Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Gratifikasi donat

sudah pada laperr:pandaketawa: itu, bang..
emang sech,,donatnya Sheila tiada duanya..
:ngiler:
 
Harusnya udah update nich cerita kan uda 17an besok...y tapi apapun itu mungkin ts lagi sibuk didunia nyata....

Semangat suhu ane tunggu upadtemu
 
Terima kasih banyak Agan Agan sekalian yang telah menunggu. mohon maaf up date sudah 93 persen. sudah siap diluncurkan tapi masih memerlukan penyempurnaan sedikit lagi agar layak dibaca.mohon maaf ya Agan sekalian ane akan mencoba menyelesaikannya hari ini, tapi kalo belum mulus juga buat dibaca oleh para pembaca ane akan meluncurkannya paling lambat besok atau hari rabu. Dirgahayu RI ke 70 buat Agan sekalian. terima kasih atas dukungannya.
 
Terima kasih banyak Agan Agan sekalian yang telah menunggu. mohon maaf up date sudah 93 persen. sudah siap diluncurkan tapi masih memerlukan penyempurnaan sedikit lagi agar layak dibaca.mohon maaf ya Agan sekalian ane akan mencoba menyelesaikannya hari ini, tapi kalo belum mulus juga buat dibaca oleh para pembaca ane akan meluncurkannya paling lambat besok atau hari rabu. Dirgahayu RI ke 70 buat Agan sekalian. terima kasih atas dukungannya.

iyaa gapapa bang.. smangaaat
 
EPISODE FINALE

TAYANGAN YANG AKAN PEMBACA LIHAT MENGANDUNG MATERI DEWASA YANG DIBUAT HANYA UNTUK HIBURAN SEMATA. TIDAK ADA MAKSUD MENYINGGUNG ATAU MENYAKITI HATI PEMBACA. HANYA HIBURAN SEMATA DAN SEBAGAI PENGINGAT BAHWA PERISTIWA INI BISA SAJA TERJADI BILA KITA TIDAK WASPADA.

SALAM HORMAT

J R

BAB 1


Wanita berkulit sawo matang memasuki pelataran gedung tinggi berteralis besi. Mobil yang membawa mereka bisa menembus pos jaga yang dikawal oleh beberapa petugas.

" Makasih Pak! Buat beli rokok!,"

Sebelum masuk, supir memberi salam tempel kepada petugas. Pelicin selalu dibutuhkan agar mobil bisa masuk ke dalam penjara. Si supir membawa mobilnya berbelok ke kiri mencari sudut paling tersembunyi. Saat mobil terparkir, Penumpang samping kusir menyiapkan sejumlah uang, lantas memasukkannya ke dalam amplop kemudian menyerahkan pada pengemudi.

" Biasa Ron, kasih buat petugas-petugas yang jaga di depan!,"

Supir mengangguk mengerti. Dalam etika pergaulan warga kelas bawah seperti dirinya sangatlah penting memuliakan tuan rumah. Sekarang mereka berada dalam penjara dan tuan rumahnya adalah para sipir maupun petugas jaga. Sangat penting bagi si supir mengambil hati para sipir karena jumlah kunjungan mereka ke dalam lapas sangatlah sering. Terhitung dalam minggu ini saja sudah tiga hari berturut turut mereka masuk ke dalam penjara semuanya di waktu malam hari.

" Loe bawa cewe ya??"

Pertanyaan itulah yang keluar di bibir sipir kala pertama kali melihat mereka. Memang betul untuk urusan itulah mereka selalu berada di dalam lapas di waktu tak biasa. Sudah beratus-ratus wanita cantik pernah diantarnya ke dalam lapas buat melayani syahwat para napi berkelas. Wanita yang diantarnya bukan hanya berasal dari jenis wanita murahan, malah sebagian besar dari mereka adalah wanita berkelas. Salah satunya adalah wanita sawo matang yang dibawanya sekarang.

Kata pria disampingnya si wanita sawo matang adalah seorang mahasiswa.

Ayam kampus donk Bos, tanyanya suatu waktu. Bukan ayam kampus sembarangan. Jawab Sang Bos. Dia udah dibooking sama Bos Besar gak boleh ngelayanin orang lain selain dia. Bayarannya gede! kenikmatannya juga lebih. Lanjut Si Bos.

Si Supir mengangguk paham.

Sebagai laki-laki normal tentu ia tau bagaimana kriteria wanita yang bisa memuaskan laki-laki di ranjang. Payudara montok, pantat semok, perut rata dan wajah cantik mempesona ; kesemua kirteria itu dimiliki oleh si wanita berkulit Sawo Matang yang akhirnya diketahui bernama Miranti.

" Ayo Miranti sayang kita masuk!," Pria disampingnya membuka pintu mobil dan mempersilakan Miranti keluar dari pintu belakang.

" Ron Nanti kamu di telpon kalo udah beres! kamu atur aja uang di amplop biar bisa kamu belikan makan!"

" Beres Bosss !"

Berjalanlah kemudian mereka berdua dalam gelap malam.

Menyusuri jalan beraspal di dalam lapas tidaklah menyenangkan bagi siapa pun. Pandangan para petugas yang stand by di posisi masing-masing membuat mereka berdua seakan berjalan bersama jutaan pasang mata.

" Suuuuiiitt suuuuiiitttt habis dari dalem mampir ke pos ya Neng puasin kita-kita ha ha ha"

Ledekan cabul diiringi tawa keras membahana menemani perjalanan mereka hingga tiba di pintu gerbang utama. Pintu utama merupakan penghubung antara dunia kebebasan dan dunia penjara. Saking tingginya gerbang utama, mereka berdua tidak mampu memperkirakan betapa ngerinya bila kebebasan hidup seorang manusia direnggut oleh hukum lalu diceburkan ke kehidupan tanpa kebebasan di dalam tahanan.

" Selamat malam Bos!," seorang sipir penjara membuka pintu kecil yang hanya cukup dilewati oleh satu orang. Dia menyapa ramah kemudian menjabat hangat tangan si pria bertubuh tinggi disebelah Miranti. Si sipir tidak menjabat Miranti, ia hanya tersenyum mesum sembari menjulurkan lidahnya sebagai simbol pelecehan pada profesi yang dijalani si wanita cantik.

" Malam!"

Laki-laki yang mengawal Miranti menjawab singkat. Ia menyadari tatapan mesum si sipir. Dirogoh cepat saku jaket kulit hitam sambil dikeluarkan segepok uang seratus ribu.

" Buat beli HP baru!." santai, ia memasukkan lembaran itu ke saku seragam sipir.

Diberi uang segepok tentu seketika mengalihkan pandangan si sipir dari tubuh Miranti. Ia tersenyum lebar penuh suka cita menjabat lagi tangan si laki-laki dengan lebih bersemangat. " Thank you berat Bos! memang hanya Bos yang ngerti kebutuhan saya"

Pengawal Miranti hanya tersenyum kecut. Sedikit menggeleng-geleng ia membakar sebatang rokok. Dihisapnya rokok dalam-dalam agar menjadi penenang hati dari kegalauan. Si pengawal merasa galau karena memikirkan begitu besarnya uang harus keluar dari kantongnya setiap kali membawa wanita masuk ke dalam penjara. Sering pengawal Miranti bertanya darimana Bosnya masih memiliki uang begitu banyak padahal ia kini sedang berada di balik jeruji besi. Membiayai hidup mewah di dalam penjara saja sudah mahal apalagi membiayayi seorang wanita pemuas syahwat.

" Huuffffffff," hembusan nafas panjang meniup segala pertanyaan misterius di kepala dalam sebuah kepulan asap putih.

" Mari Bos! kita masuk!," si sipir menggandeng tangan Pria pengawal Miranti dan membawanya masuk " Ayo Neng! ikut Abang!"

Karena pintu memang hanya cukup dilewati oleh satu orang, si sipir masuk pertama lalu si pria pengawal, terakhir Miranti. Masuk di dalam mereka langsung disambut oleh meja panjang dengan banyak petugas. Dibelakang meja terdapat lemari menyerupai loker dengan banyak kunci masih tergantung. Rupanya lemari dibelakang meja panjang merupakan lemari penyimpanan tempat para pengunjung menyimpan ponselnya pada saat kunjungan.

" Pak Naryo mau distempel tangan mereka???"

Seorang sipir bertanya polos.

" Hushh ini tamu saya! KAMU GAK KENAL??? gak usah pake stempel-stempelan! udah kamu bukain pintu ke ruang napi sana!"

Sebenarnya sudah menjadi kebiasaan bagi para pengunjung lapas untuk dicap tangannya persis seperti yang dilakukan kepada pengunjung dunia fantasi. Tapi tidak semua pengunjung lapas harus distempel. Tidak bila si pengunjung mendapat kemewahan fasilitas dari si kepala sipir Naryo. Si sipir muda tadi melakukan kesalahan karena dia masih awam. Dia belum tau lika-liku dunia petugas lapas.

Karena ketidak tahuannya pula ia kini harus berlari kencang diiringi gelak tawa sipir senior yang lain. Begitu panik ia berusaha membuka pintu teralis penghubung dengan ruangan napi.

" Makin banyak pejabat negara yang ditahan disini??," pengawal Miranti berusaha mengalihkan fokus Naryo yang tampak terus menertawakan kegugupan si sipir muda.

" Banyak Bos! baru aja masuk lagi Gubernur sama dua Pengacara," Naryo masih tertawa riang.

" Gubernur????"

" Ah si Bos pura-pura gak tau aja!," sipir menepuk bahu. " Sekarang kamu push up 100 kali!," Naryo masih sempat-sempatnya menghukum si sipir junior.

" Mari Bos kita menuju ruang kenikmatan ha ha ha"

Diiringi gelak tawa Naryo mereka bertiga berjalan melewati teralis besi penghubung antara ruang sipir dan napi. Berjalanlah mereka bertiga melewati pintu yang hanya cukup dilewati satu orang. Lepas dari pintu itu mereka langsung berhadapan dengan halaman luas yang ditumbuhi berbagai tanaman di beberapa sudut.

Teralis besi tinggi mulai terlihat dimana-mana.

Biasanya halaman luas Ini merupakan ruang pertemuan antara keluarga dan napi di saat jam besuk. Kursi berderet panjang dipelataran halaman menjadi saksi bisu gelak tawa maupun derai air mata antara para napi dan keluarga. Walaupun kehidupan penjara telah memasung kebebasan para napi, sebuah momen pertemuan penuh kehangatan dengan keluarga selalu menimbulkan harapan. Para napi merasa sisi kemanusiaan kembali diakui saat mereka diperkenankan menemui keluarga. Pertemuan sederhana namun merupakan sarana bertukar harapan.

Sekarang ruang indah bagi para napi ini begitu sunyi. Kehangatan maupun keceriaan digantikan oleh kesunyian malam. Kegelapan malam mengembalikan para napi ke realitas terburuk hidup mereka; tenggelam dalam kegelapan dosa serta kesalahan langkah masa lalu. Miranti dan si pengawal tentu tak mengetahui nilai sesungguhnya halaman yang tengah mereka injak. Mereka berdua hanya melangkah maju berusaha mengikuti si kepala sipir Naryo.

" Treeep Treeep Treeeep"

Bunyi sepatu PDH sipir menjadi satu-satunya nada terdengar nyaring. Derap langkah nan tegap tanpa keraguan memang menjadi ciri khas Naryo. Tanpa ragu si sipir Naryo terus melangkah melintasi halaman luas kemudian berbelok ke sebelah kanan menuju ruang kantin. Biasanya di kantin inilah Naryo maupun sipir lainnya bisa mendapat uang seseran dari para tahanan. Uang seseran bisa diperoleh dengan cara menjual rokok, mie hingga sandal jepit. Kehidupan penjara memang sangatlah mahal bagi para napi tapi juga bisa begitu menguntungkan bagi para sipir.

Setiap memandangi kantin, Naryo selalu mendapat kegembiraan. Apalagi penyebabnya bila bukan karena kantin merupakan kantong pemasukan yang begitu basah. Semakin lama dia bisa mengelola kantin maka Naryo akan semakin basah kuyup.

Tak jauh dari kantin terdapat beberapa ruangan menyerupai kamar-kamar. Sekilas kamar-kamar di samping kantin terlihat tak terurus namun begitu dibuka terkuaklah kemewahan yang tersembunyi.

" Tambah bagus sekarang kamarnya Bos! baru aja dipasangin AC kemarin! seusai requestnya Bos Besar," Naryo membuka pintu, menyalakan lampu kemudian menunjuk ke dinding tempat sebuah AC baru menempel.

" Terima kasih Pak Naryo! Bos Besar pasti senang," pengawal Miranti membakar rokoknya lagi.

" Bos duduk aja dulu di dalam udah siap Kursi sama minuman dingin dalam kulkas. Saya jemput Bos besar dulu di sel!"

Pria pengawal hanya mengangguk memandangi Naryo berangkat. Tangan Miranti lalu digenggamnya agar masuk.

" Duduk aja Mira! Om ngabisin rokok dulu"

Mahasiswi cantik menurut. Dia melakukan persis yang diingingkan sang pengawal.

" Huuuuuuuuufff"

Memandang Miranti selalu membuat laki-laki ini merasakan beragam rasa. Kadang ada rasa kasian melihat pilihan hidup yang telah diambilnya, kadang ada perasaa senang karena wanita cantik ini telah membuatnya kaya.

" Nih uang buat kamu Mira!," diserahkannya segepok uang ke paha Miranti. Malam ini Miranti memakai jaket lebar panjang menyerupai jubah yang menutup hampir seluruh bagian tubuh. Saking lebarnya jaket yang dikenakan uang yang diserahkan tak bisa menyentuh paha si cantik.

" Makasih banyak Om," Miranti tersenyum senang. Gepokan uang dari si pengawal selalu berjumlah banyak. Miranti mengambil gepokan uang. Jari jemari lentik tangan Miranti begitu lincah menari menghitung lembaran kertas merah.

" Ehhhh Om...Om gak salah?? jumlahnya dua kali lipat dari biasa???"

Si pengawal menggeleng ringan " Kamu gak salah Mira. Malam ini kamu memang akan melayani dua orang"

" Dua orang Om?? tapi Mira belum pernah....."

" Kamu gak usah banyak mikir! apalagi nolak! kalo kamu bisa memuaskan Bos sama tamunya kamu pasti dapet bonus lagi!"

" Mmm beneran Om???"

Si pengawal mengangguk.

" Tapi Mira takut....."

" Nikmati aja Mira!"

Pria pengawal mengalihkan pandangannya ke luar. terdengar dari derap langkah sepatu sipir telah mendekati tempat mereka berada. Sejenak dirapikan rambut dan penampilan. Sebagai bawahan sudah menjadi kewajiban baginya tampil terbaik di mata atasan. Apalagi karena sebagai atasan Bos besarnya sangatlah royal kepadanya baik dalam hal uang maupun jabatan.

" Selamat Malam Bos Samir!," Sang Pengawal menyambut dengan muka cerah saat melihat bosnya tiba.

" Lambat amat kamu Jok???," jawaban penuh kejengkelan keluar dari mulut sang Bos.

" Maaf Bos...saya............"

" Alasan!, kamu jaga di luar!"

" Siap Bos Samir," Pengawal menunduk hormat membiarkan bosnya masuk ke dalam kamar kenikmatan.

" BRAAAAAAAAAK," Sang Bos membanting pintu dengan kasar. Ekspresi kesal terlihat jelas.

Sang pengawal Miranti bernama Joko hanya bisa menggeleng melihat perilaku bosnya sendiri. Selain baik dalam hal uang , Samir memang mempunyai sebuah sisi gelap ; ia sangat tidak sabaran malah cenderung emosional.

Joko hanya bisa berbalik menunggu apapun yang akan terjadi di dalam. Tugasnya memang lengkap, ia bukan hanya harus membawa wanita pesanan Bos namun lebih dari itu wajib menunggu hingga si Bos selesai menuntaskan hajat.

" Joko!," saat Joko telah siap menunggu, pintu kembali terbuka. Samir berjalan menghampiri.

" Ya Bos??"

" Kamu jangan terlambat lagi! masak kamu berani menyuruhku menunggu???"

" Siap Bos. Maafkan Joko"

Samir mengangguk sebagai isyarat permohonan maaf diterima.

" Sekarang kamu lobi sipir itu! suruh bawa Pak Bupati kemari! saya udah janji sama dia mau...!"

" Siap Bos! Joko sudah paham"

" Bagus!,"

Samir berbalik memasuki kamar. Ia menutup pintu rapat tanpa mengunci. Akan ada tamu lagi malam ini.

" Mira bagaimana kabarmu sayang??"

" Baik Om," Miranti bangkit.

" Anti Korupsi gak pernah ngejar kamu lagikan??"

" Enggak Om mereka udah gak pernah ngapa-ngapain Mira lagi"

" Bagus. Mereka hanya ngejar Om bukan kamu Mira! jadi kamu tenang aja"

Samir maju memeluk tubuh Mira lalu menciumnya. Mereka saling beradu bibir penuh gairah. Segala kegelisahan hidup Samir di balik jeruji besi selalu bisa ia lenyapkan saat bersama Miranti. Bersama Mira, panggilan sayangnya, segala sakit hati akibat penghianatan seakan lenyap berganti gejolak syahwat nan meletup letup. Samir selalu senang dengan Miranti karena wanita cantik ini rela untuk menyerahkan diri secara total.

Kerelaan seorang wanita menyerahkan diri di pelukan seorang laki-laki tidak hanya akan menimbulkan efek ketagihan dalam diri si wanita, namun lebih dari itu akan membuat si laki-laki menjadi semakin sayang. Samir bertambah sayang pada Miranti karena melalui Miranti pulalah ia merasa dirinya sebagai laki-laki tulen yang mampu membuat seorang wanita menjemput puncak kenikmatan.

Sekarang Samir mengarahkan tangannya membuka kejutan terbesar yang telah disiapkan Miranti. Dari balik balutan jaket menyerupai jubah Miranti pasti telah menyiapkan diri secara maksimal. Samir menarik jubah dan terpana.

Miranti, si mahasiswi cantik ternyata telah menyiapkan kejutaan begitu indah. Dari balik jubahnya Miranti hanya mengenakan pakaian mini ala cheerleaders SMA lengkap dengan rok mini berwarna merah. Baju atas cheerleadersnya amat ketat membungkus payudara dan hanya membungkus tubuhnya sebatas sejengkal dari payudara. Perut rata Miranti terekspose bebas memamerkan keindahan nan begitu sensual.

Rok mini cheerleaders mini yang begitu mini menerbitkan rasa penasaran siapa saja dengan apa yang dia kenakan di balik rok. Samir tak terkecuali. Dia teramat penasaran sehingga menepuk keras rok mini Miranti.

" PLAAAAKK"

Rok itu begitu mini dan hanya pas menutup pantat. Kedua tangan Samir segera mendarat kemudian berusaha merasakan celana dalam apa yang dikenakan.

Pantat Miranti memang sangatlah semok. Samir begitu mudah mengetahui bongkahan pantat Miranti tak mengenakan celana dalam. Tapi.. barangkali Miranti mengenakan g-string. Bukankah g-string hanya bisa menutup satu garis lurus pada pantat seorang wanita. Sedikit tidak sabar, Samir membuka rok Miranti menyusuri garis lurus di pantat.

" MMmmmm kamu nakal Mira,"

Samir tersenyum nakal dengan sesuatu yang ditemukan. sesuai dugaan Miranti memang mengenakan hanya g-string berwarna merah senada dengan rok.

" Untuk Om...apa aja pasti Mira lakuin Oooooohhhh"

Miranti terjengat saat merasakan Samir menarik tali g-stringnya. Sensasi tali g string tergesek dengan garis lurus vagina mulai membawanya masuk ke pintu gerbang kenikmatan.

Samir puas melihat gelinjing Miranti. Terus ditariknya garis g string agar bisa membawa si cantik merasakan nikmat yang lebih.

" ooohhh oooohhhhh oohhhhhhh," Miranti mendesah keras.

" Kreeeeekkkk"

Bunyi pintu terbuka sontak menghentikan aktifitas mereka berdua. Miranti terdiam.

" Pak Bupati mari bergabung!"

Miranti tampak terkejut berusaha menutupkan tangannya ke area terlarang tubuhnya. Sebagai wanita normal tentu ia masih bisa merasakan malu. Apalagi Samir tidak membolehkannya melayani orang lain. Miranti hanya terbiasa dengan Samir dan bukan orang lain.

" Wah montok banget wanita koleksinya Pak Samir ini," Pak Bupati tampak puas.

" Bapak sudah lama tidak menikmati wanita kan sejak ditangkap??," Samir tersenyum.

" Benar sekali"

" Tapi sebelumnya Pak!...asal bapak tau rencana kami sudah berjalan! Juki pasti ditangkap malam ini! gak apa kan Pak, kami mengumpankan orang kepercayaan Bapak?? semua buat kebebasan kita"

" Gak apa Pak Samir! lagi pula Juki.....Juki hanyalah ikan teri gak penting"

" Ha ha ha," Samir tertawa nyaring mendengar ucapan Bupati. " Senang mendengarnya langsung dari anda pak Bupati. Sekarang.... Mira cantik!," digenggamnya tangan Mira " sekarang kamu layani Beliau baik-baik!"

Percakapan panas dari balik pintu tentu tak bisa didengar oleh Joko si pengawal. Ia hanya bisa merokok berusaha membunuh waktu.

" AAAAHHH OMMM AAAAHHH AAAHhh"

Bunyi suara desahan keras Miranti yang mulai terdengar setidaknya bisa membuat Joko tidak mengantuk.

BAB 2

Dion berhasil memecahkan kode lokasi keberadaan Sheila. Berkat kecanggihan alat pendeteksi Anti Korupsi mereka kini tengan bersiap menyerbu lokasi. Seluruh gairah Dion tengah membuncah tinggi. Seorang wartawan sejati selalu menunggu momen spektakuler dalam perjanan karir jurnalisme mereka. Ada diantara wartawan yang berangkat ke medan perang hanya untuk mengabadikan desing peluru. Juga ada diantara mereka yang hadir di pertandingan olahraga spektakuler demi mengabadikan pencapaian tertinggi seorang anak manusia. Siapa sangka momen spektakuler bagi hidup Dion akan datang sekarang juga.

Si wartawan muda telah menyiapkan seluruh perlengkapan lebih dari biasa. Baik kamera video maupun foto telah diletakkan di pinggang. Seperti itulah Dion berjalan menuju mobil dengan tatapan kebingungan dari wartawan yang menyaksikan. Banyak diantara mereka bertanya mau kemana dia??.

Gak kemana-mana. Jawab Dion pura pura. Ia tak menginginkan wartawan lain ikut. Dion menginginkan kejayaan seorang diri. Bayangan sebuah kesuksesan seorang wartawan professional membawa langkah kaki Dion begitu ringan hingga tak terasa sudah tiba di tempat para anggota anti korupsi berkumpul.

Mobil yang akan ditumpangi menuju rumah Juki memang telah siap saat Dion datang dengan gagah. Beberapa pria Anti Korupsi sudah berada di mobil dikawal oleh Dua orang Polisi bersenjata.

" Ayo jalan Bang!," Dion duduk begitu gembira tak sabar memburu berita sekaligus menemukan Sheila.

" Sebentar! tunggu surat geledah selesai ditandatangani oleh Pak Zul! Beliau pejabat tertinggi penyidikan yang ada disini," seorang anggota anti korupsi menjawab.

" Lama donk Pak. Kalo pake ngurus surat segala"

" Enggak sekarang semua serba cepat. Itu anggota kami sudah balik. Pak Supir persiapan berangkat!"

Seorang anggota Anti Korupsi terlihat berlari cepat.

" Hahh haahh hahhh, surat geledah sudah ditanda tangan Bang"

" Bagus ayo berangkat," Dion begitu gembira.

" Tapi Abang Dion gak boleh berangkat sama Pak Zul"

Berita buruk yang didengar Dion menyambar bagai petir di siang bolong.

" APA????? GAK BOLEH BERANGKAT APA MAKSUDNYA???"

Dion begitu kecewa terhadap keputusan Pak Zul. Dia hendak meluapkan seluruh emosi dimobil seandainya saja tidak dihambat oleh detak jantungnya sendiri. Sebelum berangkat kemarin Dion telah terkena serangan jantung. Adalah sebuah mukjizat dia bisa bangun lagi lalu berangkat ke tempat Sheila berada. Tadi saja beberapa kali serangan jantung dirasakan hampir menyambar lagi tapi berkat pengendalian emosi Dion mampu menghindari.

Sekarang semua terasa begitu berat bagi sang wartawan muda. emosinya yang meledak-ledak tak mampu lagi dikeluarkan. Dion harus memegangi dadanya baik-baik berusaha meredakan nyeri yang makin terasa bila emosinya meningkat.

" Ok Bang Dion kalo begitu keputusan Bang Zul Abang harus turun. Kami masih punya wartawan nasional lain yang bisa kami ajak"

Dion mematuhi perintah anggota anti korupsi tanpa membantah. Ia turun dari mobil masih memegangi dada. Nafasnya terasa begitu berat dan tak normal. Bila saja bukan karena rasa takut akan mati Dion pasti tidak akan menyerah begitu saja.

Sakit jantung. Silent killer yang bisa membunuh diam-diam. Kenapa kamu datang disaat aku akan menghadapi momen ini. Dion rebah duduk begitu saja di pelataran parkir RSUD meratapi kekalahan. Mobil pengangkut anggota Anti Korupsi dan Polisi sudah berangkat. Tak ada dirinya disana. Tak ada lagi tersisa impian merangkai sebuah berita spektakuler yang akan mengungkit popularitas sebagai wartawan terbaik nasional.

***

***

Perlu waktu lebih dari lima belas menit sebelum Dion bisa bangkit meninggalkan tempat parkir. Nafas yang semula begitu berat kini telah pulih. Dion belajar memasrahkan segalanya. Bergelut dengan pikiran sendiri Dion berusaha meyakinkan pikiran bahwa bila memang berita itu bukan rejekinya maka pasti berita itu tak bisa didapat, tapi bila memang rejekinya ia pasti dapat. Sang wartawan juga meyakinkan bahwa nasib Sheila berada di tangan Sang Pencipta dan bukan berada di tangannya. Sang Pencipta akan melindungi Sheila.

Belajar pasrah membuat Dion bisa kembali berdiri. Meski gontai ia berusaha melangkah menuju rang Pak Zul dirawat. Berat langkah Dion sekarang. Berbeda dengan langkahnya saat menuju mobil yang penuh keangkuhan. tatapan orang-orang seakan menertawakan kegagalan sekaligus statusnya sebagai wartawan tak berguna. Pikiran Dion terus menghantam bertubi-tubi mengatakan betapa ia tak berguna.

Melewatkan Kesempatan di depan mata adalah dosa terbesar. kata pikiran yang terus membuat Dion semakin lemah. Hanya ingatan akan sakit di dada yang masih bisa membuat Dion tegar. Hanya ada satu pilihan sekarang ; mengusir pikiran negative atau dia mati.

Dion mengambil langkah drastis. Seluruh masalah ia serahkan pada Yang Kuasa. Tak ada lagi penyesalan. Bagi Dion ; bila Yang Kuasa memang menghendaki demikian maka terjadilah. Mulai berpikir demikian pikiran Dion mulai bisa didiamkan. Hufff betapa berat menghadapi serangan dari pikiran sendiri. Pikir Dion.

" Pak Zul Bapak manggil saya???,".

Orang kepercayaannya di Kpk masih mendapat infusan dan perawatan ekstra dari dokter. Untunglah berkat cara berpikir penuh kepasrahan Dion kini bisa menghadapi Pak Zul dengan kepala dingin.

" Sini Yon," Pak Zul memanggil lirih. Kondisi fisiknya masih amat lemah.

Dua orang laki-laki dengan kondisi kesehatan sama-sama buruk sekarang berusaha saling berbicara. Posisi Pak Zul di ranjang rumah sakit membuat Dion berusaha menempatkan diri sedekat mungkin dengannya.

" Pak Ramlan......," Zul berbicara begitu pelan. Selang di hidung yang tembus hingga mulutnya membuat susah bicara.

" Sudah wafat Pak maaf tapi Beliau sudah wafat"

Zul menggeleng lemah. Berusaha tegas memberi isyarat bahwa bukan hal itu yang ia ingin bicarakan.

" Pak Ramlan menemukan barang bukti.....ditengah sisi sisa kebakaran gedung....," Begitu lemah Zul memaksakan mengambil selembar kertas yang telah disimpannya disamping tempat tidur " Kamu Yoon......harus ke Ibu Kota sekarang....kami...akan bergerak....menangkap dalangnya...dan kami ingin kamu meliputnya....bawa bukti ini ke Ibu Kota," Zul menyerahkan berkas yang dipegang.

Dion membaca berkas dengan berbagai perasaan. Terkejut merupakan perasaan pertama yang hadir di lanjut sebuah rasa gembira tak terkira.

" Barangkali...berita paling spektakuler ini memang ditakdirkan untuk kuliput," ujar Dion dalam hati.
 
BAB 3

Rajawali Dua maupun Tiga bergerak lambat ke depan rumah besar Juki. Alasannya jelas ; mereka diminta menunggu Sang Komandan. Prinsip di Kesatuan mereka tentang kepatuhan pada Komando sebagai sebuah regu telah teruji dengan berjalannya waktu. Sesuai Komando dari Sang Komandan pembagian tugas sudah terbagi begitu rapih. Total Anggota mereka ada delapan orang plus satu orang Komandan. Enam orang mendapat tugas khusus mencari, mengamankan Sheila serta bila perlu melenyapkan Juki. Sedangkan tiga orang lain melaksanakan misi tak kalah penting ; mengamankan para Pajabat Pusat di RSUD.

Pembagian tugas di dalam komponen Tim sangatlah penting. Bukan hanya itu sebagai Anggota Pasukan Anti Teror mereka jelas memiliki spesifikasi tempur jauh di atas prajurit biasa. Ada pepatah terkenal di kalangan Tentara maupun Polisi mengatakan kekuatan satu orang anggota Anti Teror sama dengan kekuatan 100 orang prajurit. Bagaimana bisa kekuatan seorang prajurit Anti Teror bisa menjadi begitu berharga?. Kualifikasi tempur serta kualitas masing-masing personal merupakan jawabannya. Tak salah bila Pasukan Anti terror sering disebut sebagai Orang-orang pilihan.

Rajawali Dua sebagai contoh merupakan prajurit berkualifikasi tinggi. Ia spesialis dalam hal ketepatan menembak jarak jauh. Istilah sniper selalu melekat dalam dirinya karena ketepatannya dalam membidik sasaran diukur dengan satu peluru untuk satu orang. Rajawali Tiga sebaliknya merupakan seorang ahli bahan peledak. Berbagai bahan peledak low dan high explosive telah dikuasainya berikut cara menjinakkan bila suatu saat ancaman bom menghampiri mereka.

Kemampuan mereka dirancang khusus sebagai mesin pembunuh professional untuk mempertahankan kedaulatan Negara. Misi untuk Negara pulalah yang diperintahkan kepada mereka dari sang Komandan ; seorang perwira muda penuh idealisme. Kini mereka berdua mulai resah akibat Sang Komandan belum juga tiba. Padahal baru saja Rajawali Satu memberikan laporan perihal kedatangan tamu tak diundang di lokasi.

" MERAPAT! KITA KEDATANGAN TAMU!"

Isi sms singkat Rajwali Satu telah jelas menunjukkan gentingnya situasi. Bagi Pasukan biasa kedatangan Tamu tak diundang hanya berarti biasa saja, namun bagi mereka?? tamu tak diundang merupakan berita buruk. Pasukan Anti Teror dirancang agar bergerak secepat mungkin – menyelesaikan misi- lalu menghilangkan jejak. Kehadiran tamu akan membuat semuanya berantakan.

" Masih gak diangkat Bang??," Rajawali Dua tampak resah.

Rajawali Tiga menggeleng " Rajawali Satu pasti bergerak duluan!"

" Situasi pasti genting kalo Rajawali Satu sudah bergerak tanpa perintah," Rajawali Dua berusaha menimbang situasi.

" Kemungkinan besar Polisi tamu kita!," Rajawali Tiga berujar pasti " Pasti Polisi"

" Masak sih Bang??"

" Mereka punya semua yang diperlukan!," Rajawali Tiga menetap juniornya " cepat telpon Komandan!"

" Siap Bang!,"

Rajawali Dua membuka telpon genggamnya melakukan perintah Sang Senior.

" Halo Selamat Sore Ijin Komandan! Melaporkan perkembangan lapangan ; Rajawali Satu telah menemukan target tapi ada tamu tak diundang datang beberapa menit lalu.... kami mohon petunjuk...."

Hening sejenak

" Halo...Halo...Siap Mohon Ijin putus- putus Komandan," Rajawali Dua mengaktifkan Speaker agar seniornya bisa mendengar jalannya percakapan.

" Kreseeek...kreeeseekkk.....siapa??? ......kreseek kreseeek tamunya??? .....tak diundang???"

Rajawali Tiga menepuk bahu juniornya agar menyebutkan hasil kesimpulan yang telah diambil.

" Siap besar kemungkinan Polisi Komandan"

" APA???," nada Gusar keluar dari bibir Komandan mereka. " .......BBBLAAAAARRRRR BOOOOOMMM NGGINNNGGGGG"

Hening cukup lama. Panggilan putus.

Rajawali Dua dan Tiga saling berpandangan. Mereka mulai berpikir sejuta kemungkinan terburuk.

" Bang?? apa yang terjadi Bang?? apa yang terjadi?? Ledakan apa Bang???"

" Bang??"

Rajawali Tiga menggeeleng cemas. Sebagai ahli ledakan ia tau benar bunyi apa tadi. Bunyi yang didengarnya meski terganggu oleh sinyal kurang baik merupakan bunyi bom berdaya ledak low expolosive.

" LINDUNGI KOMANDAN!," katanya tegas.

" Kemana Bang?? Ada dimana Beliau??? Bang??"

Situasi panik terus terjadi bahkan berkembang semakin panik.

" IKUTI SAJA RUTE DARI DRIVER! ****** BANGET KAMU! JALAN SANA"

Rajawali Dua berlari cepat menuju motor penuh kebingungan. Perintah penuh emosi tak pernah membuat jelas permasalahan. Perintah seperti itu hanya akan membuat bingung yang mendengar. Masih berselimut kebingungan, Rajawali Dua menstarter motor lalu bergerak cepat meninggalkan lokasi.

Rajawali tiga mengawasi sambil memejamkan mata. Begitu panik ia sekarang juga emosional. Segala sesuatu berjalan buruk secara tak terduga.

BAB 4

Febi tak menyangka Sang Komandan masih memiliki sebuah romantisme alami. Kekerasan hati terbentuk dari latihan militer penuh kekerasan rupanya tidak bisa menghilangkan hati nurani manusia. Febi mensyukuri perpisahan panjang diantara mereka bisa melembutkan hati Sang Komandan. Ciuman hangat di mobil tadi membawa sebuah pesan bahwa sisi lembut laki laki ini masih ada.

" Hutan belantara selalu membuatku khawatir Feb," laki-laki yang sedang dipikirkan tiba-tiba bicara.

" Tumben kamu bisa khawatir Mas," Febi menjawab tanpa memandang lawan bicara.

" Tentara lebih banyak khawatirnya daripada Polisi Feb! KALIAN cuma.....," ucapan Sang Komandan mengandung nada meremehkan.

" Enak aja!," Febi kencang menanggapi " kami lebih khawatir daripada KALIAN Mas"

" KALIAN?? siapa kalian yang kamu maksud dengan KALIAN???," nada tinggi kembali hadir

Diskusi diantara mereka selalu berujung debat kusir alot bila sudah menyentuh ego institusi. Status sebagai Perwira membuat mereka memegang terlalu berlebihan ego masing-masing.

" KAMI TENTARA LEBIH HEBAT!," teriak sang Komandan.

" Kamu salah Mas! POLISI LEBIH SUPERIOR," balas Febi tak kalah keras.

Tidak ada diantara mereka berdua yang menyadari kepala mereka sudah begitu berdekatan dan mereka terus saling berteriak. Perdebatan panas dari jarak dekat bukannya membuat suara mereka berdua menjadi makin lemah. Alih-alih melemah, Sang Komandan dan Febi malahan semakin meninggikan suara.

" CKKIIIIIIIIIITTTTTTTTTTTTTTTTT"

Tiba-tiba rem mobil diinjak mendadak.

Febi maupun Sang Komandan terjerembab ke punggung kursi depan. Asyik berdebat membuat mereka kehilangan kewaspadaan.

" TOLOL! KENAPA KAMU NGEREM MENDADAK???," Sang Komandan memaki supir.

" Ijin Mohon maaf Komandan tapi...," Supir berusaha menunjuk depan jendela.

" TOLOL KAMU!"

".........ada anak kecil tiba-tiba muncul bantu neneknya nyebrang Komandan"

Si supir mengarahkan tangan ke kaca membawa Sang Komandan melihat langsung alasannya menginjak rem mendadak. Terlihat seorang anak gadis berpakaian kumal, tampak seperti anak jalanan sedang menggandeng neneknya menyebrang jalan. Pandangan supir yang mulai tidak terlalu awas karena matahari sebentar lagi tenggelam membuat kemunculan mereka semakin mengejutkan.

" BREEEETT BREEEEET BREEEEETTT," Panggilan telpon masuk ke ponsel sang komandan.

RAJAWALI DUA

Sang Komandan membaca cepat nama pemanggil kemudian mengangkat telpon.

" HALO..ya..bagaimana???...kresek...kreseeekk....," Sang Komandan melihat kondisi sinyal di ponsel begitu lemah " siapa tamu yang tak diundang??? siapa tamu yang tak diundang???," sinyal begitu buruk. Seluruh fokus Sang Komandan tertuju pada panggilan telpon.

Febi memandangi serius Sang Komandan. Si Polwan cantik menyadari kaeadaan sekarang amatlah mencurigakan. Deretan pohon rindang menandakan mereka masih jauh dari pemukiman warga. Sekarang matahari hampir menghilang dan lampu jalan tidak ada. Mereka tidak boleh terjebak dalam kegelapan.

" KAMU BANTU MEREKA BIAR CEPAT LEWAT!," frustasi telponnya sulit tersambung, Sang Komandan meminta supir bertindak.

" Cklleeeekkkkkk," supir menjalankan perintah keluar dari mobil. Pintu terbuka.

Persis pada saat supir turun menghampiri nenek tua, sebuah sepeda motor melintas dari arah belakang. Pengemudi motor memacu motor begitu lincah langsung menempatkan diri disisi mobil tepat di pintu pengemudi. Kemudian dengan gerak cepat pengendara motor melepaskan sebuah bingkisan kecil ke pintu supir. Febi melihat seluruh rangkaian kejadian.

" Keluar Febi!," Sang Komandan rupanya juga sama-sama awas memandang kejadian. Kesigapannya sebagai Anggota Anti terror membuatnya bereaksi cepat.

" BRAAAAKKKK," keras ditendang pintu mobil agar membuka. Bersamaan dengan itu, Sang Komandan mendorong Febi keluar.

Febi terguling keluar akibat didorong keras.

" LARI! LARI!," Komandan menyuruh Febi menjauh. Pandangannya menyiratkan sebuah perintah penting dan Febi harus melaksanakannya segera. Perwira muda militer itu mencabut pistol lalu membuka jendela.

" BLAAAAARRRRR BOOOOOOOMMMM"

Bunyi ledakam keras. Sebelum Sang Komandan menembak, bom telah meledak. Seluruh badan mobil terbakar seketika dengan dentuman keras.

" DUUUUUUUUUUUUUAAAAAARRR"

Febi yang sempat berlari terlempar jauh.

" GBRAAAKKKKK NGGGGGGGGGGGGIIIIIIIIIIIIIIINGGGGGGGGGGGGG"

Bunyi dengung kencang di telinga dirasakan oleh si Polwan Cantik setelah terhempas ke tanah. Naluri sebagai Polisi yang tajam membuat Febi segera mengambil pistol.

" Agghh," Febi merasakan nyeri di tangan. Seluruh bagian tangan mengalami mati rasa.

" SREEEEGG SREEEEG SREEEEGGG," bunyi sepatu tiba-tiba hadir terdengar oleh telinga Febi.

Kini bisa dilihatnya jelas dari balik asap tebal lima orang laki-laki keluar dari balik pepohonan. Mereka semua menyandang senjata laras panjang. Febi yakin mereka belum bisa melihatnya.

Berusaha memanfaatkan momentum Febi mencabut pistol lalu membalik tubuh dalam posisi tengkurap. Tangan Febi masih mati rasa tapi ai tak punya pilihan. Terlambat memanfaatkan momentum akan memastikan dirinya menjadi mayat hidup di tengah hutan.

" DOOOR," Febi membuka tembakan.

Tangannya belum stabil tembakan ke arah pria bermotor meleset.

" DOOOR DOOOORR," kedua tembakan Febi kembali meleset tak ada yang kena.

Kelima orang bersenjata kini telah melihat posisinya.

" DOORR...DOORR...DOORRRR," Febi berusaha menembak menghabiskan peluru. Tangannya masih belum pulih.

" Ckleeek ckleeeek ckleeeekk," Febi memejamkan mata. Peluru sudah habis. Tak ada yang kena.

" Habis peluru tuh cewe!," salah seorang dari mereka berkata keras " ayo kita habisin dia! tapi sebelum itu kita perkosa dulu dia rame-rame!"

BAB 5

" NOMER YANG ANDA TUJU SEDANG TIDAK AKTIF ATAU BERADA DI LUAR JANGKAUAN"

Rajawali Tiga menutup ponsel. Belum ada jawaban dari Rajawali Satu.

" Seharusnya kamu laporan. Brengsek!," Pikiran Rajawali Tiga makin kacau.

Ia tak mampu mengambil langkah. Meski berstatus senior dalam tim, keberaniannya dalam pengambilan keputusan tidaklah sebagus Rajawali Satu.

Rajawali Tiga masih terjebak dalam dilema; memutuskan sendiri atau menunggu perintah Sang Komandan. Ia hanya berpikir tapi tak sanggup memutuskan apa-apa.

" SLLLLEEEEP SLEEEEPP," tanpa diduga dua anak panah melesat menancap punggung Rajawali Tiga.

" HEEGGH"

Rajawali Tiga mengeram sasa sakit di punggung begitu terasa. Racun panah masuk ke tubuh Rajawali Tiga terduduk di tanah.

" TUHAN.....tolong....tolongg.....SLEEEEPP SLEEEEEP"

Rajawali Tiga melotot. Dua lesatan panah menghantam punggung lagi. Ia roboh ke tanah sebelum sempat bisa membalas serangan. Rajawali Tiga hendak menyerang balik tapi panah di punggungnya begitu beracun.

" HEEEGHH CEEEEEPPPP," Jeritan terakhir datang bersamaan dengan panah kelima yang mendarat di kepala.

BAB 6

" KAMI TIDAK MAU RUMAH INI DIGLEDAH! KALIAN TIDAK PUNYA HAK !," Keponakan Juki bertahan mati-matian menghadapi petugas Anti Korupsi.

" INI SURAT GLEDAHNYA! KAMU BACA!," Petugas Anti Korupsi tak kalah ngotot saat berbicara " KAMU TAU HUKUMANNYA KALO KAMU MENGHAMBAT PENYIDIKAN???"

" HUKUMAN APA????EMANG APA HUKUMANNYA??? KALIAN MAU TANGKAP SAYA??? AYO TANGKAP! SINI TANGKAP SAYA! KAMI GAK TAKUT SAMA KALIAN"

Keponakan Juki berteriak keras ke arah kamera wartawan. Dia tau mereka sudah berada di jalan buntu. Masalahnya jalan buntu yang dipaksakan kepada seseorang selalu membuat mereka menjadi nekad.

" TANGKAP AYO TANGKAP!," Keponakan kesayangan Juki terus merapat.

" BABI KAMU!," seorang Petugas Kepolisian yang ikut mendampingi terpancing emosi akibat gerakan provokasi keponakan Juki.

Bogem mentah melayang dari petugas.

" BLETAAAAKKKK". Pukulan telak melayang mengenai rahang Keponakan Juki.

" MAJU! HABISI MEREKA!"

Anak buah Juki panas melihat Keponakan sang Bos dihajar seperti binatang. Mereka kalap. Tak ada lagi arti seragam Polisi maupun Anti Korupsi saat orang marah. Anak Buah Juki yang menang jumlah bersamaan maju mengeroyok para petugas termasuk wartawan.

Petugas Kepolisian pemukul keponakan Juki hendak mencabut pistol.

" DOOOORRRR," tembakannya mengenai satu orang.

" TEEEP BUUUGG BUUUG BUUUGGGG," malang buatnya anak buah Juki yang lain telah begitu dekat. Puluhan pukulan dan tendangan melayang.

Polisi yang malang ini menjadi sasaran amuk pertama. Lima orang kini telah meringkusnya. Masa hendak menjadikannya sangsak hidup.

" BLEEEETAAAK BLEEETAAAK BLEEETAAAK CRRROT CROOOT CRROOOTTT"

Wajah Polisi malang sobek mengeluarkan darah bercucuran.

" AAAMPUUN AAMMMMMPUUN"

" MATIIIII LOE MATIIIIIIIII BLETAAKK BLETAKKK BLETAKKKK"

Petugas Polisi kedua begitu ngeri melihat nasib temannya. Ia juga berusaha mencabut pistol namun terlambat. Orang-orang Juki terlalu banyak. Sebelum si Polisi mampu mencabut pistol, kerumunan masa telah memeganginya lalu menghamburkan puluhan pukulan dan tendangan brutal.

Empat orang dari anti Korupsi dan dua orang wartawan mulai berteriak-teriak memohon belas kasihan melihat perkembangan situasi.

" BERHENTI! JANGAN PUKUL! KAMI PETUGAS! JANGAN PUKUL! KASIHANI KAMI! JANGAN PUKUL"

" HAAAAGGGGHH! BLETAK BLETAK BLETAK"

Apalah arti teriakan lantang minta dikasihani saat berhadapan dengan amukan masa??. Teriakan mereka malahan disambut amukan makin besar dari kerumunan orang berwajah sangar peliharaan Juki. Anak Buah Juki tak pandang bulu lagi, senjata tajam mulai keluar, diantara mereka ada yang mengambil linggis dan memukulkan ke tubuh anggota anti korupsi. Ada juga yang mengambil pisau belati berusaha menusuk aparat.

Seorang anggota Anti Korupsi mencoba kabur. Ia berlari kencang menghindari keroyokan. Sejenak ia berhasil terhindar dari masa mengamuk.

" TOLONGG.....TOLONGGGGG KAMI...."

Ia melihat ke arah tiga orang berdiri tak jauh dari gerbang. Nalurinya sebagai manusia berusaha meminta pertolongan.

Ketiga orang itu hanya tersenyum. Salah seorang diantara mereka mengacungkan tangan memperlihatkan sebuah remote.

" TOLOOOOONGLAH TOLONNGGGG............"

Pria misterius tertawa lebar.

" teeep," remote ditekan " BOOOOM DUAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRR"

BAB 7

Juki terkejut saat mendengar bunyi ledakan. Meski kamarnya kedap suara, bunyi ledakan terdengar hingga dalam. Tembok kamar Juki ikut bergetar hebat.

Sesaat Juki menatap dulu Sheila yang masih juga belum sadarkan diri. Tanpa melepaskan ikatan tangan Sheila di ranjang Juki beranjak dari ranjang. Ledakan orgasme dahsyat yang terjadi di dalam tubuh Sheila barusan telah membuatnya pingsan dalam waktu cukup lama.

Kini Juki membungkus kembali ketelanjangannya. Segala syahwat yang tengah membuncah diredam dengan melangkah ke luar kamar. Sebatang golok panjang di balik lemari diambil agar menemani menghadapi siapa pun yang telah berani mengusik kedamaian.

Pemandangan halaman rumah teramat kacau saat Juki turun. Puluhan orang tengah bergulingan di tanah dalam kondisi mengenaskan. Sebagian besar yang masih sadar sekarang berteriak-teriak penuh kesakitan. Sebagiannya lagi telah meregang nyawa.

Juki bergerak perlahan memperhatikan tiap korban di tanah. Tatapannya datar tanpa rasa kasian. Alih-alih mengasihani korban, Juki sedang menimbang maksud dari serangan di rumahnya serta maksud tersembunyi yang menyelimuti. Sebagai seorang Politisi, Juki sangat paham bahwa maksud tersembunyi selalu memiliki kekuatan penghancur lebih besar.

Asap tebal abu-abu dari depan gerbang terus mengepul. Aroma kematian diantarkan angin semilir yang turun di senja hari. Setiap manusia selalu takut dengan suasana senja. Pergantian sinar matahari dengan kegelapan menyimpan misteri terselubung. Juki melangkah santai menghadapi pergantian alam. Ia seolah melupakan jeritan minta tolong bahkan dari sang keponakan yang terdengar penuh derita.

Sekarang pria paruh baya, penguasa wilayah selama berpuluh-puluh tahun, berdiri tegak di depan pintu gerbang. Tak dipedulikan sama sekali kekuatan jahat yang berusaha melumat kekuasaan yang telah dibangun bertahun-tahun. Golok putih panjang ditangan diangkat tinggi sebagai isyarat perang.

" SUUUUUUUUT," sebuah panah melesat cepat ke tubuh Juki menjawab tantangan yang diberikan.

" Settttt," Juki mendengar arah suara. Tanpa melihat ia mengetahui persis lesatan panah. " SAAAAATTT," panah dari arah kiri terbelah.

" SUUUUTTT....SUUUTTT....SUUUTTTT"

Juki memejamkan mata. Tiga anak panah bertubi-tubi datang. Menghadapi serangan dari tiga arah, Juki memutar golok putih. Kedua tangannya begitu lincah memutar benda yang begitu tajam.

" WUSSSS WUUSSSS WUUSSSSS," Juki memutar golok hingga berputar-putar kencang di tangan. Putaran golok dibentuk agar membentuk tameng hidup di depan tubuh.

" SLLAAAATT SLAAAT SLAAAATT"

Naluri Juki tepat. Perputaran golok dengan arah segitiga mempu menyapu semua lesatan panah.

" HUUUPP SAAAATTTT," Juki membalas sekarang. Begitu kuat ia melempar golok menembus kegelapan. Sebuah target menjadi sasaran serangan balasan.

" BRRRRUUUUGGGG," bunyi orang terjatuh menandakan lemparan Juki mengena.

" SUUUUTTT SUUUUTT SUUUTT SUUUT SUUUTT"

Serangan Juki dibalas lagi kali ini lebih keras. Lima lesatan panah menyerbu. Juki kembali mejamkan mata mendengarkan baik-baik asal panah. Begitu lincah dan lentur Juki menghindar. Pertama kali ia menyampingkan tubuh, lantas berputar-putar berusaha menangkap anak panah.

" TEEP..TEEP..TEEPP," tiga anak panah berhasil ditangkap. Satu anak panah dihindari dengan gerakan menyamping.

" SEEEETTTT HEEEEGGHH," Juki mengerang satu anak panah lolos menancap di perut.

Secepat apa pun Juki ia tak bisa mengimbangi kecepatan panah yang datang bertubi-tubi.

" HAAAAAGGGGGHHHHHHHHHHHH," meraung bagai singa Juki mencabut panah di perutnya. " TIDAKKK SAKIIT...," Juki menggeleng ke halaman kosong " TIDAK SAKIT," ia terus menggeleng.

" SEKARANG KALIAN MAKAN INI! SEEET SEEET SEEEETTT,"

Bagai pelempar pisau professional, Juki melempar tiga panah ditangannya ke tiga titik.

" BREEEEG BREEEEG BREEEEGGG," bunyi tiga orang roboh.

Serangan berhenti.

Juki berdiri tegar.

" Hmmmm," Juki menghirup nafas memanfaatkan indera penciuman berusaha mengukur racun di dalam panah.

" Panah ini beracun..sangat beracun," ia menggeleng

Juki melangkah berusahacmenutup pagar rumah seorang diri. Pagar rumah Juki begitu berat dan biasa digeser oleh beberapa orang. Tapi Juki mampu menutup pagar seorang diri dengan kekuatan tubuh.

Panah beracun tak berpengaruh.

" CKLEEEEK," Juki mengunci pintu gerbang.

" Paman.......tolong paman........,"

Sang keponakan bersimbah darah berusaha mengaitkan tangannya di kaki Juki yang hendak masuk ke dalam rumah.

" Kamu laki-laki harus kuat!," Juki menyapu tangan sang keponakan tanpa mempedulikan penderitaan yang dialami.

Juki terus melangkah.

Si Pria perkasa sempat melihat dua orang berseragam Polisi sudah tidak berbentuk lagi. Tubuh Mereka hangus terbakar.

" Mbok Yem Sini!," Juki memanggil pembantu kepercayaan yang tengah bersembunyi di balik tembok.

" Ya tuan??," Mbok Yem datang dengan wajah ketakutan.

" Gak usah takut Mbok!," Juki tersenyum menenangkan " tolong dirawat semua ya! saya mau ke kamar lagi"

Mbok Yem bisa melihat perut Juki masih mengeluarkan darah. " Tuan terluka?? saya obati dulu ya Tuan"

Juki menggeleng. " Tidak mereka lebih memerlukan bantuan Mbok daripada saya"

Begitu gagah Juki beruja.

Panah beracun memang tak pernah bisa melukainya.

Meninggalkan Mbok Yem Juki memasuki rumah langsung menaiki tangga. Ia banyak berpikir sepanjang jalan tapi belum menemukan benang merah dari semua kejadian ini.

" Ckleeekk," ditutup rapat lagi pintu kamar. Dilihatnya Sheila masih belum sadar. Juki membuka pakaiannya. Bekas luka di perut hanya diludahinya sedikit. Sekarang Juki melepaskan celanya. Penisnya telah kembali ereksi. Bagaimana bisa laki-laki ini kembali ereksi hanya dengan melihat tubuh telanjang Sheila??.

Juki kembali tersenyum sebelum mendatangi lagi tubuh sheila. Minyak angin telah dipegangnya. Ia siap membangunkan Sheila.

BAB 8

" PLAAAAK PLAAKK PLAAAAKKK" tiga tamparan keras menghantam wajah si Polwan cantik.

" Heeeegggghh," Febi tak berdaya.

Sempat tadi dia memberikan perlawanan keras tapi apa dayanya menghadapi kelima laki-laki bersenjata ditambah satu pengendara motor yang kini semuanya tengah mengerubung siap menikmati tubuhnya.

" Polwan cantik!," si penampar kini menaiki tubuhnya. " BREEEETTTT," disebek kemeja Febi dengan sekali tarik. Kemeja ketat yang sedari tadi membungkus tubuh si cantik langsung sobek menyisakan tubuh yang kini terekspose bebas. Hanya sebuah Bh berwarna putih yang sekarang menyembunyikan area sensitive bagian tubuh atas Febi.

" Sekarang kamu akan kami nikmati beramai-ramai. He he. SETUJU TEMAN-TEMAN???"

" SETUJU! AYO KITA ENTOTTT DIA!"

Kelima orang berteriak penuh gairah menyambut ajakan temannya.

" Tolong....jangan.....jangan...tolong......"

" Apa???," si penampar mendekatkan wajahnya ke wajah Febi.

" Tolong....jangan......,"

" Mmmmmm," si penampar malahan mencium Febi begitu buas. Sikap Febi yang memelas tak berdaya membuatnya bergairah. Sangat bergairah.

" Pegangi tangan dan kakinya kuat-kuat!," perintah si penampar kepada tiga orang temannya yang memegangi Febi.

" YEEESS JADI JUGA KITA NGENTOTIN NIH CEWE YEESSSSS," si pengendara motor mengambil senjata temannya lalu mengacungkannya sambil satu tangannya masuk ke moncong senjata " KITA ENTOTTT DIA SAMPE PAGI TEMAN-TEMAN YEEEES," diperagakannya gerakan coli menggunakan gagang senjata.

" HAAAAAGGGHHHH," Febi makin tak berdaya. Ia merasakan tangan-tangan berusaha menarik lepas celana panjangnya. tangan-tangan itu berhasil. Febi hampir telanjang bulat sekarang. Si penampar membuka celananya memamerkan kejantanan yang telah tegang tepat ke wajah Febi.

" Hisap barangku sayang! ayo hisap!,"

Febi menggelengkan kepalanya. Ia berusaha melawan. " Jangan...jangann eeeghhh eghhhh jangann...."

" HAAAAGGHH," terkejut Febi saat sedang berusaha melawan seuntai tali menjerat lehernya hingga menengadah sempurna ke arah penis.

" Bagus teman-teman! biar kebuka tuh mulut"

Penis tegak milik si penampar telah berada tepat di mulut Febi yang terpaksa membuka. kini tinggal satu jengkal lagi maka penis itu akan menerobos mulut si Polwan Cantik.

" HEI BANCI! BERANINYA CUMA SAMA CEWE! DASAR LAKI-LAKI TANPA KONTOL!"

Saat pemerkosaan akan segera terjadi Sebuah suara datang dari belakang. Suara seorang wanita.

" BANGKE!Loe Beresin tuh cewe! itung-itung biar ada dua cewe yang kita perkosa malam ini!...., " si penampar memberi intruksi kepada temannya yang mengendarai motor.

" TTEEEPP SSSSSS SSSSS SSSSSS....HAAAGGHH APA INI.....PTOOOKK.....AAAAGGGGHHHH"

Belum selesai si penampar bicara seekor ular besar berwarna hitam dengan desisan mengerikan jatuh dari atas pohon seketika mematuk penisnya. Dipatuk tepat di penis oleh ular begitu besar sontak membuat si penampar terjatuh dari atas perut Febi.

Teman-temannya yang lain begitu kaget sekaligus ketakutan melihat kedatangan ular hitam begitu besar. Mereka berlarian berusaha meraih senjata.

" SSSS SSSS SSSSS," ular hitam begitu cepat meliuk-liuk mengejar orang terdekat dalam jangkauan. " PTTTOOOKKK," kembali si ular mematuk kaki teman si penampar. " HAAAAAGGGGHHH TIDAAAAAAAKKK"

Mereka sekarang kocar-kacir. niat mereka memperkosa Febi berantakan dengan kehadiran si cewe misterius dan seekor ular.

" MINGGIR BIAR KUTEMBAK ULAR SIALAN INI"

Salah seorang dari mereka telah berhasil meraih senjata. Penuh kepanikan ia berusaha menembak ular hitam yang masih meliuk-liuk di tanah.

" DOOORRR"

" RRRRRRRRRRRRROOOOOOOAAAAAAARRRRRR"

" ................."

Belum sempat ia menembak secara tepat ke arah ular, seekor harimau besar keluar dari balik semak-semak. Pria yang sedang membidik ular secara brutal dimakan kepalanya oleh sosok harimau tutul yang muncul. Harimau itu begitu kuat hingga bisa memisahkan kepala dengan tubuh pria itu dalam sekali gigit. Pria satunya yang berada tak jauh dari lokasi kaget bukan kepalang melihat hewan menakutkan lain muncul. Pistol yang juga sudah dipegangnya terjatuh. Ia tak kuat menghadapi kejutan di depan mata.

" RROOOOOAAAAARRRRR CLEEEEP TRASSSSSSSS,"

Si harimau segera meloncat ke arahnya seketika memakan kepala lantas memisahkannya dari tubuh.

Ia berusaha lari kabur dari harimau besar berwarna coklat tutul yang berada di depannya. Sayang kepanikannya membuatnya terjerembab beberapa meter dari tempatnya semula. harimau besar begitu dingin melangkah perlahan dengan keempat kaki kekarnya lalu meloncat. Noluri hewani harimau menggerakkannya secara otomatis mencabik-cabik tubuh orang terakhir dan memakannya.

Si penolong, wanita berpostur tidak terlalu tinggi berjalan begitu santai menghampiri harimau besar. Dielusnya kepala hewan buas dengan begitu lembut penuh kasih sayang. Bagai bisa merasakan kasih sayang dari wanita di depannya harimau menurut menghentikan serangan mematikannya. Begitu kompak mereka melangkah bersama sang ular berbisa menghampiri Febi.

" Selamat sore Komandan! mohon maaf aku datang terlambat, tadi Tante saya tidak bisa jemput"

Febi tidak percaya wanita yang berjalan bersama harimau bisa bicara begitu tenang .

" GRRROOOOOOOOOAAAAAAAAAAR RROOAAAAARR SLEEEEPP," dipandu oleh wanita penolong harimau melemparkan kain panjang agar bisa menutupi tubuh Febi.

Si Polwan cantik tak percaya dengan sikap harimau besar yang begitu baik terhadapnya. Segera dia tarik kain yang diberikan agar bisa menutup seluruh tubuh. Perasaan Febi bercampur. Tentu si Polwan cantik sangat senang lolos dari upaya pemerkosaan tapi pemandangan ular dan harimau terlalu berlebihan baginya.

" Kebenaran Komandan tak akan kalah!," si cewe penolong membantu Febi menyelimuti tubuh.

" Terima kasih....terima kasih.....," hanya kata-kata itu yang bisa keluar dari bibir Febi.

Si cewe penolong memeluk tubuh Febi erat memintanya agar tidak bicara banyak.

" walau kebenaran hendak dibenamkan dengan pembunuhan, perampokan bahkan pemerkosaan," dipeluknya tubuh Febi semakin erat" untuk para pembela kebenaran berhati tulus seperti Komandan....kebenaran akan selalu menunjukkan jati dirinya... kebenaran akan selalu muncul sebagai kekuatan Yang Tak Terkalahkan."

" RROOOAAAAAARRR,"

Harimau besar mengaum kencang mengamini ucapan wanita penalang sekaligus membuat Febi pingsan.
 
bab 9

" Sheila kamu benar-benar cantik sayang!," Juki memandangi Sheila penuh perasaan kagum. Sama sekali berbeda dengan dugaannya semula. Persetubuhannya dengan Sheila penuh ikatan emosional. Juki tak bisa menjelaskan apa yang terjadi. Ikatan emosional begitu erat telah tertanam diantara mereka berkat sebuah persatuan persenggamaan dahsyat.

Minyak angin di tangan Juki dibuangnya ke lantai. Si laki-laki perkasa tak akan mengganggu Sheila yang masih pingsan. Meski ereksinya telah maksimal Juki merasa tak perlu membangunkan Sheila guna melampiaskannya. Juki akan menyetubuhi Sheila tanpa membuatnya terjaga.
" Hmmmmm," Juki mengambil nafas panjang. Sejak terpanah tadi nafasnya memang terganggu.

Guna melayani Sheila ia harus mengembalikan semua energy diri. Pernafasan perlahan ala Juki memungkinkan aliran darah terkendali. Ia tak akan membiarkan terjadi sumbatan. Apalagi bila sumbutan terjadi di area penis.

" Huuuuffffff," Aliran nafas terus berusaha diatur.

Sejak dari pemanasan pertempuran antara mereka berdua, Juki selalu mengawalinya dengan nafas. Baginya nafas merupakan saluran penghubung tak kasat mata. Melaluinya aliran gelombang gairah akan tersalurkan kepada si lawan jenis. Inilah yang membuat Sheila berkali-kali belingsatan ; sebuah aliran energi tak terputus penuh gairah telah ditransfer kepadanya.

Setelah dirasa nafas telah kembali, Juki memulai serangan syahwat ke tubuh Sheila. Si betina nan penuh gairah masih pingsan tak sadarkan diri. Sekarang Juki merunduk kembali berusaha nyungsep ke selangkangan Sheila.

" Hmmmm......," Juki menarik nafas panjang sembari merapatkan kaki Sheila. kaki semok yang telah membuatnya ketagihan lalu diangkat persis pada posisi yang membuat si cantik kolaps.

" Huuuuuffff....hhhmmmmm hhhuuuuffffff," Juki menghembuskan nafasnya tepat di perbatasan anus dan vagina si cantik. Dilakukannya ritual nafas berkali-kali di tempat yang sama.

" MMmmmm mmmmmmm," Sheila meronta perlahan. Rangsangan Juki pasti telah membuatnya terangsang tapi karena hanya berupa tiupan tidak membangkitkan kesadaran si cantik.

" Huuuuuuu"

Paha mulus Sheila kembali berkontraksi menerima tiupan Juki. Paha nan mulus itu tegang dengan bulu halus disekitarnya bangkit.

Juki memandangi Sheila baik-baik. Ia tak ingin apa yang terjadi sebelumnya terulang.

" Huuuuffff," terus ditiupnya celah anus-vagina si cantik.

" AAAAAAAHHHH," dalam pingsannya Sheila mulai mendesah.

Juki telah berhasil membawanya dalam permainan mimpi basah nan nikmat. Si laki-laki perkasa tak ingin menyadarkan Sheila karena ia ingin Sheila mendapatkan kenikmatan melalui mimpi basah erotis.

Cukup lama Juki bertahan meniup area vagina Sheila sebelum akhirnya ia bangkit menuju payudara montok si cantik.

Tiba di payudara tidak membuat Juki hilang kontrol. Kali ini ia melakukan hal yang sama ; meniupi tubuh Sheila yaitu celah tengah antara kedua bukit kembar.

" Huuuufffffff"

" AAAAAGGGGHHHH MMMMMM AAAGGGGHHHH"

Tiupan Juki diiringi sentuhannya kepada bukit payudara si cantik. juki tidak melakukan remasan hanya berupaya menyentuh pelan kedua payudara nan indah agar bisa bersatu di tengah lembah yang terus ditiup.

" UUUUUUUUUHHHH"

Tanpa disadari Juki, Sheila mengangkangkan kakinya lebar. Sensasi permainan mimpi basah Juki telah membuat Sheila sangat siap disetubuhi dan barangkali dalam mimpinya ia telah mimpi bersetebuh.

Kedua kaki yang tengah mengangkang secara teratur maju mundur melakukan gerakan bersenggama. Juki memasukkan pahanya ke antara selangkangan Sheila lalu mendekatkannya agar menutupi seluruh vagina.

" OOOHHHHHHHHH,"

Paha penuh bulu Juki kini digesekkannya ke seluruh permukaan vagina.

" HUUUUFFFFFFFF,"

Tiupan nafas Juki sekarang ditemani oleh gesekan pahanya di vagina Sheila.

Si Cantik menggeleng-geleng hebat.

" HAAAAGGGHH..................AAAAAGGGGGGGGGGGHHH...........MMMMMMMMM"

Orgasme si cantik datang cepat melalui gesekan paha penuh bulu Juki. si cantik terjungkit-jungkit penuh irama. Melihat Si cantik orgasme Juki menghentikan gesekan pahanya. Ia sekarang menaikkan kepalanya agar berhadapan dengan wajah si cantik yang masih terpejam.

" Hhuuuuuuufff," tepat disaat Sheila orgasme hebat di alam mimpi, Juki meniup dahi si cantik. Tiupan di dahi membawa sensasi rasa sayang. Begitu pintar Juki memadukan setiap rasa di alam mimpi basah Sheila. Setelah menghantam Sheila dengan orgasme dicampurnya ledakan nikmat dengan rasa sayang penuh kehangatan.

" mmmMMMMM," Sheila tersenyum puas dalam tidur.

Aliran rasa sayang Juki telah menyentuh hatinya.

" UUUUUHHHHHHH"

Cepat Juki berganti dari menyuntikkan rasa sayang ke hati Sheila dengan suntikan sebenarnya.

" SLEEEEEEEEEEEPPP,"

Juki membenamkan batang kejantanan keras, panjang, hangat miliknya ke vagina Sheila yang telah menyerah dalam cinta.

" HHOOOOOOHHHH HHHMMMMM HUUUFFFFFF"

Juki mengeluarkan semua perasaannya dalam desahan bergelora. Tak ada gesekan sama sekali. Juki hanya memasukkan penisnya dalam-dalam ke vagina si cantik. Demikian pula Sheila tidak ada gerangan maju mundur ala bersetubuh yang sebelumnya dilakukan. Mereka berdua hanya diam dalam persatuan penis di dalam vagina.

Begitu indah persatuan diantara mereka. Sensasi penis Juki sekarang mengalahkan setiap laki-laki yang menggenjot wanita dengan kecapatan tinggi. Posisi diam memang sering menipu. Bila dilihat sekilas tak ada kenikmatan apa pun yang diraih Juki karena tak ada gesekan penis dengan vagina, tapi di dalam, kenikmatan luar biasa tengah menyeliputi seluruh tubuh si pria perkasa.

Vagina Sheila bergemuruh dari dalam. Ia telah dibawa bersenggama di alam mimpi. Kini vagina miliknya berkontraski maksimal. Setiap otot dalam vagina memeragakan gerakan tangan yang membuka lalu meremas kencang, membuka lagi lalu meremas lagi berulang-ulang. Setiap remasan dilumuri oleh hangatnya cairan alami liang kenikmatan. cairan alami milik wanita sangatlah menyenangkan bagi penis laki-laki. Cairan vagina bisa membuat ketagihan karena rasa hangat sekaligus emosional yang dibawanya.

Kondisi yang sama terjadi pada Sheila. Meski diam penis Juki telah mengisi seluruh rongga vagina. Akibat kontraksi terus menerus dari dalam penis diam Juki malahan membawa sensasi nikmat tak terkatakan. Seorang wanita selalu menantikan saat rasa penuh menyeliputi dirinya. rasa penuh hanya bisa dipuaskan oleh sebatang penis hidup. Bukankah vagina membawa sebuah ruang kosong sedangkan penis membawa sebuah keperkasaan. Pertemukanlah mereka dalam sebuah kondisi ideal maka mereka berdua akan meledak. Melalui penis akan meluber cairan sprema kental sebaliknya dari vagina akan dipenuhi cairan orgasme bening.

" AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH HAAAAAAAAAAAAAAGHHHH"

Juki dan Sheila berteriak lantang bersamaan.

" CRROOTTT CROOOOTTT....SEEEERRRRRRRR"

Kedua cairan putih kental dan bening bersatu padu.

" UUUUUUUUHHHHHHHH"

Juki tetap disiplin tak memaju mundurkan penisnya. Terus ia diamkan penis tegaknya hingga seluruh ledakan ejakulasi mereda.

" HMMMMMMMMM," tarikan nafas panjang Juki mengakhiri pergumulan dahsyat.

bab 10

" NGIIIIIIIUNGGGG NGIIIIIIUNNNG NGGGGGGGGGGIUUUUNGGGGGG"

Aparat Gabungan menyerbu rumah Juki. Mulai dari mobil gegana anti teror, panser, hingga mobil pemadam kebakaran meraung-raung di depan pagar. keputusan Juki menutup pagar tepat. Kendaraan aparat gabungan sempat tertahan cukup lama tak bisa masuk ke dalam.

Seandainya saja aparat bisa masuk langsung mungkin akan lebih banyak korban jatuh malam ini. Raungan sirine mobil aparat membawa amarah membuncah. Setiap personil yang menyerbu rumah Juki memendam kemarahan besar karena mereka mendengar teman mereka dianiyaya hingga tewas dirumah orang yang kini telah disepakati sebagai dalang utama dalam peristiwa yang telah menghebohkan seluruh negeri.

Penuh amarah Para Aparat gabungan yang datang dipersanjatai dengan senjata lengkap. mereka telah siap dengan seluruh perlengkapan guna melakukan serbuan frontal ke rumah Juki.

Melihat gerbang rumah Juki tertutup, panser polisi yang diselimuti kawat berduri segera maju berusaha menabraknya.

"Sleeeeppppp"

Perlahan gerbang rumah Juki terbuka.

" CKLEEEEK CKLEEEEEKK CKLEEEEKKKK," puluhan senjata terkokang seketika mengarah kepada siapapun yang sekarang sedang membuka pintu.

" ANGKAT TANGAN!,"

Setiap tatapan aparat gabungan telah siap melumat hidup-hidup orang di belakang gerbang.

" Jangan tembak....tolong jangan tembak"

" IBU TUA! JANGAN BERGERAK! ANGKAT TANGAN!"

Mbok Yem mengangkat kedua tangan sebagai isyarat menyerah.

" Banyak orang sakit di dalam!," suara lembut seorang nenek Mbok Yem ampuh mengurangi tensi aparat " tolong jangan lagi lakukakan kekerasan di dalam!," Mbok Yem membungkuk penuh hormat matanya mulai berkaca-kaca. " Masuklah tapi...jangan lakukan kekerasan lagi....."

Pernyataan menyerah Mbok Yem langsung direspon aparat. Mereka masuk ke dalam pagar membawa semua senjata yang ada. Amarah mereka masih ada tapi sedikit mereda dengan ucapan Mbok Yem.

Menyaksikan pemandangan mengenaskan di halaman membuat sebagian besar aparat merasa mual. Anyir darah disertai mayat bergelimpangan menjadikan rumah Juki sebagai tempat pembantaian masal.

" MANA JUKI?? MANA JUKI?? MBOK MANA JUKI???"

Bersahutan, para Komandan Pasukan Gabungan ingin segera menuntaskan kebiadaban ini. Tidak ada orang yang pernah membayangkan sebelumnya sebuah upaya pembantaian besar-besaran terhadap Aparat. Sekarang hal itu telah terjadi. Seluruh anggota pasukan gabungan hendak menuntut balas terhadap pembantaian rekan mereka.

" MANA MBOK??? DIMANA????"

Tubuh tua Mbok Yem seakan sudah tak kuat menghadapi tekanan begitu berat. Juki adalah Tuannya dan sebagai pelayan sudah menjadi kewajibannya mengabdi. kenapa semuanya harus menjadi begitu tragis???.

Tak Punya pilihan Mbok Yem menunjuk lantai dua. Lantai terlarang sebenarnya karena merupakan tempat sakral Juki. Tapi tak ada yang bisa disembunyikan lagi sekarang, menghadapi amukan aparat Mbok Yem harus jujur.

" MAJU! SERBU LANTAI DUA!"

Pekik komando membakar semangat pasukan. Mereka menyandang senjata guna pertempuran terakhir. Satu tekad telah tertanam di hati anggota pasukan ; boleh saja orang-orang Juki tidak disentuh sama sekali dibawah tapi Juki ; ia harus mati.

***

Firman sang ajudan muda ikut pulih kesadarannya mendengar pekik amarah aparat gabungan. sejenak ia pegangi tengkuknya. Sakit sekali.

" Eeeegggghhh," sekuat tenaga Firman mencoba bengkit.

Pandangannya masih kabur. Nyeri di kepalanya tak kunjung hilang. Firman berusaha mengetahui pekik apa tadi. Ia melongok ke halaman. Muka Firman berubah panik menyaksikan ratusan aparat telah menduduki rumah Juki. Kebanyakan diantara mereka bersenjata dan sekarang sedang menaiki tangga menuju kamar

" TOK TOK TOK OM...OM JUKI! TOK TOK TOK OM JUKI BUKA OM!,"

Firman telah melompati beranda jendela. Ia kini tepat berada di pintu kamar tempatnya mengintip. Sebenarnya ia sangat membenci Juki, tapi melihat amukan di wajah para aparat membuat Firman iba. Minimal ia bisa memperingatkan Juki agar segera kabur.

" OOMMM OMMMMM"

Tidak ada respon.

Firman memaksa membuka pintu.

" Kreeeeeeeeettt," pintu terbuka sendiri. Juki rupanya lupa mengunci pintu.

" OM AWAS ADA APARAT!"

Firman terkejut. Jarak aparat dengan kamar mereka hanya tinggal beberapa langkah tapi Juki masih berdiri di tengah kamar delam kondisi telanjang bulat.

" OM??? OM BAIK-BAIK SAJA??? OM???"

Firman sangat khwatir. Mulut Juki mengeluarkan darah segar. Penisnya masih ereksi tapi seluruh badannya telah membiru.

Rupanya pengendalian racun Juki telah hancur berantakan. Sebelumnya, mekanisme pernafasan panjang telah mempu memisahkan racun dengan darah. Inilah sebab Juki tak mau mencium Sheila. Racun ditubuhnya bisa saja masuk ke tubuh si cantik bila terjadi pertukaran cairan. Tiupan-tiupan Juki di sekujur tubuh mulus Sheila bukan hanya mambawa kenikmatan tapi menjami Sheila tetepa hidup.

Ejakulasi hebat barusan mengancurkan segalanya. Keluarnya cairan kental dari penis membuat darah harus mengisi kekosongan lantas bergerak maju ke area selangkangan. Juki menarik nafas panjang setelah orgasme mengetahui racun telah berhasil bercampur. Ia cepat-cepat melepas penisnya dari vagina lalu terhuyung-huyung mundur.

Pertama kali dalam hidupnya Juki melakukan hal mulia bagi wanita. Ia tak ingin racun bisa menembus tubuh Sheila. Racun dari panah tadi sangatlah beracun. Hanya dalam hitungan detik tubuh Juki membiru. Ketukan Firman sudah tak mampu lagi didengarnya karena indera pendengarannya telah mati.

Saat Firman masuk. Untuk terakhir kalinya Juki menyaksikan sebuah anugerah di indera penglihatan ; beragam warna indah berpadu membentuk keindahan dunia. Warna-warna itu kemudian memudar diganti kegelapan mutlak nan mengerikan.

" BRRRUUUUGGGGG"

Juki roboh. Ia terlentang dengan penis yang masih juga mengacung tegak.

Firman berlari meninggalkan Juki. Cepat dinaikinya ranjang tempat Sheila berada. Si cantik masih terpejam. Firman melihat Sheila makin cantik ketika tertidur. Tak mau terbuai terlalu lama memandang kecantikan Sheila, Firman segera membuka ikatannya. Diselimuti seluruh tubuhnya lalu ia peluk erat-erat tubuh si cantik.

" BRAAAAAAAAAAAKKK," tepat saat Sheila telah terlindung di pelukan Firman, aparat gabungan menyerbu masuk.

" JANGAN BERGERAK!"

Pemandangan tubuh telanjang Juki dengan penis mengacung menjadi pemandangan pertama yang dilihat aparat. Mereka mengarahkan senjata ke tubuh pria yang telah kehilangan ruh kehidupan.

" ANGKAT TANGAN! SIAPA KAMU???"

Teriak aparat ketika melihat Firman di ranjang.

" Jangan tembak!" Firman mengangkat tangan " Dalam pelukan saya adalah anggota anti Korupsi yang kalian cari!"

Sheila membuka matanya. Tak bisa berekasi apa-apa akibat segala pengalaman aneh yang baru saja dialaminya.

" Itu Juki...," Tangan Firman menunjuk tubuh telanjang di lantai " Dia sudah mati"

Aparat bergantian saling memandang tak percaya.

BAB 11

Dua orang laki-laki berlari tunggang langgang menjauh dari rumah Juki. Memegangi remote, salah seorang diantara mereka berusaha melihat jalanan yang mulai sulit terlihat di tengah kegelapan.Padahal sebelumnya ia begitu optimis berhasil melaksanakan tugas. Tapi aksi balasan Juki seorang diri telah menghabisi nyawa teman-temannya.

Satu orang tewas ditembus golok, tiga orang tewas tertancap lemparan panah Juki. Sekarang tinggal tersisa mereka berdua kebingungan berlarian penuh ketakutan.

" GUSRAAAKKK GUSRAAAKKK," mereka berdua terjatuh.

" Ayo cepat kita harus kabur!," segera bangkit mereka kembali berlari melintasi malam.

" DOOORRR," sebuah tembakan membelah malam meledakkan kepala salah seorang dari mereka.

" Hiiiiiii," ekpresi ketakutan keluar dari orang kedua. Pistol dicabutnya cepat " DOOOR DOORR DOOOR DOORR DORRR DORRR CKLEEEEK CKLEEEEKKK," enam peluru ditembakkan berturur-turut secara acak. Dia masih tak tau siapa yang menembak.

" DOOOOORR," sebuah tembakan balasan datang kembali tepat mengenai dahi.

Orang itu langsung roboh.

Rajawali Satu turun dari pohon. penuh penyesalan ia mengutuk mereka berdua sebagai penyebab utama tewasnya sang senior Rajawali Tiga. Sebelumnya Rajawali satu telah berhasil masuk ke rumah Juki. Ia terkejut dengan bunyi ledakan hingga berusaha mengecek langsung. Secara nyata ia melihat kengerian akibat bom yang diledakkan.

Ketika ia tengah memeriksa keadaan halaman dengan bersembunyi di balik pepeohonan rumah Juki, saat itulah Rajawali satu melihat Juki. Pria incarannya turun dengan santai menghadapi situasi genting. Tak bisa terlupakan dari ingatan rajawali satu saat Juki menantang musuh di depan gerbang sendirian. Serangan panah bertubi-tubi dihadapi dengan gagah berani.

Rajawali Satu sadar akan nilai seorang Juki ; ia bukan pria sembarangan. melihatnya melempar golok lalu membalas panah dengan tangannya membuatnya yakin Juki tak akan mudah ditaklukan. Rajawali satu kemudian memutuskan keluar dari rumah agar bisa berkoordinasi kembali. Disaat itulah ia menemukan jasad Rajawali Tiga sudah terbujur kaku tewas dihalaman.

Melihat seniornya tewas membuatnya mendendam. ia harus membalasnya. Dan kesempatan membalas baru saja tiba. Sekarang mereka semua sudah tewas. Rajawali satu memeriksa baik-baik tubuh mereka berdua. Diambilnya masing-masing dompet mereka kemudian dibukanya. Mata rajawali satu seakan tak percaya saat melihat tanda pengenal dalam dompet.

tanda pengenal orang pertama terbaca ;

MARKAS BESAR TENTARA
ANGGOTA

tanda pengenal orang kedua terbaca ;

MARKAS BESAR KEPOLISIAN
ANGGOTA

BAB 12

BREAKING NEWS DUA TEVE SAYA JUWITA LEILA

PEMIRSA, TEPAT PUKUL LIMA PAGI TADI APARAT ANTI KORUPSI MELAKUKAN PENANGKAPAN TERHADAP MENTERI NEGARA DI KEDIAMANNYA. MENTERI NEGARA DITANGKAP ATAS TUDUHAN KORUPSI DAN PEMBUNUHAN BERENCANA TERHADAP ANGGOTA ANTI KORUPSI, ANGGOTA ANTI TEROR DAN ANGGOTA KEPOLISIAN. MENTERI NEGARA DIDUGA KUAT MENGGUNAKAN KONEKSI KEKUASAANNYA GUNA MENGGUNAKAN OKNUM APARAT UNTUK KEPENTINGAN PRIBADINYA.

KETUA ANTI KORUPSI MENJELASKAN BAHWA MEREKA TELAH MEMILIKI BUKTI KUAT BAHWA KASUS KORUPSI DI KABUPATEN YANG TELAH MENETAPKAN SEORANG BUPATI SEBAGAI TERSANGKA BERHUBUNGAN ERAT DENGAN KETERLIBATAN MENTERI NEGARA. KETUA ANTI KORUPSI JUGA MEMBERIKAN PENGHARGAAN KEPADA ANGGOTA ANTI KORUPSI YANG TEWAS RAMLAN KARENA TELAH MENEMUKAN BUKTI KUNCI DARI SISA KEBAKARAN GEDUNG PEMERINTAH DI KABUPATEN.

PAGI TADI PETUGAS ANTI KORUPSI BUKAN HANYA MENANGKAP MENTERI NEGARA TAPI JUGA SEORANG DIRJEN DI KEMENTRIAN. DIRJEN INI DITANGKAP ATAS KETERKAITANNYA DENGAN TERSANGKA SAMIR PELAKU GRATIFIKASI YANG TELAH DITANGKAP TANGAN SEBELUMNYA. ANTI KORUPSI MENGATAKAN AKAN MELAKUKAN BANYAK PENANGKAPAN TERHADAP PIHAK-PIHAK YANG DISINYALIR BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP PEMBUNUHAN-PEMBUNUHAN YANG TERJADI DALAM SEMINGGU TERAKHIR.

SEMENTARA ITU PIMPINAN TENTARA DAN KEPOLISIAN SAMA-SAMA MEMBANTAH BAHWA PELAKU PENYERANGAN TERHADAP ANGGOTA ANTI KORUPSI BERASAL DARI KESATUAN MEREKA. MEREKA MENEGASKAN BAHWA OKNUM APARAT ADALAH PRAJURIT MAUPUN POLISI DESERSI YANG TELAH DIKELUARKAN DARI INSTITUSI AKIBAT BERBAGAI PELANGGARAN DISIPLIN. PARA OKNUM INI DIREKRUT OLEH ORANG-ORANG TAK BERTANGGUNG JAWAB KEMUDIAN DIJADIKAN SENJATA BAGI PENGUASA KORUP. PIMPINAN TENTARA DAN POLISI MENJAMIN AKAN MENGADAKAN INVESTIGASI MENDALAM DI KESATUANNYA MASING-MASING DAN MEREKA MENJAMIN AKAN MELAKUKAN TINDAKAN TEGAS BILA ANGGOTANYA ADA YANG SECARA JELAS TERBUKTI IKUT SERTA DALAM INSIDEN BERDARAH KEMARIN.

SEMENTARA ITU TERSANGKA JUKI, YANG SEBELUMNYA SEMPAT DITETAPKAN SEBAGAI TERSANGKA TUNGGAL DALAM KEJADIAN DI KABUPATEN TELAH DITEMUKAN TEWAS. JUKI MERUPAKAN ORANG KEPERCAYAAN BUPATI. SUMBER KAMI DI ANTI KORUPSI MENGATAKAN BELUM MENEMUKAN KETERKAITAN JUKI DENGAN KEJADIAN INI NAMUN JUKI TETAP DIANGGAP SEBAGAI PELAKU UTAMA YANG MEMICU TERJADINYA PEMBANTAIAN.

TAMAT

TIGA BULAN KEMUDIAN

" KRINGGG KRIINGGGGG," dering telpon di ruangan Sheila.

Ia baru saja menikah dengan Firman. mereka pengantin baru yang berbahagia. Pekerjaan Sheila semakin baik pasca kejadian. bersama Febi ia baru saja menerima pengharghaan atas jasanya kepada Negara. Febi sedang duduk disampingnya bersama wanita berambut pendek yang katanya telah menolongnya secara misterius tiga bulan lalu. Berkat pertolongan si wanita ini juga Sheila dapat menlupakan seluruh pengalaman buruk yang dialami.

" HALO"

Suara dari lawan bicaranya menyerap seluruh kesadaran Sheila. Ia begitu terhipnotis lupa keadaan sekitar. Entah apa yang dibicarakan sebenarnya tapi Sheila begitu terbius.

Teman Febi menyadari keanehan Sheila. Dihampirinya Sheila lalu dilumuri tangannya dengan gula gula donat di meja. Tangan penuh debu debu gula kemudian dilumuri dijidat Sheila lalu..." PLOOOOKKKK," serta merta ditepuknya Sheila mengembalikan kesadaran si gadis.

" Hei....kamu sehat??? terhipnotis ya???," sapa si wanita penolong Febi tersenyum ramah " donatmu enak juga ya"

" Kenapa kamu Sheila??kayak orang ling-lung gitu???," Febi turut menghampiri

" Engggg Mbak percaya gak???," Sheila bertanya penuh kebingungan.

" Apa???"

" Kalo orang mati bisa hidup kembali????"

***

Yth. Para Pembaca

Mohon maaf bila terdapat banyak kesalahan dalam karya ini. Cerita Gratifikasi Donat hanyalah ditulis sebagai hiburan bagi para pembaca. Maafkanlah ane ya Gan bila terdapat banyak kesalahan. Semoga Agan Agan bisa menikmati cerita ini.
 
[post=1891294967]i[/post]

ada:kopi::baca:dulu...:)


.
itu Juki:ugh: bukan manusia sepertinya.. sakti banget, macam Betarakala. begitu kuat hingga mau sekarat saja masih tuntasin hasrat nikmat nya hingga tamat.
:D
sungguh ini sesi percintaan yang hebat
:thumbup:thumbup:thumbup:thumbup:thumbup
dalam diamnya posisi sex mengandung tenaga dalam yang hembusan nya mampu mengusik syahwat dengan ciptakan mimpi erotik nan asyik..
:panlok4:
syukur dech..:hore: baik Feby maupun Donat masih selamat.
dan siapakah:bingung: sebenarnya wanita penolong berambut pendek pawang binatang itu bang?! bukankah ia keponakan jaksa Utami yang menelpon waktu itu?
ane mikirnya itu Shinta:o tetapi kenapa Febby seolah nampak tak mengenalinya...
:groa:buat penasaran saja nich,,, bangJR....:fiuh:
pokoknya T O P dech :jempol:cerita bangJR​

 
Terakhir diubah:
Bimabet
empat jempol deh buat bang JR .. terus berkarya bang... nunggu sesi selanjutnya... yang misteri tetaplah misteri meninggalkan kesan dihati... pelajaran bercintanya bikin greget bangeet.. makasih bang...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd