Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Goodbye, My Stupid School (New Version 2016)

Status
Please reply by conversation.
Mana nihhh jangan sampe udahahm donk ceritanya ,,,,, pls pls pls
 
ninggalin jejak dulu suhu..

cari tempat sepi dulu buat baca
:motor1::motor1::asyik:
 
Waaa~ udah lama gak apdeet :aduh: ampe lupa kemaren aku ada bikin trit ini :kaget:

sabar y kk kk.... lagi diedit dulu... tar sore meluncur kynya :kk:
 
Waaa~ udah lama gak apdeet :aduh: ampe lupa kemaren aku ada bikin trit ini :kaget:

sabar y kk kk.... lagi diedit dulu... tar sore meluncur kynya :kk:
hoooraaaay akhirnya inget hehe:kangen:
mulustrasinya anime suzumiya haruhi ya, jd inget yg movie nya bagus banget
 
Ini cerita apa yaa?
:ngakak:ngakak=))
Kabuurr :motor6:

Dinanti updatenya suhu
 
hoooraaaay akhirnya inget hehe:kangen:
mulustrasinya anime suzumiya haruhi ya, jd inget yg movie nya bagus banget

iya, miu jg pernah nonton :kk: tapi rada males ama haruhinya, soalnya nyebelin :ugh:

Ini cerita apa yaa?
:ngakak:ngakak=))
Kabuurr :motor6:

Dinanti updatenya suhu

ini cerita akuuu :galak: jangan kabur ciniii dong :cup: :pandaketawa:
 
Bimabet


Keyzfile 05 :


Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan









I’m fuckin’ hate you, but it’s hard to forget you. Sulit rasanya ‘menolak’ sentuhan kamu.

Sepertinya, aku butuh ‘Kamu’ yang baru.

(~ME~)







- KRIIIIIIIIIIIIIIIIINNGGGGGG –

Woo hoo!

Yeah, aku tahu, gak ada suara yang lebih indah dari suara bel pulang sekolah. Benar-benar mood booster! Apalagi, di hari Senin yang membosankan ini jadwal pulang dipercepat setengah hari gara-gara ada rapat guru awal tahun pelajaran. So, dengan wajah sumringah dihiasi guratan senyum manis, aku pun meraih tas postman bag-ku lalu melangkah menuju pintu kelas.

“Sha! Lo mo langsung balik?”

Aku seketika menoleh. Sesosok gadis berpotongan tomboy berseru di sebelahku sembari menggigit sepotong biskuit keju. Kulihat rok seragam abu-abunya yang pendek—Sigh… pendek banget. Kentara jelas pengen pamer paha—penuh dengan remah-remah makanan. Gila! Bisa-bisanya cewek bermata tajam nakal kecokelatan ini ngemil ditengah pelajaran Pak Donny, guru bahasa Indonesia yang terkenal galak!

“Yo’a, Fan. Sebenernya ntar siang gue juga ada rapat sih ama anak-anak Klupersid. Tapi males aghhhh, enakan santai-santai di kamar.” sahutku.

“Yeee, dasar! Lo kan ketuanya, bego, hahaha!”

Pfffft, bodo amat. Biar Davin yang urus semuanya.”

“Yaelah, Davin. Paling juga ntar malah nonton hentai rame-rame, sama dia mah!”

“Hihihi~”

Aku cuma bisa terkikik menanggapi ocehan siswi yang memiliki suara lantang plus serak-serak basah ‘seksi’ itu (some people say so, huh). Meninggalkan ruang XII-C, kami berdua pun berbelok ke kanan, menyusuri koridor nan riuh bersama-sama.

“Lo sendiri kemana, Fan? Gak langsung balik, emang?” tanyaku.

Cewek itu menggeleng. “Nggak, Sha. Sejam lagi gue ada tanding persahabatan lawan SMU Tunas Bangsa di Sport Hall DNS. Ama tim voli cowoknya juga sih. Tapi, kayaknya cewek duluan yang maen.”

“Owh, gitu, ya….,” aku manggut-manggut. Karena diriku bukanlah murid antusias olahraga… so… wajar dong kalo nggak tau….

Yap, inilah gadis yang kemaren kubicarakan dengan Gerry. Si Cantik Menggairahkan pujaan lelaki satu sekolah. Fauzia Giffany, alias Fanny, namanya. Ketua/Kapten tim bola voli putri SMU DNS, yang oleh Gerry kerap dipuja-puji bagaikan Dewi.

Kesempurnaan ciri fisiknya? Jangan tanya. Dianugerahi perawakan atletis cukup tinggi (165 cm), serta ditunjang lekukan-lekukan tubuh nan seksi yang terbentuk akibat aktivitas olahraga, membuatnya melambung populer—bukan hanya di lingkungan DNS saja, bahkan seantero kota Bandung, atau mungkin, bisa jadi se-Indonesia, mengingat dirinya pernah masuk portal-portal berita olahraga disebabkan prestasinya yang kerap lolos ke dalam line-up tim bola Voli tingkat Provinsi.

Well, tentu saja bukan hanya itu ‘modal’ sang Gadis untuk diangkat namanya ke dalam liputan. Paras cantiknya yang selalu beraura nakal, serta kulit putih saljunya yang bersinar tanpa cela, udah pasti membuat para wartawan olahraga mengincar sosoknya. Pada awalnya, banyak yang menyangka Fanny adalah gadis blasteran, meski pada kenyataannya, kedua orang tuanya asli dari Bandung. Such a pretty local girl, huh?

Tapi, yah… sungguh disayangkan… sebagai ‘teman dekat’-nya di kelas XII-C, jelas aku tau segala ‘keaslian’ sifat-sifat cewek yang rambutnya selalu dipotong pendek ala military chick ini, hoho. Damn for sure! Aku kasih tau, ya! Kalo sesungguhnya… Fanny itu… adalah perempuan….

“….”

Ah, udalah! Aku tau, Fanny emang cewek yang ‘nggak bener’. Gak gitu beda jauh, sih, denganku, sama-sama ‘slutty’-nya, huhu. Mungkin, karena itu juga lah chemistry persahabatan kami begitu cepat menyala. Padahal, baru di tahun ketiga ini aku sekelas dan dekat dengan Fanny. Sebelumnya, cuma sebatas kenal wajah aja. Really!

“….”

“Eh, Sha!” Tiba-tiba, Fanny menyikut lenganku.

What?” tukasku singkat. Namun, sepertinya aku tak butuh jawaban. Lekas kutemukan maksudnya di ujung koridor sana.

Ugh! ini pula. Baru aja jalan beberapa meter dari pintu kelas, udah ketemu satu makhluk mesum lagi di sekolah!

Bukan, bukan Faruk. Melainkan, Mister Fred, guru bule pengajar Matematika plus Bahasa Inggris merangkap Wakasek (Wakil Kepala Sekolah) di SMU DNS, yang terkenal amat jelalatan alias mata keranjang.

Aku hanya tersenyum kecut sembari merunduk sopan ketika berpapasan dengan pria asal Australia tersebut. Tapi reaksi Fanny, sungguhlah diluar dugaan!

Mornin’ Mister Freeed~ mau ke ruang rapat, yaaa~” sapanya over kegenitan.

“Iya,” jawab Mister Fred. “Kalian berdua? Ada kegiatan apa hari ini?”

“Fanny ada tanding voli persahabatan di Hall, Mister,” jawab si Tomboy Centil itu, menghentikan langkah. “Kalo Keysha… langsung pulang, kayanya.” Sambungnya sambil melirik wajahku. Kontan, kucubit pelan lengannya—sebal.

Ah! That’s why you have a such gorgeus body, Fanny!” Mister Fred berdecak halus. Seriously! Bisa kulihat dengan jelas bola matanya melirik sekujur tubuh Fanny dari atas ke bawah, seakan-akan ingin melumat habis tubuh indah temanku ini! Kemudian, beralih ke arahku, menatap bagian perutku—yang, huh, tentu saja—rata dan seksi!

Errrghkkk….

Alright, then. Kalau begitu…. Selamat menjalani hari, Girls!” jawab Pria itu sebelum aku bisa memberikan reaksi apa pun.

Di sebelah badanku yang mematung, Fanny lantas menyahut, mengedipkan sebelah mata. “Yup, thank you, Sir! Selamat rapat, ya, Paaak~”

“….”

Kami bertiga pun lalu melanjutkan langkah. Semenghilangnya Pak Fred di belakang sana, aku sontak melotot ke muka Fanny.

“Heh, Sinting! Lo niat ngegoda Pak Frederick tadi, apa? Gila lo!”

Santai, gadis itu malah menjawab, “Hahaha, biasa aja, kali, Sha. Sehari-hari gue ama Mister Fred emang… emm, gitu. Kita udah lumayan deket, kok, hehe.”

What? Deket? Maksud lo?” Aku tertawa kecil tak percaya. “EH—” Mendadak, keseimbangan kakiku sedikit tergoyah kala si Rambut Bondol itu tetiba menarik tanganku lalu merangkulku erat-erat. Seketika terhirup kian tajam aroma parfum Sporty Citrus Michael Kors-nya. Bibirnya yang ber-lip gloss light natural, berbisik hangat, terasa dekat di telinga membuatku bergidik geli.

“Asal lo tulus and setia temenan ama gue, cepet ato lambat lo pasti tau apa yang gue maksud, Keysha…,” Fanny tersenyum penuh arti, “lo pikir, selama ini gue dapet nilai matematika bagus dengan cara halal, gitu? Hahaha!”

HAH?! APA?! SERIOUSLY, FANNY!!!

Lubuk hatiku kencang berteriak, namun, tiada suara yang mampu kucelatkan dari leherku! Sepasang mataku hanya bisa membelalak lebar sembari menggembungkan pipi menyoroti kaget gadis tersebut. Tentu saja aku TAU apa makna perkataannya! Aku nggak ingin mempercayainya begitu saja, tapi, pelik juga disangkal mengingat kenakalan Fanny sulit untuk diterka batasnya!

“….”

Jadi… Fanny… dan si Bule Jelalatan itu….

???!!!

Oh Gawdd… puh-leaaase~ i-ini gak mungkin! Aku pasti mimpi! Se-bitchy-bitchy-nya Fanny, gak mungkin dia rela ngelakuin hal serendah itu!!!

“….”

Uhhh~ Ngebayangin dia digerayangi Mister Fred aja, udah ngebikin bulu kudukku merinding, hhhh~

“….”

What the….

Shit! Gara-gara ‘ni cewek satu, aku jadi mikirin yang enggak-enggak, kan!!!

WHOA—”

“Eh, eh, kenapa lo, Sha? Tiati! Hampir nendang tong sampah, lo!” Fanny menarik lenganku.

“Gak! G-Gak apa-apa, kok, Fan. I-I’m fine!



-----------​



Baby, I’m preying on you tonight

Hunt you down eat you alive

Just like animals, animals, like animals-mals



Huaaah! Akhirnya! Nyampe juga dengan SELAMAT, huh!

Yep, bertepatan dengan menggemanya Animals gubahan Maroon 5 di dalam mobilku, aku pun sejenak menghirup napas lega sembari merenggangkan perlahan otot-otot tubuhku yang tampaknya kaku menegang. Kulambatkan laju kendaraan. Santai, kususuri jalanan mulus nan sepi di areal kompleks rumahku.

Well, bukan bermaksud lebay kalo kali ini aku benar-benar bersyukur bisa pulang menyetir tanpa terkendala satu atau dua masalah pun. Pikiranku mendadak kacau. Bayangin aja peristiwa thriller yang barusan terjadi di jalanan! Hampir nerobos lampu merah, lah… hampir nyerempet tukang ojek, lah… hampir nyungsep ke trotoar, lah…. Semua gara-gara Fanny! Ya! Si Bondol Lacur itu! Dialah yang membuat otakku kini dipenuhi bayangan yang… ugh, bikin buyar konsentrasi.

Antara penasaran dan liar berprasangka, sepanjang perjalanan kepalaku terus digerayangi oleh adegan-adegan mesum antara Fanny dan Pak Frederick. Terang aja itu semua sukses membuat aku HORNY! Syahwatku—lagi-lagi—naik kencang ke permukaan! Sekarang, siapa yang mau tanggung jawab, coba?

Faruk?

GRRRH! Satu-satunya sex mate ku itu, Faruk, akhir-akhir ini tetiba ‘menghilang’ begitu saja dan jadi susah dihubungi. Dasar laki-laki! Huh, kenapa, sih, tu anak? bosen ama aku? Bosen ‘pake’ lubang memek aku? Arrrgh, I hate boys!

Tiba di depan rumah, aku pun sontak membelokan kemudi lalu memarkirkan dengan mantap mobilku di bawah pohon rindang tepat di muka pintu garasi. Kurapikan pakaian seragamku serta kutarik kaus kaki putih panjangku kembali ke atas, sebelum aku turun dan menghirup segarnya udara bebas.

Huuaaammmhh

Anyway, meski ukuran rumahku memang tak terlalu besar, namun, area halamannya bisa dibilang amat luas. Dihiasi berbagai pepohonan teduh serta tumbuhan tertata rapi yang indah segarkan mata. Well, memang sih, salah satu disadvantage-nya adalah, kalau malam terlihat agak lumayan creepy. Tapi—

“Non… Non… roknya kelipet, tuh, Non, hehehe.”

“HAH?”

Aku pun segera berbalik 180 derajat begitu terdengar selorohan suara mesum membuyarkan lamunanku. Huh, benar saja! Pak Willy! Si Satpam mesum itu!

Dengan panik, kuraba-raba bulatan pantatku, memeriksa bagian belakang rok abu-abu sekolah super-pendekku. Sialan! Beneran kelipet! Tinggi banget, pula. Brengsek! Keenakan banget si Satpam Prenges ini pasti sukses ngeliat paha mulus and celana dalamku!

“Eh, Non… ampir lupa. Tadi ada pacar Non Keysha dateng ke sini. Baru aja.”

“Hah? Pacar yang mana?” Jelas aja aku melotot, karena statusku sekarang masih dalam keadaan jomblo.

“Yang dulu itu, Non. Yang ganteng-ganteng tinggi itu. Yang pernah ehem ehem-in Non Keysha di dalem mobil, ehehehe~”

HAH? Serius? REGGY?!!

Kurang ajar! Dasar geblek! Satpam Jelek ini memang pernah suatu waktu memergoki Reggy ngentotin aku di dalem mobil, di jalan depan rumah ini. Tapi, apa perlu diungkit-ungkit terus, sih, hal itu?

“Yang dulu? Reggy maksudnya? Yang bener?!”

Aku seketika menutup mulutku dengan kedua tangan, terkejut oleh reaksi spontanku sendiri. Seharusnya, aku MEMBENCI bajingan itu! Dialah laki-laki yang telah mengkhianati aku, beberapa kali memukul wajahku, serta mencampakkan diriku begitu saja bagaikan sampah setelah aku menyerahkan segala kesucian dan sekujur jengkal tubuhku demi memuaskan dirinya. Harga diriku sebagai perempuan benar-benar sudah dilecehkan oleh lelaki itu!

Tapi… kenapa… ada secercah rasa ‘senang’ di hatiku saat ini?

Shit! Aku benci! Aku benci! Aku benciiii merindukan bajingan itu!

“Tuh, orangnya masih nunggu di teras depan. Barusan dia dianterin temennya, sih, dateng ke sini. Jadi gak bawa mobil.” tunjuk Pak Willy mengacungkan jarinya di depan mukaku yang masih terpana.

Bagaikan angin, aku pun sontak berbalik lari dan menghampiri sosok dimaksud.

Reggy. Dia kini terduduk manis di kursi dekat pintu depan rumahku. Tersenyum penuh arti.

Déjà vu

Déjà vu

And, déjà vu!

Menghantarkan segenap layar memoriku ke masa-masa sebelum aku jadian dengan dirinya, masa-masa dimana aku masih sangat begitu tergila-gila dan memujai sosoknya.

“Hai… sori, yah, aku tiba-tiba dateng kaya gini.” Ia berbisik. “Aku kangen banget ama kamu, Keysha. I miss you so much,”

Reggy bangkit menaruh majalah yang tengah ia baca, dan lalu memelukku.

Ada jeda dimana aku beberapa saat menikmati indahnya kehangatan dekapan nostalgia ini, sebelum dengan segera tanganku menepisnya dengan lemah.

“K-kamu mau apa, Reggy? Belum puas kamu bikin aku sakit hati?” desisku, “aku benci kamu,”

Reggy, si Bajingan Tengik tersebut, terus menatapku dengan pandangan memelas. Aku benar-benar bingung apa maunya. Detik ini adalah pertama kalinya ia datang ke rumahku semenjak kita putus. Ya, di dalam hati kecil, memang aku akui, ada sedikit rasa rindu—catat, SEDIKIT—yang terobati oleh kehadirannya. Tapi seharusnya, ini adalah perasaan yang mesti dienyahkan! Bukan dirayakan!

“Aku cuma pengen having good time dan ngobrol-ngobrol bentar ama kamu, Sha? Boleh kan? Please,”

“….”

Please… Keysha. Gapapa, kan, aku maen ke rumahmu bentar?”

Aaaargh! AKU BENCI! Aku sungguh-sungguh benci momen-momen seperti ini! Benci melihat Reggy! Benci melihat senyumnya! Benci melihat wajah tampannya! Dan, terutama, benci pada perasaanku sendiri yang begitu lemah tak berdaya menghadapi lelaki tak tahu diri ini!

Bahkan ketika Reggy kembali mendekat dan mengangkat daguku oleh jemarinya, aku hanya terdiam bisu. Ia beringsut pelan, menciumku! Sebuah kecupan kecil nan lembut, yang memberi efek ‘bius’ pada bibirku.

Kusambut kecupan bibirnya dengan pasrah. Dingin dan kaku, bak manekin.

What the f@!k am you are doin’, Keysha?! Ini gila! ini lemah! Apa gunanya dulu kamu cari simpati pada semua orang curhat sambil nangis-nangis menceritakan perlakuan buruk Reggy padamu, tapi sekarang malah membiarkan laki-laki tengik ini kembali mencium kamu?

Ah! SHIT!

Lubuk perasaanku benar-benar goyah tak terkendali di kala itu. Kenangan-kenangan menyakitkan dimana Reggy pernah menamparku dan mengata-ngataiku, mendadak hilang begitu saja. Akhirnya, aku pun menjawab pelan seraya membukakan pintu rumahku turut mempersilahkan si Brengsek ini untuk masuk .

“Oke. Gapapa. Tapi bentar aja, ya! Jam dua siang nanti mama aku pulang!”







-----------​



“Sha, aku boleh jujur, nggak?”

Mmh? Apa?”

“Akhir-akhir ini… kamu keliatan makin… cantik,”

“Berarti dulu nggak, ya? Pantesan kamu lemparin aku ke tong sampah trus’ pindah ke hati Clarissa.”

“Eh? Siapa bilang gitu? Dari dulu kamu selalu keliatan cantik, Sayang. So sexy… dengan badan ramping plus over-the-knee socks yang sering kamu pake. Aku suka banget ama gaya kamu,”

Aku mendengus. Faruk, Davin, cowok-cowok kelas, dan semua lelaki yang aku kenali, rasa-rasanya juga pernah bilang hal yang kurang lebih sama! Mereka berkata suka sekali dengan gaya outfit-ku yang kerap mengenakan stocking, pantyhose, atau over-the-knee socks a.k.a kaus kaki panjang membaluti kaki mulusku. Aku sampai punya koleksi puluhan pasang benda-benda seksi nan lucu tersebut di lemari besar bajuku. Kadang, suka kupamerkan pada dunia maya melalui blog pribadi yang khusus aku bikin tentang fashion. Davin bilang, sih, aku memiliki pesona Zettai ryōiki yang sempur—

“….”

Huh. Sorry. kalau sudah bicara tentang fashion, mulut dan pikiranku ini memang nggak ada habis-habisnya….

“Ngomong-ngomong, gimana ama Clarissa? Udah berhasil dapetin tu cewek?”

Please, Keysha… ga usah bahas dia lagi bisa, kan? Sekarang aku lagi kangen ama kamu. Dan cuma ada kamu yang ada di kepala aku.”

“….”

“I miss you, Keysha. Kangen ama keseksian dan nafsu liar kamu, hehe,”

“Reggy! Jangan pegang-pegang paha, ah! GELI, tau!”

Sial!

Dasar Penjahat Kelamin!

Seharusnya aku tahu, Reggy ini… sekali penjahat kelamin tetaplah penjahat kelamin! Baru saja lima belas menit berlalu ketika kami mengobrol basa-basi di sofa depan TV yang memutar acara musik gak jelas, serentak saja dia sudah menunjukkan NIAT aslinya!

Ya, dia datang ke sini pasti karena maksud menginginkan tubuhku!

Hendak ngentotin aku, seperti kerjaan dia sebelumnya selama kita pacaran!

Saat ini, diriku bahkan belum sempat ke kamar untuk ganti baju. Masih memakai seragam, belum melepas kaus kaki, dan masih mengenakan rok pendek abu-abu yang kini sudah tersingkap ke atas diangkat oleh bajingan tersebut.

Marah? Haha. kalau bisa, tentu sudah kuusir jauh-jauh lelaki brengsek ini sejak tadi di teras.

Well, aku sendiri benar-benar sudah tak pedul pada ‘harga diri’-ku. Napsu birahiku yang melonjak tinggi sewaktu aku menyetir pulang barusan, kini berangsur-angsur naik kembali. Jujur, aku pun memang lagi kepengen di-fuck sekarang. Godaan haram melakukan masturbasi, sudah terbayang-bayang sejak di mobil tadi.

Aku hanya melemas pasrah Ketika Reggy bergeser sedikit mengangkat tubuhku lalu memposisikan dudukku dalam pangkuannya—membelakangi. Kini, bisa kurasakan napas Reggy yang memburu pada leherku. Kedua tangan kekarnya meremas-remas lembut buah dadaku. Aku terpejam, menggigit bibir pelan. Deru napasku turut menguat. Tentu saja, Bajingan itu bisa merasakannya.

“Reggy… sssh.. aaah.. please, stophh. You such a jerk,“ desahku ‘kesal’ yang terdengar amat lucu, karena jelas-jelas kini aku sudah terkulai takluk dalam kuasanya.

“Key… denger-denger… kamu udah jadi binal, ya, sekarang? Jadi cewek gatelan gitu?” bisik Reggy memulai ucapan kotor, sembari terus menggerayangi kedua bukit susuku, ahgggh~

Hah? M-maksud kamu? Siapa yang bilang?!”

“Temen-temen aku, anak-anak basket.” tukasnya. “Yang aku denger, sih.. gosipnya, Kamu sering dientot Faruk. Jadi pecunnya dia. Bener?” Ia berbisik, lalu mengecup halus tengkukku.

Hhhh… aku bergidik nikmat. Sepertinya aku terlalu ‘terbuka’ mengumbar kemesraan dengan Playboy DNS tersebut di sekolah. Tak heran, kalau akhirnya muncul sangkaan-sangkaan semacam demikian

Aku terdiam, tak menjawab tudingan Reggy. Hanya terpejam erat sambil meresapi pijatan pijatan tangan miliknya yang tiada henti asyik mencabuli organ sensitifku dari belakang. Bila peka, tentu saja seharusnya ia tahu, kalau reaksiku ini artinya “Ya!”.

“Dia itu di sekolah ceweknya banyak, Sha. Kebanyakan adik kelas. Cuma kamu anak seangkatan yang rela—”

Cihh! E-emang salah, ya, kalo aku jadi salah satu gundiknya Faruk?” Aku menyela. “Apa hak kamu ngelarang? I’m free now, Bastardhh!

“Ya, aku tau! Tapi, kenapa Faruk?”

W-why not?! Dia sahabat aku. Kontolnya tebel kekar, enak. Cemburu?” picingku dengan sinis.

“Hahaha, enggak. Malah… aku jadi horny ngedenger kamu berubah jalang gini, Sha, ngedenger rahim kamu jadi tempat penampungan sperma Faruk.” Ia mengejek. “Gak nyangka… ternyata… demen juga si Faruk ama bekas ijut-ijutan gue, hahaha.”

Brengsek! Sembari terkekeh nakal, Reggy menurunkan sebelah tangan, mengelus-elus pahaku. Sudah pasti aku paham apa maunya Bajingan ini. Kubuka lebar-lebar kedua tungkai memberi akses pada jemarinya untuk menggapai bebas pusat kewanitaan. Saat itu, aku mengengakan celana dalam putih berhias renda-renda ungu hadiah dari Olen. Tampak noda cairan kemaluan telah membekas di bagian bawahnya.

SSSsshhh! Aaaah! R-Regggyyhh…,”

Gejolak Birahiku pun semakin mengawang kala si Penjahat Kelamin mulai menekan-nekan daging kemaluanku secara cepat. Menguyek-uyek area klitoris, menepak-nepaknya, lalu menguyek-uyekannya kembali. Walau masih terlapis celana dalam, tapi impulsnya sungguh amat kentara! Lecutan-lecutan listrik nan kecil serasa menjalari tubuhku. Dan, perlukah kukatakan sebagai perempuan bahwa ini rasanya LEZAT sekali?! Uuuuuh~

Damn! Memek kamu udah basah banget, gini, Sha? What a slut. Kamu pasti udah horny banget, ya? Hahaha!“ desis Reggy kala jari tengahnya menyelinap masuk kain penutup selangkangan, lalu membelai-belai garis bibir vaginaku. Hngngnh~ pinggangku menggelinjang. Tak kuasa menahan gairah Yang terus mendera.

“AAAAH! FUCKKKH!” Sekujur tubuhku sontak melenting tegang kala Mantan Jahatku ini kemudian menerabas lubang kawin. Dalam, jari tengahnya melesak. Mengorek-ngorek isi kemaluan. Divariasikan oleh gerakan berputar-putar serta colokan maju mundur. Shit! Sungguh merasuk enak aksi fingering Reggy memanjakan liang peranakanku!

“Kamu suka memekmu digini-giniin, Keysha? Dinakalin ampe licin?”

“S-suka bangeet, Honeeeyhh~ uuuuhh, a-aku suka bangeeth~”

“Mau aku terusin? Dikobelin terus ampe pipis?”

“M-Mauh…,” aku mendesah lemah, meremas rambut Reggy di belakang. “P-please, jangan dilepasin, Sayanghh,”

And then, say it clear, Bitch! Say itu loud! Ngaku dong, kalo kamu suka dientot ama Faruk. Udah jadi pecun DNS yang bisa dipake ama dia!” seru Reggy sambil memasukan satu jarinya lagi ke dalam rongga intimku—telunjuk. Semakin dasyatlah kenikmatan yang aku terima, membuatku melenguh-lenguh jalang.

“A-aku pelacur DNS yang gak punya harga diriiih! P-pecunnya Farukhh yang paling nakaalh~ Aaaaaaah!” racauku sama sekali tak melalui otak, hanya nafsu yang berkuasa.

“Hahahaha!”

Kesadaranku seakan tercerabut. Kepalaku melemas. Jatuh bersandar di bahu Reggy. Dengan pinggul yang tak hentinya bergeliat menari-nari mengikuti irama kocokan dua jarinya, jelas, ‘kucing kecil’-ku semakin basah. Takluk secara hina pada Bajingan Brengsek yang pernah menamparku serta melakukan berbagai tindak Kekerasan Dalam Pacaran ini tanpa perlawanan. Sedikit pun.

CLAK! CLAK! CLAK CLOP! CLOPP! CLOPP!

Hnghghgh~”

CLAK! CLAK! CLAK CLOP! CLOPP! CLOPP!

Hhhaaahhh!”

Gesekan jari Reggy mulai menimbulkan suara becek yang amat memalukan di dalam lubuk kehormatanku. Aku menggeleng-geleng. Mendengus-dengus tak beraturan. Kesal bercampur puas. Hajat syahwat kebetinaanku yang sejak tadi melanda, akhirnya terlampiaskan. Sesaat lagi, aku pasti akan menerima ‘hadiah’ orgasmeku yang pertama!

Yeah, for sure! I knoy my fuckin’ slutty body so well!

“Ngngngh~ Reggyyyhhh…,”

“Kenapa, Jalang? Kerasa enak, memeknya? Udah mau kencing?”

Aah, aah, ah, huhh, uh. E-enak banget, Bangsathh! E-enak bangeet iniiiih! Uuhh!

“Hahaha. Eat that, Bitchhh!”

CLAK! CLAK! CLAK CLOP! CLOPP! CLOPP!

“Regggyyh… a-anjingghh… j-jari kamu—”

CLAK! CLAK! CLAK CLOP! CLOPP! CLOPP!

AAAAH! REGGIIHHH! FUUUUUCKHHH!”

Akhirnya, ikatan simpul-simpul birahi yang erat menjajah sekujur tubuhku pun seakan meledak bersamaan—membuatku terkejang-kejang hebat tanpa tekendali. Lubang kencingku berkedut-kedut mengucurkan air cintanya. Suaraku melenguh, lacur. Persetan harga diri! Yang penting memekku bisa puas dan aku tak gelisah lagi gegara birahi tak tersalurkan. Malah, aku ingin lebih! Ya. Aku yakin kebejatan Reggy tak akan berhenti sampai di sini!

Hhhhhhhhhhh…. Hhhhhhhhh,”

Sejenak aku terengah, bersandar lemas dalam pangkuan Reggy berusaha memulihkan sendi-sendiku yang baru saja seperti terlepas. Kelopak mataku terpejam, puas. Tak butuh lama bagi diriku untuk segera bangkit dan membalikan posisi duduku setengah berputar. Kini, aku dan Reggy saling berhadapan. Kulumat penuh kasih rekahan bibirnya yang menyebalkan dan tersungging nakal. Ia pun menyambut mulutku. Lalu, lidah kami saling berbelitan, membelai-belai bagaikan sepasang kekasih.

Well, uhmmyeah, dulu kami memang sepasang kekasih. Namun, sekarang kan tidak lagi?

Kuseruput pelan-pelan liur Reggy. Ia pun meneguk napsu air ludahku. So nostalgic….

“Kamu bener-bener jadi nakal, Keysha. Binal. Dulu kamu selalu gak mau kalo maen pake jari. Tapi sekarang? Hehehe,” bisik Reggy sembari menyodorkan dua jarinya yang barusan ia ‘pakai’ mengobok memek ke depan wajahku. Bisa kuhirup dengan pekat wangi aroma vaginaku sendiri di sana.

Mmmmh….

Tentu saja lengket berlumuran oleh cairan pussy. Lembut, lalu kutelan. Kuhisap habis penuh penghayatan. Srrrph~ Ahhh~, tak mengejutkan, gurih rasanya, hihi. Aku memang sudah hapal dengan ‘rasa’ kewanitaan milikku sendiri. Tiap kali selesai masturbasi, aku kerap menjilati jemariku.

Ini gara-gara Faruk

Yang sukses mengoyak kesucian serta menghancurkan mental serta moralku, memang Reggy. Tapi, sesungguhnya Faruklah yang mengajariku menjadi ‘slutty’ serta teknik-teknik haram jadah bagaimana menjadi perempuan nakal nan kreatif layaknya bintang bokep.

Ah, dimana-mana, cowok itu emang bangsat! Bisanya ngerusak cewek! Hihi.

Ups, becanda.



-----------​



Well, aku tahu Reggy tak akan behenti sampai di situ, karena dirinya pasti ingin segera menyetubuhiku lalu kembali menyemprotkan benih-benihnya pada relung kehormatanku seperti waktu kita masih pacaran dulu. Dan, benar saja. Hembus bisikannya memintaku untuk berpindah tempat berbaring di atas karpet dengan kepala bersandar pada sebuah bantal besar. Aku sontak segera bangkit dan melakukan apa yang ia minta dengan patuh. Tak lupa pula kuselipkan satu bantal kecil di bawah pinggangku agar posisinya sedikit terangkat, demi memudahkan kami dalam melakukan proses keintiman.

Dengan napas terengah-engah nan liar membara, Reggy pun ikut turun menghampiriku kemudian melucuti rok abu-abu pendekku hingga terlepas dari tempatnya, sementara jari-jemariku sibuk membuka kancing baju serta penutup dada turut membuka pakaian hingga sekujur tubuhku terhampar telanjang bulat siap untuk dinikmati. Birahiku sudah kembali terangsang, bisa dibuktikan dari puting gundukan susu beliaku yang bediri tegang.

Tampak Reggy berbinar nakal ketika ia menurunkan celana dalamku. Tentu saja aku paham apa yang sedang ia pikirkan.

Iya, iya! Memek aku udah banjir dari tadi! Aku emang cewek bandel! Aku emang cewek pecun yang gampangan untuk dibikin horny! Huh, puas?!

Bola mataku berputar malas ketika Bajingan Sinting itu menggulung celana dalamku menjadi sebuah ‘bola’, lalu disumpalkannya mulutku oleh kain basah tersebut layaknya sebuah ball-gag. Reggy kini mulai menanggalkan seragamnya. Usai ia beres menelanjangi diri, aku pun membuka lebar-lebar kedua kaki mempersilahkan mantanku ini menjelajahi dengan bebas daerah paling rahasiaku, pusat selangkangan. Area daging kewanitaanku yang sudah licin dan basah, nampak berkilau-kilau indah diterpa oleh cahaya dalam rumah. Reggy terjun mendekati, mengendus-enduskan hidungnya. Menghirupi semerbak harum vaginaku.

Damn… aku kangen banget ama aroma ini! Bau memek kamu, Keysha! Bau memek kamu, yang legit-legit anget bikin napsu! Shit!”

Slrrrrph!

Ahgggg~

Jilat-jilatan serta seruputan mulut Reggy pun seketika datang mengintimi rindu organ kefeminimanku dengan syahdu. Ratusan pori-pori tubuhku serentak bangun bergidik. Aku mengejang. Posisi tulang punggungku naik melenting. Namun, pada permainan foreplay kali ini, aku memilih bersikap pasif. Membiarkan aksi pergerakan laki-laki itu menggarapi seluruh badanku ibarat sebuah permen besar.

Uuuufhhaaaashssssshh~ Dalam hati, aku mendesah-desah liar. Hampir sepuluh menit rasanya aku ‘tersiksa’ di bagian pangkal paha, hingga akhirnya lelaki ini memindahkan sapuannya ke sehampar kulit ragaku. Fiuhh, beruntung, lini pertahananku masih kuat membendung gelombang orgasme, meski dinding kemaluanku tampaknya sudah berkedut-kedut kecil rembeskan pelumasnya. Mmmmh, atau mungkin, ‘kucing kecil’-ku ini sudah tak sabar ingin melahap ‘makanannya’? Apalagi kalau bukan ‘sosis besar’, kepunyaan laki-laki? Hihi.

Ahhh, Reggy mulai menggila menjilati sudut-sudut kulitku. Aku hanya menggeliat-geliat pasrah tanpa sedikitpun ‘membalas’ menikmati ‘pelayanan’ mandi kucing ini. Sapuan lidah si Bajingan tersebut tampaknya meluas kemana-mana. Pusar, perut, dada, puting, leher, bahkan ketiak, semua dijelajahi olehnya. Paling lama, tentu saja pada saat ia menghisapi gunduk buah dadaku. Begitu rakus dan lahap. Membuatku memekik-mekik tanpa suara karena mulutku tersumpal oleh kain, alias celana dalamku sendiri.

Puas membuatku menggelinjang-gelinjang binal akibat jilatannya, akhirnya, Reggy pun mulai merangkak naik. Kini, ia tengah bersiap untuk ‘menindih’-ku. Panggulnya bergerak-gerak, mencari liang mungil yang dahulu biasa ia sodoki. Tentu saja kemudian aku bantu dengan memegang batang penisnya, yang, uuugh~ cukup panjang, keras, dan berurat. Meski masih kalah ‘gemuk’ dengan punya Faruk, tapi tetap saja… barangnya Reggy itu selalu kerasa enak di dalam memek. Damn for sure! Kalau nggak enak, mana mau aku dientot Reggy terus-terusan sampai otakku miring jadi siswi pecun hyperseks kayak gini?!

Reggy tersenyum. Tanganku menempelkan ujung kepala penisnya pada belahan bibir kemaluanku. Sejenak, ia menggesek-geseknya dengan penuh menggoda. Aku melotot, memberikan kode melalui gerak pinggulku agar ia segera memasukkan batang pelirnya—menyatukan tubuh kami. Aku udah pengen banget dikontolin! Kangen ‘rasa’-nya punya dia!

Shit, walau masih dibayangi rasa perih akibat dipukuli dan dikhianati, tak bisa aku pungkiri kalau lubuk hatiku ternyata masih menyimpan secercah rasa sayang sama dia. Reggy. Si Ganteng Pangeran Basketku! Mudah bagi pemuda ini untuk meminta maaf. Dan, mudah pula bagiku untuk—selalu—memaafkan.

Fuck! Aku memang wanita lemah!

Dan, pada saat itulah secara tiba-tiba Reggy menghentakkan panggulnya. Batang kejantanannya seketika melesak cepat menerabas liang vaginaku.

Mmmmphhh! Ngngngngnh~”

Samar, mulutku yang tersumpal melantangkan lenguhannya. Aku terbelalak nyalang dengan punggung melenting, imbas dari tusukannya yang mengisi paksa rongga kemaluan.

Setelah terdiam sesaat dengan posisi penis menancap menikmati respons pijatan-pijatan dinding vagina, Reggy pun kemudian perlahan bergerak mengawiniku. Lembut, gesekan hangat maju-mundur batang miliknya terasa nyaman membuat bola mataku tenggelam ke atas. Kedua belah tanganku beringsut naik, merangkul. Membelai rambut halusnya. Meraba wajah tampannya.

Huh, ini benar-benar hari yang lucu. Sama sekali aku tak pernah menduga bakal kembali rela dientot oleh mantanku yang jahat ini. Namun pada kenyataan? Kini pinggulku bahkan bergoyang-goyang manja mengikuti irama tusukkan batang kemaluannya. Tatap sayu kami saling bertemuan. Saling memandang rindu seraya meresapi manisnya madu persetubuhan. Otot kewanitaanku pun semakin erat mencengkeram penis panjangnya sebagai tanda sayang.

Reggy mencabut sumpalan mulutku. Melumat-lumat mesra bibirku, seakan kami masih lekat berpacaran.

Lima menit habis berlalu, akhirnya, aku pun berhasil menuntaskan hajatku. Getaran orgasmeku yang kedua, tiba dalam kondisi kami tengah berciuman erat dengan kelamin beradu kencang berintiman panas. Pinggulku terkejang-kejang kecil menyemburkan air pipis yang lumayan banyak, dengan lezatnya.

Srrrrsrrrrsrrrrrrsrrrrsrrrr

OOOOOoohhhh~”

Lepas, aku melenguh. Isyarat takluk mencapai ‘surga’ lebih dulu.

Dan, hanya butuh waktu belasan detik bagi Reggy untuk segera menyusuli. Si Brengsek ini berbisik napsu meminta izin ingin ‘keluar’ di dalam. Aku membolehkannya. Kutahu hari ini bukan masa suburku. Lagipula, aku masih punya persediaan pil ECP di kamar sana.

AAAAARGH! Aaaarh! Aaaaarh! Aarh! Fuck you, Kesyha! LONTE! Memek lontee~ aaaah,”

Reggy menggeram, tak ubahnya pejantan begal yang sukses menodai perempuan jarahannya. Well, tak apa, itu memang style-nya dia. Bisa kurasakan semburan-semburan hangat lendir benih kelelakiannya membanjiri isi vaginaku. Sesudah itu, ia lemas terjatuh. Berpelukan, kami berbagi desah. Terengah-engah. Dengan jemari saling meremas rambut terpejam lelah.


“….”

“Sha, mandi yuk…,”

“Hah, mandi?”

“Yo’a, kita mandi bareng. Masa abis ngentot aku pulang gini aja? Bau memek kamu pasti nempel di kontol aku, tau! Tar bikin kangen! Haha,”

Huh, DASAR! Iya, deh, kalo gitu. Tapi… bentar dulu, ya. Aku mo makan sedikit dulu. Laper”

So, setengah jam kemudian, jeritanku pun kembali menguar binal terdengar sayup dalam riuhnya bilasan air shower. Ummm… tak perlu diceritai lagi, kan, aku sedang diapain? Hihi!



-----------​



Sha, jangan lupa ya, ini pesenannya,

Gurame bakar sedang (1porsi), sambel cobek (1porsi), tahu+tempe (2ptg), trus sekalian ke supermarket beli merica lada putih, kecap abc manis pedas, ama kopi cappuccino sachet merk apa aja.

Kamu terserah mau beli makanan apa buat malem nanti.

Tiati di jalan.



“….”

EBUSET!

CKIIIIIIIIIIITTTT~ !!!!!

DAMN FUCKING SHIT! Gila! Fiuhhh… hampir aja!

Blak!

Kesal kulempar ponsel i-phone 6-ku ke atas dashbord. Kutepak kening dengan keras. Lagi-lagi, konentrasiku buyar seketika secara mendadak pada saat menyetir mobil. Kalau tadi siang biang keroknya adalah gejolak horny plus pikiran kacau gara-gara Fanny, sekarang, rasa kantuk! Hampir saja hadangan lampu merah kuterabas liar bak bocah main game GTA.

Well, memang salah juga sih, melihat ponsel membaca-baca pesan sewaktu berkendara. Tapi, sumpah, fuck for sure, saat ini aku beneran serius ngantuk banget! Digagahin Reggy sampai pipis empat ronde—ya, dua kali si Brengsek itu mengerjai memekku lagi di kamar mandi. Sekali pake tangan, sekali pake titit—benar-benar membuat segenap cadangan staminaku terkuras habis. Hanya butuh waktu kira-kira lima belas menit begitu Reggy beranjak pulang, tubuh ramping nan sexy-ku ini pun kontan terkapar nyenyak di ranjang empuk dalam kamarku.

Bila kuhitung, hampir enam jam lamanya aku tertidur. Tapi entah kenapa, mataku masih mengantuk. Andai saja aku tak dibangunkan mama dan disuruh pergi belanja, entah sampai kapan syaraf alam sadarku terus tenggelam di dalam mimpi

Anyway, malam ini, mama tidak sempat masak apa-apa. Maka, aku pun disuruh beli hidangan makan malam secara take away di restoran sunda favoritnya.


-----------​



“Ini aja, Teh, pesanannya?”

“Iya.”

“Baik. Ditunggu, ya, sebentar.”

Yeah, sebentar.

“Oke.”

Huaaaah… aku regangkan tangan, lebar-lebar. Manfaatkan hamparan ruang kosong di meja tempatku kini duduk sendirian di teras bagian depan restoran. Dan, tahukah kamu apa kegiatan paling membosankan di dunia? Yap, menunggu. Aku benci menunggu. No idea apa yang harus kulakukan.

“….”

Hembusan angin malam nan dingin serentak membelai paha serta betis tungkaiku yang saat itu hanya memakai celana pendek putih bermodel sporty jelas mencolok tampilkan aurat. Aku meraih ponsel, membuka folder aplikasi-aplikasi games. Membosankan. Semuanya membosankan! Huh, harus ngapain aku ini, coba?

“….”

Loh, eh? Itu… kan?

Kelopak mataku memicing tajam. Memandang penuh awas ke area pelataran parkir dimana sebongkah mobil BMW—entah model apa—warna silver baru saja memasuki restoran dan menempatkan posisinya di samping mobilku. Hingga lampu kendaraannya mati menggelap, aku terus memandang tanpa berkedip. Tiada bergerak.

Shit! Itu kan mobil Cheska? Ngapain dia ada di sini? si Tengil Belagu itu?

Degup jantungku berdetak kencang mengantisipasi munculnya sesosok cewek berkuncir dua dengan sorot mata menyebalkan dan mulut cablak tak terkontrol dari pintunya. Dalam keheningan, mendadak mood-ku yang sudah buruk jatuh semakin buruk.

Brengsek, MALES banget aku ngobrol ama dia! Si Snobbish itu juga pasti gak bakal mau duduk bareng aku. Nyebelin! Ini bener-bener nyebelin! Huh!

Eh?

Namun, bukan Cheska ternyata yang keluar dari sana. Melainkan… sesosok lelaki. Sosok pemuda yang jarang sekali aku lihat di sekolah, namun aku tahu pasti dia anak SMU DNS yang juga satu angkatan denganku.

Mmm… kalau nggak salah, sih, namnya Mirza. Sering dipanggil Miro Miro gitu. Anak ekskul voli cowok, masuk lewat jalur beasiswa, dan… dan….

Ugh, laki-laki itu berjalan menghampiri! Melangkah santai terbalut selapis jaket hoodie putih-biru pancarkan kesan casual. Shit! Harus gimana dong, aku? Ngobrol di sekolah aja gak pernah. Apalagi duduk semeja?

Sambil bergigit bibir, aku tundukan kepala. Pura-pura memainkan ponsel memijit-mijit asal sandiwarakan kesibukan. Haruskah aku sapa dan ajak bergabung? Aaargh! Mau cuek, takut dibilang sombong. Mau nyapa, takut keliatan canggung. Repot emang jadi cewek cantik, hihi. Lagipula—

“Hey, Keysha, ya? Kamu… yang sekarang sekelas ama Fanny itu, kan? Vokalis band sekolah?”

DEG!

Aku tersentak! Hampir saja i-phone 6 di tanganku terlecut dari tempatnya! Telingaku mendengar suara! Hiiii~ dia menyapaku!

Pelan, kikuk wajahku terangkat. Menatap lelaki berkacamata tipis tersebut.

“Aku Mirza. Yah… bisa dibilang, temennya Fanny gitu, deh, haha.” ujarnya. “Eh, kamu lagi nunggu pesenan, kan? Aku boleh gabung, ya? Aku juga mau bungkus makanan, soalnya. Males kalo diem sendiri, hehe. Boleh, ya?”

“Eh? B-boleh. Santai aja, kali.” jawabku seraya meneliti postur tubuhnya yang… uhm, tergolong atletis. Sukses mendapat izin, ia pun lalu berkata.

“Sip. Okeh, kalo gitu. Aku ke dalem dulu, ya, bentar. Thanks, ya, Keysha, hehe.”

“….”

Mirza kemudian melesat, meninggalkan untaian senyum yang dalam beberapa sekian detik… membekas di batin.

Ah, iya. Dan, ia, memiliki senyum yang begitu manis.



-----------​



“Hahaha, wajar, sih, kalo kamu gak percaya. Ini emang geblek banget, Sha. Si Fanny itu otaknya emang udah gila!”

“Eh serius! Bukanya aku gak percaya, tapi… beneran dia pernah nari bugil di ruang ganti??”

“Beneran! Yang liat emang cewek-cewek semua, sih. Tapi… tetep aja…,”

“Gilaaaa~ aku gak percayaaaa~ hahahaha. Kalo bener, nakal banget, sih, tu’ anak?”

“Tapi, jangan umbarin ke mana-mana, ya, Sha. Ini rahasia umum anak-anak voli, haha. Fanny orangnya emang gitu, sih. Parah.”

Aku terkikik. Sungguh tak menyangka kalau si Tomboy itu tenyata memiliki kelainan yang… ah, bahaya banget, dah! Haha!

Ahhhh~ detik-detik berlalu. Menit-menit berlayar. Waktu yang kubuang untuk menunggu pesanan take away makan malam, ternyata tak semembosankan yang bakal aku kira! Kehadiran Mirza di depanku saat ini… rupanya mampu memberikan nuansa ‘lebih’.

Ya, lebih. Dia lebih dari sekedar pembunuh rasa jenuh. Tak tahu kenapa, ada gelitikan-gelitikan kecil di hati yang mensugesti bahwa… lelaki pemain voli tersebut sangatlah worthed untuk dikenali lebih jauh. Dan, dijadikan… hmmm, liat aja nanti, deh, hihi.

Thanks to Fanny the mutual friend, sebetulnya, hihi. Dialah topik awal pencair pembicaraan kami. Menjadi ‘penghubung’ antara aku dan dia. Tak kusangka Mirza orangnya amat supel. Heran juga ia tak kelihatan begitu tenar dan gaul di lingkungan sekolah.

Huh, mungkin… ia memiliki kehidupan dunia lain yang lebih menarik, barangkali?

Oh iya, satu lagi fakta yang aku tahu tentang Mirza, ayahnya Mirza bekerja sebagai butler (kepala pelayan/pembantu) di salah satu rumah kediaman keluarga Cheska. Ya, rumah yang ada di Bandung sini. Well, aku tak tahu apakah Cheska dan Mirza selalu tinggal satu atap atau tidak. Namun sekarang, jadi terjelaskan, kan, kenapa Mirza bisa membawa mobil Cheska ke restoran ini? Mungkin, ia disuruh mamanya Cheska. Atau bahkan, si Cheska sendiri!

Shit! That Whining Bitch!

“….”

Menarik napas, aku pun cepat-cepat mengenyahkan bayangan Cheska dari isi kepalaku. Kembali, kutatap cowok yang memiliki sorot mata tajam nan maskulin di balik lensa kacamatanya yang tipis ini.

Hmmmm… ngomong-ngomong, kamu suka nongkrong dimana aja sih, Za, abis pulang sekolah? Kok kayanya… aku jarang ngeliat kamu, ya?” Tanyaku pada sang Pemuda seraya mengangkat sebelah kaki merubah posisi menjadi duduk bersilang. Bukan maksud untuk tampil sok menggoda, sih. Namun, entah mengapa ada hasrat dalam diri untuk menarik perhatiannya agar ia tak melupakan kecantikan serta keseksian diriku begitu saja, selepas kami berpisah. Hamparan meja tempat kami mengobrol, terbuat dari bahan kaca yang amat transparan. Tentu saja ia bisa melihat bagaimana mulusnya kakiku.

Tuh kan…. Tuh kan… bola matanya ngelirik ke bawah! Woo hoo!

Mirza tampak tersenyum kecil. Aku bertopang dagu menatapnya. Meneliti sekujur garis wajahnya. Cakep….

“Sebetulnya, tiap pulang sekolah, aku selalu ada di ruang sekretariat ekskul voli, sih, Sha. Jarang keluar dari sana.”

“Ngapain?”

“Yah… baca buku, Santai-santai. Nonton film,”

Hmmm, kalo sepi, boleh dong aku maen kesana?”

“Hahaha. Kenapa harus sepi?” Tawa Mirza berhembus, “Rame juga asyik,”

“Malu ama temen-temen kamu, tau! Tar aku digerayangin,” candaku nakal kedipkan mata.

Bincang hangat kami pun terus berlanjut, seakan malam dan bintang-bintang rembulan hanya milik berdua. Namun, tentu saja, pertemuan ini hanyalah sepenggalan ‘kebetulan’. Pesanan kami berdua akhirnya datang. Irama jantungku serasa berdag-dig-dug kencang ketika berjalan di sisinya menuju pelataran parkir. Doh, ada apa ini, Keysha? Am I fall in love?

Love?

Entahlah. Yang pasti, aku sangat suka dengan dirinya.

Mirza kembali menoleh padaku dan berikan seuntai senyuman hangat begitu kami berpisah, menuju mobil masing-masing.

AAAARGH! Pengen aku cipok basah aja, tuh bibir! Hihihi!

“Bye, Keysha. Sampe ketemu, ya.”

“Iyaa. Dadah Mirza~”







------------------------------


 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd