aaachh..”. Sementara itu tubuh Ve menggelinjang hebat, dan “Aaaachhhh Jimmy.. aaachhh.. aachhh”, Ve mancapai puncaknya. Ia orgasme, tubuhnya agak mengejang. Crooot crrooot crooot.. Jimmy ejakulasi di dalam vagina Ve, nikmatnya luar biasa, tak bisa dibayangkan dengan kata-kata. Air maninya banyak sekali keluar didalam vagina Ve. Mengedut-ngedut hingga semprotannya melemah dan berhenti. Ve merasakan di dalam vaginanya dipenuhi air mani Jimmy. Banyak, kental dan hangat. Tapi entah ia malah menikmatinya, ia senang. Saking banyaknya setelah Jimmy mencabut penisnya air maninya sontak leleh keluar dari lubang vagina Ve. Jimmy puas sekali, ejakulasinya tuntas didalam vagina Ve. Demikian pun Ve, dahaga nafsunya tuntas. Ia bahagia telah dibikin orgasme oleh Jimmy, lelaki yang disayanginya.

“Aku tidak pintar berkata-kata, tapi aku sayang kamu”, bisik Jimmy dekat telinga Ve. “Aku juga, tak ingin lagi jauh darimu”, balas Ve. Lalu Jimmy mengecup sayang kening Ve dua kali. Lalu mereka berpelukan dalam posisi berbaring, seolah tidak ingin waktu berputar cepat dan mereka bisa bersama seperti saat ini dengan lebih lama lagi. Setelah membersihkan vagina Ve dengan tisu basah lalu mereka berdua beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak lama kemudian terdengar suara shower yang dinyalakan dan bunyi kecipak air.


TO BE CONTINUED..


10211820145_d09b6f5708_z.jpg
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Nice cut! Makin sadis diksinya, risetnya makin detail, tapi usul nih gan, kalo bisa lbh diperjelas lagi dialog atau monolog masing2 karakternya. Krn ada satu bagian dimana agan sedang bercerita dari sudut pandang agan tiba2 masuk sudut pandang si karakter, cukup bikin bingung. But, Kalo itu memang gaya menulis agan, saya sih monggo aja krn saya ga mau membatasi karakter penulisan agan. Cuma usul asal, maaf kl menyinggung.

Ditunggu kelanjutannya hhee
 
Nice cut! Makin sadis diksinya, risetnya makin detail, tapi usul nih gan, kalo bisa lbh diperjelas lagi dialog atau monolog masing2 karakternya. Krn ada satu bagian dimana agan sedang bercerita dari sudut pandang agan tiba2 masuk sudut pandang si karakter, cukup bikin bingung. But, Kalo itu memang gaya menulis agan, saya sih monggo aja krn saya ga mau membatasi karakter penulisan agan. Cuma usul asal, maaf kl menyinggung.

Ditunggu kelanjutannya hhee
a very good advice :thumbup:
mungkin karena format penulisannya, setiap monolog belakangnya selalu ada keterangan siapa yg berbicara koq. agak kurang sreg misal ada monolog harus ganti baris baru. ya mungkin bacanya mesti pelan2 gan hehe. dan ini apa ya, POV atau sudut pandangnya bebas. bisa dari mana aja, tokoh utama, orang kedua, ketiga atau dari penulis sendiri. dan kadang loncat2 dengan cepat. ini mungkin yg berpotensi agak membingungkan kalo bacanya cepet2. dan karena mungkin ini cerita bakalan bersambung terus tergantung waktu dan mood penulis jg, jadi kalo POV nya cuma dari 1 atau 2 sisi aja akan terasa membosankan heheh :D

but anyway, thanks buat sarannya gan, manatap jiwa :beer:
 
noted:
credit to the first uploader for all pictures in this thread
 
Wah akhirnya yang ditunggu2 apdet juga

Panas sekali kali ini bro

Penasaran selanjutnya bakal ngapain

Anw grp sent bro
 
Wah akhirnya yang ditunggu2 apdet juga

Panas sekali kali ini bro

Penasaran selanjutnya bakal ngapain

Anw grp sent bro
selanjutnya? hmm tunggu aja next update
udah ada di pikiran tp lg males nulisnya :D

but anyway thanks bor buat cendolnya :beer:
 
a very good advice :thumbup:
mungkin karena format penulisannya, setiap monolog belakangnya selalu ada keterangan siapa yg berbicara koq. agak kurang sreg misal ada monolog harus ganti baris baru. ya mungkin bacanya mesti pelan2 gan hehe. dan ini apa ya, POV atau sudut pandangnya bebas. bisa dari mana aja, tokoh utama, orang kedua, ketiga atau dari penulis sendiri. dan kadang loncat2 dengan cepat. ini mungkin yg berpotensi agak membingungkan kalo bacanya cepet2. dan karena mungkin ini cerita bakalan bersambung terus tergantung waktu dan mood penulis jg, jadi kalo POV nya cuma dari 1 atau 2 sisi aja akan terasa membosankan heheh :D

but anyway, thanks buat sarannya gan, manatap jiwa :beer:

Hehe sama2 gans, masih menunggu part dengan Kinal mungkin trisam sama Ve dan Jimmy. It could be blastin'!
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Dalam dunia nyata Jessie nya lg sakit :(
Jd hilang mood mau update, padahal kerangka cerita udah ada

Fuckin' Lymphoma

Eh btw ada lomba nulis ya? keren2
Ah tp saya sih iseng2 aja, gak layak ikutan

Maaf all, entah kapan ini bisa nulis lg :(
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Dalam dunia nyata Jessie nya lg sakit :(
Jd hilang mood mau update, padahal kerangka cerita udah ada

Fuckin' Lymphoma

Eh btw ada lomba nulis ya? keren2
Ah tp saya sih iseng2 aja, gak layak ikutan

Maaf all, entah kapan ini bisa nulis lg :(

Jessie dah sembuh tuh, gan. Ada rencana update lagi ga? :pandaketawa:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd