Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Hello, Cynthia: Sebuah Kisah Remaja SMA

Lebih pilih mana untuk frekuensi update cerita?

  • Seminggu sekali, cerita lebih panjang

    Votes: 217 47,1%
  • 1-3 kali dalam seminggu, cerita lebih singkat, plus mini chapter atau side story sebagai selingan

    Votes: 111 24,1%
  • Suka-suka TS, yang penting tetap update

    Votes: 133 28,9%

  • Total voters
    461
Status
Please reply by conversation.
Kan, kan, kan chythia jadi nakal.. Agresif, dan mulai Binal.. Lanjutkan hu.. :pandajahat: malem2 mau lanjut ngapain nih.. Bikin penasaran aja...
 
Alurnya beda, jadi lebih mantap :3 jadi lebih keliatan real, cowok yg ngakunya hyper cuma gara gara udh pro ngebokep pas di godain cewek langsung keringet dingin :v
 
Perfect story, diksi yg bagus. Penulis ulung nih. Lanjutiinn dongg

Hehehe, bisa aja si om :o
Makasih ya komentarnya :jempol:

Kan, kan, kan chythia jadi nakal.. Agresif, dan mulai Binal.. Lanjutkan hu.. :pandajahat: malem2 mau lanjut ngapain nih.. Bikin penasaran aja...

Yang keliatan kalem-kalem emang lebih mantab ya om :o

akhirnya ada cerita ringan yg bikin penasaran sekaligus sange,haha

Makasih om. Buat saya, cerita yang tujuan utamanya menghibur itu memang justru yang temanya ringan-ringan saja :jempol:

Alurnya beda, jadi lebih mantap :3 jadi lebih keliatan real, cowok yg ngakunya hyper cuma gara gara udh pro ngebokep pas di godain cewek langsung keringet dingin :v

Hehehe. Lumayan sering kok, saya liat sendiri teman saya yang suka koar-koar soal cewek, tapi begitu si cewek kasih respon, malah kabur karena gugup :pandaketawa:
 
Selamat membaca :)


Part 2: Call Me Tia

Wilayah selatan Jakarta menjelang sore itu cukup sejuk. Langit tampak mendung dan semilir angin membuat pepohonan berayun, menjatuhkan daun-daun kering ke tanah, untuk kemudian terbang kembali.

Sejuk. Cuaca yang pas untuk berkendara motor.

Tidak demikian dengan apa yang aku rasakan.

Gerah. Jantungku berdegup terlalu kencang.

Bibir Cynthia belum berpindah dari telinga kiriku. Kedua lengannya masih melingkar mantap di perutku. Hanya saja, aku bisa merasakan jari-jari tangannya menggelitik tulang pinggulku, pelan-pelan bergerak mendekati pangkal paha.

Nafasku memburu.

Memalukan. Aku yang begitu percaya diri dan yakin saat berhasil mendapatkan Cynthia, tak berkutik karena satu kalimat pertanyaan sederhana.

Tidak.

Itu bukan pertanyaan sederhana. Siapapun tidak akan menyangka Cynthia mampu mengeluarkan pertanyaan nakal seperti itu. Cynthia yang selalu terlihat kalem dan tak banyak tingkah. Cynthia yang dianggap anak mami karena menggunakan mobil antar jemput ke sekolah. Cynthia yang baru berusia 14 tahun.

Apa mungkin ia sudah memiliki pengalaman seks sebelumnya?

Atau, ia sama sepertiku, yang banyak tahu tapi belum pernah melakukannya langsung?

Atau, ia hanya balas menggodaku karena pernyataanku sebelumnya yang terlalu vulgar?

“Kalo lo nggak mau jawab, gue boleh pegang nggak?”

“Hah? Pegang apa?” aku mendapatkan kembali fokusku.

“Pegang tititnya Harlin lah. Tadi katanya jadi keras. Gue kan pengen tahu sekeras apa.”

Shit. Shit. Shit. Aku benar-benar panik.

“Eh? Megang gimana? Kita lagi di motor, eh, maksud gue-“

Suara tawa Cynthia memutus pertanyaanku.

“Harlin, Harlin, gue bercanda, hahaha.”

Mulutku menganga, masih berusaha memahami situasi.

Tentu saja ia bercanda. Pasti Cynthia cuma balas dendam. Sekarang aku merasa sangat bodoh dan malu, namun lega.

Aku hendak mengeluarkan tawa sinis untuk menanggapi, sebelum Cynthia kembali berbicara.

“Nggak ding. Nggak bercanda. Serius., Harlin mau nggak?”

“Mau..apa?”

“Harlin mau nggak, tititnya Tia pegang?”

Nada dan intonasi suara Cynthia berubah. Lebih manja. Ia juga mengganti gue dengan nama panggilannya, Tia.

“Umm.. Lo masih lanjut bercandanya ya?”

“Mau nggak?”

Aku menelan ludah. Membayangkan tangan halus Cynthia menggengam penisku.


jEpl2V5G_o.jpg

Ilustrasi Cynthia


“Ya.. Mau lah… Tapi,”

“Tapi apa?”

“Kita kan, baru aja jadian. Ciuman aja belum.“

Rasanya wajahku memerah. Jika pembicaraan ini terlihat awkward antara sepasang remaja yang baru saja jadian, bayangkan ini semua terjadi di atas sepeda motor yang tengah melaju di jalan raya. Aku bahkan tak bisa melihat wajah Cynthia selain dari kaca spion.

“Emangnya, nggak bisa ya, ciuman sambil Tia megangin titit Harlin?”

Aku nyaris kehilangan keseimbangan. Fuck.

Meskipun ini di luar dugaan, jika Cynthia serius, bukankah ini yang aku inginkan? Kenapa tidak aku layani saja?

Mencoba menenangkan diri, aku balas bertanya,

“Emangnya, Tia belum pernah megang titit sebelumnya?”

“Belum lah! Ciuman aja belum pernah! Ih, Harlin jahat!”

Ini bukan Cynthia yang aku kenal selama ini. Suaranya sangat centil dan menggoda.

“Pacaran aja baru sekarang, ama Harlin.”

Deg. Jadi kita berdua sama. Tapi, aku tetap merasa ini bukan topik obrolan yang sebaiknya berlangsung di atas sepeda motor. Lalu aku tersadar, aku lah yang memulai pembicaraan ini. Oh, why?

“Harlin mikir Tia cewek nakal ya?” Cynthia seperti membaca pikiranku.

“Nggak. Bukan gitu, kan gue kaget. Siapa sih yang nggak kaget ditanya kayak gitu. Yang nanya Tia pula,” jawabku polos.

“Justru karena sekarang Harlin udah jadi pacar pertama Tia, boleh dong nakal ama Harlin…”

Holy shit.

“Kan selama ini Tia cuma bisa liat dari foto ama video..”

Damn. Seorang Cynthia juga nonton bokep? Ternyata penampilan luar memang bisa menipu.

“Susah kan, kalo udah horny pas nonton. Tia nggak suka mainin sendiri..”

Deg.

“Mainin… sendiri?” Aku mengeluarkan pertanyaan bodoh.

Cynthia diam sejenak. Walaupun aku tak bisa melihatnya, entah kenapa aku merasa ia sedang tersenyum. Tak lama kemudian, ia berbisik,

“Iya.. Mainin memek.”

Aku tak tahu harus berkomentar apa lagi. Pacar (pertama) baruku, yang aku kira lugu dan polos, ternyata seorang hiperseks, dan, sekaligus perawan.

eOAyw3Wu_o.jpg

Ilustrasi Cynthia

Apakah aku beruntung, atau sial?

Pertanyaan gila.

Cowok mana sih, yang akan menyesali jadian dengan gadis 14 tahun yang cantik, seksi, nakal, namun masih perawan seperti Cynthia?

“Kenapa Tia nggak suka mainin memek sendiri?” aku memancing.

“Kalo ada Harlin yang bisa mainin memek Tia, kenapa harus main sendiri?”

Aku kalah.

Cewek ini seolah membaca semua niat mesum yang ingin aku lakukan padanya, dan melakukan counter, atau lebih tepatnya, preventive attack, bahkan sebelum aku berbuat apa-apa.

Ini sih, bisa dibilang aku berbalik jadi korban.

Tapi, aku senang. Seharusnya semuanya jadi lebih mudah.

Huffh. Dengan sendirinya, aku merasa lebih tenang dan terkendali. Kembali menguasai diri.

“Jadi, gue boleh mainin memek Tia?”

“Ya boleh lah. Tapi ada syarat-syaratnya ya.”

“Syarat-syarat?”

“Iya dong. Tia emang mau nakal ama Harlin, tapi bukan berarti Tia cewek gampangan.” Tegas Cynthia.

“…Oke…”

“Syarat-syarat ini juga berlaku buat Tia kok.”

“Maksudnya?”

“Ih, Tia kan udah bilang berulang-ulang pengen mainin titit Harlin.”

“Oh, iya. Terus, syaratnya apa aja?”

“Mmmm, nanti malam, kita lanjut ngobrol di Line ya? Itu apartemen Tia udah keliatan. Tia nggak boleh kelihatan pak satpam dianterin cowok naik motor, jadi ntar turunin Tia di halte sebelum pintu masuk aja.”

Aku baru ingat, Cynthia berbohong pada kakak dan supir mobil jemputannya kalau ia diantar Stella, teman sekelasnya. Mungkin, ia khawatir satpam apartemen akan melaporkan ke kakaknya.

Halte yang dimaksud Cynthia berjarak sekitar 100 meter dari pintu masuk komplek apartemennya, jadi cukup aman dan tidak akan terlihat. Aku menepi dan mematikan mesin motor. Tidak ada orang sama sekali, dan tempatnya teduh karena dikelilingi pohon-pohon rindang. Bisa kurasakan Cynthia tengah turun dari motorku.

Aku menoleh ke arah Cynthia, hendak mengambil helm yang baru saja dilepasnya, ketika ia tiba-tiba melakukan sesuatu yang mengejutkan.

Hanya sepersekian detik, Cynthia mengecup bibirku, sebelum menjauhkan wajahnya.

Ia tersenyum lebar. Senyum yang sangat manis, sekaligus nakal. Ia menggigit bibir bawahnya.

“Tell me that was your first kiss.”

“It was.”

Senyumnya makin melebar. Ia cantik sekali.

“Maaf ya, first kiss kita nggak romantis. Tia refleks aja tadi, hehe.”

“Hahaha, nyium bibir gue refleks?”

“Sebenarnya sih, pilihannya tadi antara nyium bibir, atau nyubit titit Harlin.” Cynthia tertawa puas.

Cewek satu ini benar-benar melampaui semua perkiraan dan perhitunganku.

Lima menit setelah Cynthia melambaikan tangan, berjalan menuju apartemennya, aku masih duduk diam di atas motorku, mencoba menganalisis semua yang baru saja terjadi sepanjang perjalanan kami kesini.

Tak ada gunanya juga sih.

Yang ada, malahan aku bisa horny lagi memikirkannya. Kunyalakan mesin motorku, melaju secepat mungkin, tak sabar menunggu chatting dengan Cynthia malam ini.

***
Bersambung

mulustrasinya mantap suhu, cute sangat. minta sourcenya dong siapa dia, nyari di google nggak ketemu huhuhu
 
Bimabet
ekpekrasi ke TS besar ini
cerita mengalir. ya kaya teenlit sbnrnya
simple tapi serasa kita ada didalam cerita

tantangan besar. mampukah TS menyelesaikan ceritanya tanpa terjebak dengan alur tebakan biasa?
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd