prolog winda
namaku winda
usiaku 23 tahun dan baru saja lulus kuliah di universitas ternama di bandung
kini aku sudah bekerja di sebuah perusahaan besar di bandung namun belakangan ini membuka cabang di jakarta dan aku salah satu yang harus mengurus cabang baru tsb
aku memang sudah dididik ilmu agama sejak kecil hingga dewasa pun aku tetap memegang teguh nilai agama itu
tak mudah bagiku untuk tetap istikomah dengan agamaku hingga sekarang ini apalagi dengan wajah yang bisa dibilang di atas rata-rata
banyak ikhwan yang mencoba mendekati ku namun tak satupun yang aku tanggapi
untuk menghindari fitnah yang lebih jauh aku pun memilih untuk segera melakukan sunnah rasul yaitu menikah
tak lama ada seorang pria kenalan dari umi ku datang ke rumah ku untuk melamar
walau aku belum tahu benar siapa dia, namun dari biodata yang diberikan oleh umi ku membuat diriku tertarik untuk melanjutkan hubungan yg lebih serius dan dengan pria itu
keluarga kami pun menerima lamaran dari pria tampan dan alim itu
namun karena kesibukan ku di jakarta membuat tanggal pernikahan kami agak tertunda hingga beberapa bulan kedepan
hari ini adalah hari kedua aku kos di jakarta, kesempatan libur kantor ku manfaat kan untuk datang kerumah teteh nina yang ternyata tak begitu jauh dari tempat kos ku
teteh nina memang hanya lebih tua beberapa tahun dariku, namun sikapnya yang dewasa membutku selalu menghormatinya sejak kecil
kini apa yang terjadi di depanku sungguh tak dapat dipercaya
teteh nina yang selalu ku lihat tegar dalam segala situasi bisa menangis tersendu sendu
terdengar sayup sayup adanya kalimat kalimat cekcok keluar dari mulut teteh nina dan kang bowo membuatku sedikit merasa tidak nyaman
mungkin aku datang disaat yang tidak tepat
setelah lama terduduk di ruang tengah aku pun memberikan diri untuk ijin pulang saja
teteh nina membolehkan aku pulang karena memang seperti masalah ini terlalau berat untuk aku dengar
teteh nina memnta maaf kepada ku soal ini dan berjanji akan bertemu dan mentarktir aku makan minggu depan
aku pun bergegas pulang kembali ke kos untuk melanjutkan membaca novel yang belum selesai aku baca
aku kembali menutup wajahku dengan cadar saat keluar dari depan gerbang rumah teteh nina
ku tarik gas honda scoppy ku di jalanan ibu kota yang terlihat lengang
ketika tiba tiba di pinggir jalan ada seorang wanita menyetop motorku
permisi mba mau kemana ya, boleh ga aku numpang sampai perempatan
sungguh aneh pikir ku, perempuan secantik ini sendiri an di tempat yang agak sepi dan menyetop motorku lalu meminta tumpangan
aku mulai berfikir soal sesuatu yang buruk atau tidak kejahatan,
aku segera tancap gas tanpa menjawab permintaan perempuan itu
Alhamdulillah aku masih di beri ke pekaan oleh tuhan terhadap orang yang jahat kepada ku
ketika aku jauh melamun tiba tiba saja
brukkk
motor ku di senggol oleh Toyota avanza hitam dari arah samping
jadilah aku terjatuh ke aspal dengan jilbab lebarku yang agak tersingkap
walau aku tak terluka sedikitpun namjn stang motor ku terlihat bengkok sehingga aku tak bisa melanjutkan perjalanan
aih sungguh soalnya diriku hari ini
untungnya mobil avanza hitam itu berhenti dan siap bertanggung jawab
keluar dari pintu supir pria kekar dengan luka codet di wajahnya dan dari pintu sebelah nya pria putih sipit khas tionghoa
"aduh maaf mba udah nabrak, abis mba nya ngelamun aja, mba ga apa?"
ucap pria sipit itu
"aduh gimana sih mas, jalan sepi msa ga liat ada motor, iya saya ga apa apa, tapi motor saya spertinya rusak parah"
ucapku dengan nada agak jengkel
jalanan terlihat agak sepi karena masih berada di lingkungan perumahan
"maaf mba bisa di buka ga mba Cadarnya, saya ga nyaman ngomong ama orang bercadar, takut di liat orang"
pria sipit itu mulai mengalihkan pembicaraan
"ih mas ini apa apaan si? udah nabrak sekarang menghina orang, emang ga pernah belajar sopan santun ya!"
"maaf maaf mba. abis kalo bercadar itu kan sekarang identik dengan terorisme, jadi saya agak gak nyaman ngobrol ama mba kalo mba pakai cadar begitu"
ucap pria sipit itu dengan nada polos
"yaudah pergi aja sono, dasar orang ga bertanggung jawab!"
aku makin kesal dengan ucapan ucapan nya yang sangat merendahkan pakaian syariat ku
"tapi mba motor mba rusak parah gitu, biar saya bantu bawa ke bengkel, di depan ada bengkel motor, nanti biaya nya saya tanggung semua, skali lagi maaf mba dengan ucapam saya tadi"
ucap pria sipit itu lagi
aku tak bisa menyalahkan sepenuhnya pria itu atas ucapannya
memang menggunakan pakaian seperti ini lengkap dengan cadar di zaman sekarang ini tak bisa lepas dari padangan orang soal terorisme, sungguh media lah yang harusnya di salahkan atas semua pandangan negatif soal wanita berjilbab dan bercadar.
aku mulai melunak dan meng iyakan usulan pria itu, setidaknya ia masih mau bertanggung jawab
pria itu lalu mengangkat motor ku dan mulai mendorong nya
"mba nya naik aja ke mobil saya, biar ga panas biar supir saya yang dorong soalnya bengkel nya agak jauh di depan."
ucap pria itu lgi
pria ber codet itu pun mengambil alih motor ku dan mulai mendorong nya dengan perlahan
aku pun membuka pintu mobil dan ku lihat ada se sosok wanita di sebelah nya, aku seperti pernah melihat wanita itu
aku baru ingat wanita itu yang meyetop ku tadi dan meminta tumpangan.
aku mulai merasa ada yang tak beres dengan semua ini
namun karena udara yang cukup panas aku pun masuk saja ke dalam mobil karena ku rasakan ac mobil begitu menyejukan kulitku
mobil pun berjalan perlahan
jantung ku berdebar keras
tapi aku tetap terus berfikir positif
mungkin wanita itu benar benar hanya kebetulan ikut menumpang di mobil ini karena tak ada pembicaraan antara wanita cantik itu dengan pria sipit itu
"mba udah nikah belum mba?"
tanya pria sipit putih itu yang kini memegang kendali mobil
"eh belum mas, memang nya kenapa?"
tanyaku heran karena tiba tiba membuka topik pembicaraan dengan tama yang tidak familiar
"owh berarti memek mba masih perawan ya? "
ucap pria itu lagi yang seketika mengguncang dadaku dan menaikkan bulu kuduk ku
"apa apaan ini, turunkan saya tolong,"
aku mulai sadar ada yang tidak beres
aku mencari pembuka pintu belakang mobil itu agar bisa keluar dari perangkap mereka
namun belum sempat aku menemukannya wanita cantik di sebelahku langsung membarikan sebuah tisu dan menyumpal mulutku
tubuhku langsung lemas ketika menghirup aroma yang ada di balik tisu itu
seketika aku sudah tak ingat lagi apa yang terjadi