Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kisah si Badan Babi (NO SARA)

Wanita mana yang seharusnya dipilih Faza?

  • Zahra

    Votes: 282 55,7%
  • Hani

    Votes: 113 22,3%
  • Winda

    Votes: 232 45,8%

  • Total voters
    506
  • Poll closed .

dragoace

Guru Semprot
Daftar
28 Aug 2015
Post
584
Like diterima
1.516
Bimabet
Mau nyoba bikin cerita setelah sekian lama jadi silent reader hahaha.
Cerita ini hanya fiksi. Kesamaan nama tokoh, tempat, dan waktu hanyalah kebetulan belaka dan ini NO SARA

Part 1 : keep scrolling
Part 2 : keep scrolling
Part 3 : disini
Part 4 : disini
Part 5 : disini
Part 6 : disini
Part 7 : disini
Part 8 : disini
Part 9 : disini
Part 10 : disini
Part 11 : disini
Part 12 : disini
Part 13 : disini
Part 14 : disini
Part 15 : disini
Part 16 : disini
Part 17: disini


Semoga cerita ini bisa menghibur para suhu-suhu sekalian.
Jangan lupa tinggalkan komen berupa saran dan kritik dari agar tulisan ane makin bagus.
Oiya satu lagi cerita ini merupakan fantasy semata.
Enjoyy...........


Lanjutan cerita ini adalah Izinkan Aku Memilih (klik)​
 
Terakhir diubah:
Part 1.

Hari minggu pagi aku sedang bersiap-siap untuk menyongsong kehidupan baruku yaitu kehidupan perkuliahan setelah beberapa kali ikut tes di berbagai perguruan tinggi dan harus menerima kenyataan bahwa aku gagal untuk kesekian kalinya, dan akhirnya aku diterima di salah satu PTN di kota yang terkenal dengan makanan khasnya yaitu mendoan. Oiya perkenalkan namaku Faza seorang laki laki yang memiliki postur tubuh lumayan berisi. Aku berasal dari ibu kota tercinta. Dengan tubuh yg cukup besar ini, seringkali aku mendapat cibiran "badan babi" dan semacamnya saat SMA, sehingga membuat rasa percaya diriku rendah dan tidak berani mendekati perempuan, dan memang niat awalku mencari tempat kuliah di daerah yg jauh dari tempat asal adalah agar aku tidak mendapatkan cibiran itu lagi dan menaikkan rasa percaya diriku.

Pagi ini aku siap-siap untuk berangkat ke kampus karena ada technical meeting untuk ospek di kampusku. Sepanjang perjalanan, aku selalu memikirkan teman macam apa yg nanti aku dapatkan dan apakah nanti aku menemukan tambatan hati (ahaayy).

Sesampainya di kampus, aku disambut oleh seorang senior yg berasal dari ibu kota juga. Namanya Mba Nayla. Dia memiliki wajah yg cukup manis dengan jilbab yg menutupi bagian kepalanya. Badannya tergolong semok yang membuat dadanya cukup membusung walaupun sudah di lapisi oleh jaket almamater. Setelah pertemuan dengan Mba Nayla, aku langsung menuju kelas untuk mengikuti rangkaian acara TM ospek. Sampai dikelas, aku terkejut dengan mayoritas mahasiswinya yang menggunakan jilbab. Berbeda sekali dengan saat SMA dimana mayoritas perempuan tidak menggunakan jilbab. Mahasiswa yang menggunakan jilbab sebagian ada yang memang menutupi dadanya, dan sebagian ada yang hanya menutupi kepalanya, sedangkan dadanya yg membusung masih dipertontonkan. Jilbabers jenis ini yang membuatku penasaran ingin sekali merasakan memegang dadanya. Tapi sepertinya itu hanya angan saja huhu. Dan satu lagi, di kampusku memang mayoritas adalah perempuan, sedangkan laki-lakinya sedikit dan ini memberi kesempatan laki-laki untuk "cuci mata" setiap hari.
[HIDE] Nayla:
[/HIDE]​

=======########=======
Tak ada yang istimewa selama rangkaian acara. Acara diisi oleh senior senior yang memiliki paras cukup menarik. Dan salah satu yang menarik perhatian adalah Mba Kintan. Mba Kintan memiliki paras cantik dengan kulit kuning langsat dan postur tubuhnya yang mungil memberi kesan menggemaskan selama berlangsungnya acara.

[HIDE] Kintan:
[/HIDE]​

Akhirnya acara ditutup dengan pembagian kelompok untuk ospek. Dan aku satu kelompok dengan 9 mahasiswa lainnya. Di kelompokku hanya terdapat 2 laki-laki. Ada 2 perempuan yang cukup menarik perhatianku yaitu Zahra dan Tia. Zahra memiliki wajah yang cukup manis dengan pipi yang tembem dan memiliki tubuh yang proporsional dan dadanya ku taksir berukuran 34B. Sedangkan Tia memiliki wajah cantik dengan tubuh kurus dan tinggi dan aku menyebutnya "kutilang dasi" (kurus tinggi langsing dada berisi) ya memang dadanya cukup menantang. Walaupun ia sudah menggunakan baju yg longgar, namun tetap saja dadanya keliatan membusung. Ku taksir ukurannya sama seperti zahra yaitu 34B.

[HIDE] Zahra:

Tia:

[/HIDE]​

Selama rangkaian ospek. Aku memang dekat dengan mereka berdua dan hal yang kutakutkan yaitu mendapatkan julukan badan babi oleh teman-temanku nyatanya tidak terulang. Malah mereka berdua seringkali menyenderkan kepalanya ke bahuku di berbagai kesempatan katanya sih empuk (haha). Saat Zahra atau Tia senderan di bahuku, aku selalu melihat ke arah mereka dan pasti melihat dada yang dilapisi kaos ospek. Hal ini membuat juniorku memberontak dan rasanya ingin sekali memegang atau minimal menyentuh dada mereka, namun niat ini harus diurungkan karena dapat menyebabkan kejadian yang tidak diinginkan. Ospek berjalan selama satu minggu dan berakhirlah kebersamaanku dengan Zahra dan Tia.

Setelah selesai ospek, pembagian kelaspun datang dan ternyata Zahra adalah teman sekelasku tetapi aku harus kecewa ternyata tidak satu kelas dengan Tia. Dan dikelasku kualitas paras mahasiswinya sepertinya diatas rata-rata sehingga memberiku kesempatan untuk cuci mata lebih banyak jikalau aku sedang bosan dengan penjelasan saat kuliah.

"Za jemput dong kalo mau ke kampus hehe" chat dari Zahra.

Ku balas "okey wait yaa" dan akupun langsung bersiap-siap untuk berangkat karena memang ada kelas di pagi itu hari ini merupakan pertama jadi anak kuliahan.

Aku langsung menuju kos-an zahra untuk menjemputnya. Sesampainya, ternyata zahra sudah menunggu di teras kosannya dan langsung naik ke sepeda motorku. Selama di perjalanan, karena rasa penasaranku terhadap payudara Zahra, seringkali aku melakukan jurus "ngerem mendadak" tiap ada polisi tidur. Hal ini sepertinya membuat Zahra geram. Bukan karena payudaranya yang menempel di punggungku melainkan kepalanya yang sering beradu dengan kepalaku.

=======########=======​

Setelah melewati 2 mata kuliah yang cukup membosankan, akhirnya selesai juga hari pertama menjadi anak kuliahan. Kami langsung menuju kantin untuk makan siang karena sudah lapar sekali, dan dari pagi perut kami berdua belum diisi oleh apapun.

"Za abis ini mau kemana?" Tanya Zahra kepadaku.

"Palingan pulang aja gak kemana-mana. Emang kamu mau kemana?" Tanyaku.

"Gak tau nih, aku belum begitu tau sama daerah sini dan memang belum ada niat buat kemana-mana hari ini. Oiya za, nanti anterin aku lagi ya pulang kekosan haha. Maaf lohh ngerepotin"

"iya iya santai ajaa".

Kamipun menyelesaikan makan siang kami dan langsung menuju kosan zahra.

Selama perjalanan jurus yang aku lakukan tadi pagi tidak kulakukan lagi karena aku sudah puas merasakannya tadi pagi. Rasanya empuk sekali (hahahaha).

"Za mampir dulu ya" kata Zahra.

"Gausah zah, aku langsung aja ya" kataku.

"Ayo ihh, masuk dulu, kosannya sepi kok gapapa kalo ada cowok masuk" "lah kalo sepi emangnya kenapa hahaha" kataku.

Dan akhirnya setelah perdebatan kecil, akupun masuk ke kosan zahra, dan zahra mengajakku masuk ke kamarnya, awalnya aku menolak karena menurutku masuk ke kamar perempuan itu tidak sopan tetapi dia tetap memaksa dan akhirnya akupun menuruti kemauannya.

Zahra langsung melepas jilbabnya dan memperlihatkan rambutnya lurus dan panjangnya sebahu. "Loh zah, aku masih disini kok main lepas jilbab aja" kataku kaget saat melihat zahra melepas jilbabnya. "Gapapa za, sama kamu ini" katanya sambil menguncir rambutnya. Aku sekarang bisa melihat lehernya yang putih itu karena jilbabnya dibuka, dan ketika sedang melamun sambil melihat rupa Zahra tanpa menggunakan jilbabnya, tbtb ia melakukan hal yang lagi-lagi mengagetkanku yaitu melepas kemejanya dan celana panjangnya. Walaupun ia memakai kaos dan celana pendek dibalik kemeja dan celana panjangnya, namun pemandangan saat melihat Zahra membuka kemejanya cukup membuat juniorku bangun tidurnya.

"Hayoo liatin apa kamu za hahaha" ledeknya.

"Zah aku pulang aja deh yaa gaenak nanti ada penghuni kosan lain kalo liat aku masuk ke kamarmu nanti dikira macem-macem” kataku.

Hal ini aku katakan karena juniorku yang sudah tidak bisa diajak kompromi dan harus segera dikeluarkan isinya.

“Emangnya kita lagi macem-macem za?” katanya yang membuat aku tidak bisa berkata-kata lagi. Zahra lalu menghampiri ku dan langsung memegang tangan kananku.

“Eh zah mau ngapain tanganku” kataku kaget karena tiba tiba tanganku dipegang olehnya.

“aku tau kok za, selama ini apa yang kamu pikirin ke aku, kamu pengen ini kan?” katanya sambil mengarahkan tanganku kearah payudaranya.

Tangankupun berhasil mendarat dengan sempurna di payudaranya yang kenyal dan lembut itu. Seketika itu juga aku langsung menarik tanganku memasang tampang cengo dan membuat Zahra tertawa.

“beneran gamau za? Gapapa kok kalo mau pegang, daripada kamu cuma liatin doang” katanya yang membuatku kaget.

“aku tau kok kamu sering liat dadaku semenjak ospek, aku juga tau selain liatin punyaku, kamu juga sering liatin punyanya Tia kan?, kira-kira Tia nyadar gak ya hahaha….” Katanya.

Aku yang masih membatu dan bingung harus berbuat apa tbtb disadarkan dengan Zahra melepas kaosnya dan hanya tinggal menyisakkan BH-nya untuk menutupi badan bagian atasnya.

“Zah, kamu ngapain??” kataku yang masih tidak percaya atas kelakuan temanku yang baru kenal 1 minggu ini.

Dan Zahra melakukan hal yang sama seperti awal, dia menarik tanganku dan dan menaruhnya di dadanya. Aku tidak melakukan remasan ke payudara Zahra karena masih bingung apakah hal ini benar atau salah apabila dilanjutkan.

“Tuhkan mau juga akhirnya hahaha” ledek Zahra yang membuat aku nekat meremas payudaranya dan sudah menggunakan dua tangan untuk meremas kedua gunung kembar tersebut.

“Nah gitu dooong, aku kan juga enak hahaha” katanya.

Dia melepas BH-nya dan membuat aku bisa melihat puting payudaranya yang berwarna coklat muda. Sudah kepalang tanggung, aku langsung mengecup puting tersebut dan menjilatinya seperti aku nyusu saat kecil dulu. Tidak lupa menggigit-gigit kecil putingnya dan hal tersebut membuat Zahra kegelian.

“aaaaaaaauuhhhhhhh Zaaaa, pelan-pelan dooongg” desahan Zahra membuat aku semakin kesetanan. Aku meninggalkan Zahra sejenak untuk mengunci pintu kamar kosnya untuk jaga-jaga siapa tau ada yg tbtb masuk dan melihat kami sedang melakukan hal yang tidak senonoh.

Aku langsung menyergap tubuh Zahra dan langsung membaringkannya, aku lanjutkan aktivitasku yaitu nyusu di payudara Zahra, dan sekarang tangan kananku sudah turun yang awalnya masih meremas payudara turun ke arah vaginanya. Tanganku masuk kedalam celana pendeknya dan menyingkap celana dalamnya, dan langsung menggesek-gesekkan jariku ke vaginanya.

“Ehhhhhmmmmm zaaaa, jangan disituuuuu, gellliiiiiiiiiii aaaaaaahhhhhhhhh” desahannya semakin menjadi.

Lalu, aku masukkan sedikit jari telunjukku kedalam vaginanya dan Zahra akhirnya menggelinjang tidak karuan karena rasa nikmatnya. Ku keluar-masukkan secara perlahan jari telunjukku.

“Zaaaaaaaaaaaa aaahhhhhhrrrgggggg udahaaannn, harusnya ga sampai kaya giniiiiiiiiii, aaaaarrrrrggghhhhhhh” Desahnya sambil mendorong badanku yang menindih dia.

Tentu saja tenaganya tidak cukup kuat untuk mendorong badanku yang cukup besar ini ditambah lagi tenaganya sudah terkuras akibat perlakuan yang aku lakukan. Tentu saja tidak ku hiraukan perkataannya, dan ritme keluar-masuk jari ke vaginanya kupercepat dan membuat Zahra menggelinjang lebih tidak karuan, dan akhirnya dia mencapai klimaks yang ditandai dengan banyaknya cairan yang keluar dari vaginanya

“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrgggggggghhhhhhhhhhhh” desahnya sambil mengeluarkan cairan kenikmatan dari vaginanya.

Aku langsung bangkit dari tubuh Zahra, dan melihat ekspresi muka Zahra saat mencapai orgasme pertamanya, dan tidak lupa ku ambil beberapa foto untuk koleksi pribadi.

“Zaaaa jangan di fotoinnn, arrrhhhhhggg” katanya yang masih merasakan sisa-sisa kenikmatan.

“Sedikit doang kok Zah buat koleksi aja hahaha” katakku.

“Harusnya ga kayak gini zaaaaaaa eehhhhmmmmmffff” katanya yang tertahan karena aku langsung menyergap bibirnya dan menciumnya dengan cukup kasar.

Aku mencari-cari lidahnya dan akhirnya kudapatkan lidahnya. Kumainkan lidah Zahra dengan lidahku dan tidak lupa juga tanganku yang nakal meremas-remas payudaranya yang cukup montok dan kenyal itu.

“emmmmfffffff emmmmmfffff” suaranya tertahan karena mulutnya tersumpal oleh mulutku.

Setelah puas dengan bibirnya, aku langsung membuka celanaku dan memperlihatkan juniorku yang sudah sangat tegang dan siap untuk mencari sangkar. Ukurannya bisa dibilang sedang karena faktor tubuhku yang besar menyebabkan penisku tidak sebesar laki-laki dengan badan atletis tapi walaupun begitu, aku yakin penis ini bisa membuat wanita manapun merem-melek kalo mereka merasakannya (ahahaha). Zahra langsung memalingkan pandangannya sesaat setelah melihat penisku.

“kenapa zah? Gamau liat, tadi kamu udah kasih liat barangmu, sekarang gantian aku yang kasih liat barangku hahaha” ledekku ke Zahra.

Zahra yang masih memalingkan wajahnya, terkaget karena usahaku yang sedang melepas celana sekaligus celana dalamnya.

“Zaaaa, jangaaaannn. Gak kayak gini zaaa harusnyaaa” katanya sambil mencegah celananya aku lepaskan. “Emang harusnya gimana zah? Kamu sendiri loh yang mancing-mancing hahahaha”.

Zahra tidak bisa menjawab pertanyaanku, sepertinya dia menyesali perbuatannya. Akhirnya aku berhasil melepas celananya sekaligus celana dalamnya. Zahra langsung meringkukkan badannya sambil menutupi bagian-bagian sensitifnya. Aku yang sudah dirasuki nafsu setan, mudah saja bagiku untuk melentangkan badan Zahra dan membuka kakinya untuk melakukan hal yang sudah kuidam-idamkan dari dulu yaitu bersetubuh dengan wanita yang cantik dan memiliki payudara montok. Kepala penisku sudah berada di bibir vaginanya dan Zahra masih berusaha lepas dari tindihanku walaupun hal tersebut mustahil. Pelan-pelan aku masukkan penisku ke vaginanya. Zahra akhirnya menyudahkan usahanya untuk keluar dari tindihanku dan sekarang ia sedang menahan rasa sakit.

“aaaaasssshhhhhhhhhhhh zaaaaaaa jaaaaaangan pleaseeeeeeee assssssssshhhhhhh” Penisku akhirnya menyentuh suatu dinding.

Awalnya kupikir sudah mentok tp setelah melihat kearah selangkangan, ternyata hanya kepala penisku saja yang baru masuk dan akhirnya ku tahu itu adalah selaput daranya Zahra. “Zahra masih perawan ternyata” pikirku. Aku yang sempat ragu untuk melanjutkan tetapi setelah melihat wajah Zahra yang merem saat itu malah membuatku semakin bernafsu saja.

“Zah siap yaaa, ini kayaknya agak sakit tapi tahan yaa” bisikku pelan di telinga Zahra.

Dia tidak merespon apa apa hanya menahan rasa sakit. Akhirnya dengan satu hentakan bobol sudah pertahanan terakhirnya dan Zahra langsung memeluk tubuhku dan meneteskan air mata ada bercak darah yang keluar dari vaginanya.

“Arrrrhhhhhhgggggg sakiiiiiiiiittt zaaaaaaaaaaa huhuuuuuuuhhuuuu” katanya sambil menahan rasa sakit.

Aku yang sedikit merasa iba tidak langsung menggerakan penisku tetapi memberi kesempatan vaginanya untuk beradaptasi dengan penisku sambil aku menjilati puting payudaranya yang menggemaskan itu. Zahra masih mengerang menahan rasa sakit. Kupikir sudah saatnya penisku beraksi, aku mulai dengan ritme pelan dan Zahra masih saja mengerang menahan rasa sakit namun sepertinya rasa sakitnya sudah berganti dengan rasa nikmat.

“aaaaarrrhhhhggggg arrrrrgggghhhhhhh” erangnya yang membuatku semakin bernafsu.

Kunaikkan ritmenya, desahan Zahra juga semakin keras dan semakin menggairahkan. Sepertinya Zahra sudah pasrah dan menyadari hal ini terjadi karena salahnya sendiri. Kugenjot Zahra kira-kira 15 menit lamanya dengan ritme sedang. Saat kurasakan penisku akan mengeluarkan isinya, ku percepat ritmenya lagi dan membuat Zahra makin tidak karuan sepertinya Zahra mendapatkan orgasmenya yang kedua. Badan Zahra saat ini melengkung ke arah depan membuat dadanya membusung ke arahku. Aku yang juga ingin mendapatkan orgasme, ku tingkatkan lagi ritme genjotanku.

“aaaaaaaaaaaaaarhhhhhhhhhhhgggggggg zaaaaa udahhhhhhh udaaaahhhhhhhhhh geliiiiiiiiii cukuuupppppppp. Jangan keluarinnnnn di daaaleeeeeeeemmmmm” desahan Zahra yang makin menjadi karena dia sampai klimaks duluan.

“Arrrrrhhhhhhhhhhgggggggggggggg” desahku karena sudah mencapai klimaks. Sesaat sebelum keluar aku tarik penisku dan mengeluarkan spermaku di pertu Zahra.

“Aaahhhhhhhhh aaaaaaahhhhh aaaaaaahhhhhh” desahku. Aku langsung mencari tisu untuk membersihkan sperma yang ada di perut Zahra dan juga untuk mengelap keringat Zahra.

“Makasih dan maaf ya zaaah, untuk kali ini” kataku sambil mencari pakaian untuk Zahra.

Zahra masih belum bisa menjawab perkataanku. Setelah mendapatkan pakaian dari lemarinya. Aku langsung memakaikan Zahra pakaian dan Zahra pasrah atas segala perlakuanku kepadanya.

“Zah, memang benar selama ospek aku liatin dada kamu terus dan Tia tentunya tapi gak terbersit satu bayanganpun aku bakal bersetubuh sama kamu, bahkan dalam mimpiku yang paling liarpun engga” Kataku kepada Zahra. Zahra masih menatap dengan tatapan kosong kearahku dan membuatku sedikit takut.

“Za” akhirnya Zahra buka suara.

“Awalnya ku kira gaakan kamu ngentotin aku kayak gini” aku kaget karena Zahra tau kata-kata ‘ngentot’. “aku kira kita bakal mainan barang kita doang” Zahra mulai meneteskan air mata lagi. “tapi ternyata kamu tega ya mengambil perawanku huhuhu” akhirnya tangis Zahra pun pecah dan dia tbtb memelukku dengan cukup erat.

Akupun dengan reflek mengelus-elus kepalanya seraya berkata “maaf ya zaah” kataku kepada Zahra. Zahra tetap nangis untuk waktu cukup lama dan masih berada di pelukanku, dan akhirnya sore pun tiba. Zahra sudah mulai tenang dan sudah tidak menangis lagi. Dia menawarkan untuk mandi bareng dan akupun menolaknya dengan alasan penghuni kosannya sudah banyak yang pulang dan tidak enak kalo melihat ada laki-laki di kamar perempuan sampai sore hari. (Nanti digrebeg warga bisa berabeh ya hahaha). Aku langsung pamit kepada Zahra dan sekali lagi aku terkaget dengan pernyataan Zahra.

“Za, mau nyobain Tia ga?”

“Hah?? Emangnya bisa?” kataku.

“Mau apa engga? Kalo mau aku nanti usahain, aku punya beberapa gambar dia yang tanpa jilbab dan memakai pakaian mini” katanya tak kalah membuatku kaget.

“dapat darimana kamu zah?” “rahasia laah hahaha, kalo mau nanti aku bantu dehh” ledeknya.

“kalo dibilang gamau ya pasti aku bohong laaah hahaha”. Aku langsung mencari dimana letak HP Zahra untuk membuktikan apakah perkataan Zahra bohong atau tidak.

“hayooo nyari apaa kamu zaaa hahaha” ledeknya sambil memamerkan HP-nya.

“Gak nyari apa-apa kok hahaa, yaudah aku pamit ya zahh”

“iya zaa ati-ati yaa dijalan jangan bayangin Tia loh dijalan nanti nabrak hahaha” ledeknya lagi yang tidak bisa aku balas.

“nanti aku kabarin Za, kalo si Tia- nya udah siap kamu cobain hahaha” katanya lagi. “iya Zaah, makasih yaaa untuk hari ini, kalo gadapet Tia, sama kamu lagi juga gapapa kok zaah hahahaa” akhirnya ku bisa membalas ledekannya.

“Yeeeee maunyaaaaa, yaudah sana pulang aku mau beberes” kata Zahra. Akupun langsung pergi dari kosannya dan menuju kosanku. Sesampainya di kosan aku langsung bersih-bersih dan akhirnya tertidur.

Aku bangun pada pukul 1 pagi dan langung mengecek HP karena ada sinya notification di HPku. Dan saat kubuka ternyata ada chat dari Zahra. Betapa terkejutnya aku saat membuka chat dari Zahra, dia ternyata mengirim 2 foto perempuan yang tidak lain adalah Tia. Satu foto adalah foto Tia tanpa menggunakan jilbabnya tapi masih mengunakan kaos santai, satu lagi foto Tia yang hanya menggunakan BH dan celana dalam dan berpose mirror selfie. Juniorku pun langsung berontak. Aku membalas “gileeeeee, lumayan ya ternyata, gak jauh kayak punya kamu zah” chat tersebut tidak dibalas, mungkin Zahra sudah tidur dan aku karena tidak bisa tidur karena memikirkan foto tersebut akhirnya memutuskan untuk melakukan hal yang dahulu sering aku lakukan hingga aku ketiduran.

Pagipun tiba dan mendapati balasan chat dari Zahra yang berisi “enak ajaa, bagusan punya aku laaah hahaha” dan lagi ia meminta jemput seperti biasa, dan aku berangkat kuliah pagi ini lebih segar karena pertama aku sudah melakukan seks-ku untuk kali pertama bersama Zahra, dan kedua sepertinya dalam waktu dekat Tia juga akan merasakan kenikmatan yang diberikan oleh juniorku


Bersambung…………….
 
Terakhir diubah:
Part 2

[HIDE] Zahra:

[/HIDE]
Beberapa bulan setelah kejadianku bersama Zahra, kami masih sering melakukan seks minimal satu minggu sekali, bisa seminggu menjadi dua atau bahkan tiga kali jika memang kami sudah suntuk dengan padatnya agenda akademik kami, dan kami mencari pelarian dengan seks tentu saja. Aku sudah mulai menghilangkan rasa penasaranku terhadap Tia karena memang Zahra tidak kunjung mengabari tentang progressnya dan juga buat apa ada Tia kalo Zahra masih bisa di genggam (hahaha). Hal tersebut membuat aku dan Zahra menjadi seperti sepasang kekasih. Dan seperti saat zaman SMP kami selalu diledekin di kelas (atau bahasa gaulnya di cengin) di berbagai kesempatan. Hal tersebut membuat kami awalnya risih tapi lama kelamaan sudah biasa. Kami memang bukan sepasang kekasih, hal ini karena Zahra yang tidak mau menjadi pacarku. Bukan karena masalah tampang tapi Zahra yang tidak mau punya pacar yang hanya ingin menikmati tubuhnya saja, maka dari itu kita hanya berteman (ini sedih sih), jadi kayak semacam “friends with benefit” hahaha. Tapi tak apalah tinggal cari yang mau aja kujadikan pacar, syukur-syukur sekalian dijadikan istri (hahaha)

“Zah, gimana Tia haha” tanyaku iseng saat kami berdua makan di kantin kampus. “Gatau nih za, dia sekarang udah beda lah gak kayak dulu. Kayaknya aku bakal php-in kamu deh haha” Jawabnya

“Beda gimana maksudnya?” tanyaku. “ya beda aja, cara jawab chat dia ke aku aja udah beda gak kayak awal-awal pas ospek dulu, trus kalo disapa dia cuman senyum dan langsung melengos aja. Dulu dia pasti duluan yang nyapa aku” Kata Zahra sambil memakan makanannya.

Disela-sela cerita tentang Tia, datanglah Hani dan Winda teman sekelas kami. “Hei kaliaaannn berduaan muluu nihhh” kata Hani mengagetkanku. “iya nihhh woooooo bikin iri ajaaa hahaha” Winda menimpali. “engga kok ini rame-rame sama orang lain di kantin” jawabku sekenanya. “makanya cari dong win biar ga iri hahaha” kata Zahra. “Susah zaah, gaada yang mau haha” jawabnya. “mana ada sih yang gak mau sama kamu, kamu itu udah pinter, cantik, taat beragama, apalagi yang kurang hahaha” kataku langsung menyambar perkataan Winda. “kayaknya malah kamu yang gamau sama mereka bukan mereka yang gamau sama kamu hahaha” kataku melanjutkan. Winda tidak bisa berkata apa-apa lagi. Melihat Winda yang sudah mati kutu, Hani langsung berkata “Zahra ini Faza jagain doooong hahaha, masa berani godain cewek lain di depan kamu sih hahaha”. Zahra pun hanya tersenyum manis. “yaudah deh Zah kami duluan yaa” kata Hani sambil melangkah pergi meninggalkan kami.

Seklias tentang Hani dan Winda. Mereka berdua memakai jilbab yang cukup lebar sehingga menutupi bagian dadanya. Si Hani ini anaknya tinggi dengan tinggi badan kira-kira 165 cm aku kurang bisa menaksir ukuran dadanya karena kesehariannya yang memakai jilbab lebar sehingga menutupi bagian dadanya. Tapi aku sempat melihat dia menyingkap jilbabnya saat itu dan sekilas melihat buah dadanya yang cukup menantang karena dia saat itu menggunakan pakaian yang cukup ketat Memiliki wajah yang cukup manis apalagi kalo tersenyum. Dan Winda yang merupakan akhwat dengan perawakan mungil terkesan imut dan memiliki tinggi badan kisaran 155 cm. Memiliki tubuh yang padat dan sehari-hari ia menggunakan jilbab lebar dan memakai gamis. Tapi ada satu hari ia menggunakan kemeja berwarna pink dan memakai rok hitam dan menggunakan jilbab dengan model paris yang membuat dadanya tidak tertutup jilbab dan walaupun tidak tertupi jilbab, nampaknya ia menggunakan kemeja dengan ukuran cukup besar sehingga tidak begitu menampilkan buah dadanya itu. Sehingga akupun belum bisa menaksir ukuran dadanya. oke itu untuk sedikit tentang Hani dan Winda.

[HIDE] Hani:


Winda:

[/HIDE]​

“Za, kamu naksir Winda yaa hahaha” kembali Zahra mengejekku. “kalo dibilang ga naksir mah ya aku boong, siapa juga yg ga naksir si Winda” jawabku.

“Cie ciee. Mau sama Winda atau sama Tia nih jadinya?” “sama siapa ajaa laah, sama kamu terus juga gapapa hahaha” jawabku yang akhirnya mendapat tamparan dari Zahra di bagian pipi. “sakit tauuu” protesku. “ya salah sendiri ngomong seenaknya aja hahaha”

“Za daripada sama Tia yang gajelas itu mending aku bantuin kamu sama Winda ya? Kayaknya tadi kamu ngeliatin Winda juga kayak ada sesuatu gitu” Zahra menawarkan diri. “Bantuinnya, bantuin ngapain nih? Bantuin biar si Winda jadi pacarku atau bantuin Winda biar bisa ngentot sama aku?” tanyaku. Aku langsung mendapat tamparan lagi dari Zahra.

“ngomong seenaknya lagi ya” kata Zahra. “ya pasti bantuin biar bisa ehem ehem sama kamu lah, mau ga?” sambungnya lagi.

“duh aku gatega liat si Winda nanti merengek kesakitan dan ada unsur keterpaksaan, si Winda ini cocoknya langsung dijadikan istri saja” khayalku yang diganggu lagi oleh tamparan Zahra.

“Gaya nya yaa sekarang urusan gituan aja dibikin ribet sama kamu hahaha”

“yaudah kamu maunya siapa biar aku sedikit membayar rasa bersalahku karena tidak mendapatkan Tia?” tanyanya kepadaku.

“Aku lebih ingin melihat badan polos Hani daripada Winda, karena senjujurnya aku gak tega liat Winda nanti kesakitan kayak kamu dulu” jawabku yang langsung menangkap tangan Zahra yang udah siap menamparku lagi. Zahra langsung menarik tangannya dari genggamanku sambil ngedumel sendiri.

“Oke baiklah Hani menjadi pengganti si Tia ya Za?”

“btw, gimana caranya bikin Hani bisa di ehem ehem in?” tanyaku penasaran.

“rahasia perempuan Za mau dijelasin juga kamu gaakan ngerti hahaha, yaudah sekarang anterin aku pulang ya Za, capek nih dari pagi kuliah praktikum terus.”

“Oke aku bayar dulu ya makanannya, mau sekalian ga?”

“mauuuuuu”

Akhirnya aku pulang bersama Zahra ke kosannya dan nampaknya aku tidak melakukan hal itu karena memang Zahra sudah sangat capek dan akupun sama capeknya.

Lewat beberapa hari.

Pada sore hari, Zahra menelfonku “Za ke kosanku ya buruan, Hani mau ke kosanku dan mau ngerjain tugas bareng.”

“Kosanmu rame ga zah?” tanyaku. Udah buruan sini gausah banyak tanyaa hahaha” jawabnya sambil menutup telfonnya.

Akupun langsung bergegas dan pergi menuju kosan Zahra. Sepanjang perjalanan aku mulai berpikiran yang tidak-tidak (biasa otak cowok kalo udah dapet kabar gembira ya langsung berpikiran yg macem-macem hahaha) dan nampaknya awan mendung menemani perjalananku ke kosan Zahra. Sesampainya dikosan Zahra dan langsung saja hujan turun cukup deras. Dan aku langsung saja masuk ke kosan Zahra (maklum udah sering jdnya udah kayak kosan sendiri haha) dan mendapati Zahra dan Hani sedang mengerjakan sesuatu. Nampaknya Hani kaget karena kedatanganku dan cukup risih juga satu ruangan bersama laki-laki yang bukan muhrimnya.

“ngapain Za kesini? Main masuk-masuk kamar orang lagi” umpat Hani kepadaku. “hanya ingin mengunjungi Zahra doang kok Han, gausah marah-marah kali” balasku.

“Sudah-sudah gausah ribut kalian, za tolong ambilin minuman yang ada di dapur dong hehe” pinta Zahra kepadaku.

Aku langsung menuju ke dapur sambil melihat sekeliling dan nampaknya penghuni kosan yang lain tidak ada di tempatnya. Aku mengambil minuman yang dimaksud Zahra dan langsung menyajikannya ke Hani dan Zahra. “Makasih ya Faza” kata Zahra sambil mengedipkan matanya yang aku tak tahu maksudnya apa. Akupun langsung menuju luar kamar Zahra dan akupun tidak tau kenapa aku keluar dari kamar, naluriku memberi tahu kalo aku harus keluar dari kamar Zahra.

Selang beberapa waktu akhirnya aku dikagetkan oleh panggilan Zahra yang menyruhku masuk ke dalam kamar dan tentu saja mendapati Hani yang sudah tergolek lemah tidak berdaya di kasur. Nampaknya Zahra memberi sedikit obat tidur di minuman Hani dan sekarang efek obatnya sudah bekerja. “Rahasia perempuan darimana kalo cuman pake obat tidur” protesku ke Zahra. “kalo aku langsung kasih tau kan jadi ga seru weeekkk” jawab Zahra sambil memeletkan lidahnya kepadaku. “kira-kira obatnya abis jam berapa Zah?”

“aku tadi hanya mencampurkan sedikit aja kok, mudah-mudahan sih ga lama-lama amat” jawabnya dengan polos dan tanpa ada rasa bersalah.

Kami langsung siap-siap untuk mengeksekusi Hani dan Zahra memasang kamera untuk merekam semua kejadian. Awalnya Zahra ingin langsung melepas semua pakaian Hani dan jika Hani bangun udah siap untuk di eksekusi. Tapi aku tahan karena nanti gak seru aja haha jd kami hanya melepas pakaian yang sekiranya susah dilepaskan saat Hani nanti meronta ronta dan pakaian yang hanya dilepas yaitu jilbabnya. Karena Hani menggunakan jilbab yang cukup lebar, mengakibatkan banyak jarum pentul yang menempel pada tubuh Hani. Ini bisa membahayakan bagiku dan untuk mengantisipasi perlawanan Hani yang cukup kuat.

Aku cukup tertegun melihat Hani tanpa jilbab, lehernya yang jenjang membuatku gemas ingin sekali menciumnya, dan rambutnya yang hitam dan bergelombang memberikan tambahan efek manis kepada wajah Hani. Belum apa-apa juniorku sudah membuat tanda-tanda ingin memberontak. Aku sempat meremas payudara Hani dan sepertinya ukurannya lebih kecil dari kepunyaan Zahra dan rasanya kenyal sekali. Aku gemas saat meremasnya.

Selagi aku mengerjai tubuh Hani, Zahra sibuk mengunci pintu kamar, menutup jendela dan menutup semua akses masuk ke kamarnya. Setelah sekiranya sudah siap aku dan Zahra saling bertatapan.

“gimana Hani?” Tanya Zahra.

“lumayan, tocil sih tapi kenyelnya ga kalah sama punya kamu aahaha” jawabku

“Tocil? Apa itu tocil? Tanyanya dengan polos.

“toket kecil” jawabku singkat. “oooohhh” jawabnya dengan singkat juga

Selagi menunggu Hani bangun dari tidurnya. Aku langsung nyosor ke bibir Zahra

“Heiii apa-apaan nih, nanti kamu kan dapat dari Hani” protesnya sambil melepaskan diri dariku.

“Maaf zah, udah lama soalnya aku ga ngerasain bibirmu hehe” belaku. Aku berusaha menciumnya lagi dan ia akhirnya pasrah menerima semua perlakuanku. Sembari berciuman, tangan kiriku meremas payudara Zahra sedangkan tangan kananku turun kebawah ke arah vaginanya. Zahra hanya merintih-rintih kenikmatan. Kukocok perlahan vaginanya dan lama kelamaan ku percepat ritme kocokanku.

“Emmmmffffhhhh emmmmffhh zaaaaaaa” rintihannya disela-sela ciuman kami dan kocokan terhadap vaginanya. Zahra sepertinya akan mendapatkan klimaksnya.

“uuuuuuuuuurrrrgggggghhhhhhhhhhhhhhh” desahnya sambil erat memelukku.

Zahra mendapat klimaksnya dan langsung ambruk di pelukanku. Dalam hatiku aku berkata “apakah aku rela nanti kamu ada dipelukan orang lain?” pertanyaan yang terngiang di hatiku langsung aku kubur dalam-dalam karena mengingat pernyataan Zahra yang tidak mau menjadikanku pacar.

Setelah beberapa kali Zahra orgasme dan juniorku yang semakin memberontak dan dihitung-hitung sudah satu jam lamanya si Hani ini tidur dan waktu yang ditunggu-tunggu pun tak kunjung datang. Akupun keluar dari kamar dan mengambil beberapa gelas air minum sambil bertanya-tanya kemanakah semua penghuni kos ini karena hari sudah cukup sore dan sudah menjelang malam, namun masih sepi. Aku kembali ke kamar dan mendapati Hani sedang merintih karena dikerjai oleh Zahra.

“Zah, ini kosan mau tutup ya? Kok sepi amat” tanyaku sembarangan

“yakali za mau tutup. Penghuni lain itu masih satu keluarga dengan ibu kos, dan sedang keluar kota ada acara nikahan” jawabnya sambil masih memainkan payudara Hani.

“Za gemes ya trnyata kalo megang punya orang lain hahaha, kalo megang punya sendiri kayaknya ga segemes ini deh malah jadinya geli sendiri hahaa” lanjutnya. Aku hanya tersenyum menanggapi pernyataan Zahra.

Hujan masih turun dengan derasnya dan kami masih menunggu cukup lama dan akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu tiba. Tepatnya pada pukul 7 malam. Ini berarti Hani tidur sudah 3 jam. Hani bangun dengan keadaan yang bingung. Melihat Hani bangun aku langsung menuju ketempat tidur dan Zahra segera menyalakan kameranya untuk merekam semua kejadian ini. Hani yang masih belum genap nyawanya masih mengikuti perlakuanku terhadapnya. Aku langsung merebahkannya lagi di kasur dan langusng menyergap bibirnya yg tipis itu sambil menindihnya.

“emmmffffhh emmmffhhh emmmffhhh” erangnya sambil memukulkan tangannya ke pundakku dan berusaha untuk melepaskan diri dari tindihanku akhirnya Hani sadar bahwa ada seorang laki-laki yang bukan muhrimnya sedang menikmati bibirnya. Turunnya hujan menambah suasana menjadi lebih syahdu karena semilir-semilir angin masuk melewati lubang ventilasi kamar Zahra.

Setelah puas berciuman dengan Hani aku langsung berusaha untuk melepas bajunya “Faza!! lu mau apain guee??!!” bentaknya terhadapku sambil menepis usahaku yang ingin melepaskan pakaiannya.

Zahra langsung membantuku dengan berusaha untuk melepaskan roknya. Dan sesaat perhatian Hani terpecah karena roknya. Hal ini mengakibatkan sesaat pertahanan terhadap pakiannya kendur dan langsung kumanfaatkan saja dengan merobek pakaiannya dan kancing bajupun berjatuhan. Aku langsung membalikkan tubuh Hani. Mudah bagiku untuk membalikkan tubuh Hani karena tubuh Hani tidak seberat tubuh Zahra yang sudah biasa ku gendong saat kami bercinta. Aku langsung melepas pakaiannya dengan paksa dan juga melepas BH nya. Akhirnya aku tau ukuran payudara Hani yaitu 34A. Rasanya puas sekali setelah mengetahuinya. Roknya pun sudah dilepas oleh Zahra dan tinggal celana dalam saja yang tersisa untuk menutupi tubuhnya. Hani mulai menitihkan air mata. Seakan tidak percaya bahwa tubuh yang ia rawat dan yang hanya ia perlihatkan kepada suaminya kelak kini terpampang jelas di depan seorang laki-laki yang belum menjadi suaminya.

Aku kembali membalikkan tubuh Hani, dan reflek Hani menyilangkan tangannya untuk menutupi payudaranya. Aku kembali menindih tubuh Hani dan langsung menciumnya lagi. Hani masih menutup rapat bibirnya seakan menolak lidahku bertemu dengan lidahnya. Zahra mengambil inisiatif dengan cara memasukkan jarinya kedalam celana dalam Hani, dan hal ini membuat Hani cukup kaget dengan rasa geli yang ada di selangkangannya dan membuat badan Hani menggelinjang. Zahra memulai menyodok-nyodokkan jarinya kedalam vagina Hani dan akhirnya pertahanan bibirnya pun bobol karena Hani tidak bisa menahan rasa nikmat yang berasal dari selangkangannya.

“aaaaaasssssshhhhhhhhh emmmmffffhhhhhh” desahan Hani yang tertahan karena bibirnya disumbat oleh bibirku. Zahra masih sibuk mengobok-ngobok vagina Hani, aku sibuk dengan bibir Hani, sementara Hani sibuk untuk menahan rasa nikmat akibat rangsangan yang aku dan Zahra berikan.

Tanganku sudah gatal ingin segera meremas payudara Hani yang kenyal itu. Sebentar aku melepaskan ciumanku dan langsung dengan paksa membuka tangannya yang menutupi payudaranya. Bukan hal sulit untuk melepaskan tangannya karena nampaknya tenaga Hani sudah banyak terkuras oleh perlakuan kami berdua. Tangankupun mendarat dengan dengan sempurna di payudara Hani dan segera meremas-remas dan tidak lupa menjilat dan menggigit kecil puting payudaranya yang berwarna merah muda itu.

“arrrhhhhggggggggg ampunn zaaaaaaaaaa, udahannnnnn, gak kuaaatttt gueeeee assshshhhhhhhhhhh” erangnya. Hani nampaknya sudah tidak bisa menutupi perasaannya akan nikmatnya mendapatkan rangsangan-rangsangan yang bertubi-tubi di vagina dan di payudaranya.

“aaaaaaaaarrrrrrrrrrhhhhhhhgggggggggggggg haaaassssssssssssssssssshhhhhhhhhhhhhh” bobol juga pertahanan Hani dan Hani sudah mengalami orgasme pertamanya.

“yaaaahhhhh banjir juga akhirnya hahaha” ledek Zahra kepada Hani.

Aku yang melihat Hani yang masih terengah-engah akibat orgasme pertamanya, langsung melepaskan seluruh pakaian, dan langsung mengarahkan penisku ke depan mulut Hani. Zahra juga melepas celana dalam Hani yang menandakan sudah tidak ada lagi sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya.

Zahra langsung saja menjilati vagina Hani dan membuat sekali lagi tubuh Hani menggelinjang tidak karuan. Hal ini membuat mulut Hani kembali terbuka karena rangsangan yang ada di vaginnya sangat nikmat. “aaaaaaaaarrrrrrrhhhhhhhh emmmmffffhhhhh” desah Hani yang tertahan karena mulutnya kini disumpal oleh penisku. Hani gelagapan dan memukul-mukul perutku dan berusaha untuk melepaskan diri dari penisku.

Aku yang sudah merasakan kenikmatan tiada tara, langsung menggerakan maju-mundur penisku di dalam mulut Hani. “plokk plokk plokkk” begitulah kira-kira bunyi saat pangkal pahaku beradu dengan kepalanya. Sekitar 5 menit Hani melakukan oral seks terhadapku dan aku yang tidak mau cepat-cepat keluar akhirnya menyudahinya. “aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhmmmmmmmmmmm arrrrgghhhhhhhhhhhhhhh” desahnya.

Aku bermain lagi dengan payudaranya meremas menjilat dan menggigit sudah kulakukan semuanya.

“aaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrggggggggggggghhhhhhhhhhhhhhhhh” nampaknya Hani mendapatkan orgasmenya yang kedua. Dan Zahra menyudahi permainanya dengan vagina Hani, dan langsung memegang kameranya agar sudut pandangnya bisa berubah-ubah.

Aku sedang bersiap-siap dengan penisku yang akan menembus sangkar baru sambil menunggu Hani istirahat akibat orgasmenya yang kedua. Sekiranya sudah cukup istirahat bagi Hani, aku langsung membuka pahanya dan menempelkannya di depan bibir vaginanya.

“Zaaaaa, pleaaseeeeee jangaaan lakuiin ini. Apa salah guee ke elooooo” kata Hani pasrah sambil menitihkan air mata

“Gaada yang salah sama elu kokk, gua cuman penasaran ajaa sama badan lu karena tiap hari gua liat lu selalu ketutup hahaha” jawabku

“sekarang elo udah liat badan gue kaan arrrghhh. Masih kurang zaaa? eehmmm” kata hani sambil menahan sisa-sisa orgasmenya.

“tanggung Hani sayaang, apalagi lo udah terangsang banget sekarang, kalo ga diterusin kasian gue sama elo nanti kentang hahaha” kataku sambil mengelus kepala Hani. Zahra hanya senyum-senyum sendiri sambil merekam adegan aku dan Hani ini.

Kepala penisku perlahan ku masukkan kedalam vagina Hani.

“Pleaseeee zaaaaa arrgghhh. Jaaaangaaannnnnn” erangnya karena kepala penisku yang sudah siap menjebol perawannya.

“siap-siap ya Hani sayang, ini bakalan sedikit sakit dan tahan ya sayanggg” kataku dan dibalas oleh Zahra “iyaa haaan, siap-siap yaaa”

Dengan satu hentakan pecah juga perawan Hani dan menjeritlah Hani dengan sangat kencang.

“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh eeeemmmmmmffffhhhhhhh” teriakannya langsung aku sumbat dengan ciumanku karena takut tetangga mendengar teriakan Hani.

Aku masih mencium Hani dengan lembut dan masih menunggu vaginanya beradaptasi dengan penisku.

Setelah cukup beradaptasi aku mulai menggerakan penisku maju-mundur dengan sangat pelan dan melepaskan ciumanku. Aku lihat Hani yang sudah bergelimang air mata karena rasa sakitnya yang amat sangat.

“Zaaaaaa aarrrhhhggggg, udahaaannn. Sakiiiiiittttttt arrrrrrggghhhhh. Erangnya saat aku mulai mempercepat gerakanku.

“masih juga awal-awal hann hahaa” Zahra mengejek Hani.

“plokkkk plokkkkk plokkkkk” begitulah kira-kira bunyi saat pangkal pahaku bersentuhan dengan pangkal paha Hani.

Aku kembali mempercepat genjotanku dan membuat Hani merem melek menahan antara rasa sakit dan rasa nikmat.

“aaaaarrhhhh asshhhhhhhhhh arrrrrrhhh assshhhhhhh” erangan Hani sudah berubah menjadi desahan, dan hal ini membuat aku lebih semangat lagi dalam menggenjot.

Aku kembali mempercepat gerakanku dan suara yang ditimbulkan oleh gesekan alat kelamin kamu makin kencang terdengar. Sekitar 15-20 menit aku menggenjot Hani dengan kecepatan yang cukup tinggi dan desahan Hani semakin lama semakin hot saja dan Zahra masih merekam semua kejadian itu dan selama itu Hani sudah orgasme dua kali dan kali ini menuju orgasmenya yang ketiga.

Aku yang juga akan mencapai klimaks makin mempercepat gerakanku “arrrrrgggghhhhhh enak banget haaaan sumpaah memekloooo haaassshshhhhhhh” desahanku yang sudah hampir mencapai klimaks.

“aaaaaaaaaaasssssssshhhhhhhhhhhh jangaaaaaannnnnnnn aassshhhhhh keluarinnnnnn di haaaaassshshhhh daleeemmmmm zaaaaa haassssshhhhh” kata-katanya yg terputus-putus akibat desahannya yang makin menjadi.

“aaaaaaaarrrrrgggggggggghhhhhhhhhhhhhhhhh” teriak kami bersamaan karena mencapai klimaks bersama-sama. Dan aku mengeluarka spermaku di dalam vagina Hani.

Hani langsung meringkuk sesaat setelah aku mencabut penisku dari vaginanya. “Tega ya loo zaaaaa, ngeluarinnya di dalemm huhuhuh” tangis Hani memecah keheningan malam ini. Aku yang merasa bersalah langsung mecari sesuatu untuk segera membasuh sperma yang ada di vagina Hani. aku mendapatkan tisu basah dan langsung saja kubuka tubuh Hani dan membuka pahanya dan langsung lap seluruh sperma yang ada di vagina Hani

“auuuwwww sakiiiitttt zaaaaa huhuhu”

Zahra mematikan kameranya kerena dirasa sudah cukup merekam semua adegan malam ini.

Aku langsung mengambil handuk untuk membasuh keringat Hani dan juga mencarikan pakaiannya yang berserakan. Ada satu pakaian yang sudah tidak layak pagai yaitu bajunya karena kancingnya sudah ambrol kemana-mana akibat ulahku tadi dan Zahra meminjamkan kaos berlengan panjang untuk Hani dan langsung mengajak Hani untuk mandi bareng.

Aku yang ditinggal mandi oleh mereka berdua memutuskan untuk membereskan pakaian-pakaian yang masih bereserakan dan aku memakai pakaiaku lagi. Dan saat beres-beres aku melihat hp Hani tergeletak di lantai dan langsung saja kubuka-buka galeri-nya dan tentu saja sesuai dengan harapan bahwa ada foto Hani tanpa menggunakan jilbab di galeri-nya. Niat isengku pun muncul dan aku langsung mencari aplikasi chatting dan langsung menuju grup kelasku. Aku langsung mengirimkan beberapa foto Hani tanpa menggunakan jilbab di grup kelas tersebut dan langsung berdalih “waduhhhh salaahh kiriimmm, maaaaff huhuhu.” Setelah beberapa saat aku mengirim gambar itu lewat hp Hani, langsung grup kelas ramai mengomentari foto-fotoku. Kebanyakan yang komentar adalah laki-laki dan isi komentarnya pun tidak jauh-jauh dari “waahh manisnya kalo ga pake jilbab” “ternyata rambutnya panjang yaa” “cantikan kalo pake jilbab ah Han hehehe”.

Aku hanya senyum-senyum sendiri melihat reaksi orang-orang di grup kelas itu. Ada satu yang lumayan membuatku tertegun yaitu pesan personal dari Winda yang berisi “ini siapa? Balikkin hpnya Hani. Lo udah ngelakuin tindakan yang kurang ajar karena menyebar foto pribadi orang. Hani gak akan ngirim gambarnya satupun ke orang lain jd udah pasti ini bukan Hani.” langsung saja kubalas

“Baru aja selese ‘ngegarap’ Hani hahahah, sekarang Hani-nya lagi bersih-bersih tuh mau gua fotoin?” Balasku. Dan pesan itu tidak dibalas lagi oleh Winda

Aku saat ini mulai merubah pandanganku terhadap Winda. Aku sekarang penasaran dengan Winda entah itu dengan tubuhnya, desahannya maupun erangannya. “lihat aja Win, dalam waktu dekat kamu akan ada dipelukanku” Kataku dalam hati.

Akhirnya Zahra dan Hani keluar dari kamar mandi. Aku langsung menawarkan diri untuk mengantar Hani karena ini udah malam. Dan Hani setuju, padahal awalnya aku mengira bahwa Hani akan menolak tawaranku. Dan akupun pamit kepada tuan rumah dan mengucapkan terimakasih atas segalanya dan mengingatkan bahwa videonya hanya untuk koleksi pribadi bukan untuk disebar luaskan dan Zahra menyetujuinya. Memang awalnya video itu dibuat sebagai jaminan jikalau Hani melaporkannya ke pihak yang berwajib. Tapi untuk saat ini sepertinya hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan. Dan perjalanan menuju kosan Hani ini ditemani oleh angin-angin dingin akibat hujan di sore tadi.

Sesampainya dikosan Hani

“Hani, makasih dan maaf yaa untuk hari ini jangan lupa istirahat besok ada kuliah pagi ahahah” kataku kepada Hani.

“udah puas kan za liat badan gue? Dan enggak lagi lagi kan? Huhu” katanya sambil menitihkan air mata.

Akupun reflek langsung mengusap air matanya dan berkata “iya engga lagi-lagi kok Han, mungkin lo bisa bantuin gue ga dapetin si Winda?”

“Winda bakal lo perkosa? Apa salah dia sih zaaa?”

“aku cuman penasaran hahaha. Yaudah aku duluan yaa, jangan lupa besok ada kuliah pagi” pamitku sambil mencium kening, bibir dan sedikit meremas payudaranya Hani.

“uhhhhhhh dasar mesum” protesnya

Aku dengan segera menaiki motorku lagi, dan dalam perjalanan ke kosanku aku membayangkan tubuh indah Hani lagi, payudaranya yang kecil namun kenyal, vaginanya yang hanya ditumbuhi bulu-bulu halus dan desahannya yang bikin aku terangsang kembali. Sesampainya di kosan aku langsung melakukan hal yang dulu sering aku lakukan lagi hahaha

Beberapa jam setelahnya

Di kosan Hani

Hani yang masih belum percaya bahwa sudah tidak perawan lagi, menangis sesenggukan di kamarnya. Ia masih membayangkan percakapan dengan Zahra saat mandi tadi.

“gimana tadi? enak kan?” Tanya Zahra kepada Hani. Hani yang masih shock akan kejadian itu, memilih untuk diam saja dan melanjutkan membasuh badannya.

“awalnya emang gapercaya sih Han, kalo kehormatan yang udah dijaga selama bertahun-tahun direnggut dengan paksa, tapi life must go on han, udahlaah lupain aja kejadian ini. Percaya aja nanti suami mu kelak masih nerima kamu dalam bentuk apapun” kata Zahra sambil menyabuni tubuh Hani.

Tangan Zahra yang nakal, memainkan payudara dan vagina Hani, dan membuat Hani kelonjotan sampai Hani mendapatkan orgasmenya lagi

“Enak kan Han? Hahaha” ledek Zahra ke Hani. Hani pun mengangguk pelan seraya tidak percaya bahwa hal tersebut memang bisa memuaskan dirinya.

“Kamu sering ya sama Faza Zah?” Tanya Hani. “Cukup sering sih Han, nikmat soalnya hahaha, lumayan kalo lagi suntuk sama tugas bisa buat refreshing” jawab Zahra sekenanya saja sambil membasuh dirinya sendiri. Hani akhirnya melakukan hal yang tadi Zahra lakukan ke dia sampai Zahra mendapatkan orgasmenya.

Bayangan adegan tadi langsung dikubur dalam-dalam dan Hani membuka hp-nya untuk sekedar mencari hiburan. Betapa terkejutnya ia saat membuka aplikasi chattingnya dan mendapati gambar pribadinya ada grup kelas dan membaca komentar-komentar dari teman-temannya. Komentarnya memang masih dikategorikan wajar dalam mengomentari suatu foto, namun ia merasa amat malu karena teman-temannya sudah melihat bagian tubuh yang seharusnya tidak ia perlihatkan. Air matanya pun keluar makin deras dan tangispun memecah keheningan di malam itu

“Fazaaaaaaaaa, jahaaatt bangettt ya eloooo” teriaknya sambil menangis dan langsung meringkukkan badannya

Hani belum sadar bahwa fakta dirinya sudah tidak perawan sudah diketahui oleh sahabatnya yaitu Winda lewat pesan yang tadi dikirim Faza ke Hani lewat hp-nya.

Di Kamar Winda

Winda yang saat ini rebahan di kasurnya turut prihatin dengan nasib sahabatnya itu. Winda berpikir siapa yang bisa menjebak sahabatnya itu. Beberapa spekulasi nama seseorang muncul di benaknya dan menganalisis segala kemungkinan.

“Kira-kira siapa yang mengirimi pesan dari hp Hani. tidak mungkin Hani sembarangan memberi hpnya ke orang lain” umpatnya dalam hati. “wahyu? Masa dia sih.. cowok cupu itu, lalu siapa lagi?” katanya dalam hati

“duuhh siapa yaaa kira-kira besok Hani mau cerita gak ya?” Winda sembari ngedumel sendiri

“ya gak mungkin lah ya dodol” Winda menjadi gila karena ngomong sendiri.

Akhirnya Winda memutuskan pergi keluar sejenak untuk sekedar membeli cemilan. Di tengah perjalanannya ke minimarket ia bertemu dengan laki-laki yang tempo hari merayu-nya. Ya dia tidak lain dan tidak bukan adalah Faza.

Jarak kosan mereka memang tidak jauh jadi wajar saja kalo malam-malam bertemu karena Faza memang sering keluar malam entah itu membeli makanan atau hanya nongkrong.

Faza yang memang sudah berubah pikiran atas Winda lantas langsung menyapa dan mendekatinya.

“Haiii Winda cantikk, ngapain malem-malem kluyuran? Ga baik loh gadis cantik kluyuran malem-malem” Kata Faza sambil bergombal.

“Hei Za, nyari makanan lah emangnya ngapain hahaha” jawab Winda sekenanya

“Win, si Hani hp-nya dibajak siapa? Itu parah banget sampe ngirim foto dia gapake jilbab” Tanya Faza tanpa rasa bersalah

“gak tau juga Za, kasian si Hani, pasti lagi nangis deh sekarang” jawab Winda

“kamu gak ke kosannya Win? Secara kamu kan sahabatnya?”

“dia lagi gabisa dihubungi sejak fotonya ada di grup itu” jawab winda terbata-bata karena tidak terbiasa berbohong.

“oalah kasian ya dia, besok kalo ketemu, bilangin kalo aku juga prihatin ya Win ke Hani, nanti aku bantu cari pelakunya deh” kata Faza dengan sok

“kan kamu besok juga ketemu dodol hahahaha” jawabnya sambil ketawa renyah sekali

“hahaha, tapi kan kamu lebih deket sama dia, yaudah deh udah malem gabaik kamu malem-malem kluyuran sana pulang hahaha” kata Faza dengan nada mengusir

“iya iya aku pulang, sampe ketemu bes eeemmmffhhhhh hhhmmmmm” kata Winda yang tertahan akibat dibius oleh Faza menggunakan sapu tangan dan Faza langsung menggendong tubuh Winda ke kamar kosannya yang memang tidak jauh dari situ, dan karena ini malam hari tentu saja tidak ada orang lain yang melihat aksinya. Lokasi kamar Faza yang terletak di paling luar dari kosannya mempermudah Faza dalam melakukan aksinya.

Sesampainya di kamar. Faza langsung melucuti semua pakaian Winda dan hanya menyisakan BH dan celana dalamnya saja, dan tidak lupa juga Faza mengambil beberapa foto Winda dengan posisi itu di berbagai arah.

“wah tocil ternyata hehehe” kata Faza yang mupeng melihat payudara Winda

Sekarang Faza tinggal menunggu Winda bangun dari tidurnya dan setelah itu melakukan eksekusi terhadap Winda


Bersambung…………….

Update kalo lebih rame lagi
 
Terakhir diubah:
Wah mantep nih ceritanya. Masih ada lanjutannya ga ?
Hehe
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd