Keyzfile 02 :
The Leading Man
Vaan : Who are you?
Balthier : I play the leading man, who else?
(Final Fantasy XII)
Apa?? Makan siang?? Yaaaaay! Jeritku dalam hati seolah-olah makan siang adalah kegiatan paling menyenangkan di dunia. Entahlah kebahagiaan ini. Padahal,
mood-ku sedang dalam keadaan jelek sekarang. Dan, seorang Keysha Almeira Zahra, asal tahu saja, bisa menggigit orang jika diganggu dalam kondisi
bad mood! Grrrr~
Tanya aja Davin, si Hentai Gila itu, hahaha.
Well, tentu saja, ini semua karena Faruk,
the Charming Bastard of this school! Senyum lelaki itu, seperti memiliki kekuatan magis untuk menjinakkanku! Bahkan, saat momen terbuasku waktu PMS sekalipun.
About Faruk
? Playboy!
Ups...
sebetulnya,
Playboy, adalah kata yang kurang tepat untuk dia. Faruk nggak pernah mempermainkan hati wanita. Dia selalu jujur untuk hal-hal yang sensitif. Mungkin, karena ia terlalu perhatian kepada banyak cewek, jadi kesannya seperti pengoleksi lawan jenis.
Disebut 'Bajingan' karena lelaki ini sebetulnya sangatlah
pervert dan cabul. Jangan tertipu oleh sikap
cool-nya! Keahliannya adalah memanipulasi situasi serta gestur kenakalan, sehingga aksi brengseknya itu tampak agak 'berkelas' dan
classy. Kadang, gak sedikit siswi-siswi yang justru merasa seksi kala mendapat perlakuan gak senonoh darinya.
Ssst, termasuk aku, karena aku adalah salah satu 'teman dekat' Faruk,
hihihi.
Lalu, sedekat apa aku ama Faruk?
Huh, tebak aja sendiri!
Yep. Cukup tentang Faruk. Sebelum mukanya makin sumringah karena diomongin, aku segera melompat dan meraiih lengannya.
"Faruuuuk!
Huhuhu!"
"Kenapa, Keysha?"
"Gapapa, hehe."
"Pasti gara-gara apa yang ada di situs jurnal DNS itu, ya? Aku juga liat tadi malem."
Aku hanya memeletetkan lidah kala Faruk menemukan jawabannya.
"Kamu sibuk ngapain aja, sih, Far? Akhir-akhir ini jarang keliatan?" lanjutku sambil menggembungkan pipi.
Faruk malah tertawa. "Hahaha, ya jelas lah. Ini kan hari pertama kita sekolah di tahun ketiga! Kemaren-kemaren tanggal liburan. Malah, kamu yang pergi ke Sydney lama banget."
"Dan, itu liburan paling membosankan dalem hidup aku, Faruk." Aku mendenguskan napas. "Aku ke sana cuma nemenin mama urusan kerjaan doang. Sendirian. Gak ada temen."
"Hahaha, kan bisa cari gig—
eeerg—"
Ucapan Faruk terhenti. Jelas karena aku cubit pinggangnya. Kemudian, lenganku menarik tubuh Faruk lebih dekat. Berbicara lebih pelan.
"Denger-denger, selama liburan
... kamu sering jalan bareng Dhira, ya? Ke toko buku, lah. Ke kafe bareng, lah. Nonton bioskop bareng, lah...
bener, Far?"
Faruk nggak menjawab. Lelaki tampan
striker tim sepakbola ini malah tersenyum menyebalkan.
"Pasti...
kamu denger dari Olena, ya?" akhirnya, ia menanggapi.
Kini, giliranku yang balas diam tanpa suara. Balik menatap Faruk dengan sebal. Memang benar, sih, Olena.
And then...
so what? Olena Cassiopeia Tan, sahabat baikku, yang juga pentolan Dhira di klub Literatur DNS, adalah informanku. Ada masalah,
huh?
"Jangan cemburu gitu dong, Sha, hahahaha!" Si Cabul ini tiba-tiba terbahak. "Pokoknya, nanti juga aku cerita."
"
Heh, siapa yang cemburu!" aku merengut kesal. "Cuma penasaran aja, tau!"
"Emang, Olen bilang apa aja, sih?" tanya Faruk. "Kalau aku yang cerita, kamu bakal percaya aku ato si Marmut Kacamata itu?"
"Iiiih, Faruuk! Jangan ejek Olenaaa!"
Nggak ada obrolan yang berarti lagi setelah itu. Hanya dipenuhi oleh omelanku yang bergema sepanjang koridor gedung 2. Deretan pintu-pintu
sliding door kayu ruangan sekretariat klub serta ekskul di kanan-kiri kami, nampak tertutup rapat seakan ingin menjaga privasi berbagai kegiatan di dalamnya. Suaraku dan Faruk mendominasi sepanjang lorong sepi. Apalagi, ketika Faruk meremas gundukan pantatku yang terbalut rok abu-abu sekolah mini ketat. Kontan, aku melotot padanya.
"Kayanya, bawahan kamu makin pendek
and seksi aja, Sha? Udah ngerasa bebas, ya, sekarang. Kakak kelas yang dulu sirik-sirik udah pada lulus semua, hehehe."
"Faruuuuk!"
-------------------
Oke, ruangan kafetaria masih terletak agak jauh dari sini. Dan, aku, terus melangkah tanpa berbicara, sementara Faruk gak henti-hentinya mencuri kesempatan untuk membelai pantatku.
So, untuk mengisi kekosongan jeda, ijinkanlah aku untuk memperkenalkan sekolahku yang bernama
....
Tadaaa!
SMU Duta Nusantara Scholaria Bandung.
SMU DNS, bisa dibilang adalah sekolah swasta berkurikulum nasional termahal dan begengsi di Provinsi ini. Didirikan sekitar sepuluh tahun lalu, dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas penunjang yang termasuk mewah sekelas sekolah internasional. Tentu saja
fee-nya lumayan tinggi. Umumnya, sih, siswa-siswi yang sekolah di sini adalah anak-anak orang tua kaya dari segala penjuru negeri yang mengganggap pergaulan bebas di Jakarta sudah gak
suitable lagi. Padahal, sama-sama aja, tuh,
hihihihi. Gara-gara sekolah di DNS pula aku jadi gadis nakal,
huh.
Suasana di dalamnya?
Ummm, gimana ya ngejelasinnya?
Gini, deh. Ibaratkan saja SMU DNS adalah sebuah Kastil Fantasi yang berisi makhluk-makhluk aneh dari berbagai semesta dengan segala keunikannya. Kuat, lemah, jahat, baik, cabul, kalem...
semuanya ada. Kadang, aku juga mengganggap sekolahku ini '
weirdo', di balik segala pandangan hebat lagi istimewa di mata masyarakat. Dengan dilindungi barikade berkekuatan magis serta bertegangan tinggi, hanya ada dua kekuatan yang bisa membawamu masuk dan bergabung bersama perkumpulan bocah-bocah
mental ini di dalam kastil. Kekuatan tersebut ialah,
The power of gold shining aura, alias kekuatan uang.
Atau,
the power of wisdom tower frequency, alias kekuatan otak. Biasa disebut juga: beasiswa.
Melihat dari skala lebih jauh, SMU DNS dibangun serta didirikan dibawah naungan yayasan Cipta Scholaria Indonesia, yang juga mengelola beberapa sekolah serupa; SMU Duta Nusantara Scholaria Bandung, SMU Duta Nusantara Scholaria Surabaya, lalu SMU Duta Nusantara Scholaria Semarang. Dan, serangkaian sekolah TK, SD, SMP, SMU Gehswaltzer-Scholaria International School Jakarta (GSIS) yang bekerjasama dengan yayasan Gehswaltzer Stiftung Jerman.
Well, sebagai sekolah internasional, tentu saja GSIS ini prestisenya lebih tinggi serta lebih mahal dari DNS.
Anyway, untuk—
DUAKKKK! Aku tersentak. Rupanya, kakiku menendang seonggok tempat sampah.
Faruk pun terhenyak. Lalu, dengan cepat ia memungut benda-benda yang berserakan dari dalamnya.
"Keysha,
bwahahaha, kamu kenapa? Jalan kayak orang banyak pikiran?
Take it easy, Girl
santei aja, kali,"
"...."
What the— Aku mengetuk-ngetukan kepala.
Huh, kenapa aku harus melakukan hal ini?
Preview serta perkenalan SMU DNS? Jadi aja, kan, ilang konsentrasi! Harusnya, sih,
school intoduction itu kerjaan Astrid, si cewek ketua OSIS yang kerjaannya emang hal-hal membosankan, persis seperti mukanya,
hihihi.
"Keysha! Hey!"
"...."
Belum selesai rasa keterkejutanku melanda, tiba-tiba saja di depan mata muncul dua orang murid perempuan yang kini tengah berada di pikiranku!
Astrid Khairunissa serta
Ghaznia Dhira Isfani.
Again, What the— kebetulan macam apa ini?
Well, Astrid dan Dhira selalu bersama. Tipikal sepasang cewek di sekolah yang '
together everywhere' bagaikan buah
cherry (
and please, dont change it with biji peler,
please.
Its not my kind of joke, alright? -_- ). Menurut cerita yang kutahu, sih, mereka sahabat sejak kecil. Namun bedanya, Astrid benci sekali sama Faruk. Sedangkan Dhira, kayaknya naksir ama ni Gentleman Cabul.
And so
the awkward moment pun
begin
....
"Hey, Trid!
Hello." balasku ramah. Kamu...
baru makan siang? aku berbasa-basi.
Yeah right, tentu saja, karena kami sekarang tengah berpapasan di depan pintu Kafetaria. Sayup-sayup terdengar suara penyiar radio KC-FM dari balik sana, iringi keramaian kafe'.
"Iya. Duh, emang agak telat sih, ini. Tadi soalnya rame banget." jawabnya. "Eh, ngomong-ngomong, besok kamu dateng, ya, Sha, ke rapat ketua Klub di sekretariat OSIS. Acaranya pulang sekolah, kok, jam tiga."
"Oh, ya?" aku mengangkat alis. "Aku usahain, deh, Trid."
Astrid mengangguk. "Makasih, ya, Sha. Kalo bisa, sih, usahain pasti dateng. Soalnya rapatnya penting banget."
"Oke." Sambil tersenyum, aku kedipkan mata.
Garing.
Lalu setelah itu, Astrid pun buru-buru menarik Dhira pergi dari sana. Dhira, si cewek berkacamata ketua Klub Literatur DNS, sama sekali nggak menatapku secuil pun! Hanya menunduk kelam! Kenapa sih tu anak? Cemburu ma aku gara-gara aku bawa Faruk,
huh?
Lain Dhira, lain Astrid. Di sebelahnya—jangankan menyapa—Astrid pun kentara enggan melirik Faruk seakan-akan pemuda itu gelandangan asing yang sedang sibuk memunguti sampah. Walau gaya dan gerak-gerik Faruk masih terlihat keren, bahkan ekor matanya pun seolah ogah menangkap bayangannya.
What a double sicko!
"
Dah
... sampahnya dah beres,
fiuhh. Buruan masuk, yuk?" tukas Faruk dengan ekspresi datar. Aku baru saja mau melangkah, sebelum seketika kembali terhenti karena mendapati sesuatu yang aneh di sekitar mata kanan Faruk.
"Faruk, itu
... kenapa? Kamu berantem lagi?" Telujukku mengarah pada memaran kecil tersebut. Faruk buru-buru menggeleng.
"Jawab jujur, Faruk! Atau aku gak mau masuk!" Aku menggeram. Kupasang tampang marahku yang khas, pipi menggembung.
Sambil memutar bola matanya, akhirnya Faruk menjawab. "Dipukul Astrid. Tadi pagi."
"Hah? SERIUS? Emang kenapa?"
"Entahlah. Mungkin, karena dia mergokin aku ciumin kepala Dhira di depan kelas, kali?"
"
Huh, itu, sih, bukan mungkin. Tapi pasti!"
Aku lalu berjalan memasuki kafetaria di samping Faruk, yang membuka pintu dengan kesal.
"
And how can be its a sexual harrasment, Sha? Mana ada tindak pelecehan seksual yang berupa ciumin jidat secara romantis. Kadang, aku nggak ngerti apa yang ada di pikiran Astrid. Oke, dia benci aku. Tapi, ini berlebihan!"
Aku terkikik mendengarnya. "Bisa jadi itu pelecehan seksual, lho, Far,
hihihi! Tangan kamu kan suka menjelajah ke mana-mana."
"
Really?" Faruk mendelik. "Maksud kamu, kayak gini?"
"FARUK!"
Bola mataku pun sontak terbelalak kala lagi-lagi dia meremas bongkahan aset-ku! Dan, sama sekali nggak membuatku tenang walau lalu ia berbisik,
"Masih kencengan pantat kamu, Sha, daripada punya Dhira."
Huh! Di depan
counter Siomay, aku dicabuli!
--------------------
My cherie amour, lovely as a summer day,
My cherie amour, distant as a milky way,
My cherie amour, pretty little one that I adore,
Youre the only girl my heart beats for,
How I wish that you were mine
Uuugh, adakah sesuatu yang lebih sempurna dari ini? Bahagia itu sederhana. Ya, akhirnya, aku bisa mengerti kata-kata yang dulu sering kuanggap
bullshit tersebut!
Well, memang gak perlu hal-hal yang luar biasa bagiku. Cukup sinar mentari sore, sepiring nasi lotek
plus jus tomat segar, lantunan lagu
My Cherie Amour nan lembut, ditambah pesona wajah tampan Faruk di depanku yang sibuk menggigit roti cokelatnya.
Grrrr
... makin
cute aja muka si Cabul ini kalo lagi makan,
hihi!
Sabar Keysha
...
Sabar
.... Di bawah sana, sepertinya sepasang jari-jari tanganku sudah mulai bergetar hebat nggak sabar ingin mencakar.
Begitu damai suasana kafetaria sekolah di saat sekarang. Sebetulnya, Faruk-lah yang memilih meja tersebut. Tepat di jejeran perbatasan antara
counter makanan Jepang dan Ayam goreng, di bawah terpaan angin lembut dari
ceiling fan—yang posisinya tepat—yang berputar pelan dengan pencahayaan alam sempurna gak membuat silau.
Mmmh, adakah yang bisa merusak suasana nyaman ini? Tau aja Faruk memilih meja yang paling
cozy di sore hari,
hihi.
"...."
Well.
Sepertinya, ada.
Krieeeeet— Pintu kafetaria terbuka. Dan, seakan mampu membuat waktu serta kesadaran berhenti, serta merta munculah tiga orang siswi berpenampakan layaknya putri-putri borjuis memasuki ruangan. Seketika, seluruh mata serta perhatian tercurah ke sana. Merekalah manusia-manusia puncak dari kalangan teratas di sekolah ini.
The Three Unicorns. Atau,
The Unicorns aja. Ada juga yang bilang,
Unicorns, gak pake '
the'.
Shit! Apa peduliku? Yang pasti, sebelumnya gak ada masalah saat cewek-cewek itu mulai masuk lalu celingukan nggak jelas, sampai ketiga pasang mata mereka tertumbuk ke tempat ini. Mejaku. Tempat aku dan Faruk bercengkerama.
Aku pun menoleh ke sofa pojok, tempat biasa mereka bersinggasana. Rupanya, penuh ditempati bapak-bapak berusia
mid-
forty yang entah siapa dan dari mana. Kata Faruk sih, mereka orang-orang yayasan dari pusat di Jakarta. Kebetulan, sedang nggak banyak tempat kosong tersedia sekarang.
Well, kalau begitu, sudah jelas kami akan jadi korban 'penggusuran'.
Tap-tap-tap-tap
langkah kaki angkuh mereka seolah terdengar. Berbalut kaus kaki putih selutut serta sepatu
mary jane flat hitam mengkilap—busana resmi cewek SMU DNS.
"Hay, Sha
...," sapa si gadis pertama yang berambut
pigtail kuncir dua. Bermata kucing, dihiasi sorot pongah yang mengesankan dirinya kerap menatap lawan bicara secara merendahkan. "Bisa nggak, lo pindah sebentar ke meja lain. Tempat kita tiba-tiba didudukin om-om gak jelas!
Pleaaase?"
Hih! Aku nggak menjawab. Bola mataku sontak mendelik ke gadis di sebelahnya. Tinggi, cantik, berkulit kutih serta berparas khas oriental, memiliki rambut hitam lurus nan panjang bak model iklan shampo. Tatap 'malas'-nya, bergerak-gerak menatapku dan Faruk, seolah tengah menyelidik.
'Ni orang kenapaaa, lagi?
Lalu gadis ketiga...
aargh, inilah cewek paling menyebalkan menurutku. Musuh Olena di klub literatur. Pendek, muka tengil, selalu bergaya sok cantik dan sok
gothic loli, penjilat si Kuncir Dua sejati. Nggak heran jika 'boneka' seronok ini bisa diterima jadi anggota
Unicorns!
Oke, mereka punya nama. Si Kuncir Dua, yang juga 'pemimpin'
clique, bernama
Cheska Lovita Irzandi. Kemudian si Model Shampo,
Sherlina Laurencia Darmawan.
Giztha Kandinasari adalah si
Bitchy Menyebalkan. Andai
Godzilla itu ada, aku ingin dia memakan ketiga kriminal ini.
"Hellooo~ Kalian denger gue nggak, sih? Perlu, ya, gue ampe teriak biar kita bisa duduk di sini?" tukas Cheska bersungut-sungut sambil menghentakan kaki. Sepertinya, sudah mulai gak sabar.
Oh ya? Kamu pikir, cuma kamu aja yang bisa nggak sabar, huh? sentak batinku mengepalkan jari. Bila nggak buru-buru ditahan Faruk oleh remasannya, entah apa yang bakal terjadi. Aku nggak mukul orang, tapi pastinya sesuatu hal yang buruk.
Faruk gak berkata apa-apa. Hanya mengajakku untuk mengalah dan berpindah kursi melalui lirikannya.
"Udalah, Sha
...
its not worth it. Jangan buat hidup kamu susah gara-gara berantem ama Cheska."
"Emang kenapa?" Aku mendengus gemas. "Meja ini gak seenak dan senyaman tadi,
huh!"
"Karena
...," Bahu Faruk terangkat. Napasnya menghela lemah. "Terkadang...
kita harus sadar, siapa kita dan siapa mereka,"
Sontak, aku pun menggeram. "Aku nggak setuju! Prinsip macem apa itu?"
"Meja enaknya cuma satu...
dan banyak anak yang mo make...
,"
"Kita belum selesei makan, Faruk! Dan, itu gak sopan sama sekali!
What a
...
slut!"
"...."
"...."
"...."
"
Hmmph!"
Nggak ada kata-kata balasan lagi dari Faruk. Cowok berbadan atletis tersebut selalu menyebalkan kalau sudah begini. Maksud aku, gak membela aku! Aku pun lalu meneruskan makan siang dalam ke-
bete-an. Nggak aku pedulikan sentuhan jemari Faruk yang membelai pipiku. Hingga, sebuah ajakan darinya seketika mengembalikan
mood-ku ke langit. Naik, naik, dan terus membuatku melayang ke awan!
Huhu.
"Sha
... kamu mau nggak, es krim Campina
coffee raisin? Aku punya, lho...
,"
Aku cepat-cepat meneguk jus tomatku, sampai gak bersisa. "Mau mau mau mau!
Uhuk,"
"Ada, sih, tapi
...," Kemudian, Lelaki berjaket hitam adidas itu terkekeh. "Di kulkas ruang seretariat bola. Kamu...
mau ke sana?"
"...."
Sama sekali gak kutemukan kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu. Wajahku bersemu merah. Sambil menatap bola mata tajam Faruk yang menyala-nyala penuh gairah, kugembungkan lagi pipiku dengan paras merona.
"
Huh, nakal ya kamu, Faruk. Baru aja hari pertama sekolah
...."
--------------------
"Tunggu bentar, ya! Jamin gak akan lama, kok!"
"Hahaha,
yeah right. Aku tunggu di ruang Seke'!"
Sebetulnya, bayangan es krim Campina
coffee raisin yang sesaat lagi bakal menari-nari di lidahku sudah membuatku gak sabar. Aku pun ingin buru-buru ke sana—ruangan sekretariat ekskul bola—lantas bermesraan ria dengan Faruk. Namun sepertinya, 'mampir ke toilet' sehabis makan seolah sudah jadi ritual wajib bagiku—dan mungkin banyak perempuan lain. Nggak jauh dari tempatku berdiri, kutemukan toilet. Aku kemudian berbelok masuk dan mendapati sebuah ruangan yang wangi, bersih, rapi, dan beraroma kapur barus. Cocok untuk dipakai berbuat mesum,
hihi!
Ngomong-ngomong...
dulu Reggy cukup sering menggauliku di tolilet. Selalu, ia meminta diriku untuk menjilati penisnya usai kami berhubungan. Di situlah pertama kali aku mencicipi rasa cairan vaginaku sendiri, hmmph.
Cepat-cepat kutempati salah satu bilik lalu mengangkat rok-ku. Kuturunkan celana dalam putih berendaku, membebaskan bibir kemaluanku yang berwarna remang kecokelatan. Duduk di
closet, akhirnya keluarlah air seniku yang bening, menyembur dari lubang pipis kecilku menyelinap garis belahan kemaluan.
Psssssshhhhh
...
Aaaaah
.... Shiitttt banyak banget..
. batinku lega. Selain jus tomat, memang aku juga meminum segelas air putih
plus sedikit
ice lemonade punya Faruk. Gak heran air pipisku kini menyembur deras seperti kuda. Memberi rasa nyaman pada sekujur pori-pori badanku.
Oooohh
...
sssssh
...
damn,
aah, Faruukhh... leherku pelan bergidik, membayangkan apa yang bakal terjadi nanti. Bukannya aku ke-
ge-
er-an sih, tapi aku yakin enam puluh persen kalau aku bakal dicabuli Faruk di dalam sana,
huhu. Berdasarkan pengalaman, bukan sekali dua kali saja Faruk pernah mengintimiku di ruangan seke' bola.
Geez, sama sekali gak pernah kepikiran kalau aku bakal 'jatuh' ke tangan pemuda ber-
facial hair tipis tapi seksi itu! Aku kenal Faruk dari kelas tahun pertama. Kita berteman dan berinteraksi biasa layaknya anak-anak pelajar. Namun pasca putusnya aku dan Reggy, di sinilah kedekatan dimulai. Faruk menjadi tempatku bersandar, tumpahkan air mata, dan bahkan sumpah serapah.
Sejujurnya, Faruk sama sekali gak pernah mengambil 'keuntungan' dariku. Justru aku dan perasaan marah gak jelasku lah yang menjadi sumber petaka! Khilaf, aku menggoda Faruk. Kubiarkan lelaki yang sudah terjerat pesonaku itu nikmat menodai tubuhku, sebagai pelampiasan rasa marahku pada
...
aaargh! Entah apa dan siapa! Lagipula, gara-gara Reggy, aku kadung mengalami ketagihan seksual. Kini, semuanya sudah terlanjur. Silakan kalau kamu mau menyebutku 'gundik' Faruk.
So what?
Damn
... pasti kamu gak tau, ya, gimana rasa nikmatnya
dientot Faruk?
Heh?
Aku tersadar dari lamunan, seketika lekas-lekas bangkit dari
closet. Kuraih pegangan tas demi mengeluarkan beberapa benda dari sana. Kubersihkan permukaan daging vaginaku, nggak lupa juga liang anusku dengan
tissue. Usai membenahi pakaian, aku beringsut keluar lalu bercermin. Kuoleskan
lip-
gloss, mempercantik bibirku. Gak butuh waktu lama pula bagiku untuk merapikan rambut
feminim sexy-ku beserta pernak-pernik penghiasnya
Sekarang, aku siap menyajikan tubuh remajaku untuk Faruk.
--------------------
Aku membuka pintu ruangan markas klub bola dan lantas kemudan terkejut! Sejak kapan tempat ini menjadi begitu...
rapi? Dan, wangi?
"Es krim-nya ada di kulkas, Sha. Ambil aja. Sendok bersihnya juga ada." ujar Faruk menunjuk sebuah kulkas kecil di sudut sana. Dengan cepat, aku menutup pintu lalu menguncinya. Kakiku melangkah riang menuju tempat dimaksud.
Yaaay!
Food from heaveen! hatiku bersorak-sorak. Sekotak Campina
coffee raisin pun kontan menjadi pemacu gairahku.
Bola mataku yang genit melirik Faruk. Dia masih sibuk merapikan kertas kertas serta buku-buku yang berserakan di atas lantai. Sambil menikmati segarnya es krim favoritku, aku pun mengitari ruangan seraya melihat-lihat.
Sebetulnya, gak ada sesuatu yang 'istimewa' di ruangan ini. Cuma ada satu papan
whiteboard stand-up, rak buku, lemari
trophy, serta sebidang meja luas milik ketua ekskul yang selalu tampak berantakan.
Barangkali, satu yang menarik perhatian adalah sebongkah sofa
triple-
seat besar yang terletak di dekat jendela. Berwarna cokelat, dan—kata Faruk—ukurannya persis seperti yang dipakai di
shooting-
shooting film porno.
Ugh, dapet dari mana, sih, ini?
Hmmm
... aku memang sering
dientot Faruk di atas sana,
anyway
... dan, entah siswi mana lagi yang rongga kemaluannya pernah merasakan 'padat'-nya tusukan punya Faruk! Teman senasib bagi vaginaku!
Bet shes a lucky girl.
Betul-betul rasa yang sulit dilupakan. Hebat, lah, kalo sampe bisa nggak ketagihan seks.
Puas menikmati
mood booster, aku pun kembali menyimpan es krim tersebut ke dalam kulkas. Kalau mau lebay, boleh dikatakan hatiku kini sungguh berbunga-bunga. Oh, harus kucium si Cabul Tampan yang telah menyelamatkan hariku! Aku berniat menghampiri Faruk. Namun, baru saja aku berdiri dan hendak berbalik, tiba-tiba saja aku mendapatkan 'serangan' telak yang membuatku merinding!
HUGGG!
"Kyaaaa~ faruuuk~ !!!"
Aku menjerit tertahan!
Sungguh, aku gak pernah menduga kalau Faruk bakal menyergapku!
Lalu meremas buah dadaku dari belakang, serta mengecup-ngecup lembut leherku yang memang merupakan titik kelemahan!
"Gimana es krimnya, Sha? Enak?" Berat, sahabat lelakiku itu lalu berbisik.
"E-enak banget Faruuk... i-ini—" aku berusaha sempitkan bahuku. Berupaya menutup akses menuju leher. Namun, Faruk sudah tentu mengantisipasi.
"Sekarang, boleh ngga aku cicipin punya kamu, Sha? Aku kangen banget
... ama memek kamu
... Keysha
...."
"B-boleh, Faruuuk! T-tapi—"
Uuugh! Bisa nggak sih cowok ini gak perlu maen-maenin leher?! Dan, suara bisikan berat-berat seksinya itu
...
arggh! Udalah Faruk! Aku BISA kamu pake!
I'm your chick! Gak perlu sok rayu-rayu segala!
Seketika, aku kembali merasakan area kemaluanku berkedut-kedut akibat rangsangan. Faruk mengangkat rok pendek abu-abuku, menyelinapkan jemarinya ke sela celana dalam putih berenda-renda milikku.
"F-Faruuk! Jangan—"
Sleppph! Dengan mudah, jari telunjuk itu pun tergelincir ke dalam lubuk percintaanku. Lembut, dirinya mengorek-ngorek
Clap clap clap clap clap
"
Shit! Licin banget!" Ia meracau.
Damn, Keysha...
such a bitch! lubang memek kamu kok udah basah gini, Sha? Sejak kapan?"
Aku mendegus dalam desah. "Dari tadi, kali. Sejak kamu ngeremes-remes pantat akuuu~!" balasku. "M-makanyah! J-jangan cabuuulhhh!"
"Hahahaha!" Teman sekolahku yang berhidung mancung ini malah tertawa
"FARUUUK! B-berenti kocok-kocok kemaluan aku! Aku pipis lho!"
Gemas, aku memukul-mukul lengan kanan Faruk. Ketika pelukannya mengendur, aku melihat ini kesempatan untuk membebaskan diri! Aku mau berbalik—mencaplok bibirnya! Namun, sial, ia dengan cekatan kembali mengunci tubuhku. Bahkan, sepasang lengan kuatnya kini membuat badanku terangkat! Membopong ragaku menuju sofa lalu menelentangkannya di sana.
BLGUH!
Hhh
... hhh
... hhh...
hhh...
Sontak, aku menghela udara, mengatur-atur napas sambil menatap Faruk yang berdiri gagah.
"F-Faruuuk
...
p-please...
,"
Rambutku kini sedikit berantakan. Rok abu-abuku tersingkap ke atas. Celana dalam putih berendaku, terekspos jelas. Dan, bukan tanpa maksud bila kedua paha mulusku menutup rapat sembari saling menggesek-gesek pelan. Gelinya stimulasi jemari Faruk tadi, jelas gak bisa begitu saja dihentikan! Dalam kondisi begini, sudah tentu aku sangat siap untuk disetubuhi.
Entah kenapa, aku selalu gampang naik bila melawan Faruk.
"
Yes,
Princess?"
E-entotin aku cepetann
... aku udah nggak tahan
...,"
"
Really? Secepat ini?"
"Gara-gara kamu, tadi...
aaaah~" rengekku manja sambil mengayun kaki kanan dan kiriku yang masih terbalut sepatu serta kaus kaki, lepaskan kain penutup selangkangan agar celah vaginaku bisa terbebas menganga. "Memek aku jadi basah bangeeet. Geli Faruuuk! Pengen dimasukiiiiiin~" Aku tak henti memohon. Sebenernya, 'ni orang ngerti kagak, sih, kalo aku bilang cepetan itu artinya CEPETAN!
And,
SHIT!
Such an Asshole! Dasar lelaki! Dasar Buaya! Bukannya cepat-cepat buka celana keluarin titit lalu menggagahi, dia malah menurunkan kepalanya ke area kewanitaan! Demi melumat bibir kemaluan serta liang pembuanganku! jilatan-jilatan lincahnya, menyeruak liar menciptakan stimulus-stimulus aneh di area perbatasan!
Slrrrrph... sllllrpph... slllrrrrrph... slrrrph...
"
Shit! Faruuuk! Kamu ngapain, sih! AAAAAH!" Tanpa bisa kutahan, panggulku mengejang-ngejang. Tapi segera, Faruk mencengkeram pahaku. Dalam seruputannya, sempat-sempatnya ia asal menjawab, "Isepin sari-sari kewanitaan kamu, lah, Cantik. Lendir memek kamu enak banget, lho, Keysha...
,"
Slrrrrp
... mmmmhh
... slrrrp
.. slrrrp
...
"Dan,
ahh...
lubang pantatmu, juga. Keysha. 'Rasa' vokalis band sekolah, emang dahsyat
...
mmmh,"
Slrrrrp
... mmmmhh
... slrrrp...
slrrrp
...
Aku hanya bisa mengapit kepalanya karena sudah gak sanggup lagi. Gak ada yang bisa kulakukan. Aku nggak punya tenaga, tinggal pasrah dipecundangi Faruk. Bola mataku mulai tenggelam. Raut cabul gak terkontrol. Tubuh serta perutku yang rata pun berguncang-guncang, seperti ada sesuatu yang ingin meledak di selangkangan sana. Kepalang tanggung, akhirnya aku ikuti permainan Faruk.
"
Uuuuuh~
Yah!
Yah! T-terus, Faruuk! J-jilatin memek aku! Bener di situ enaaak~"
Dia semakin gila menyapu-nyapukankan lidahnya. Menjilat lubang pipisku. Menyeruput cairan kenakalanku. Menghisap-hisap biji klitorisku!
"F-Faruuuk! Aaaku
...."
Sadar benteng pertahananku rontok, Faruk pun semakin mempererat cengkramannya. Ia tahan tungkaiku, agar nggak menendang keman-mana. Tinggalah kini aku yang meracau hingga ujung
....
"
OWH,
SHIT!
Aaaahh...
e-enak banget, Faruuukh~ a-aku perempuan naaakal
... a-aku bekasnya Reggy—
AAAAH!"
Sssllrpp
...
slrrrphhh
...
clap clap clap clap
"F-FARUUK! KEYSHA NYAMPE!
Ooooooooohhhh~"
Benar-benar gak ada yang bisa melukiskan gimana dahsyatnya rasa nikmatku di kala itu! Praktis, aku kehilangan kontrol atas tubuhku. Mengejat-ngejat liar tanpa bisa kutahan. Faruk tampak sedikit terkejut saat semburan pipis enakku menciprat mukanya!
"Wow
...
thats
...."
Pelan, ia kembali berdiri seraya menyeka-nyeka wajahnya. Tersenyum, ia menatapku tajam penuh kemenangan.
"H-habisnyaah~ kamu bandel, sihh...
," desahku serak sebelum aku pejamkan mata karena lelah. Dadaku naik turun tersengal-sengal. Ada sekitar satu menit kami terdiam dalam jeda, membiarkanku istirahat pulihkan tenaga.
Damn
... aku ngangkang dan dicabuli demi sekotak es krim
... serendah itukah harga diriku hanya karena Faruk?
Hihihi!
"...."
Lewat telinga, aku bisa mendengar—serta membayangkan—Faruk melepas sabuk lalu jatuhkan celananya. Aroma semerbak parfum maskulin merayap tajam. Ah, pasti ia melempar jaketnya juga.
Well, benar saja. Ketika aku kembali membuka kelopak mataku, yang pertama kulihat adalah bayangan tegas pemuda itu yang berdiri gagah setengah telanjang tanpa bawahan. Dan, batang kemaluannya itu
ooh.. aku sungguh-sungguh MENYUKAINYA!
Errr
adalah hal yang normal, bukan, bagi perempuan untuk meyukai kepunyaan lelaki,
huh?
Lalu, sepasang pahanya yang berbulu...
buah zakarnya yang menggantung...
shit! Aku digelitik rasa bergetar-getar aneh lagi di pusat selangkanganku! Padahal, baru saja aku dihadiahi orgasme— ah, emang dasarnya aja aku cewek
hyper,
ugh! Sayang, dia nggak membuka baju seragamnya juga. Jadi, gak bisa liat, deh, dada bidang
macho-nya,
mmmh
....
"Faruuuk
... sinii
...,"
Melalui gerakan tangan, aku memberi kode agar pemilik benda-terindah-di-dunia itu mendekat. Faruk pun lambat melangkah, acungkan miliknya di depan mukaku. Kuraih batang kekar mengeras itu penuh antusias. Dengan jemari telunjukku yang berkuteks
glitter bening, kutelusuri urat-urat kejantanannya yang terukir mantap. Aku belum lama mengalami masa pubertas. Menstruasi pertama pun baru kudapatkan di umur tiga belas. Namun gejolak syahwat betina mudaku, kini sudah memuncak-muncak.
Aku melihat cairan pre-cum Faruk muncul keluar. Kumainkan dengan jariku hingga lengket memanjang. Lalu, kukecup kepala penis itu dengan mesra, tonggak percintaan kebanggan Faruk.
Perlahan-lahan, lidahku mulai menari. Membelai-belai serta menyapu sekujur kemaluan Faruk. Kutelan lembut-lembut biji testikelnya, 'mengunyahnya' halus. Sahabatku itu kemudian terpejam. Memberikan reaksi geram pertanda kenikmatan.
"
Ssssh.... Aaah, Keyshaaa.... Nakal banget, kamu—"
Aku gak merespon. Lanjut menjelajahi serta menguasai selangkangan Faruk. Sekarang, kumasukan dalam-dalam kepunyaan pemuda itu hingga
deep-
throat. Dia mengerang-erang, aku gak peduli. Kuayunkan maju-mundur kepala serta lumatanku. Faruk, harus menerima ini.
Service serta pelayanan terbaik dari Keysha Almeria Zahra! Gundiknya!
hihi.
"Keyshaah...
Gggh! Stop! Stop! Okehhh
... okehh...
oral kamu jago! Ga usah 'pamer' gitu juga, kalihh.
Grrrh!"
Akhirnya,
striker yang juga
key-
player tim sepakbola DNS itu menyerah. Dia mendorong kepalaku. PLOP! Setetes air liur terjatuh. Bibirku hanya mengikik lucu, memperhatikan kepanikannya.
"K-kenapa, Faruk? A-aku salah apa?" rengekku sok
innocent, menggoda.
Faruk terkekeh. "Mulut kamu...
terlalu
bitchy!" ia berdalih. "Aku setubuhin kamu sekarang, ya,"
"I-iyah
...."
Mendengar instruksi Faruk, aku pun segera memposisikan badan serta area selangkangku 'seterbuka' mungkin. Kuangkat kaki kiriku, menumpukannya pada bagian atas sandaran sofa. Kini, liang percintaanku yang berambut halus hitam teratur, bebas menganga. Siap untuk menerima penetrasi.
"Eh, Sha
... bukannya kamu itu kemaren udah cukur bulu memek, ya? Kok
... udah tumbuh lagi?"
Bola mataku berputar jenaka. "Itu kan beberapa minggu yang lalu, Faruuk. Sebelum aku pergi ke Australi!"
Sambil tertawa, akhirnya kami pun segera merapatkan raga. Faruk menurunkan tubuhnya, memposisikan panggulnya tepat di atas milikku, hingga sepasang alat keintiman kami lekat berhadapan.
"Keysha...
I miss you,"
"
Miss you too, Faruk...
andai ada kamu pas liburan...
,"
Dan kami masih berciuman saat Faruk mendorong pinggulnya, menghujamkan kejantanannya menelusuk lubang vaginaku—yang sudah amat basah. Licin dan hangat, kondisi rongga percintaanku pada detik itu. Maka, sama sekali tiada rasa sakit kala Faruk melesakkan batang kemaluannya dalam-dalam. Mentok sampai rahim.
"
Mmmmngngnghhh...
," aku melenguh, sekedar lepaskan ekspresi kenikmatan yang datang sewaktu Faruk menggabungkan tubuh kami. Aku dan Faruk, kini satu. Terhubung oleh rekatnya organ intim yang terhunus rapat.
Beberapa saat kami terdiam, membiarkan penis Faruk yang tercengkeram rindu oleh dinding vaginaku terpijat-pijat. "Oooh...
K-keysha
... enak banget, Sayang...
m-memek kamu—" Sepertinya, Faruk sedikit nggak tahan dengan gerakan binal otot vaginaku,
hihi. Makannya, ia langsung menggerakan maju-mudur tubuhnya memompa kewanitaanku.
Clap, Clop, Clap, Clop, Clap, Clop, Clap, Cloppp
"
Sshh...
ahh...
sssh
...
oooh...."
Kini, giliran aku merinding. Gesekan-gesekan batang berurat miliknya, yang lincah menggaruki bagian dalam vagina, menimbulkan setruman-setruman syaraf yang terlampau lezat. Ayunan panggul Faruk berirama konstan. Tapi aku rasa, makin lama makin agak bergerak kencang.
Splak! Splak! Splak! Splak! Suara benturan bagian bawah kami, hangat dan kompak.
"
Feel good,
Honey?"
"I-iyah, Farukhh...
aku suka banget...
a-aku suka banget
dientot kamu
...,"
"Lebih suka gini, atau dikencengin?"
Aku menggeleng-geleng. Bukannya gak mau jawab, tapi aku beneran susah mikir kalau liang keintimanku sudah ditusuki barang lelaki! Yang ada dikepalaku kini, hanyalah pasrah dikerjai dan berkonsentrasi menggapai titik puncak semaksimal mungkin.
"
Shit! Punya kamu sempit banget, Keysha....
Damn! Gak kuat lama-lama kalo maen sama kamu!" Faruk meremas gemas rambutku. Aku pun menarik kepalanya, gak sabar ingin mencium serta beradu lidah dengan pemuda tampan ini.
"
Hngngngnghh
...
ngngnghh
...
sssh...
aaaah~"
Kugigit pelan bibir Faruk—sambil mendesah-desah. Posisi bercinta kami berdua, sudah terlalu nikmat sampai-sampai nggak kepikiran untuk jeda demi berganti gaya.
Beberapa menit berlalu. Selanjutnya, yang tersisa hanyalah erangan-erangan, lenguhan-lenguhan, serta remasan cakaran tangan kami. Kurasakan hentakan pinggul Faruk semakin kencang. Pola sodokkanya pun setidaknya lebih kreatif. Kadang berputar, kadang mengayun, kadang pula miring ke— HEY! itu, kan,
G-SPOT ku! AAARGHH! Faruk brengseeeek!
Seketika saja aku mengejang-ngejang! Dadaku membusung tinggi, tertahan oleh tindihan tubuh Faruk! Kubanting tolehanku ke kiri dan ke kanan! Namun sepertinya, lelaki itu sengaja membuatku gila!
Andai aku adalah sebuah mesin, tombolku ibarat langsung dilonjakan ke daya maksimal!
SPLAK! SPLAK CLAP! CLAP! SPLAK! SPLAK!
"F-FARUUUK! AMPUUUN! J-jangan k-kesituuh
.... BIASA AJAAA!" teriakku penuh hasrat. Aku sudah gak peduli lagi ada di mana ini! Yang jelas, pertahananku terancam bobol!
"
Hold on, Baby
...
hhh hhh
... bentar lagi aku nyampeh
hhh
...
hhh...
keluar bareng, yuk, Keyshahh
...,"
SPLAK! SPLAK! SPLAK! CLAP! CLAP! CLAP!
"FARUUK! OOOOOH~"
"
You're so sexy, Keysha...
hhh hhh...
pasti banyak,
hhh hhh...
cowok yang napsu ama kamu
...
hhh
...
hhh
...,
"C-CEPETAN Faruuuukhh~ ! Aku udah GAK TAHAAAN!"
SPLAK! CLAP! SPLAK CLAP! SPLAK! CLAP! CLAP! SPLAK! SPLAK!
"Sha...
hhh hhh
... aku pengen keluarin di dalem memek kamu, boleh?
Hhh
...
hhh
...,"
"IYAAAAH! KELUARIIIN! AAAHG—"
Aku menggeleng-geleng panik! ingin rasanya kutahan ledakan ini, tapi sepertinya bakal sia-sia. Bibirku kugigit erat, gak kuasa menahan rajaman-rajaman kenikmatan.
Sorry, Tough Boy, Im cumming first!
Sssrrrh
...
srrrrhhh...
pssshhh
.....
Psssh
....
Lubang kencingku mengeluarkan semprotan-semprotan kecil air bening yang menandakan bahwa aku sudah sampai
Saturnus! Kesadaranku seperti tercerabut dari cangkangnya. Aku nggak tahu bagaimana rupaku kala orgasme. Tapi kata Faruk, sih, seksi banget. Dan, apa yang kugapai kali ini, tentu lebih brutal dari yang pertama!
Badanku melengkung tegang, tercambuk-cambuk sengatan syahwat asmara. Ekspresi wajah lagi sorot mataku seperti marah, namun bersinar kosong layaknya terhantam sesuatu energi yang dahsyat. Aku telak dipecundangi, digagahi pemuda ini. Kalau nggak dihimpit Farruk erat-erat, mungkin badanku sudah jatuh ke lantai dan menggelepar terkencing-kencing di sana!
Huh~
Jelas memalukan bagi seorang siswi vokalis band sekolah,
right?
"
Ooooh
...
aaashhh...
hooooh
...
aaaahhh,"
Sementara itu, kudengar Faruk masih melolong-lolong nikmat. Penisnya masih belum berhenti menggasak-gasak liang kehormatanku. Tapi, aku sudah gak peduli. Aku lemas sekali. Aku sudah gak urus harga diri. Sudah nggak bisa bergerak, diam gak bergeming seperti boneka. Kubiarkan Faruk
mengentot-
ngentot milikku sampai dia mencapai hajatnya.
Duh, gara-gara dapet orgasme tadi, lubang memekku jadi becek dan banjir ya,
hihi? Maafin lagi, ya, Faruk, kalo rasanya jadi gak enak
....
"
Uuuuh...
Keyshaaahh
....
DAMN!
You so FUCKIN— AAAAAAHHHH!"
Akhirnya, aku merasakan pinggul Faruk tetiba menghentak dan menancapkan tonggaknya dalam-dalam! Lelaki itu mengejat-ngejat, bergetar, dengan mulut mengeluarkan raungan jantan. Aku terpejam sembari menggigit bibirku. Kupeluk lelakiku itu. Semburan-semburan deras nan hangat bisa kurasakan di ujung lubuk kehormatanku sana.
BLUGHH!
Ia menyusul ke 'Saturnus'.
Faruk terjatuh lemas. Menindih rapat badanku. Membuat baju seragamku berantakan.
"
Hhh
...
hhh...
hhh
...
hhh...
,"
"Farukhh
...," bibirku lembut berbisik, "sperma kamu banyak banget, ih." godaku nakal. "Kayaknya
... kamu niat banget, deh, hamilin aku,
hihihi." Tentu saja kalimat tadi hanya bercanda. Karena aku yakin, aku masih punya obat pencegah kehamilan di laci kamarku.
Gak ada jawaban dari Faruk. Si Cabul itu
... cuma bisa tersenyum kelelahan. Membelai sayang rambutku, lalu mencium keningku.
Geez
...
what a match...
aku juga capek, sih, sebenernya. Tapi, gapapa, lah...
dikasih es krim.
--------------------
Lima belas menit berlalu setelah percintaan tadi, aku dan Faruk masih berduaan ria di dalam sekretariat ekskul bola. Kadang aku heran, kenapa tiap kali Faruk mengawini aku di sini, selalu berjalan relatif lancar gak ada gangguan. Maksudku, tiba-tiba ada orang ketok pintu, gitu?
Hmmm, aku jadi ngebayangin, kalau Faruk sebelumnya mengirim pesan ke seluruh anggota bola, yang berisi :
"Sterilkan ruang keramat di sore hari! Jangan ada yang datang! Cegah penyusup! Eksekusi penerobos!"
Hihihi.
Errr, absurd.
Anyway, detik itu sinar mentari sore yang menembus tirai
horizontal blind terlihat amat romantis. Rupanya, hari sudah semakin senja. Namun entah, kaki ini masih terasa amat berat untuk melangkah. Aku terduduk santai, di atas sofa bekas tempat Faruk mengintimiku tadi. Secarik celana dalam putih berenda-renda miliku pun, sudah mantap kembali kupakai. Seharusnya, aku kini berada di markas Klupersid memeriksa pekerjaan-pekerjaan yang ada, tetapi
...
Faruk tersenyum manis padaku. Dari balik meja 'ketua',
Laptop-nya memutar...
apa, yah? Dari suaranya, sih, kayak
highlights-
highlights pertandingan bola gitu.
Aku dengar ia berdehem, lalu bertanya, "Ngomong-ngomong, Sha
... gimana hari pertama di kelas? Asik, nggak, anak-anaknya? Kamu
kelas 12-C, kan?"
"Iya.
Well, gimana, yah
...,"
Aku merengut mengangkat bahu. Entah harus menjawab apa. Karena ini hari pertama, jam pelajaran praktis hanya berlangsung setengah hari. Cuma perkenalan bla bla bla dari wali kelas, serta...
ah, entahlah, aku gak peduli dan belum bisa kasih pendapat banyak. "
Nothing special, sih, Far. Gak ada yang menarik amat. Mungkin, belum juga, sih."
"Hehehehe
... hehehe
...
hmmm, ya, ya,"
Huh?
"...."
"...."
Terpana aku mendengar kekehan Faruk.
Fuck for sure! Paling gak jelas, deh, kalau dia udah pasang tampang sok misterius lagak penjahat! Mending pasang muka mesum terus
grepe-in aku sekalian, daripada harus kayak gini!
"
And then?"
"No then then
... gapapa."
"Tapi kamu tadi kaya yang mo ngomong sesuatu!" aku memonyongkan bibir, "CEPETAN Faruk!"
"
Huah,"
Doh! Si Cabul itu malah merenggangkan tangan sambil menarik napas dalam-dalam. Tadinya, aku mau segera melompat dan menggigit kupingnya. Tapi, dia keburu bicara!
"Kamu...
mau...
sesuatu yang menarik, Sha?"
"Apa?"
"Yakin?"
"BURUAN!"
"Bakal ada tiga hal yang terjadi pada kamu." Terdiam, Faruk sejenak mengacungkan tiga jarinya. "Satu, akan datang orang yang
... memperingatkan kamu untuk jauh-jauh dari aku. Dua, akan datang orang yang
... ngajak kamu makan di tempat tukang martabak cabul. Tiga, mungkin dia
weirdo, tapi kalau kamu udah deket dengan dia...
bisa jadi kamu bakal jatuh cinta.
Thats all."
Wajahku melongo seperti kelinci yang ada di
facebook-
chat. Entah ngelantur apa '
shoulder guy'-ku ini. Apa gara-gara tadi kebanyakan ngeluarin sprema, dia jadi aneh,
huh?
------------------------------