Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kisah si Badan Babi (NO SARA)

Wanita mana yang seharusnya dipilih Faza?

  • Zahra

    Votes: 282 55,7%
  • Hani

    Votes: 113 22,3%
  • Winda

    Votes: 232 45,8%

  • Total voters
    506
  • Poll closed .
Bimabet
Daerah terpencil mana ndan?
Di pedalaman desa ndan
udah bagus bgt suhu ceritanya tp klo boleh saya kasih saran..klo bisa exe scenenya di bikin agak detail biar fellnya dpt..tp ini saranya aja ya suhu maaf jgn tersinggung :Peace::beer::beer:
Ada beberapa plot yang harusnya gak perlu contoh dibagian Faza pamitan ke wahyu
Bercandaan Tama Faza ke Dimas selebih top markotop good marsogood jarang jarang cerita baru bikin saya gak tidur seharian hehehehehe

Koq malah Endingnya gini aja yah Nanti biar ada jilid 2nya wkwkwkwkwkw
makasih sarannya hu hehe
 
Terakhir diubah:
Part 8

Pagi-pagi aku bangun dengan sedikit menggigil karena hujan turun rintik-rintik. Aku mematikan kipas angin yang ada di kamarku karena tidak kuat dengan dinginnya pagi ini. Aku lalu segera melakukan ibadahku di ruangan khusus yang ada di kosanku. Setelah selesai melakukan ibadah, aku melihat Tama datang menggunakan mantelnya.

“dari mana lo?” tanyaku.

“kepo lu hahaha” katanya sambil langsung menuju kamarnya.

“ah ta* emang lo” gerutuku.

Aku lalu membereskan tempat itu dan menuju kamarku lagi dengan melanjutkan tidurku. Hari ini tidak ada kuliah karena minggu lalu, kuliah ini dijadikan satu dengan minggu ini, sehingga jumlah pertemuanpun sudah lengkap. Aku menggigil karena memang udara sangat dingin saat itu dan aku tidak bisa melanjutkan tidurku karena itu. Aku mencari selimut di lemari dan memakainya. Cukup hangat rasanya. Aku lalu mengambil HP-ku dan sedikit browsing internet dan sesekali membuka forum semprot untuk melihat apakah cerita panas yang jalan ceritanya bagus itu sudah update atau belum. Sekali lagi aku kecewa karena memang penulisnya belum update cerita itu. Aku lalu mengalihkan perhatianku kepada facebuku. Situs jejaring sosial yang nampaknya zaman sekarang sudah mulai ditinggalkan, namun karena tuntutan akademik aku harus aktif kembali. Aku terus scroll halaman berandaku dan berharap ada yang menarik. Setelah beberapa saat, aku melihat sebuah postingan oleh teman SMA ku “Lala Nur Laela changed relationship status with complicated”. Aku yang penasaran, lalu mengirimi ia pesan facebuku yang berisi “lo kenapa dah, berantem sama Noval?” Lala adalah salah satu temanku yang sering menemaniku saat aku sedang dikucilkan oleh teman-temanku saat itu, dan aku tau ia sudah berpacaran dengan Noval salah satu temanku juga selama 3 tahun, maka dari itu aku penasaran ada apa diantara mereka. Aku lalu meletakkan HP-ku kembali dan menutup mataku berharap bisa melanjutkan tidur. Dan akupun tidur.

=======########=======​

[HIDE] Nayla:

[/HIDE]
Aku bangun dari tidurku karena merasa gerah, dan mendapati hujan sudah reda serta sinar mentari sudah menerangi bumi ini dengan maksimal. Aku melihat jam dinding sudah menunjukan pukul 11. Aku sedikit terhentak karena aku sudah berjanji ingin pergi ke kosan seseorang hari ini. Aku buru-buru menyiapkan peralatan mandiku dan langung menuju kamar mandi. Aku mandi dengan sedikit tergesa-gesa. Selesai mandi, aku lalu langsung menuju kamarku dan mengetik sebuah pesan “aku otw yaa, kamu siap-siap hehe” Aku lalu segera mengambil kaos dan celana jeans yang ada di lemariku dan memakainya. Selesai memakai pakaian, aku memakai jaketku dan segera pergi dari kosanku. Saat aku mengunci pintu kamar, aku melihat Mba Nayla sedang menunggu di luar kosan. Aku menebak bahwa ia sedang menunggu Tama. Aku lalu mengeluarkan motorku dan menyapa Mba Nayla.

“Eh mba, ngapain?” sapaku. “nungguin Tama?” lanjutku berbasa-basi.

“Eh Faza, iyanih hehe. Kamu mau pergi?”

“ooohh udah lama mba?” “engga mba cuman mau nyuci motor doang kok”

“engga sih barusan juga ini. Nyuci motor kok rapi banget?” tanyanya polos.

“hahahahahaha, iya mba biar motorku juga rapi” jawabku sambil menyalakan mesin motorku dan menaikinya.

“trus kok dinyalain motornya?”

“iya mba biar bisa jalan. Duluan ya mba hehe, salam nanti buat Tama” kataku sambil berlalu dari hadapan Mba Nayla.

“maksudnya apa sih ya dia” gerutu Mba Nayla.

Selama di perjalanan menuju kosan seseorang itu, pikiranku masih entah dimana. Aku berpikir kata-kata apa yang pertama bakal ia ucapkan dan lain-lain. Aku hampir menabrak seseorang yang sedang menyebrang jalan. Untung saja reflekku cukup bagus dan aku bisa dengan segera menarik tuas rem dan aku hampir terjatuh dari motor. Aku melanjutkan perjalananku setelah penyebrang itu sampai dengan selama di seberang.

SKIP SKIP SKIP
[HIDE] Zahra:

[/HIDE]
Aku sampai di depan kosannya. Kosan yang menjadi saksi bisu hubungan badan pertama kami. Kosan yang sering aku hampiri.

*TOK TOK*

Seorang wanita paruh baya membuka pintu.

“Eh nak Faza, masuk nak. Zahra belum bangun kayaknya. Soalnya dari tadi saya belum liat dia keluar dari kamar”

“ohh iya bu terimakasih. Oh gitu bu? Boleh saya ketuk pintunya bu?” tanyaku.

“ya silahkan saja, selama Zahra tidak menolak, apa hak saya mencegah orang pacaran hahaha” katanya seraya meninggalkanku.

*TOK TOK*

“zahhhraaaa” kataku sedikit berteriak.

*CKLEK* pintu terbuka.

Aku melihat saat itu Zahra masih bersiap-siap dan sedang menggunakan jilbabnya.

“ehh zaa hahaha, untung aku mandi tadi”

“lohh, emang dikira, aku mau ngapain?”

“kukira kamu bakal cuman main hehe tp liat kamu pake jaket dan celana jeans ya kita bakal keluar kan?”

“iyaa hahah, ke Watuogah mau ya?”

“Mau, yaudah bentar lagi ini lagi pake jilbab. Mau nunggu di luar atau di dalem?”

“di dalem aja deh hehe”

Aku masuk ke dalam kamarnya dan aku melihat kamarnya agak sedikit berbeda dengan yang terakhir aku datangi.

“Zah, kayaknya ada yang beda deh tapi apa yaa?” tanyaku penasaran.

“Hayooo apaaa hahaha, coba perhatiin lagi” katanya sambil memakai jilbabnya.

“emmmm apasih yaaa” kataku sambil menyapukan pandanganku ke seluruh ruangan itu. “ooohhh aku tauu, warna temboknya bedaaa, dulu kan birunya agak tua, sekarang biru muda”

“hahahah, iya za, kerjaan ibu kos emang. Kemarin gara-gara suami barunya suka warna biru muda jadinya semua rumah ini dicat berbagai macam biru muda”

“ehhh suami baru?” kataku kaget.

“iya zaa hahaha, kemarin banget pas aku pulang dari kosan Hani aku liat rumah ini bener-bener di cat biru muda semua, dan pas aku tanya ya dia jawab gitu hahaha” jelasnya.

“kukira suaminya dia emang lagi keluar kota apa gimana makanya aku gapernah liat, ternyata malah emang gak punya”

“iya za, suami lamanya katanya meninggal 10 tahun lalu, dan dia baru bisa cinta sama orang lain ya beberapa hari kemarin dan langsung nentuin tanggal nikah katanya hahaha” katanya sambil menyelesaikan memakai jilbabnya.

“ehh kapan tuh? Mau doong biar ikut makan-makannya hahah”

“minggu depan katanya, hari rabu. Yaudah za tinggal kesini ajaa, rumahnya dia kan dibelakang rumah ini jdnya palingan rumah ini juga dijadiin buat tempat resepsinya. Yuk Za aku udah siap”

“okeedeeh alhadllah makan gratis hahaha” kataku sambil keluar menuju pintu.

Zahra tiba-tiba memelukku dari belakang dan tidak mengatakan apapun.

“kangen banget apa zah? Hahaha”

Ia lalu melepaskan pelukannya dan memeletkan lidahnya kepadaku. Aku tersenyum karena tingkahnya dan kami keluar dari kamar Zahra dan menuju motorku.

“pinjem helm sama siapa gitu zah, aku gabawa heheh”

“huuuuuu” katanya sambil masuk ke kosannya lagi.

Tak berapa lama, Zahra keluar dari kosannya dan sudah membawa helm dan kami langsung menuju Watuogah menggunakan motorku.

Selama perjalanan, kami tidak banyak melakukan obrolan namun Zahra memelukku dari belakang dengan erat.

=======########=======

[HIDE] Winda:

Kintan:

[/HIDE]
*TOK TOK*

Winda mengetuk pintu depan kosan dari sahabatnya itu.

*CKLEK*

Seorang pria paruh baya membukakan pintu.

“nyari siapa mba?” tanya pria itu.

“Hani pak hehe, haninya ada kan ya pak?”

“kayaknya barusan keluar deh mba. Coba cek aja kamarnya” kata pria itu sambil berlalu dari pandangan Winda.

Winda yang sudah tau kamar Hani dimana, langsung menuju kamar Hani.

*TOK TOK*

“Haniiiii” teriak Winda.

Lalu ada wanita yang keluar dari salah satu kamar. “Hani barusan pergi, buru-buru kayaknya deh” kata wanita itu.

“ooohh gitu ya mba hehe, makasih ya mbaa” kata Winda sedikit kecewa karena memang cukup jauh jarak kosannya dan kosan Hani apabila ditempuh dengan berjalan kaki.

“iyaa, nanti aku sampein ke Hani kalo temennya ada yang datang” katanya sambil masuk lagi ke kamarnya.

“iya mbaa”

Winda lalu keluar dari kosan itu, dan berjalan pulang.

“duhh si Faza pergi, Hani pergi, ngapain ya libur-libur gini hmmm” gumamnya selama perjalanan pulang ke kosannya.

Winda mampir di salah satu warung makan dan membeli beberapa lauk yang dibungkus untuk kemudian dimakan di kosannya. Selagi menunggu pesanannya, Winda mengirim pesan kepada Hani yang menanyakan keberadaannya. Tak lama menunggu ia mendapat balasan “aku di kampus win hehe, maaf ga ngasih tau dulu tadi. Ada rapat ukm”.

“masih lama?” balas Winda.

“masih kayaknya hehe, bahasannya banyak. Maafin. Faza gaada ya?” balas Hani

“iya, tadi aku liat pergi. Kayaknya sama Zahra deh, yaudah deh Han, kalo udah selese, kasih tau yaa, aku bosen haha”

“hahaha, baguslah dia sama Zahra aja, kita harus nyari lagi win. Semangat nyari!! Hahahaha. Iya windaa chayank nanti aku ajak kamu ke tempat yang bagus biar kamu ga bosen hihihihi”

“nyari apadeh hahahaha. Ihhhh apaaasihhhh kamoeehh hahaha, awas lhoo yaa kalau ga bagus tempatnya” balas Winda sambil menerima pesanannya dan membayarnya.

Winda lalu menyimpan kembali HP-nya dan melanjutkan perjalanan ke kosannya.

Suasana jalan cukup sepi dan ditengah-tengah perjalanan, ada sebuah mobil yang melaju dengan cukup kencang dan sedikit menyerempet Winda yang sedang berjalan. Hal itu membuat tubuh Winda terdorong beberapa meter dan jatuh terguling-guling hingga kemudian membuat sikut, lutut dan keningnya mengeluarkan darah karena menahan tubuhnya yang jatuh itu. Mobil tersebut sempat berhenti namun sang pengendara tidak turun dari mobilnya dan tidak berapa lama mobil itu melanjutkan perjalanan.

“aaahhh sakiitt” rintih Winda sambil masih terbaring di jalan.

Winda berusaha bangun, namun karena terluka di bagian sikut dan lututnya maka sekeras apapun ia mencoba bangun pasti roboh lagi. Winda menutup matanya karena menahan rasa sakit yang amat sangat dan mengeluarkan air matanya dan berharap ada seseorang yang datang menolongnya.

“YAAMPUN WINDA, KAMU KENAPA” kata seseorang sambil turun dari motornya dan menghampiri Winda.

Winda membuka matanya dan melihat Mba Kintan salah satu seniornya di kampus dan di UKM-nya. Mba Kintan lalu membantu Winda untuk bangkit lalu memapahnya ke arah motornya berada. Winda lalu duduk di motor Mba Kintan.

“Kamu kenapa win yaampun, sampai berdarah gini” kata Mba Kintan sambil membersihkan pakaian Winda lalu mengambil kertas tissue untuk mengusap darah yang ada di kening Winda.

“aku di tabrak mba tadi huhuhu, abis dari kosan Hani” kata Winda sambil memegangi sikut-nya yang berdarah. “duhh makananku juga berserakan” lanjutnya.

“oalaaaah, yaudah mba anterin kamu ke rumah sakit ya, takut infeksi nanti makin parah. Bisa naik motor kan?”

“Iya mba makasih ya mba hehe, malah ngerepotin. Bisa kok mba hehe” katanya sambil turun dari motor. Namun ia roboh kembali karena lututnya yang terluka tidak kuat menahan beban tubuhnya.

“astaghfirllh. Winda kamu gapapa kan?” kata Mba Kintan sambil memapah tubuh Winda lagi.

“aahhh sakkit banget mba” kata Winda sambil memegangi lututnya.

“aduh bahaya ini. Jangan-jangan lebih parah” kata Mba Kintan sedikit panik. “kamu bisa berdiri bentar ga win?” lanjutnya.

Mba Kintan melepaskan pegangan dari Winda dan tubuh Winda sempat terhuyung namun masih sanggup berdiri. Mba kintan segera menyalakan motornya lalu membantu Winda menaiki motornya. Sekiranya sudah aman dan stabil, Mba Kintan lalu melajukan motornya ke arah rumah sakit untuk mengobati Winda.

=======########=======​

[HIDE] Zahra:

[/HIDE]
Udara Watuogah kali ini lebih dingin daripada saat di Kota. Aku melihat Zahra menggigil karena ia tidak menggunakan jaket saat ini. “bodoh sekali aku ini kenapa gak tadi aku ingetin” gerutuku dalam hati.

Aku memberhentikan motorku sejenak dan turun dari motor. Zahra yang bingung karena tiba-tiba aku memberhentikan motorku mengatakan “loh za kenapa berhenti?”

Aku tidak menjawab pertanyaan itu dan melepas jaketku dan memakaikannya ke Zahra. Untung aku memiliki jaket alami yaitu lemak yang ada di tubuhku (hahaha).

“ehh makasih hehehe” kata Zahra. “kamu nanti emang ga kedinginan za?”

“engga kok, badanku udah tebel hahaha” kataku sambil naik motor dan segera melajukannya kembali.

“hahaha apasihhh, nanti kalo kamu sakit gimana?” katanya dengan sedikit berteriak.

“ya kamu nanti rawat aku laah hahaha”

“yeee mau nyaa yaaa hahaha” katanya sambil menyubit bagian samping perutku.

“adduhh sakkiitt nanti jatuh zaaah hahaha”

“hahahaha”

Kami akhirnya kami sampai di objek wisata Watuogah. Kami lalu mencari tempat parkir dan mendapatkannya di tempat yang cukup dekat dengan pintu masuknya.

Kami masuk ke dalam area wisata setelah membayar tiket masuknya. Kami sempat berdebat perihal siapa yang membayar tiket dan perdebatan dimenangkan olehku sehingga aku yang membayar dan sebagai ganti, Zahra lah yang nanti membayar segala jajan kami (hahaha).

Kami bermain-main di sekitaran air terjun dan sempat turun ke dalam airnya. Karena kami tidak membawa pakaian ganti, jadi kami hanya bermain di pinggir saja. Setelah puas bermain air, kami mendapati seseorang yang menjual beberapa makanan seperti pecel, gorengan dan lain-lain. Kami memutuskan untuk membeli beberapa makanan dan memakan makanan tersebut bersama-sama.

“Za, naik lagi yukk, ke pancuran pitu hehe”

“keluar doong?”

“gausaaahhh hahaha, kamu gatau yaa. Kan bisa lewat sini dan gausah bayar lagi”

“eh seriusan? Jauh banget doong berarti?”

“gapapaaa, biar kamu kurus hahahaha”

“yaudah abis ini yak” kataku sambil menyelesaikan makanku.

“nih za buat kamu hehe, aku kenyang” katanya seraya memberi sisa makanannya.

Selesai makan, kami langsung menuju pancuran pitu. Jalan yang dilalui cukup menyakitkan paru-paruku karena jalanan yang terjal dan banyak tangga merupakan musuh alami orang seperti aku. Aku beberapa kali berhenti untuk mengambil nafas dan Zahra yang melihatku malah menertawaiku, dan terkadang ia memberiku minum yang ia beli di tengah perjalanan.

Kami akhirnya sampai di tujuan dan pemandangan yang tersaji seolah membuat perjalanan yang berat tadi tidak ada apa-apanya.

“zaaa, angeettt ahahaha” kata Zahra saat mencuci muka di salah satu mata air di situ.

“ehh iyaa, seger yaa” kataku sambil mencuci muka, tangan dan kaki ku.

“zah, minum masih ada kan hehe, minta doong”

“nihh”

Kami lalu mencari spot untuk menikmati pemandangan yang tersaji di depan mata kami. Pemandangan hutan yang masih hijau, masih belum terjamah oleh tangan manusia, terbentang dengan sangat indahnya. Kami mendapati lahan yang sedikit landai dan aku memutuskan untuk merebahkan diri disana sedangkan Zahra masih duduk disebelahku yang rebahan.

“eeehhhggg enaakk banget akhirnya rebahan” kataku sambil mengeliatkan tubuhku di lahan itu.

“zaa, tau ga? Kemarin aku liat pemandangan yang sama kayak gini pas itu” kata Zahra yang masih memandang lurus kedepan melihat pemandangan.

Aku langsung bangkit dari rebahanku dan langsung memeluk tubuhnya dan mengelus kepalanya.

“maafin aku ya zah”

Zahra hanya diam saja dan hanya merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Aku masih terus mengelus kepalanya.

“zah, gak bau apa disitu? Hahaha”

“hihhh orang lagi enak-enak juga. Kamu mah sukanya merusak suasana ihhh” katanya sambil melepaskan pelukannya.

“ululululu hahaha, sini-sini hahahah” kataku sambil meraih kepalanya dan mendaratkan di pundakku dan kami rebahan.

“za, aku jadi inget zaman ospek deh haha, aku sering kan ya dulu kayak gini”

“zah aku mau cerita” kataku yang sambil mengusap kepalanya.

“sok atuh cerita haha”

“kemarin pas penerimaan anggota baru Tia juga bilang kayak gitu”

“ehh Tia?” katanya sedikit terkejut. “eh iya ya dia ikut juga kemarin. Terus-terus?”

“Tia nangis kemarin, dia cerita kalo Wahyu udah berubah” ujarku.

“kemarin dia diapain sama wahyu zah? Pas yang kamu nyusul dia?”

“mau di perkosa deh kayaknya, pas aku dateng aja dia bajunya Tia udah sobek gara-gara di tarik sama si wahyu”

“gila ya emang Wahyu tuh. bisa ya orang kayak gitu ngelakuin itu. Merinding jadinya. Berasa psikopat ga sih za?”

“maafin aku ya zaah”

“ihhh apasih maaf mulu hahaha, emangnya lebaran apa hahaa”

“abisnya, kan gara-gara aku……”

“ssssttt udah aahh hahaha, udah kejadian juga, ya walaupun aku masih gak terima sih di gituin sama Wahyu tp yaudahlaah udah lewat juga hehe” ujarnya. “oiyaa zaa, aku minta maaf, kemarin aku cerita ke Hani kalo kamu sama Winda udah pernah gituan hehe, abisnya pas kita di kosan Hani, tbtb si Hani cerita kalo dia pernah ketemu sama Wahyu di Mall dan keceplosan bilang sama kamu. Yaudah Winda kaget banget. Ekspresinya loh zaa haha, kasian aku. Akhirnya dia tau semuanya kalo kamu sama Hani juga udah gituan. Karena udah terlanjur, ya aku lanjutin aja biar mereka berdua tau satu sama lain dan ceritaku malah dilengkapin sama si Winda kalo kalian abis gituan semalem sebelumnya” jelasnya sambil menjewer telingaku. “Hani lebih kaget daripada Winda, dan Winda kemarin langsung meluk si Hani dan mereka nangis berdua. Tuhkan kamu siihh mainin mereka jadinya gitu” lanjutnya.

“aduhh” rintihku.

“udah ya zaa, kamu pilih satu aja. Kasian yang lain” katanya yang membuatku tertegun.

“hahaha, aku makin bingung kalo ketemu Hani kalo kayak gini” ujarku. “semalem sebenernya Winda udah cerita zah ke aku, dan emmmm aku gabisa bilang apa-apa pas dia bilang udah tau semuanya. Aku merasa bersalah deh jadinya”

“baru sadar kamu za? Hahaha”

“kan kemarin juga pas sama Hani dibantuin sama kamu juga haha”

“iyasih ahahah, aneh yaaa. Kita bertiga jadi suka sama kamu gara-gara itu” katanya yang membuatku tersentak.

“ehhh apa zah?” kataku sambil bangkit dari rebahan.

“hahahaha gaada siaran ulang” katanya sambil berdiri. “udah yuk zaa, ketempat lain hehe” lanjutnya.

“dihhhh, ehh tadi apaaan. Aku gadengerrr” kataku seraya berusaha berdiri.

“hahaha, dibilang gaada siaran ulang” katanya sambil meninggalkanku dan menuju ke warung yang ada didekat kami saat itu. Aku pun mengikutinya.

“zaa, makan po* mie dulu yaa hehe, laper lagi masaa” kata Zahra yang sudah duduk di warung tersebut.

“yaudahhh aku gausah zaah. Aku minta kamu ajaa, palingan kamu juga gaabis”

“yeuuu haha iyaa iyaa. Tau banget sihh”

“apaaan sih zaah, emang bener kan? hahaha”

“iyaaa benerrr kokkk” katanya sambil menerima po* mie dari penjual di warung itu.

Setelah makan di warung tersebut, kami memutuskan untuk untuk pulang karena memang jam sudah menunjukan pukul 3 sore. Kami menempuh perjalanan yang sama seperti berangkat. Sampai dibawah, aku meminta waktu istirahat sebentar kepada Zahra karena ternyata perjalanan turun jauh lebih menyakitkan daripada naik (hahaha). Setelah sekiranya sudah tidak terlalu capek, kami membeli minum dan menuju motorku.

“Innlillhi Winda kecalakan za…..” kata Zahra yang sedang memainkan HP-nya dan sontak membuatku terkejut.

“Hah? Astaghfrllh. Dapet kabar dari siapa?”

“ini Hani nge-chat aku. Karena tadi diatas gaada sinyal makanya baru pada masuk chat-nya.”

“sekarang dimana si Winda?”

“tadi di rumah sakit tp sekarang katanya lagi pulang ke kosannya. Gak kenapa-napa cuman lututnya agak bermasalah dan si Winda agak trauma katanya”

“yaudah yuk buruan jenguk” kataku sambil langsung menaiki motor dan menyalakan mesinnya.

Zahra membayar biaya parkir dan aku langsung memacu motorku karena pikiranku sekarang bercampur tak karuan. Ketidak-karuan pikiranku memiliki korelasi positif terhadap gayaku mengendara motor. Zahra sering menegurku saat aku menyalip kendaraan dengan tergesa-gesa. “Fazaaaa, hati-hati. Tenang Za tenaaang. Winda gak kenapa-kenapa kok” tegurnya sambil dengan erat memeluk tubuhku dari belakang.

=======########=======​

“HEH NGAPAIN LO KESINI LAGI??” bentak Dimas kepada Wahyu di depan gerbang kosan Tia. Dimas lalu turun dari motornya. “SEMALEM KEMANA LO? DICARIIN SAMA IBU KOS” lanjutnya

“LAH KAMU JUGA NGAPAIN KESINI?? GAUSAH KEPO-KEPO LAAH, MAU AKU KEMANA KEK SEMALEM” bentak Wahyu membalas.

“NGAJAK TIA JALAN. KENAPA? GASENENG?”

Tidak ada angin tidak ada badai, Wahyu langsung melancarkan sebuah pukulan dan tepat mengenai pipi kanan Dimas, dan akibatnya membuat Dimas terdorong dan jatuh tersungkur.

“KURANG AJAR” kata Dimas sambil membuang ludahnya.

Dimas berlari ke arah Wahyu lalu ia meloncat sambil memukul wajah Wahyu. Wahyu berhasil menahan serangan Dimas karena dengan cekatan, ia menilangkan tangannya untuk menutup wajahnya. Namun karena daya dorong pukulan Dimas besar, ia ikut terdorong dan jatuh tersungkur. Dimas lalu menarik kerah baju Wahyu dan menariknya hingga Wahyu berdiri.

“HEH DENGER YA, TIA UDAH GAMAU KETEMU SAMA LO LAGI” kata Dimas lalu melepaskan cengkraman di kerah baju Wahyu. Dimas lalu mendorong tubuh Wahyu. Tidak terima diperlakukan seperti itu, Wahyu mengangkat kakinya dan berhasil mendaratkan tendangan tepat di bagian pinggang Dimas cukup keras.

“AAAAHH SIALAN” ujar Dimas karena ia terdorong dan menabrak gerbang kosan.

“KEMARIN AKU GAKBERANI KARENA KALIAN BERANINYA KEROYOKAN” kata Wahyu sambil bersiap-siap menyerang Dimas lagi.

Dimas bangkit dan langsung melancaran tendangan ke Wahyu. Melihat itu Wahyu juga melancarkan tendangan ke Dimas dan kaki mereka beradu.

*KRAAKK*

“BANGSAT AHHHH” teriak Wahyu tersungkur sambil memegangi tulang keringnya.

“KATA SIAPA KAMI BERANINYA KEROYOKAN?” ujar Dimas.

*BEGH*

Dimas menendang kepala Wahyu dan tendangannnya mendarat di pipi kanan Wahyu. Wahyu terpental cukup jauh karena tendangan Dimas cukup keras dan akibatnya Wahyu jatuh pingsan. Melihat Wahyu pingsan membuat Dimas celingukan melihat sekeliling dan ia tidak mendapati seseorang melihat aksinya. Ia lalu menghampiri tubuh Wahyu dan menggendong ke warung terdekat.

“BUU PAAKK ADA ORANG?” teriak Dimas dari luar warung.

Sang ibu pemilik warung keluar dan kebingungan karena mendapati ada orang yang sedang membawa orang pingsan.

“bu, ada nomer puskesmas atau apa gitu bu? Saya liat ini orang tadi pingsan di depan rumah itu” kata Dimas sambil menunjuk kosan Tia.

“eh astaghfrllh ada ada ibu telfonin sekarang ya nak” ujar ibu pemilik warung sedikit panic.

“iya bu. Bu saya titip orang ini ya bu. Saya ada urusan soalnya hehe”

“iya nak, dimasukin dulu kasian”

“iya bu”

Dimas menggendong tubuh Wahyu masuk ke dalam warung dan membaringkannya di suatu karpet. Dimas lalu meluruskan kaki dan tangan Wahyu dan melihat bagian tulang kering Wahyu memang sedikit membiru. Ia lalu pergi meninggalkan Wahyu yang masih pingsan.

“mari bu, maaf malah ngerepotin”

“iya nak gapapa, kasian juga orang itu pingsan di tengah jalan gaada yang bantuin”

Dimas lalu pergi dari hadapan ibu pemilik warung dan menuju kosan Tia dan mendapati wanita yang sudah ditunggu-tunggu telah berada di luar.

“tadi ada apaan Dim ribut-ribut hehe”

“oohh tadi ada orang berantem sampe pingsan. Yang pingsan udah dititipin ke warung itu biar di telfonin rumah sakit” kata Dimas sambil menunjuk warung yang dimaksud.

“ooohh. Ini jadi kan Dim? Hehe”

“jadi doong kamu udah dandan cantik gini masa gak jadi haha”

“yeeuuu hahaha”

Dimas dan Tia langsung menuju motor Dimas. Mereka lalu pergi ke pusat perbelanjaan karena memang ada yang ingin mereka beli dan untuk refreshing saja.

=======########=======​

Kami sampai di kota kembali pukul 5 sore karena tadi diperjalanan ada truk yang melintir dan menghalangi jalan yang menyebabkan kemacetan cukup lama. Kami langsung menuju kosan Winda karena ingin melihat kondisinya sekarang.

Kami sampai di depan kosan Winda. Aku dan Zahra mendapati banyak motor di luar kosan.

“wah rame banget Zah. Kayaknya cewek semua deh itu” kataku sambil menunjuk alas kaki yang ada di teras kosannya.

“ya terus kenapa Za?” kata Zahra sambil turun dari motorku.

“yak kan kamu tau si Winda apa. Masa aku masuk kosannya dia disaat temen-temennya ada disitu”

“yaampuun Fazaaa kamu tadi udah ngebut dan bikin aku takut dijalan, sekarang malah takut pas udah di depan kosannya”

“yee bukan gitu maksudnya” kataku masih menimbang-nimbang apakah aku masuk atau tidak.

“aku telfon Hani dulu deh ya biar keluar dulu” kata Zahra sambil mengeluarkan HP-nya.

Tak berapa lama, Hani keluar dari kosan Winda. Zahra sempat sedikit bertanya-tanya ke Hani perihal keadaan Winda. Aku yang melihat Hani kini malah terjebak di situasi yang canggung dan tidak bisa mengeluarkan kata-kata.

“Han, aku masuk dulu deh yaa, ini si Faza gamau masuk. Malu soalnya cewek semua katanya. Kamu temenin bentar ya” ujar Zahra sambil melengos masuk ke dalam kosan.

“hai Han hehe” kataku sedikit terbata-bata.

“kamu kenapa deh Za hahaha” kata Hani tertawa manis sekali

“ehh gapapa kok haha. Si Winda kenapa kok bisa kayak gitu?” kataku yang sudah mulai tidak terbata-bata lagi.

“tadi aku dapet kabar dari Mba Kintan katanya Winda ditabrak gitu sama mobil di deket kosanku. Mba kintan langsung bawa ke rumah sakit dan agak lama dia disana karena tulang lututnya agak geser apa gimana gitu tadi diceritain” jelas Hani. Tadi sekitar jam 3 udah dibolehin pulang cuman masih harus pake penyangga gitu deh di lututnya” katanya sambil sedikit menggambarkan penyangga di lututnya.

“Supirnya gak ngapain gitu?”

“gak tau Za, kata Mba Kintan juga cerita mobilnya udah gaada pas dia liat Winda”

“kasian ya”

“iya Za, kasian Winda” kata Hani sambil menatapku tajam.

“ehhh kenapa Han?” kataku gugup.

Hani lalu memalingkan pandangannya. “iya Za, di dalem emang cewek semua. Tapi tadi ada Akbar kok jenguk jadinya gak apa-apa masuk aja yuk”

Aku mengikuti Hani yang masuk ke dalam kosan Winda. Baru pertama kali aku masuk ke kosan Winda dan nampaknya fasilitasnya cukup ‘wah’. Kamar Winda berada di kamar kedua dari ujung dan aku melihat pintunya terbuka dan banyak orang yang berada di sana. Aku sedikit melongok melihat ke dalam kamar Winda. Aku melihat Zahra sedang ada di sebelah Winda dengan muka sedih. Winda melihatku melongok, dan memberi kode untuk masuk ke dalam namun aku menolak karena memang aku liat tamu-tamunya golongan akhwat dan mereka memberi pandangan tidak mengenakan saat aku melongok ke dalam kamar.

“gausah win hehe, aku diluar aja” ujarku.

“aku masuk dulu ya za hehe” kata Hani.

Mendengar suaraku Zahra menolehkan pandangannya ke aku dan langsung beranjak dari tempatnya. Aku mendengar Zahra berpamitan kepada orang-orang.

“za beneran kamu gamau liat Winda?” bisiknya sambil mendorongku menjauhi kamar Winda.

“engga zah hehe, liat aja mereka ngeliatin aku udah kayak aku yang nabrak” kataku sambil berbalik keluar dari kosan Winda.

“hahaha, iya sih namanya juga Winda ya pasti dikelilingin sama yang kayak gitu. Tapi kamu hebat lhoo bisa……” kata Zahra tertahan karena pipinya aku cubit.

“hehhh ngawur ajaa, lagi kayak gini masih aja hahaha”

“SAKIT TAU ZA” protes Zahra sambil memegangi pipinya.

Aku lalu menaiki motorku dan melihat Zahra tidak segera naik ke motorku.

“ehh zah, nungguin apa?”

“emmm aku boleh mampir ga za ke kosanmu? hehe”

“ehh ngapain?”

“ya mampir ajaa mau liat. Aku kan belum pernah ke kosanmu hehe”

“emm yaudah deh” kataku sambil turun dari motorku dan mendorongnya.

“loh za, ngapain?”

“ya masa aku biarin kamu jalan sendiri padahal aku naik motor”

“hahahahaha apaaan sihhh lebaayyy hahaha” katanya sambil memeletkan lidahnya kepadaku.

Kami sampai depan kosanku dan aku langsung memasukkan motorku ke dalam sambil aku berikan kunci kamarku ke Zahra.

“maaf ya zah berantakan ehehe” kataku saat masuk ke dalam kamarku.

“iya dasarr jorok hahaha” katanya sambil merapikan benda-benda yang berantakan lalu merapikan sprei kasurku.

Kami akhirnya malah kerja bakti membereskan kamarku dan tidak lama setelahnya, terdengar suara panggilan untuk melakukan ibadah.

“zah kamu shlat disini aja ya hehe, aku diluar. Soalnya kalo diluar udah rame anak kosan nanti kamu malah di apa-apain hahaha”

“-______- faza ihhhhh”

“hahahahaha” kataku seraya keluar dari kamarku.

Kami lalu melaksanakan ibadah dan setelah selesai aku langsung masuk ke dalam kamarku lagi dan aku mendapati Zahra sedang menonton film di laptopku yang ada di meja di sebelah kasurku.

“nonton apa zah?” kataku sambil menutup pintu kamar dan menguncinya.

“ini perang sipil hehe, belum nonton aku”

Aku lalu merebahkan diri di kasurku karena memang hari ini sangat capek karena baru pertama kali aku melangkah di anak tangga sebanyak tadi dan jalan yang menanjak. Aku sekilas melihat Zahra sangat fokus dengan film itu dan niat isengku muncul.

“zah pinjem HP-dong hehe”

“ehh itu di tas za ambil ajaa” katanya tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptopku.

Aku lalu membuka HP-nya dan membuka aplikasi Instagrem dan membuka fitur story-nya. Aku memfoto wajah Zahra yang sedang menonton film itu. Benar saja dugaanku Zahra tidak sadar bahwa ia sedang di foto. Aku lalu menuliskan beberapa kalimat di foto itu seperti “serius amat sih, yang disini jadinya di anggurin” dan lain sebagainya. Aku menekan tombol send, dan story itu sudah terupload oleh akun Zahra. Tak berapa lama, beberapa pesan masuk di instagremnya dan aku buka kebanyakan mungkin teman SMA Zahra karena namanya asing buatku. Isi pesan itu tidak jauh dengan “ahahah komuk lu Zahh” dan “cieeee udah sama siapa nih sekarang? kok gak cerita-cerita zah?”

Aku hanya senyum-senyum saja membaca pesan-pesan itu. Aku tidak mau membalas pesan itu, biar Zahra saja yang membalasnya. Aku lalu melihat-lihat akun-akun di beranda dari akun Zahra. Tidak ada yang menarik karena kebanyakan ia memfollow akun artis, online shop dan akun meme-meme seperti itu.

Aku akhirnya memutuskan untuk menutup HP Zahra dan sedikit menutup mataku karena aku sedikit mengantuk.

.

.

.

“zaaaaa bangunnnnn” teriak seseorang dan membuatku terbangun. Ternyata aku ketiduran.

“hmmmmm jam berapa zah?”

“jam 10 ayoo anterin aku pulang”

“HAH?”

Aku terkejut dan langsung bangkit dari tidurku.

“kamu pasti capek banget ya za sampe ketiduran hahaha”

“iyaa haha, maafkan” kataku sambil bersiap-siap.

“makanya olahraga za hahaha”

“udaah zaah, cuman tadi tinggi dan jauh banget jadinya gitu dehh” kataku sambil mencari-cari kunci motorku.

“halaaah hahaha alesan ajaa kamu”

“yaudah yukk” kataku setelah kudapati kunci motorku.

Kami keluar dari kamar dan Zahra langsung ku suruh menunggu di luar. Aku mengeluarkan motorku dan aku mengantarkan Zahra kembali ke kosannya.

SKIP SKIP SKIP

Sekembalinya aku dari mengantar Zahra, aku melihat kosan Winda sudah mulai sepi. Aku segera menelfon Winda.

“Halo asslmalikum. Ada apa za malem-malem nelfon?”

“ehhh hehehe, belum tidur kamu win?”

“belum za hehe, masih harus minum obat dulu biar nyerinya sembuh”

“kamu gapapa kan?”

“gapapa kok hehehe. Makasih ya za”

“ehhh makasih buat apa?”

“ya ini karna kamu udah nelfon aku gini hehe, aku merasa diperhatiin jadinya”

“hahaha apasih wiinn, yaudah kamu cepet sembuh yaaa. Besok jangan dipaksain buat masuk dulu. Nanti malah makin parah”

“iyaa zaa hahah makasihhh. Ini ada Hani loh za, tapi udah tidur hahaha”

“oooh dia nginep, nemenin kamu ya?”

“iyaaa heheh”

“yaudah deh win, mimpi indah yaa kamu sama Hani juga hahaha”

“iyaa zaa kamu juga hehehe”

Aku menutup telfon itu dan langsung memasukkan motorku ke dalam kosanku. Sesaat setelah aku memasukkan motorku, hujan turun dengan derasnya. Aku segera menuju kamarku tapi tertahan karena aku mendengar suara desahan-desahan. Aku mengurungkan niat untuk segera masuk ke kamar dan mencari dari mana sumber suara desahan itu. Aku mengecek satu satu pintu kamar dan menempelkan telingaku pada masing-masing pintu kamar. Akhirnya aku mendapati sumber suara desahan itu dan sekelias mendengar bisikan “sssttt jangan keras-keras nanti ada yang denger”. Aku tau ini kamar siapa dan aku bersiap-siap untuk melakukan skenario yang sama seperti temanku yang nyelonong masuk ke dalam kamarku saat aku pertama kali melakukan “itu” dengan Winda.


Bersambung………………….
Jangan lupa ijo-ijonya dan tinggalkan komen berupa kritik dan saran
 
Terakhir diubah:
Mantap update ny gan, di tunggu next ny gan, semoga sampai tamat ceritanya..
 
Yesss . . Next episode trisam bareng Tama Dan si mba senior pacarnya ... hahaha
 
Hari minggu pagi aku sedang bersiap-siap untuk menyongsong kehidupan baruku yaitu kehidupan perkuliahan setelah beberapa kali ikut tes di berbagai perguruan tinggi dan harus menerima kenyataan bahwa aku gagal untuk kesekian kalinya, dan akhirnya aku diterima di salah satu PTN di kota P. Oiya perkenalkan namaku Faza seorang laki laki yang memiliki postur tubuh lumayan berisi. Aku berasal dari ibu kota tercinta. Dengan tubuh yg cukup besar ini, seringkali aku mendapat cibiran "badan babi" dan semacamnya saat SMA, sehingga membuat rasa percaya diriku rendah dan tidak berani mendekati perempuan, dan memang niat awalku mencari tempat kuliah di daerah yg jauh dari tempat asal adalah agar aku tidak mendapatkan cibiran itu lagi dan menaikkan rasa percaya diriku.

Pagi ini aku siap-siap untuk berangkat ke kampus karena ada technical meeting untuk ospek di kampusku. Sepanjang perjalanan, aku selalu memikirkan teman macam apa yg nanti aku dapatkan dan apakah nanti aku menemukan tambatan hati (ahaayy).

Sesampainya di kampus, aku disambut oleh seorang senior yg berasal dari ibu kota juga. Namanya Mba Nayla. Dia memiliki wajah yg cukup manis dengan jilbab yg menutupi bagian kepalanya. Badannya tergolong semok yang membuat dadanya cukup membusung walaupun sudah di lapisi oleh jaket almamater. Setelah pertemuan dengan Mba Nayla, aku langsung menuju kelas untuk mengikuti rangkaian acara TM ospek. Sampai dikelas, aku terkejut dengan mayoritas mahasiswinya yang menggunakan jilbab. Berbeda sekali dengan saat SMA dimana mayoritas perempuan tidak menggunakan jilbab. Mahasiswa yang menggunakan jilbab sebagian ada yang memang menutupi dadanya, dan sebagian ada yang hanya menutupi kepalanya, sedangkan dadanya yg membusung masih dipertontonkan. Jilbabers jenis ini yang membuatku penasaran ingin sekali merasakan memegang dadanya. Tapi sepertinya itu hanya angan saja huhu. Dan satu lagi, di kampusku memang mayoritas adalah perempuan, sedangkan laki-lakinya sedikit dan ini memberi kesempatan laki-laki untuk "cuci mata" setiap hari
=======########=======
Tak ada yang istimewa selama rangkaian acara. Acara diisi oleh senior senior yang memiliki paras cukup menarik. Dan salah satu yang menarik perhatian adalah Mba Kintan. Mba Kintan memiliki paras cantik dengan kulit kuning langsat dan postur tubuhnya yang mungil memberi kesan menggemaskan selama berlangsungnya acara.

Akhirnya acara ditutup dengan pembagian kelompok untuk ospek. Dan aku satu kelompok dengan 9 mahasiswa lainnya. Di kelompokku hanya terdapat 2 laki-laki. Ada 2 perempuan yang cukup menarik perhatianku yaitu Zahra dan Tia. Zahra memiliki wajah yang cukup manis dengan pipi yang tembem dan memiliki tubuh yang proporsional dan dadanya ku taksir berukuran 34B. Sedangkan Tia memiliki wajah cantik dengan tubuh kurus dan tinggi dan aku menyebutnya "kutilang dasi" (kurus tinggi langsing dada berisi) ya memang dadanya cukup menantang. Walaupun ia sudah menggunakan baju yg longgar, namun tetap saja dadanya keliatan membusung. Ku taksir ukurannya sama seperti zahra yaitu 34B.

Ilustrasi Tia

Ilustrasi Zahra

Selama rangkaian ospek. Aku memang dekat dengan mereka berdua dan hal yang kutakutkan yaitu mendapatkan julukan badan babi oleh teman-temanku nyatanya tidak terulang. Malah mereka berdua seringkali menyenderkan kepalanya ke bahuku di berbagai kesempatan katanya sih empuk (haha). Saat Zahra atau Tia senderan di bahuku, aku selalu melihat ke arah mereka dan pasti melihat dada yang dilapisi kaos ospek. Hal ini membuat juniorku memberontak dan rasanya ingin sekali memegang atau minimal menyentuh dada mereka, namun niat ini harus diurungkan karena dapat menyebabkan kejadian yang tidak diinginkan. Ospek berjalan selama satu minggu dan berakhirlah kebersamaanku dengan Zahra dan Tia.

Setelah selesai ospek, pembagian kelaspun datang dan ternyata Zahra adalah teman sekelasku tetapi aku harus kecewa ternyata tidak satu kelas dengan Tia. Dan dikelasku kualitas paras mahasiswinya sepertinya diatas rata-rata sehingga memberiku kesempatan untuk cuci mata lebih banyak jikalau aku sedang bosan dengan penjelasan saat kuliah.

"Za jemput dong kalo mau ke kampus hehe" chat dari Zahra.

Ku balas "okey wait yaa" dan akupun langsung bersiap-siap untuk berangkat karena memang ada kelas di pagi itu hari ini merupakan pertama jadi anak kuliahan.

Aku langsung menuju kos-an zahra untuk menjemputnya. Sesampainya, ternyata zahra sudah menunggu di teras kosannya dan langsung naik ke sepeda motorku. Selama di perjalanan, karena rasa penasaranku terhadap payudara Zahra, seringkali aku melakukan jurus "ngerem mendadak" tiap ada polisi tidur. Hal ini sepertinya membuat Zahra geram. Bukan karena payudaranya yang menempel di punggungku melainkan kepalanya yang sering beradu dengan kepalaku.

=======########=======

Setelah melewati 2 mata kuliah yang cukup membosankan, akhirnya selesai juga hari pertama menjadi anak kuliahan. Kami langsung menuju kantin untuk makan siang karena sudah lapar sekali, dan dari pagi perut kami berdua belum diisi oleh apapun.

"Za abis ini mau kemana?" Tanya Zahra kepadaku.

"Palingan pulang aja gak kemana-mana. Emang kamu mau kemana?" Tanyaku.

"Gak tau nih, aku belum begitu tau sama daerah sini dan memang belum ada niat buat kemana-mana hari ini. Oiya za, nanti anterin aku lagi ya pulang kekosan haha. Maaf lohh ngerepotin"

"iya iya santai ajaa".

Kamipun menyelesaikan makan siang kami dan langsung menuju kosan zahra.

Selama perjalanan jurus yang aku lakukan tadi pagi tidak kulakukan lagi karena aku sudah puas merasakannya tadi pagi. Rasanya empuk sekali (hahahaha).

"Za mampir dulu ya" kata Zahra.

"Gausah zah, aku langsung aja ya" kataku.

"Ayo ihh, masuk dulu, kosannya sepi kok gapapa kalo ada cowok masuk" "lah kalo sepi emangnya kenapa hahaha" kataku.

Dan akhirnya setelah perdebatan kecil, akupun masuk ke kosan zahra, dan zahra mengajakku masuk ke kamarnya, awalnya aku menolak karena menurutku masuk ke kamar perempuan itu tidak sopan tetapi dia tetap memaksa dan akhirnya akupun menuruti kemauannya.

Zahra langsung melepas jilbabnya dan memperlihatkan rambutnya lurus dan panjangnya sebahu. "Loh zah, aku masih disini kok main lepas jilbab aja" kataku kaget saat melihat zahra melepas jilbabnya. "Gapapa za, sama kamu ini" katanya sambil menguncir rambutnya. Aku sekarang bisa melihat lehernya yang putih itu karena jilbabnya dibuka, dan ketika sedang melamun sambil melihat rupa Zahra tanpa menggunakan jilbabnya, tbtb ia melakukan hal yang lagi-lagi mengagetkanku yaitu melepas kemejanya dan celana panjangnya. Walaupun ia memakai kaos dan celana pendek dibalik kemeja dan celana panjangnya, namun pemandangan saat melihat Zahra membuka kemejanya cukup membuat juniorku bangun tidurnya.

"Hayoo liatin apa kamu za hahaha" ledeknya.

"Zah aku pulang aja deh yaa gaenak nanti ada penghuni kosan lain kalo liat aku masuk ke kamarmu nanti dikira macem-macem” kataku.

Hal ini aku katakan karena juniorku yang sudah tidak bisa diajak kompromi dan harus segera dikeluarkan isinya.

“Emangnya kita lagi macem-macem za?” katanya yang membuat aku tidak bisa berkata-kata lagi. Zahra lalu menghampiri ku dan langsung memegang tangan kananku.

“Eh zah mau ngapain tanganku” kataku kaget karena tiba tiba tanganku dipegang olehnya.

“aku tau kok za, selama ini apa yang kamu pikirin ke aku, kamu pengen ini kan?” katanya sambil mengarahkan tanganku kearah payudaranya.

Tangankupun berhasil mendarat dengan sempurna di payudaranya yang kenyal dan lembut itu. Seketika itu juga aku langsung menarik tanganku memasang tampang cengo dan membuat Zahra tertawa.

“beneran gamau za? Gapapa kok kalo mau pegang, daripada kamu cuma liatin doang” katanya yang membuatku kaget.

“aku tau kok kamu sering liat dadaku semenjak ospek, aku juga tau selain liatin punyaku, kamu juga sering liatin punyanya Tia kan?, kira-kira Tia nyadar gak ya hahaha….” Katanya.

Aku yang masih membatu dan bingung harus berbuat apa tbtb disadarkan dengan Zahra melepas kaosnya dan hanya tinggal menyisakkan BH-nya untuk menutupi badan bagian atasnya.

“Zah, kamu ngapain??” kataku yang masih tidak percaya atas kelakuan temanku yang baru kenal 1 minggu ini.

Dan Zahra melakukan hal yang sama seperti awal, dia menarik tanganku dan dan menaruhnya di dadanya. Aku tidak melakukan remasan ke payudara Zahra karena masih bingung apakah hal ini benar atau salah apabila dilanjutkan.

“Tuhkan mau juga akhirnya hahaha” ledek Zahra yang membuat aku nekat meremas payudaranya dan sudah menggunakan dua tangan untuk meremas kedua gunung kembar tersebut.

“Nah gitu dooong, aku kan juga enak hahaha” katanya.

Dia melepas BH-nya dan membuat aku bisa melihat puting payudaranya yang berwarna coklat muda. Sudah kepalang tanggung, aku langsung mengecup puting tersebut dan menjilatinya seperti aku nyusu saat kecil dulu. Tidak lupa menggigit-gigit kecil putingnya dan hal tersebut membuat Zahra kegelian.

“aaaaaaaauuhhhhhhh Zaaaa, pelan-pelan dooongg” desahan Zahra membuat aku semakin kesetanan. Aku meninggalkan Zahra sejenak untuk mengunci pintu kamar kosnya untuk jaga-jaga siapa tau ada yg tbtb masuk dan melihat kami sedang melakukan hal yang tidak senonoh.

Aku langsung menyergap tubuh Zahra dan langsung membaringkannya, aku lanjutkan aktivitasku yaitu nyusu di payudara Zahra, dan sekarang tangan kananku sudah turun yang awalnya masih meremas payudara turun ke arah vaginanya. Tanganku masuk kedalam celana pendeknya dan menyingkap celana dalamnya, dan langsung menggesek-gesekkan jariku ke vaginanya.

“Ehhhhhmmmmm zaaaa, jangan disituuuuu, gellliiiiiiiiiii aaaaaaahhhhhhhhh” desahannya semakin menjadi.

Lalu, aku masukkan sedikit jari telunjukku kedalam vaginanya dan Zahra akhirnya menggelinjang tidak karuan karena rasa nikmatnya. Ku keluar-masukkan secara perlahan jari telunjukku.

“Zaaaaaaaaaaaa aaahhhhhhrrrgggggg udahaaannn, harusnya ga sampai kaya giniiiiiiiiii, aaaaarrrrrggghhhhhhh” Desahnya sambil mendorong badanku yang menindih dia.

Tentu saja tenaganya tidak cukup kuat untuk mendorong badanku yang cukup besar ini ditambah lagi tenaganya sudah terkuras akibat perlakuan yang aku lakukan. Tentu saja tidak ku hiraukan perkataannya, dan ritme keluar-masuk jari ke vaginanya kupercepat dan membuat Zahra menggelinjang lebih tidak karuan, dan akhirnya dia mencapai klimaks yang ditandai dengan banyaknya cairan yang keluar dari vaginanya

“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrgggggggghhhhhhhhhhhh” desahnya sambil mengeluarkan cairan kenikmatan dari vaginanya.

Aku langsung bangkit dari tubuh Zahra, dan melihat ekspresi muka Zahra saat mencapai orgasme pertamanya, dan tidak lupa ku ambil beberapa foto untuk koleksi pribadi.

“Zaaaa jangan di fotoinnn, arrrhhhhhggg” katanya yang masih merasakan sisa-sisa kenikmatan.

“Sedikit doang kok Zah buat koleksi aja hahaha” katakku.

“Harusnya ga kayak gini zaaaaaaa eehhhhmmmmmffff” katanya yang tertahan karena aku langsung menyergap bibirnya dan menciumnya dengan cukup kasar.

Aku mencari-cari lidahnya dan akhirnya kudapatkan lidahnya. Kumainkan lidah Zahra dengan lidahku dan tidak lupa juga tanganku yang nakal meremas-remas payudaranya yang cukup montok dan kenyal itu.

“emmmmfffffff emmmmmfffff” suaranya tertahan karena mulutnya tersumpal oleh mulutku.

Setelah puas dengan bibirnya, aku langsung membuka celanaku dan memperlihatkan juniorku yang sudah sangat tegang dan siap untuk mencari sangkar. Ukurannya bisa dibilang sedang karena faktor tubuhku yang besar menyebabkan penisku tidak sebesar laki-laki dengan badan atletis tapi walaupun begitu, aku yakin penis ini bisa membuat wanita manapun merem-melek kalo mereka merasakannya (ahahaha). Zahra langsung memalingkan pandangannya sesaat setelah melihat penisku.

“kenapa zah? Gamau liat, tadi kamu udah kasih liat barangmu, sekarang gantian aku yang kasih liat barangku hahaha” ledekku ke Zahra.

Zahra yang masih memalingkan wajahnya, terkaget karena usahaku yang sedang melepas celana sekaligus celana dalamnya.

“Zaaaa, jangaaaannn. Gak kayak gini zaaa harusnyaaa” katanya sambil mencegah celananya aku lepaskan. “Emang harusnya gimana zah? Kamu sendiri loh yang mancing-mancing hahahaha”.

Zahra tidak bisa menjawab pertanyaanku, sepertinya dia menyesali perbuatannya. Akhirnya aku berhasil melepas celananya sekaligus celana dalamnya. Zahra langsung meringkukkan badannya sambil menutupi bagian-bagian sensitifnya. Aku yang sudah dirasuki nafsu setan, mudah saja bagiku untuk melentangkan badan Zahra dan membuka kakinya untuk melakukan hal yang sudah kuidam-idamkan dari dulu yaitu bersetubuh dengan wanita yang cantik dan memiliki payudara montok. Kepala penisku sudah berada di bibir vaginanya dan Zahra masih berusaha lepas dari tindihanku walaupun hal tersebut mustahil. Pelan-pelan aku masukkan penisku ke vaginanya. Zahra akhirnya menyudahkan usahanya untuk keluar dari tindihanku dan sekarang ia sedang menahan rasa sakit.

“aaaaasssshhhhhhhhhhhh zaaaaaaa jaaaaaangan pleaseeeeeeee assssssssshhhhhhh” Penisku akhirnya menyentuh suatu dinding.

Awalnya kupikir sudah mentok tp setelah melihat kearah selangkangan, ternyata hanya kepala penisku saja yang baru masuk dan akhirnya ku tahu itu adalah selaput daranya Zahra. “Zahra masih perawan ternyata” pikirku. Aku yang sempat ragu untuk melanjutkan tetapi setelah melihat wajah Zahra yang merem saat itu malah membuatku semakin bernafsu saja.

“Zah siap yaaa, ini kayaknya agak sakit tapi tahan yaa” bisikku pelan di telinga Zahra.

Dia tidak merespon apa apa hanya menahan rasa sakit. Akhirnya dengan satu hentakan bobol sudah pertahanan terakhirnya dan Zahra langsung memeluk tubuhku dan meneteskan air mata ada bercak darah yang keluar dari vaginanya.

“Arrrrhhhhhhgggggg sakiiiiiiiiittt zaaaaaaaaaaa huhuuuuuuuhhuuuu” katanya sambil menahan rasa sakit.

Aku yang sedikit merasa iba tidak langsung menggerakan penisku tetapi memberi kesempatan vaginanya untuk beradaptasi dengan penisku sambil aku menjilati puting payudaranya yang menggemaskan itu. Zahra masih mengerang menahan rasa sakit. Kupikir sudah saatnya penisku beraksi, aku mulai dengan ritme pelan dan Zahra masih saja mengerang menahan rasa sakit namun sepertinya rasa sakitnya sudah berganti dengan rasa nikmat.

“aaaaarrrhhhhggggg arrrrrgggghhhhhhh” erangnya yang membuatku semakin bernafsu.

Kunaikkan ritmenya, desahan Zahra juga semakin keras dan semakin menggairahkan. Sepertinya Zahra sudah pasrah dan menyadari hal ini terjadi karena salahnya sendiri. Kugenjot Zahra kira-kira 15 menit lamanya dengan ritme sedang. Saat kurasakan penisku akan mengeluarkan isinya, ku percepat ritmenya lagi dan membuat Zahra makin tidak karuan sepertinya Zahra mendapatkan orgasmenya yang kedua. Badan Zahra saat ini melengkung ke arah depan membuat dadanya membusung ke arahku. Aku yang juga ingin mendapatkan orgasme, ku tingkatkan lagi ritme genjotanku.

“aaaaaaaaaaaaaarhhhhhhhhhhhgggggggg zaaaaa udahhhhhhh udaaaahhhhhhhhhh geliiiiiiiiii cukuuupppppppp. Jangan keluarinnnnn di daaaleeeeeeeemmmmm” desahan Zahra yang makin menjadi karena dia sampai klimaks duluan.

“Arrrrrhhhhhhhhhhgggggggggggggg” desahku karena sudah mencapai klimaks. Sesaat sebelum keluar aku tarik penisku dan mengeluarkan spermaku di pertu Zahra.

“Aaahhhhhhhhh aaaaaaahhhhh aaaaaaahhhhhh” desahku. Aku langsung mencari tisu untuk membersihkan sperma yang ada di perut Zahra dan juga untuk mengelap keringat Zahra.

“Makasih dan maaf ya zaaah, untuk kali ini” kataku sambil mencari pakaian untuk Zahra.

Zahra masih belum bisa menjawab perkataanku. Setelah mendapatkan pakaian dari lemarinya. Aku langsung memakaikan Zahra pakaian dan Zahra pasrah atas segala perlakuanku kepadanya.

“Zah, memang benar selama ospek aku liatin dada kamu terus dan Tia tentunya tapi gak terbersit satu bayanganpun aku bakal bersetubuh sama kamu, bahkan dalam mimpiku yang paling liarpun engga” Kataku kepada Zahra. Zahra masih menatap dengan tatapan kosong kearahku dan membuatku sedikit takut.

“Za” akhirnya Zahra buka suara.

“Awalnya ku kira gaakan kamu ngentotin aku kayak gini” aku kaget karena Zahra tau kata-kata ‘ngentot’. “aku kira kita bakal mainan barang kita doang” Zahra mulai meneteskan air mata lagi. “tapi ternyata kamu tega ya mengambil perawanku huhuhu” akhirnya tangis Zahra pun pecah dan dia tbtb memelukku dengan cukup erat.

Akupun dengan reflek mengelus-elus kepalanya seraya berkata “maaf ya zaah” kataku kepada Zahra. Zahra tetap nangis untuk waktu cukup lama dan masih berada di pelukanku, dan akhirnya sore pun tiba. Zahra sudah mulai tenang dan sudah tidak menangis lagi. Dia menawarkan untuk mandi bareng dan akupun menolaknya dengan alasan penghuni kosannya sudah banyak yang pulang dan tidak enak kalo melihat ada laki-laki di kamar perempuan sampai sore hari. (Nanti digrebeg warga bisa berabeh ya hahaha). Aku langsung pamit kepada Zahra dan sekali lagi aku terkaget dengan pernyataan Zahra.

“Za, mau nyobain Tia ga?”

“Hah?? Emangnya bisa?” kataku.

“Mau apa engga? Kalo mau aku nanti usahain, aku punya beberapa gambar dia yang tanpa jilbab dan memakai pakaian mini” katanya tak kalah membuatku kaget.

“dapat darimana kamu zah?” “rahasia laah hahaha, kalo mau nanti aku bantu dehh” ledeknya.

“kalo dibilang gamau ya pasti aku bohong laaah hahaha”. Aku langsung mencari dimana letak HP Zahra untuk membuktikan apakah perkataan Zahra bohong atau tidak.

“hayooo nyari apaa kamu zaaa hahaha” ledeknya sambil memamerkan HP-nya.

“Gak nyari apa-apa kok hahaa, yaudah aku pamit ya zahh”

“iya zaa ati-ati yaa dijalan jangan bayangin Tia loh dijalan nanti nabrak hahaha” ledeknya lagi yang tidak bisa aku balas.

“nanti aku kabarin Za, kalo si Tia- nya udah siap kamu cobain hahaha” katanya lagi. “iya Zaah, makasih yaaa untuk hari ini, kalo gadapet Tia, sama kamu lagi juga gapapa kok zaah hahahaa” akhirnya ku bisa membalas ledekannya.

“Yeeeee maunyaaaaa, yaudah sana pulang aku mau beberes” kata Zahra. Akupun langsung pergi dari kosannya dan menuju kosanku. Sesampainya di kosan aku langsung bersih-bersih dan akhirnya tertidur.

Aku bangun pada pukul 1 pagi dan langung mengecek HP karena ada sinya notification di HPku. Dan saat kubuka ternyata ada chat dari Zahra. Betapa terkejutnya aku saat membuka chat dari Zahra, dia ternyata mengirim 2 foto perempuan yang tidak lain adalah Tia. Satu foto adalah foto Tia tanpa menggunakan jilbabnya tapi masih mengunakan kaos santai, satu lagi foto Tia yang hanya menggunakan BH dan celana dalam dan berpose mirror selfie. Juniorku pun langsung berontak. Aku membalas “gileeeeee, lumayan ya ternyata, gak jauh kayak punya kamu zah” chat tersebut tidak dibalas, mungkin Zahra sudah tidur dan aku karena tidak bisa tidur karena memikirkan foto tersebut akhirnya memutuskan untuk melakukan hal yang dahulu sering aku lakukan hingga aku ketiduran.

Pagipun tiba dan mendapati balasan chat dari Zahra yang berisi “enak ajaa, bagusan punya aku laaah hahaha” dan lagi ia meminta jemput seperti biasa, dan aku berangkat kuliah pagi ini lebih segar karena pertama aku sudah melakukan seks-ku untuk kali pertama bersama Zahra, dan kedua sepertinya dalam waktu dekat Tia juga akan merasakan kenikmatan yang diberikan oleh juniorku


Bersambung…………….
Mau nyoba bikin cerita setelah sekian lama jadi silent reader hahaha.
Cerita ini hanya fiksi. Kesamaan nama tokoh, tempat, dan waktu hanyalah kebetulan belaka dan ini NO SARA

Part 1 : keep scrolling
Part 2 : keep scrolling
Part 3 : disini
Part 4 : disini
Part 5 : disini
Part 6 : disini
Part 7 : disini
Part 8 : disini

***Hidden content cannot be quoted.***

Semoga cerita ini bisa menghibur para suhu-suhu sekalian.
Jangan lupa tinggalkan komen berupa saran dan kritik dari agar tulisan ane makin bagus.
Oiya satu lagi cerita ini merupakan fantasy semata.
Enjoyy...........​
Hari minggu pagi aku sedang bersiap-siap untuk menyongsong kehidupan baruku yaitu kehidupan perkuliahan setelah beberapa kali ikut tes di berbagai perguruan tinggi dan harus menerima kenyataan bahwa aku gagal untuk kesekian kalinya, dan akhirnya aku diterima di salah satu PTN di kota P. Oiya perkenalkan namaku Faza seorang laki laki yang memiliki postur tubuh lumayan berisi. Aku berasal dari ibu kota tercinta. Dengan tubuh yg cukup besar ini, seringkali aku mendapat cibiran "badan babi" dan semacamnya saat SMA, sehingga membuat rasa percaya diriku rendah dan tidak berani mendekati perempuan, dan memang niat awalku mencari tempat kuliah di daerah yg jauh dari tempat asal adalah agar aku tidak mendapatkan cibiran itu lagi dan menaikkan rasa percaya diriku.

Pagi ini aku siap-siap untuk berangkat ke kampus karena ada technical meeting untuk ospek di kampusku. Sepanjang perjalanan, aku selalu memikirkan teman macam apa yg nanti aku dapatkan dan apakah nanti aku menemukan tambatan hati (ahaayy).

Sesampainya di kampus, aku disambut oleh seorang senior yg berasal dari ibu kota juga. Namanya Mba Nayla. Dia memiliki wajah yg cukup manis dengan jilbab yg menutupi bagian kepalanya. Badannya tergolong semok yang membuat dadanya cukup membusung walaupun sudah di lapisi oleh jaket almamater. Setelah pertemuan dengan Mba Nayla, aku langsung menuju kelas untuk mengikuti rangkaian acara TM ospek. Sampai dikelas, aku terkejut dengan mayoritas mahasiswinya yang menggunakan jilbab. Berbeda sekali dengan saat SMA dimana mayoritas perempuan tidak menggunakan jilbab. Mahasiswa yang menggunakan jilbab sebagian ada yang memang menutupi dadanya, dan sebagian ada yang hanya menutupi kepalanya, sedangkan dadanya yg membusung masih dipertontonkan. Jilbabers jenis ini yang membuatku penasaran ingin sekali merasakan memegang dadanya. Tapi sepertinya itu hanya angan saja huhu. Dan satu lagi, di kampusku memang mayoritas adalah perempuan, sedangkan laki-lakinya sedikit dan ini memberi kesempatan laki-laki untuk "cuci mata" setiap hari
=======########=======
Tak ada yang istimewa selama rangkaian acara. Acara diisi oleh senior senior yang memiliki paras cukup menarik. Dan salah satu yang menarik perhatian adalah Mba Kintan. Mba Kintan memiliki paras cantik dengan kulit kuning langsat dan postur tubuhnya yang mungil memberi kesan menggemaskan selama berlangsungnya acara.

Akhirnya acara ditutup dengan pembagian kelompok untuk ospek. Dan aku satu kelompok dengan 9 mahasiswa lainnya. Di kelompokku hanya terdapat 2 laki-laki. Ada 2 perempuan yang cukup menarik perhatianku yaitu Zahra dan Tia. Zahra memiliki wajah yang cukup manis dengan pipi yang tembem dan memiliki tubuh yang proporsional dan dadanya ku taksir berukuran 34B. Sedangkan Tia memiliki wajah cantik dengan tubuh kurus dan tinggi dan aku menyebutnya "kutilang dasi" (kurus tinggi langsing dada berisi) ya memang dadanya cukup menantang. Walaupun ia sudah menggunakan baju yg longgar, namun tetap saja dadanya keliatan membusung. Ku taksir ukurannya sama seperti zahra yaitu 34B.

Ilustrasi Tia

Ilustrasi Zahra

Selama rangkaian ospek. Aku memang dekat dengan mereka berdua dan hal yang kutakutkan yaitu mendapatkan julukan badan babi oleh teman-temanku nyatanya tidak terulang. Malah mereka berdua seringkali menyenderkan kepalanya ke bahuku di berbagai kesempatan katanya sih empuk (haha). Saat Zahra atau Tia senderan di bahuku, aku selalu melihat ke arah mereka dan pasti melihat dada yang dilapisi kaos ospek. Hal ini membuat juniorku memberontak dan rasanya ingin sekali memegang atau minimal menyentuh dada mereka, namun niat ini harus diurungkan karena dapat menyebabkan kejadian yang tidak diinginkan. Ospek berjalan selama satu minggu dan berakhirlah kebersamaanku dengan Zahra dan Tia.

Setelah selesai ospek, pembagian kelaspun datang dan ternyata Zahra adalah teman sekelasku tetapi aku harus kecewa ternyata tidak satu kelas dengan Tia. Dan dikelasku kualitas paras mahasiswinya sepertinya diatas rata-rata sehingga memberiku kesempatan untuk cuci mata lebih banyak jikalau aku sedang bosan dengan penjelasan saat kuliah.

"Za jemput dong kalo mau ke kampus hehe" chat dari Zahra.

Ku balas "okey wait yaa" dan akupun langsung bersiap-siap untuk berangkat karena memang ada kelas di pagi itu hari ini merupakan pertama jadi anak kuliahan.

Aku langsung menuju kos-an zahra untuk menjemputnya. Sesampainya, ternyata zahra sudah menunggu di teras kosannya dan langsung naik ke sepeda motorku. Selama di perjalanan, karena rasa penasaranku terhadap payudara Zahra, seringkali aku melakukan jurus "ngerem mendadak" tiap ada polisi tidur. Hal ini sepertinya membuat Zahra geram. Bukan karena payudaranya yang menempel di punggungku melainkan kepalanya yang sering beradu dengan kepalaku.

=======########=======

Setelah melewati 2 mata kuliah yang cukup membosankan, akhirnya selesai juga hari pertama menjadi anak kuliahan. Kami langsung menuju kantin untuk makan siang karena sudah lapar sekali, dan dari pagi perut kami berdua belum diisi oleh apapun.

"Za abis ini mau kemana?" Tanya Zahra kepadaku.

"Palingan pulang aja gak kemana-mana. Emang kamu mau kemana?" Tanyaku.

"Gak tau nih, aku belum begitu tau sama daerah sini dan memang belum ada niat buat kemana-mana hari ini. Oiya za, nanti anterin aku lagi ya pulang kekosan haha. Maaf lohh ngerepotin"

"iya iya santai ajaa".

Kamipun menyelesaikan makan siang kami dan langsung menuju kosan zahra.

Selama perjalanan jurus yang aku lakukan tadi pagi tidak kulakukan lagi karena aku sudah puas merasakannya tadi pagi. Rasanya empuk sekali (hahahaha).

"Za mampir dulu ya" kata Zahra.

"Gausah zah, aku langsung aja ya" kataku.

"Ayo ihh, masuk dulu, kosannya sepi kok gapapa kalo ada cowok masuk" "lah kalo sepi emangnya kenapa hahaha" kataku.

Dan akhirnya setelah perdebatan kecil, akupun masuk ke kosan zahra, dan zahra mengajakku masuk ke kamarnya, awalnya aku menolak karena menurutku masuk ke kamar perempuan itu tidak sopan tetapi dia tetap memaksa dan akhirnya akupun menuruti kemauannya.

Zahra langsung melepas jilbabnya dan memperlihatkan rambutnya lurus dan panjangnya sebahu. "Loh zah, aku masih disini kok main lepas jilbab aja" kataku kaget saat melihat zahra melepas jilbabnya. "Gapapa za, sama kamu ini" katanya sambil menguncir rambutnya. Aku sekarang bisa melihat lehernya yang putih itu karena jilbabnya dibuka, dan ketika sedang melamun sambil melihat rupa Zahra tanpa menggunakan jilbabnya, tbtb ia melakukan hal yang lagi-lagi mengagetkanku yaitu melepas kemejanya dan celana panjangnya. Walaupun ia memakai kaos dan celana pendek dibalik kemeja dan celana panjangnya, namun pemandangan saat melihat Zahra membuka kemejanya cukup membuat juniorku bangun tidurnya.

"Hayoo liatin apa kamu za hahaha" ledeknya.

"Zah aku pulang aja deh yaa gaenak nanti ada penghuni kosan lain kalo liat aku masuk ke kamarmu nanti dikira macem-macem” kataku.

Hal ini aku katakan karena juniorku yang sudah tidak bisa diajak kompromi dan harus segera dikeluarkan isinya.

“Emangnya kita lagi macem-macem za?” katanya yang membuat aku tidak bisa berkata-kata lagi. Zahra lalu menghampiri ku dan langsung memegang tangan kananku.

“Eh zah mau ngapain tanganku” kataku kaget karena tiba tiba tanganku dipegang olehnya.

“aku tau kok za, selama ini apa yang kamu pikirin ke aku, kamu pengen ini kan?” katanya sambil mengarahkan tanganku kearah payudaranya.

Tangankupun berhasil mendarat dengan sempurna di payudaranya yang kenyal dan lembut itu. Seketika itu juga aku langsung menarik tanganku memasang tampang cengo dan membuat Zahra tertawa.

“beneran gamau za? Gapapa kok kalo mau pegang, daripada kamu cuma liatin doang” katanya yang membuatku kaget.

“aku tau kok kamu sering liat dadaku semenjak ospek, aku juga tau selain liatin punyaku, kamu juga sering liatin punyanya Tia kan?, kira-kira Tia nyadar gak ya hahaha….” Katanya.

Aku yang masih membatu dan bingung harus berbuat apa tbtb disadarkan dengan Zahra melepas kaosnya dan hanya tinggal menyisakkan BH-nya untuk menutupi badan bagian atasnya.

“Zah, kamu ngapain??” kataku yang masih tidak percaya atas kelakuan temanku yang baru kenal 1 minggu ini.

Dan Zahra melakukan hal yang sama seperti awal, dia menarik tanganku dan dan menaruhnya di dadanya. Aku tidak melakukan remasan ke payudara Zahra karena masih bingung apakah hal ini benar atau salah apabila dilanjutkan.

“Tuhkan mau juga akhirnya hahaha” ledek Zahra yang membuat aku nekat meremas payudaranya dan sudah menggunakan dua tangan untuk meremas kedua gunung kembar tersebut.

“Nah gitu dooong, aku kan juga enak hahaha” katanya.

Dia melepas BH-nya dan membuat aku bisa melihat puting payudaranya yang berwarna coklat muda. Sudah kepalang tanggung, aku langsung mengecup puting tersebut dan menjilatinya seperti aku nyusu saat kecil dulu. Tidak lupa menggigit-gigit kecil putingnya dan hal tersebut membuat Zahra kegelian.

“aaaaaaaauuhhhhhhh Zaaaa, pelan-pelan dooongg” desahan Zahra membuat aku semakin kesetanan. Aku meninggalkan Zahra sejenak untuk mengunci pintu kamar kosnya untuk jaga-jaga siapa tau ada yg tbtb masuk dan melihat kami sedang melakukan hal yang tidak senonoh.

Aku langsung menyergap tubuh Zahra dan langsung membaringkannya, aku lanjutkan aktivitasku yaitu nyusu di payudara Zahra, dan sekarang tangan kananku sudah turun yang awalnya masih meremas payudara turun ke arah vaginanya. Tanganku masuk kedalam celana pendeknya dan menyingkap celana dalamnya, dan langsung menggesek-gesekkan jariku ke vaginanya.

“Ehhhhhmmmmm zaaaa, jangan disituuuuu, gellliiiiiiiiiii aaaaaaahhhhhhhhh” desahannya semakin menjadi.

Lalu, aku masukkan sedikit jari telunjukku kedalam vaginanya dan Zahra akhirnya menggelinjang tidak karuan karena rasa nikmatnya. Ku keluar-masukkan secara perlahan jari telunjukku.

“Zaaaaaaaaaaaa aaahhhhhhrrrgggggg udahaaannn, harusnya ga sampai kaya giniiiiiiiiii, aaaaarrrrrggghhhhhhh” Desahnya sambil mendorong badanku yang menindih dia.

Tentu saja tenaganya tidak cukup kuat untuk mendorong badanku yang cukup besar ini ditambah lagi tenaganya sudah terkuras akibat perlakuan yang aku lakukan. Tentu saja tidak ku hiraukan perkataannya, dan ritme keluar-masuk jari ke vaginanya kupercepat dan membuat Zahra menggelinjang lebih tidak karuan, dan akhirnya dia mencapai klimaks yang ditandai dengan banyaknya cairan yang keluar dari vaginanya

“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrgggggggghhhhhhhhhhhh” desahnya sambil mengeluarkan cairan kenikmatan dari vaginanya.

Aku langsung bangkit dari tubuh Zahra, dan melihat ekspresi muka Zahra saat mencapai orgasme pertamanya, dan tidak lupa ku ambil beberapa foto untuk koleksi pribadi.

“Zaaaa jangan di fotoinnn, arrrhhhhhggg” katanya yang masih merasakan sisa-sisa kenikmatan.

“Sedikit doang kok Zah buat koleksi aja hahaha” katakku.

“Harusnya ga kayak gini zaaaaaaa eehhhhmmmmmffff” katanya yang tertahan karena aku langsung menyergap bibirnya dan menciumnya dengan cukup kasar.

Aku mencari-cari lidahnya dan akhirnya kudapatkan lidahnya. Kumainkan lidah Zahra dengan lidahku dan tidak lupa juga tanganku yang nakal meremas-remas payudaranya yang cukup montok dan kenyal itu.

“emmmmfffffff emmmmmfffff” suaranya tertahan karena mulutnya tersumpal oleh mulutku.

Setelah puas dengan bibirnya, aku langsung membuka celanaku dan memperlihatkan juniorku yang sudah sangat tegang dan siap untuk mencari sangkar. Ukurannya bisa dibilang sedang karena faktor tubuhku yang besar menyebabkan penisku tidak sebesar laki-laki dengan badan atletis tapi walaupun begitu, aku yakin penis ini bisa membuat wanita manapun merem-melek kalo mereka merasakannya (ahahaha). Zahra langsung memalingkan pandangannya sesaat setelah melihat penisku.

“kenapa zah? Gamau liat, tadi kamu udah kasih liat barangmu, sekarang gantian aku yang kasih liat barangku hahaha” ledekku ke Zahra.

Zahra yang masih memalingkan wajahnya, terkaget karena usahaku yang sedang melepas celana sekaligus celana dalamnya.

“Zaaaa, jangaaaannn. Gak kayak gini zaaa harusnyaaa” katanya sambil mencegah celananya aku lepaskan. “Emang harusnya gimana zah? Kamu sendiri loh yang mancing-mancing hahahaha”.

Zahra tidak bisa menjawab pertanyaanku, sepertinya dia menyesali perbuatannya. Akhirnya aku berhasil melepas celananya sekaligus celana dalamnya. Zahra langsung meringkukkan badannya sambil menutupi bagian-bagian sensitifnya. Aku yang sudah dirasuki nafsu setan, mudah saja bagiku untuk melentangkan badan Zahra dan membuka kakinya untuk melakukan hal yang sudah kuidam-idamkan dari dulu yaitu bersetubuh dengan wanita yang cantik dan memiliki payudara montok. Kepala penisku sudah berada di bibir vaginanya dan Zahra masih berusaha lepas dari tindihanku walaupun hal tersebut mustahil. Pelan-pelan aku masukkan penisku ke vaginanya. Zahra akhirnya menyudahkan usahanya untuk keluar dari tindihanku dan sekarang ia sedang menahan rasa sakit.

“aaaaasssshhhhhhhhhhhh zaaaaaaa jaaaaaangan pleaseeeeeeee assssssssshhhhhhh” Penisku akhirnya menyentuh suatu dinding.

Awalnya kupikir sudah mentok tp setelah melihat kearah selangkangan, ternyata hanya kepala penisku saja yang baru masuk dan akhirnya ku tahu itu adalah selaput daranya Zahra. “Zahra masih perawan ternyata” pikirku. Aku yang sempat ragu untuk melanjutkan tetapi setelah melihat wajah Zahra yang merem saat itu malah membuatku semakin bernafsu saja.

“Zah siap yaaa, ini kayaknya agak sakit tapi tahan yaa” bisikku pelan di telinga Zahra.

Dia tidak merespon apa apa hanya menahan rasa sakit. Akhirnya dengan satu hentakan bobol sudah pertahanan terakhirnya dan Zahra langsung memeluk tubuhku dan meneteskan air mata ada bercak darah yang keluar dari vaginanya.

“Arrrrhhhhhhgggggg sakiiiiiiiiittt zaaaaaaaaaaa huhuuuuuuuhhuuuu” katanya sambil menahan rasa sakit.

Aku yang sedikit merasa iba tidak langsung menggerakan penisku tetapi memberi kesempatan vaginanya untuk beradaptasi dengan penisku sambil aku menjilati puting payudaranya yang menggemaskan itu. Zahra masih mengerang menahan rasa sakit. Kupikir sudah saatnya penisku beraksi, aku mulai dengan ritme pelan dan Zahra masih saja mengerang menahan rasa sakit namun sepertinya rasa sakitnya sudah berganti dengan rasa nikmat.

“aaaaarrrhhhhggggg arrrrrgggghhhhhhh” erangnya yang membuatku semakin bernafsu.

Kunaikkan ritmenya, desahan Zahra juga semakin keras dan semakin menggairahkan. Sepertinya Zahra sudah pasrah dan menyadari hal ini terjadi karena salahnya sendiri. Kugenjot Zahra kira-kira 15 menit lamanya dengan ritme sedang. Saat kurasakan penisku akan mengeluarkan isinya, ku percepat ritmenya lagi dan membuat Zahra makin tidak karuan sepertinya Zahra mendapatkan orgasmenya yang kedua. Badan Zahra saat ini melengkung ke arah depan membuat dadanya membusung ke arahku. Aku yang juga ingin mendapatkan orgasme, ku tingkatkan lagi ritme genjotanku.

“aaaaaaaaaaaaaarhhhhhhhhhhhgggggggg zaaaaa udahhhhhhh udaaaahhhhhhhhhh geliiiiiiiiii cukuuupppppppp. Jangan keluarinnnnn di daaaleeeeeeeemmmmm” desahan Zahra yang makin menjadi karena dia sampai klimaks duluan.

“Arrrrrhhhhhhhhhhgggggggggggggg” desahku karena sudah mencapai klimaks. Sesaat sebelum keluar aku tarik penisku dan mengeluarkan spermaku di pertu Zahra.

“Aaahhhhhhhhh aaaaaaahhhhh aaaaaaahhhhhh” desahku. Aku langsung mencari tisu untuk membersihkan sperma yang ada di perut Zahra dan juga untuk mengelap keringat Zahra.

“Makasih dan maaf ya zaaah, untuk kali ini” kataku sambil mencari pakaian untuk Zahra.

Zahra masih belum bisa menjawab perkataanku. Setelah mendapatkan pakaian dari lemarinya. Aku langsung memakaikan Zahra pakaian dan Zahra pasrah atas segala perlakuanku kepadanya.

“Zah, memang benar selama ospek aku liatin dada kamu terus dan Tia tentunya tapi gak terbersit satu bayanganpun aku bakal bersetubuh sama kamu, bahkan dalam mimpiku yang paling liarpun engga” Kataku kepada Zahra. Zahra masih menatap dengan tatapan kosong kearahku dan membuatku sedikit takut.

“Za” akhirnya Zahra buka suara.

“Awalnya ku kira gaakan kamu ngentotin aku kayak gini” aku kaget karena Zahra tau kata-kata ‘ngentot’. “aku kira kita bakal mainan barang kita doang” Zahra mulai meneteskan air mata lagi. “tapi ternyata kamu tega ya mengambil perawanku huhuhu” akhirnya tangis Zahra pun pecah dan dia tbtb memelukku dengan cukup erat.

Akupun dengan reflek mengelus-elus kepalanya seraya berkata “maaf ya zaah” kataku kepada Zahra. Zahra tetap nangis untuk waktu cukup lama dan masih berada di pelukanku, dan akhirnya sore pun tiba. Zahra sudah mulai tenang dan sudah tidak menangis lagi. Dia menawarkan untuk mandi bareng dan akupun menolaknya dengan alasan penghuni kosannya sudah banyak yang pulang dan tidak enak kalo melihat ada laki-laki di kamar perempuan sampai sore hari. (Nanti digrebeg warga bisa berabeh ya hahaha). Aku langsung pamit kepada Zahra dan sekali lagi aku terkaget dengan pernyataan Zahra.

“Za, mau nyobain Tia ga?”

“Hah?? Emangnya bisa?” kataku.

“Mau apa engga? Kalo mau aku nanti usahain, aku punya beberapa gambar dia yang tanpa jilbab dan memakai pakaian mini” katanya tak kalah membuatku kaget.

“dapat darimana kamu zah?” “rahasia laah hahaha, kalo mau nanti aku bantu dehh” ledeknya.

“kalo dibilang gamau ya pasti aku bohong laaah hahaha”. Aku langsung mencari dimana letak HP Zahra untuk membuktikan apakah perkataan Zahra bohong atau tidak.

“hayooo nyari apaa kamu zaaa hahaha” ledeknya sambil memamerkan HP-nya.

“Gak nyari apa-apa kok hahaa, yaudah aku pamit ya zahh”

“iya zaa ati-ati yaa dijalan jangan bayangin Tia loh dijalan nanti nabrak hahaha” ledeknya lagi yang tidak bisa aku balas.

“nanti aku kabarin Za, kalo si Tia- nya udah siap kamu cobain hahaha” katanya lagi. “iya Zaah, makasih yaaa untuk hari ini, kalo gadapet Tia, sama kamu lagi juga gapapa kok zaah hahahaa” akhirnya ku bisa membalas ledekannya.

“Yeeeee maunyaaaaa, yaudah sana pulang aku mau beberes” kata Zahra. Akupun langsung pergi dari kosannya dan menuju kosanku. Sesampainya di kosan aku langsung bersih-bersih dan akhirnya tertidur.

Aku bangun pada pukul 1 pagi dan langung mengecek HP karena ada sinya notification di HPku. Dan saat kubuka ternyata ada chat dari Zahra. Betapa terkejutnya aku saat membuka chat dari Zahra, dia ternyata mengirim 2 foto perempuan yang tidak lain adalah Tia. Satu foto adalah foto Tia tanpa menggunakan jilbabnya tapi masih mengunakan kaos santai, satu lagi foto Tia yang hanya menggunakan BH dan celana dalam dan berpose mirror selfie. Juniorku pun langsung berontak. Aku membalas “gileeeeee, lumayan ya ternyata, gak jauh kayak punya kamu zah” chat tersebut tidak dibalas, mungkin Zahra sudah tidur dan aku karena tidak bisa tidur karena memikirkan foto tersebut akhirnya memutuskan untuk melakukan hal yang dahulu sering aku lakukan hingga aku ketiduran.

Pagipun tiba dan mendapati balasan chat dari Zahra yang berisi “enak ajaa, bagusan punya aku laaah hahaha” dan lagi ia meminta jemput seperti biasa, dan aku berangkat kuliah pagi ini lebih segar karena pertama aku sudah melakukan seks-ku untuk kali pertama bersama Zahra, dan kedua sepertinya dalam waktu dekat Tia juga akan merasakan kenikmatan yang diberikan oleh juniorku


Bersambung…………….
mantap critanya
 
Bimabet
Dari sedikit bukti mengenai kamar yang mengeluarkan desahan tersebut..
Saya membuat kesimpulan dini bahwa itu adalah kamar tama dan dia bersama pacarnya (mbak nayla) sedang memadu kasih... wkwkw
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd