Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Home: Wherever you are with me (Bulgan 3-season finale)

Back to Story


Episode 8 - BBC





POV Marcos





“Tien, kamu tidurlah, nanti aku berjaga di sini!” Aku berkata sambil membelai tubuh yang hanya berbalutkan daster tipis. Kami sementara berendam di jacuzzi miliknya untuk menyegarkan badan setelah seharian gadis itu diperkosa berulang-ulang.


Untung aja aku bisa membawanya kesini.


Setelah Deni terbaring kelelahan, aku menculik Titien ke kamar dan menutup pintu rapat-rapat. Boy sempat protes, tapi aku bilang kalo malam ini Titien giliranku. Akhirnya mereka setuju setelah ku suruh mereka berdua untuk menjaga stamina karena besok penyutingan.


Untunglah perkataanku didengar mereka sehingga aku bebas berduaan dengan Titien di kamar mandi master bedroomnya. Ia sempat menaruh beberapa ramuan untuk memulihkan badan, supaya staminanya bisa kembali. Dan aku terus menemaninya dalam jacuzzi menjaga kepalanya tetap diatas, walau ia sudah tertidur.


Tadi aku sempat ngomong soal kabar Hackie sudah ngomong dengan Shaun. Deyara gak mau angkat telpon tapi sudah di sms. Awalnya keduanya tidak percaya, apalagi karena mereka tidak mengenal Hackie. Sebenarnya bisa saja aku suruh Titien ngomong langsung dari sini, tapi aku tidak berani menelpon dari sini, karena bisa membuka kedokku. Aku yakin Boy dan Deni dapat melacak panggilan yang keluar dari rumah ini. Mereka belum yakin 100% tentang aku.





Darla sama sekali tak dapat dihubungi. Pasti ia sudah tertawan.





Tadi Titien sempat bilang kalo ia menyuruh Edo lari keluar lewat jendela tepat jam 7.30 pagi. Menurutnya Edo bisa lolos dari kedua cowok itu, bila rencananya berhasil. Aku setuju, karena aku tahu Edo akan terus dijadikan sandera agar mereka bisa mengapa-apakan Titien.





Mudah-mudahan Edo bisa lolos dan menghubungi mereka lagi.





Aku melihat jam, sudah tengah malam. Udah cukup lama kita berendam.





“Tien, kita ke tempat tidur?” Aku membangunkan dia dengan menyentuh tangannya. Titien membuka mata.





“Heeh…! cape…” Kata gadis itu sambil memejamkan matanya lagi karena ngantuk. Pasti masih kecapeaan.





Kami keluar dari jacuzzi, dan kembali mataku dimanjakan oleh cetakan kain yang melekat langsung di tubuh gadis itu. Aku langsung membantu dia berdiri, dan mengambil handuk.





Tanpa malu-malu Titien membuka pakaiannya dan membalukkan handuk di tubuhnya. Aku hanya bisa menahan nafas lagi melihat keindahan yang didepan mata. Pantesan Boy dan Deni sampai mengap-mengap kecapean, dapat tubuh gadis yang mulus dan sempurna ini.





“Marcos, sudah ah…!” Kata gadis itu, pasti ia menyadari tatapan mataku.





“Siapa suruh kamu cantik gini!” Kataku kembali memujinya. Tapi kembali tanganku bekerja membantu dia mengenakan pakaian tidur yang tipis. Malah ia gak pusing lagi mau pake dalaman, udah ngantuk ingin tidur.





“Kamu ngak tidur?”





“Kamu tidur aja, nanti aku jaga di sini!” Kataku sambil duduk di samping tempat tidur.





“Jangan, kamu tidur juga. Kamu juga harus mengumpulkan tenaga, supaya dapat melindungiku..” Katanya sambil menarik tanganku supaya aku jatuh ke tempat tidur. Dengan segera aku mendekatinya dan tidur disampingnya.





“Sini Marcos, peluk aku…!” Katanya lagi sambil menarik tanganku. Tanpa disuruh dua kali aku langsung memeluknya dari belakang sambil membelai rambutnya penuh kemesraan.





“Selamatkan aku yah!” Katanya sambil tersenyum.





“Pasti, my princess!” Aku berbisik di telinganya.





——





Udah subuh… cukup lama aku tertidur.





Aku terbanguh setelah merasa ada gerakan di sampingku, ternyata Titien sudah bangun walau masih berbaring menatap ke langit-langit. Mungkin lagi merenungi nasibnya.





“Kamu sudah bangun?” Aku menyadari kalo itu gerakan tubuh Titien yang menggeliat lepas dari pelukanku.





“Iya, aku sudah enakan, Marcos!” Katanya sambil tersenyum. Gadis ini waktu pagi dengan wajah polos tanpa make up ternyata lebih cantik lagi.





“Kenapa kamu terbangun, tidur aja lagi biar cuma 10 menit. Masih belum jam 6 pagi!” Kataku menariknya lagi dalam dekapanku.





“Ehhh!” Titien bersuara kecil, kelihatan agak enggan.





“Kenapa? kamu kan aku peluk satu malam, tumben sekarang gak mau lagi.” Kataku menggodanya.





“Iya… tapi…” Wajahnya merah. Pasti malu…





“Tapi apa?” Aku tertawa melihat tingkahnya yang malu-malu kucing.





“Pagi ini beda!” Katanya sambil tersenyum.





“Apanya yang beda?” Tanya ku penasaran. Gadis ini banyak maunya…





Titien diam aja sambil menatap ke bawah, tatapanku juga turun mengikuti arah tatapannya, dan kali itu aku menyadari ada yang salah. Yah, pagi-pagi kemaluanku sudah berdiri dengan tegak sebagaimana biasanya.





“Hehehe… aku kan cowok normal!”





“Iya… hahaha…!” Titien tertawa.





“Mau dikeluarin?” Kata Titien sambil nakal.





Aku hanya diam aja… malu juga kedapatan mesum. Tapi dasar si Marcos Jr gak tahu tata krama, malah makin mancung aja didepan gadis cantik.





Tiba-tiba terdengar teriakan yang keras… ternyata suara Boy.





“Marcos, mana Titien? Sekarang giliranku. Aku mau olahraga pagi dulu…!” Kata Boy, kayaknya ia mendekat kamar ini. Tak lama lagi pasti ia membuka pintu dan melihat kamil





Astaga apa yang harus ku buat, pintu kamar memang tertutup rapat, tapi tidak dikunci karena dilarang Boy. Pasti cowok itu bangun-bangun langsung ngaceng kayak aku, dan ia teringat kalo ada Titien yang bisa dipake kapan saja ia butuh memuaskan nafsunya.





Aku makin gugup, gak tahu mau buat apa. Titien menatapku lalu membuka baju tidurnya.





“Eh, mau apa?”





“Sssttt!” katanya menyuruhku diam. Ia kini melucurkan celana boxerku dan mengeluarkan Marcos Jr yang masih sekeras tadi.





“Eh, tapi…!” Aku gugup, apa Titien mau ngentot?





“Sudah, diam aja. Kita harus bersandiwara didepan Boy!” Katanya lagi.





Terpaksa aku menuruti keinginannya, Titien memegang batangku sambil tersenyum dan mulai mengocoknya perlahan. Ia mengatur posisi.





“Bruak!” Pintu dibuka dengan keras… Boy masuk sendirian mendapati kalo kami berdua masih dalam posisi.





Aku sempat terhenyak mendengar bantingan pintu, tapi Titien tidak bergeming. Tanpa tendeng aling-aling ia memasukkan Marcos Jr kedalam mulutnya yang harus membuka besar untuk dapat menelan batangku.





‘Gila, ini enak sekali…!’ Kuluman Titien benar-benar hebat, mulut dan lidahnya menyedot kuat memanjakan batang kemaluanku. Aku sampai menutup mata membayangkan nikmatnya.





Boy hanya menatap kami… ia kaget melihat kami seperti ini.





“Kalo memeknya nganggur, mending aku pake dulu!” Kata Boy sambil membuka celana.





“Eh gak, sana dulu! Sekarang giliranku dulu…” Aku langsung protes. Aku gak rela Titien dipake cowok itu pagi ini, dan sambil protse, tanganku bekerja otomatis membuka paha gadis itu. Wah ternyata udah basah kuyup. Aku tersenyum memang, dan mulai menyerang memek tembem yang berbulu tipis itu dengan lumatan dan permainan lidah ala Marcos.





Sungguh permainan posisi 69 yang sangat panas.





“Aaahhhhh….!” Titien mendesah, merdu sekali. Desahannya seakan menaruh bensin di atas api. Seranganku makin berlipat, sementara di bawah sana aku merasa suatu kenikmatan yang puncak setelah mendapat pelayanan yang luar biasa.





‘Gawat ini, kalo Boy lama-lama keluar, bisa-bisa aku muncrat dalam dua menit!” Kataku sambil meliriknya.





“Boy, keluar dulu… jangan ganggu kami!” Aku mengusirnya.





Aku hampir gak tahan, sementara itu aku merasakan suara bercampur desahan Titien yang sudah tertawan nafsu terus membius ku. Ia juga udah gak tahan.





“Iya, aku ngerti. Aku gak akan ganggu kalian. Aku hanya mau nonton doang!” Boy gak mau pergi.





‘Wah, itu artinya aku harus melanjutkan permainan dengan Titien. Bisa-bisa impianku untuk ngentot dengannya bisa tercapai juga hari ini!”





“Marcos…” Aku mendengar suara Titien lirih. Segera ku balik posisinya dan mendekatkan wajahku ke wajah cantik yang sudah kemerah-merahan. Titien langsung memeluk leherku kuat-kuat. Suaranya terdengar lirih ditelinga tapi jelas artinya.





“Marcos… masukkan aja! Aku mau…”





Aku gak tahan lagi, Titien udah pasrah membiarkanku masuk. Segera ku atur posisi standar, lalu menggesekkan senjataku beberapa kali di diekat lobang nikmat itu…





“Ahhh… ayo Marcos!”





Tanpa disuruh ketiga kali kontolku mulai bekerja, menusuk dalam-dalam. Titien menciumku dengan luapan hasratnya… mencurahkan nafsu setelah mulut bawahnya disumbat BBC.





Aahhhh… ini benar-benar nikmat, memek tembek yang sempit benar-benar terasa. Jepitan dinding yang memijat kuat membuatku keenakan….





Aku melirik ke Boy, kontolnya udah keluar… dikocok dengan cepat. Pasti ia gak tahan…


Sementara tangan kirinya memegang camera kecil… mungkin merekam video kita.


Tapi aku tak perduli lagi.





Aku mempercepat tusukanku, sementara Titien memeluk leherku makin kuat.





Plok plok plok plok plok plok…


Plok plok plok plok plok plok…





Akhirnya kesampaian juga keinginanku selama ini. BBC ku bisa masuk ke lorong nikmat gadis yang ku idam-idamkan sejak dulu. Ia terus mengedor keluar masuk mengikuti irama. Titien ikut menyambut dengan menggoyangkan pinggulnya menyambut gerakanku, jelas ia terlihat menikmati. Tapi aku mau lebih…





“Tien, ganti yuk!” Aku minta posisi doggy, Titien menyanggupinya. Posisi ini kesukaanku, kontol besarku bisa mengekplore memek tembem itu sampai dalam.





Plok plok plok plok plok plok…


Plok plok plok plok plok plok…





Tubuh gadis itu bergetar di bawah tusukanku… tubuhnya kelihatan indah dari belakang, wajahnya berbalik belakang, dengan mata menatapku menantang, seakan ingin aku lebih kuat lagi. Pada bibirnya ada senyum melebar menyatakan kenikmatan yang luar biasa.





“Aaahhhh…!” Titien udah nyampe, tapi aku tidak memperdulikannya. Tusukanku makin cepat, terus mengejar puncak nikmatku. Aku gak mau kentang…





Plok plok plok plok plok plok…


Plok plok plok plok plok plok…





Titien memberi kode untuk ganti posisi lagi. Kali ini ia mau diatas, cowgirl. Segera aku melayaninya… Ia hanya bisa mendesah ketika kembali kontol BBC itu menusuknya dari bawah…





Plok plok plok plok plok plok…


Plok plok plok plok plok plok…





Kini Titien membalas seranganku, putaran pinggulnya begitu menghanyutkan. Hampir aja aku kalahhhh… untuk aku dapat ide. Pemandangan dari bawah sangat indah, buah dada yang putih, membulat dengan berujung tombak pentil kecil benar-benar indah. Tak tahan aku merengkuh dan meramasnya…





“Aaahhhh….!” Titien mendesah lagi.





Disaat ia lengah aku mempercepat gedoranku, kali ini menguras semua stamina dengan pompaan yang dalam dan RPM tinggi. Titien hanya bisa bertahan sambil memicingkan mata… ia kembali terbuai dengan seranganku dari bawah.





“Marcos…. ahhhhh” Terdengar erangan gadis itu. Tubuhnya kini berkelojotan, dan tiba-tiba perut dan pinggulnya naik dalam posisi melengkung… ia sudah nyampe.





“Aaahhhhhhhh!” Titien berteriak kuat di telingaku… rasanya mau menghajarnya terus, tapi tenagaku hampir habis baru dapat menaklukannya. Akhirnya setelah ia puas, aku mengedorkan serangan membiarkan ia menikmati orgasmenya, sementara tangannya merangkul kuat.





Akhirnya tubuh indah itu terjatuh ke tempat tidur dengan wajah penuh damai… sejuta senyuman membayang.





Tiba-tiba aku mendengar suara berteriak disampingku…





“Aaahhhhhh!”





Boy ikutan berteriak sambil mengocok kontolnya kuat-kuat. Cowok itu menyemburkan peju yang langsung diseka di daster Titien. Ia kelihatan puas… benar-benar menikmati pemandangan erotis yang ada didepannya.





Tanpa berkata-kata Boy langsung keluar dan menutup pintu, membiarkan kami.





“Eh!” Aku baru sadar.





“Kenapa? Cape banget…” Tanya Titien lemah.





“Aku belum keluar!” Kataku sambil mengatur posisi untuk kembali menyetubuhinya. Kembali posisi misionaris…





“Hahaha… dasar!” Kata Titien tertawa melihat tingkahku. Tapi ia membiarkan aja aku memake tubuhnya, malah menatapku dengan senyuman lebar di bibir. Ia terus menatapku seperti ini…





Plok plok plok plok plok plok…


Plok plok plok plok plok plok…





Tatapannya menambah tenagaku… wajah itu benar-benar menantangku untuk menaklukkannya lagi.





Plok plok plok plok plok plok…


Plok plok plok plok plok plok…





Getaran itu datang lagi, aku udah gak tahan. Titien juga…





Aaaahhhhhhhhh!! Teriakan kami hampir beririgan.Akhirnya kami berdua sama-sama tiba di puncak kenikmatan.





Titien masih terus menatapku





——





“Katanya mau buat aku segar, eh ternyata pagi-pagi udah mesum!” Kata gadis itu ketika aku kembali memeluknya dari belakang.





“Itukan hanya karena Boy!” Aku berkilah aja, tapi aku tahu ia hanya main-main.





“Terus kenapa Boy sudah pergi aku masih dipake lagi!” Tanya Titien sambil tertawa.





“Siapa suruh memekku legit banget!”





“Hahaha… dasar cowok sama aja!” Titien tertawa lepas. Senang melihatnya bisa tertawa lagi seperti ini.





“Udah, kamu kan yang duluan….!” Aku berbisik.





“Eh, siapa yang duluan mesum. Orang lagi tidur udah disodok dari belakang!” Katanya membela diri…





“Sudah-sudah, aku minta maaf, udah khilaf.”





“Tapi enak kan!” Katanya…





“Iya… jauh lebih enak dari apa yang aku impikan selama ini!”





Titien tersenyum.





“Jadi selama ini kamu mengimpikan aku?” Tanyanya lagi sambil tertawa.





“Sudah-sudah… dasar cewek pura-pura gak tahu!” Kataku lagi.





Ia hanya tertawa. ‘Memang Titien banget.’





——





Sementara itu di pantai barat Amerika Serikat seorang gadis cantik bernama Deyara berjalan pulang dari kampus. Sementara itu ada dua orang cowok yang terus membuntutinya tanpa ia ketahui.





POV Deyara





Flashback kemarin sore






“Deyara, kalo kamu mau selamat, diam terus dan ikut aku!”





Aku terkejut, siapa yang berani menggangguku di kampus yang lagi sepi. Aku berbalik melihat kebelakang, ada dua cowok berbadan kekar yang mencekal tanganku kiri dan kanan. Mereka mendorongku maju menuju ke jalan raya.





‘Apa ini sebuah lelucon? Siapa sih yang iseng!’ Aku coba berpikir. Kedua orang ini tidak seperti mahasiswa, mungkin anggota preman. Ini tidak bisa dibiarkan.





“Stop… lepaskan aku!” Aku berhenti dan setengah berteriak.





“Kamu cari mati, gadis cilik?” Orang bule yang disebelah kiri mempererat pegangannya.





“Aku gak ada waktu untuk lelucon kalian!” Kataku sambil tiba-tiba menuduk dan salto ke depan. Serta-merta pegangan mereka lepas ketika tanganku berputar.





Kedua orang itu kaget melihat aku dapat melepaskan diri dengan mudahnya. Mereka mencoba menangkapku, tapi aku mengelak dan lari menjauh. Untuk aja sekerumun mahasiswa datang mendekat. Dengan mudah aku lolos dan kembali ke kampus.





Sebenarnya aku sih mau aja melayani mereka. Aku yakin bisa mengalahkan mereka berdua sekalipun mereka main keroyok. Tapi lagi pake rok span, dan sepatu heels. Soalnya tadi barusan presentasi di satu mata kuliah. Melarikan diri adalah opsi yang jauh lebih aman. Nanti aja kalo bertemu kembali, aku akan melayani mereka.





End of flashback





——





‘Siapa sih yang iseng kirim sms seperti ini. Mana mungkin mereka dapat ditawan begitu mudah, kayak gak ada kerjaan aja.’ Aku membatin.





Tadi di kelas aku menerima sms dari nomor yang tidak dikenal. Baru sekarang sempat membaca, ternyata isinya memperingatkan aku akan bahaya. Menurutnya aku harus hati-hati dan segera cari teman, karena ada komplotan jahat yang mengincarku. Mereka sudah menawan Titien dan Darla.





Kejadian kemarin kayaknya akan terulang lagi pagi ini. Ada cowok yang akan menculikku.





Setengah tidak percaya aku segera menghubungi kedua nama itu. Tidak ada balasan, padahal udah tiga kali. Aku jadi was-was, bisa-bisa sms tadi ada benarnya. Aku mulai memandang keliling sambil meningkatkan kewaspadaan ku.





Tak lama kemudian hpku berbunyi lagi, kali ini dari nomor yang dikenalnya.





“Deya, kamu baik-baik aja?” Suara laki-laki di seberang terdengar khawatir.





“Iya, aku baik-baik aja, Dickhead!” Aku membalas dengan serius.





Ternyata telpon tadi Shaun, intinya dia bilang kalo ia mendapat sms yang sama. Dan ia akan segera datang untuk melindungiku. Aku disuruh nginap di rumah Shania malam ini. Shaun akan menjemputku satu jam lagi. Untung aja ia ada di Los Angeles.





Aku coba menelpon Rivo, tapi tidak diangkat. Mungkin sibuk. Aku gak mau mengganggunya, karena aku menganggap aku mampu mengatasi masalah ini sendiri.





Kali ini aku sudah siap, kalo kedua orang kemarin datang, pasti akan ku layani. Kini tampilanku beda dengan kemarin, jauh lebih casual. Celana panjang jeans agak longgar dan tidak menyulitkan aku bergerak. Sepatu kets dengan sol tebal dan keras, serta kaos oblong yang agak longgar. Aku malah menyimpan double stick kecil di ranselku, siapa tahu dibutuhkan.





Sekarang waktunya memancing mereka.





Aku terus berjalan sambil melihat kiri dan kanan. Kayaknya mereka membayangiku. Bukannya takut, justru aku berniat melawan komplotan yang akan menyergapku.





‘Kayaknya itu dia, ada tiga orang cowok yang terus mengikutiku!’ Aku membatin. Aku terus berjalan pelan seakan tidak peduli dengan cowok berbadan kekar sementara menguntit dari kejauhan. Ketiga orang itu pasti merasa senang sudah menggiring aku berjalan terus menuju perangkap, sebuah ruang tertutup di kampus yang sepi dan tertutup.





“Mereka pasti berencana menangkap aku disini. Bego amat!”





Benar aja, tiba-tiba ada dua cowok itu mengejarnya dan menarik bahunya. Seorang lagi cepat menutup jalan didepan. Aku sudah terkurung…





“Kalian mau apa? Lepaskan aku, jangan sakiti…” Aku pura-pura ketakutan sambil membuka dompet untuk menyogok. Gayaku ini sengaja untuk memancing ketiga cowok itu agar makin lengah. Aku terus memperhatikan, jangan-jangan mereka membawa senjata.





“Aha… kamu tak bisa lari lagi nona manis. Ambil tali, mari kita tangkap dia.” Kata pemimpinnya yang berbadan besar. Temannya segera mengeluarkan tali.





Sementara mereka lengah melihat aku ketakutan tiba-tiba aku mengamuk, segera suatu tendangan kaki beruntun telak mengena kepala pemimpin mereka.





“Buggghh…!” Ia jatuh. Pasti kaget melihat achagi-ku yang sangat cepat dan tak terduga.





Rekannya menatapku terbelalak, ia kaget sekali. Tapi aku gak membiarkan ia mengeluarkan senjata, dengan cepat kakiku bergerak. Ia sempat menangkis, tapi tentu saja dapat ku kalahkan dengan mudah. Aku segera menjatuhkannya.





Tak lama kemudian ketiga cowok itu mengurungku dan mengeroyokku… ketiganya ternyata adalah petarung yang cukup handal. Aku sangat beruntung bisa ketemu lawan tanding yang lumayan di tempat ini. Berkali-kali aku harus kewalahan dengan kepungan mereka, apalagi pukulan mereka dan tenaga mereka yang cukup besar. Tapi aku mampu melayani mereka dengan kecepatan dan kegesitan ku.





Dan setelah 15 menit jual beli serangan, aku memutuskan sudah cukup pemanasannya. Mereka bertiga sudah terengah-engah, sedangkan aku sendiri masih segar. Ketika menghindar, aku sengaja mendekat ke ransel yang ku jatuhkan tadi dan mengambil double stick didalamnya.





Melihat itu, mereka bertiga mengeluarkan senjata tajam. Tapi aku tidak takut, aku tahu keampuhan senjataku. Dan kali ini aku tidak akan mengalah lagi, sudah cukup tadi membiarkan mereka menyerangku.





“Swooosh… bruak…bruak… swoooshhhhh…. bruaaakkkkk… bruakkk….!” Sebuah serangan dari jurus yang pamiungkas menjajal telah kebagian-bagian tubuh mereka yang aku tuju. Terdengar beberapa tulang patah dan senjata tajam yang jatuh. Dan benar aja, gak sampai lima menit kemudian ketiga orang itu sudah jatuh tak berdaya di lantai. Ada yang pingsan, dan ada pula yang patah kaki dan tak sanggup berjalan lagi.





“Ampunnnnnn!” Mereka berteriak, sementara kawannya yang pingsan masih tetap terlentang di lantai. Aku tidak menghiraukan permohonan mereka dan terus mengikat tangan mereka bertiga, dan melucuti dompet dan hape mereka.





“Plok… plok… plok… plokkk” Terdengar suara tepuk tangan dari beberapa arah.





Tak lama kemudian Shaun muncul bersama ketua geng Black and White yang pernah ku kalahkan dulu. Dia menatapku sambil tersenyum, sementara itu ada tiga anggotanya ikutan muncul dari persembunyian mereka. Malah yang seorang membawa hape yang lagi merekam. Kayaknya pertarungan tadi direkam, eh mungkin aja disiarkan secara live.





“Deya kamu masih kenalkan Mr. Black!” Kata Shaun. Sang ketua geng menyambutku dengan uluran tangan dan langsung ku jabat.





“Mereka anak buahmu?” Aku bertanya.





“Tidak, mereka justru musuh. Bodoh sekali mereka berani melawanmu.” Kata Mr. Black.





Memang sih aku pernah ketemu dengan dia, dan kami sempat minum sama-sama. Ketika melihatku ia mendekat dan ingin berbicara. Kami merasa saling respek, dan dengan segera jadi teman.Ia malah menawarkan aku menjadi bagian geng, salah seorang jendral kepercayaannya. Aku menolak dengan sopan, tapi berjanji akan membantu. Ia juga berkata kalo aku bisa minta bantuannya kalo ada masalah.





——





“Black, benar kata Shaun. Kelompok mereka telah menyekap seorang gadis Asia di gudang dekat pelabuhan.” Lapor salah seorang panglima terpercaya dari Mr. Black. Ketiga tawanan tadi disiksa dan dipaksa mengaku di mana Darla disekap.





“Kamu mau apakan mereka bertiga?”





“Terserah kalian!”





“Baiklah aku sekap dulu, nanti ku bebaskan setelah ku kasih tanda mata geng kita!” Katanya lagi. Aku hanya tersenyum.





“Aku mau kesana sekarang!” Kataku sambil berdiri.





“Tunggu Deya, kita sama-sama. Ini terlalu berbahaya.” Kata Mr. Black.





“Aku hanya memata-matainya dulu.”





“Kayak aku gak kenal siapa kamu… mana bisa tangan kamu gak gatal ingin berkelahi!” Kata Mr. Black sambil tertawa.





“Lagi pula, aku tidak mau gang-mu nanti bermasalah dengan mereka. Apa lagi kamu masih ada urusan lain!” Kataku dengan tegas.





“Soal geng ku kami sudah terlanjur musuhan dari dulu. Tapi kamu hanya sendiri. Paling tidak tunggulah Shaun dulu, dia masih pergi mencari ke tempat Darla tinggal” Katanya lagi.





“Gak apa-apa, biarkan aku menyelesaikannya sendiri, kalo butuh pertolongan, pasti aku menghubungimu. Tanganku masih gatal… belum puas tadi…” Aku berkata lagi kepadanya, dan ia tertawa mendengarnya.





“Kamu harus waspada, siapa tahu mereka bersenjata.” Kata Mr. Black lagi.





“Iya… beres”





Mr Black kemudian memberikan ciri-ciri pemimpin mereka kepadaku, yang menurutnya sangat licik dan berbahaya. Aku harus dapat melumpuhkan dia dulu. Dia itu mantan juara kickboxer, jadi aku harus waspada dengan serangan lutut dan sikunya. Setelah itu, aku masih harus berhadapan dengan trio brandals, tiga pengawal setia yang selalu menemaninya. Ketiganya termasuk petarung yang hebat, tapi mereka juga suka main keroyok, dan gak malu-malu berbuat licik.





Aku memperhatikan dengan seksama penuturannya.





“Ingat baik-baik Deya, jangan gegabah. Mereka suka main curang, bisa-bisa mereka akan jadikan temanmu jadi tawanan supaya kamu menyerah! Kamu harus memperhitungkan segala sesuatu” Kata Black.





“Iya, aku mengerti!” Kataku. Aku tidak mau berhutang budi dengan geng itu, pasti suatu saat aku ditagih nanti.











Dengan nekad Aku memasuki gudang yang pengap itu. Hanya beberapa jendela atas yang terbuka, sehingga aku harus biasakan mataku dulu melihat di remang-remang.





Dengan perlahan aku berjalan menyelidik. Mencari di mana Darla disekap. Aku naik keatas dan melihat-lihat dari rangka tiang gudang, supaya aku bisa melihat semuanya.





Kayaknya Darla disembunyikan di ruangan di sudut, aku melihat itu satu-satunya ruang yang tertutup dan ber-AC. Dengan mengendap aku berjalan mendekati tempat itu.





Ketika dekat aku mendengar suara orang sayup-sayup. Ada suara desahan dan suara orang menjerit.





Segera ku tempel telinga, sambil mengintip.





Astaga! Aku terkesiap melihat pemandangan itu.





Darla sementara diikat dan diperkosa. Ia lagi telanjang bulat. Ada dua cowok berbadan besar sementara menggarap cewek itu pada dua lubang bawahnya… anal dan vaginanya lagi digempur dengan dua kontol yang lumayang besar. Sementara dua orang lagi lagi asik netek sambil meramas-ramas bongkahan dadanya yang sekal.





Aku terus menatap kegiatan mereka.





“Aaakkkhhhh!” Darla berteriak… apa ia kesakitan? Tapi kayaknya lebih condong ke arah nikmat, karena Darla justru menutup mata sambil tubuhnya berkelojotan karena pompaan double penetration.





‘Gila, sempat-sempatnya cewek itu orgasme sementara digang-bang! Apa yang harus lakukan...?’





Kata-kata Mr. Black kembali terngiang, aku harus membiarkan mereka selesai dulu. Prioritasku adalah membebaskan Darla, karena selagi Darla dalam tawanan mereka, aku tak dapat berbuat apa-apa.





Terpaksa aku terus menunggu dan mengintip… Jarang-jarang lho dapat siaran langsung seperti ini.





“Aaaahhhhh… ayoooo trus…. fuck meeee..!” Darla terus merintih kenikmatan. Mendesah, menjerit karena perlakuan keempat orang itu yang menodai tubuhnya dengan kasar. Ia di gang-bang lagi, kali ini dua kontol yang lain yang memasuki tubuhnya… sementara dari alat kelaminnya ada cairan putih keluar.





Ini sih hardcore namanya. Cukup lama aku mengintip.





‘Kok bisanya Darla sampai menikmatinya!” Mau tak mau aku jadi terangsang. Desahan dan gerakan tubuh Darla terus terngiang di benakku.





‘Astaga, Deya!’ Aku merutuki tubuhku yang ikutan nafsu. Aku kembali menyadarkan diri, Darla itu lagi diperkosa, itu bukan kemauannya.





Aku terus mengamati mereka sampai ke-limanya lunglai karena cape. Darla dibiarkan kembali tertidur, sementara ikatannya dibuka. Keempat cowok lainnya ikutan duduk disampingnya.





Mereka kembali bercanda kalo Darla gak berani keluar tanpa selembar pakaian di badan. Yang lain malah dengan mesumnya sesumbar kalo Darla sudah merasakan enaknya di gb, pasti gak punya lagi keinginan untuk keluar.





‘Dasar mesum!’





Keempat cowok mulai melanjutkan minum-minum, sambil tertawa-tawa mengejek cewek itu. Sedangkan Darla sendiri masih mengatur nafas dari permainan seks yang brutal tadi. Tapi ia sudah bangun…





Darla menatap ke arahku.





Aku memberikan isyarat kepada Darla. Ia melihat tanganku dan mengerti kalo aku ingin membebaskannya. Segera Darla minta ijin ke kamar mandi dengan alasan membersihkan diri. Ini kesempatan emas.





Waktunya untuk aku beraksi.





“Bruak!” Pintu dibanting dengan kuat mengagetkan keempat cowok. Membuat mereka segera bangun.





Pelan-pelan aku masuk sambil membawa double stick yang menjadi senjata andalanku disisipkan di pinggang. Cara aku berjalan masuk seakan menciptakan suasana yang dramastis. Keempat cowok itu menatap tidak percaya melihat seorang gadis cantik berani melawan mereka.





“Eh, ada apa ini? Kamu mau dientot juga?” Kata salah satunya.





Aku hanya tersenyum, tanpa kata-kata.





“Wah, beruntung benar kita ada gadis cantik yang menyerahkan diri. Datang sini Bitch, aku akan mengentotmu duluan!” Kata seorang yang dari ciri-cirinya aku tahu dia adalah pemimpin mereka.





Aku hanya tersenyum menyeringai, sambil membuka kuda-kuda. Cowok itu juga maju.





“Kalahkan aku dulu satu lawan satu!” Kataku memancing dia.





“Guys, kalian duduk dulu, biarkan aku bersenang-senang dulu!” Ia memberi komando kepada ketika brandals yang segera mengikuti perintah persis seperti anjing yang setia.





“Kamu tidak akan main curang kan?” Tanya ku lagi. Kembali pemimpin mereka melepaskan pisau dan senjata api dan melemparkannya di tempat yang jauh.





Kini saatnya. Aku langsung maju menghadapinya.





“Brukkk… happp… buuuukkkk.. deeeeeggg!” Aku mulai mengadu pukulan dengan cowok itu. Pukulannya kuat juga, aku melayaninya sampai beberapa kali jual beli serangan. Cukup kuat juga, jauh lebih kuat dari ketiga orang yang kuhadapi tadi. Benar-benar layak menjadi pemimpin mereka.





Aku terus memancingnya dengan gerakan-gerakanku sehingga ia mengeluarkan semua kehebatannya. Jelas kelihatan aku sudah terdesak, sehingga ketiga pengawalnya tertawa-tawa.





Baiklah, sudah saatnya aku menyudahi pertarungan. Aku sudah bisa meraba jurus-jurus kickboxing yang ia miliki, dan tahu bagaimana menghadapinya. Aku membiarkan ia menyerang duluan, dan pura-pura kesakitan menangkis tangannya. Tapi pada saat yang ia duga, tiba-tiba kaki kananku masuk ke dada…





“Aaaahhhhhhhh!” Orang itu jatuh kesakitan memegang dadanya. Tendangan ku telak masuk di ulu hati, mungkin beberapa menit ia belum bisa berdiri. Tanpa menunda, tiga serangan susulan masuk, dan semuanya menuju ke tempat mematikan.





“Kraakkkk!” Terdengar bunyi tulang patah, ketika kakinya ku injak waktu masih terbaring.





“Aaahhhhh…!” Serta merta pemimpin mereka pingsan kesakitan. Ketiga pengawalnya terbelalak, tak sangka bos mereka bisa jatuh di tangan seorang cewek.





Tanganku mengundang ke tiganya maju sekaligus. Aku tahu ini berbahaya, tapi aku sudah mengantisipasinya.





“Baiklah Bitch! kami akan mengajarkanmu siapa penguasa disini!” Sesumbar salah seorang dari mereka.





“Brukkk… happp… buuuukkkk.. Brukkk… happp… buuuukkkk.. Brukkk… happp… buuuukkkk.. Brukkk… happp… buuuukkkk.. deeeeeggg!”





Kali ini aku bertemu dengan lawan yang seimbang, mereka bertiga mampu melayaniku. Gerakan mereka rapi dan saling kerja sama menutup cela. Kami terus jual beli serangan tanpa ada pukulan atau tendangan yang telak masuk. Terpaksa aku harus menggunakan akal, kalau tidak tenagaku akan habis di sini.





Benar-benar lawan yang seimbang. Sampai sekarang belum ada serangan yang masuk telak. Mereka mulai bernafas berat, stamina mereka sudah habis setelah melayani Darla. Walaupun kelihatan mereka tambah garang, tapi aku tidak takut, karena jurus-jurus pamungkasku masih belum ku keluarkan. Sedangkan mereka kayaknya sudah berusaha semaksimal mereka.





“Brukkk… happp… buuuukkkk.. Brukkk… happp… buuuukkkk.. Brukkk… happp… buuuukkkk.. Brukkk… happp… buuuukkkk.. deeeeeggg!”





Sudah saatnya mereka berkenalan dengan double stick-ku. Apalagi pemimpin mereka ku lihat sudah siuman dan duduk untuk mencari nafas.





“Hiaattttt… swooosshhhhh …. ahhhh… bruk… bruk…. ahhhh.. swooshhhhh!” Tanpa mereka duga dalam satu gerakan berputar aku mengeluarkan double stick yang segera memakan korban.





“Aduuuuhhhh”





“Ahhhhhhh”





“Asholeeee!” Mereka bertiga memaki karena terkena pukulan. Tapi aku tidak membiarkan mereka lolos dan mengambil senjata. Double stick ku terus mengejar mereka.





“Brukkk… happp… Swoooosshhhhh buuuukkkk.. Brukkk… Swoooosshhhhh happp… buuuukkkk.. Brukkk… happp… buuuukkkk.. Swoooosshhhhh Brukkk… happp… buuuukkkk.. deeeeeggg!”





“Deya!”





Terkejut aku mendengar suara di sampingku, ada orang masuk lalu membantuku. Ternyata itu Rivo pacarku yang datang membantuku.





Rivo menyerang mereka satu per satu, dan kali ini dia berada diatas angin karena masih segar, sedangkan lawan-lawannya sudah kesakitan dan kelelahan.





Tiba-tiba pemimpinya berdiri, dan Rivo segera melawan pimpinan mereka yang sudah siap bertarung lagi. Rivo segera maju berkelahi melawan orang itu.





“Jangan Rivo!” Aku hendak melarangnya, karena ku tahu Rivo bukan lawan orang itu. Dan walaupun sempat pingsan, tapi aku tahu ia masih segar dan kuat.





Aaahhhhh…





Kayaknya Rivo kewalahan melawan pimpinan mereka yang kuat. Aku gak bisa membantunya, karena tiba-tiba dihadang lagi oleh tiga orang pengawalnya yang walaupun sudah luka-luka, masih mendengar perintah pemimpin mereka. Aku harus cepat menyelesaikan krucu-krucu ini.





Benar aja, ketika aku menambah kecepatan dan mulai mengkombinasikan double-stick ku dengan tendangan melingkar andalanku, ketiganya gak bisa bertahan lagi. Satu persatu mereka tumbang, yang satunya jatuh pingsan serta yang duanya lagi kesakitan menahan sakit di dada. Untunglah mereka kuat dan sudah biasa terkena pukulan.





Tapi ketika aku berpaling, aku kaget mendapati Rivo telah kalah. Ia kini sementara berlutut sementara lawannya sudah menaruh pisau di leher cowok itu.





Astaga!





“Cepat menyerah jika ingin melihat dia hidup!”





“Jangan Deya!” Suara Rivo menggema.





Cowok itu menggeliat mencari lolos, tapi sebuah pukulan membuat ia terkulai, mungkin pingsan.





“Eh… jangan apa-apakan dia.”





“Lepaskan senjatamu…!” Perintah yang segera aku ikuti.





Tak lama kemudian tanganku dipegang dengan kasar oleh dua orang temannya. Kedua cowok mesum itu dengan jahilnya ikut meraba-raba dadaku.





“Kalian cari mati…” Aku memberontak.





“Bitch, lihat kesini, kamu menyerah ato tidak!”





“iya.. aku menyerah!” Mau tak mau aku membiarkan mereka menggerayangiku dengan bebas.


Dan tentu saja langsung dimanfaatkan kedua cowok itu. Tangan mereka menjelajah ke bagian-bagian tubuhku yang intim. Tanganku diikat mereka… juga kakiku. Kayaknya mereka takut dengan kakiku.





‘Eh, kenapa aku jadi geli.’ Aku hanya dapat berdiam diri sambil memicingkan mata untuk fokus mencari akal.





Melihat aku diam, tangan mereka dengan nakal menyusup ke balik kaos yang aku pakai. Dengan nakal bra ku dirusakkan dan kedua bongkahan dadaku diremas dengan keras. Tangannya keduanya terasa memelintir toketku serta menyentil kedua putingku.





“Eh eh…” aku menggeliat.





Melihat gerakanku yang sengaja membiarkan mereka beraksi, mereka makin berani. Entah kenapa nafsuku naik, mungkin karena belum tersalurkan setelah melihat gang bang yang tadi.





“Bos, tubuhnya benar-benar mantap. Kita beruntung sekali…!” Ujar keduanya





Aku melihat pemimpin mereka tidak peduli lagi terhadap Rivo, dan segera datang mendekatiku. Mataku menatap Rivo yang sudah siuman dan membuka mata. Untunglah ia masih diam…





“Aaahhhhh…. aku mendesah, tubuhku semakin dipermainkan.





“Pergii…. ahhh minta… ahhhh bantu… aaaaaaaannnnnn!” Desahanku menyuruh Rivo melakukan sesuatu. Cowok itu akhirnya mengerti.





Dan benar, ketika pemimpin mereka membuka celana jeans ku, Rivo segera keluar dari tempat itu. Di pintu Darla sudah menanti, dan keduanya segera menghilang.





Baguslah, yang penting mereka sudah lolos.





Sekarang tinggal bagaimana aku bisa lolos dari ketiga orang ini. Aku melihat ke kiri, dan mendapati kalo teman mereka yang pingsan tadi udah sadar. Wah, tambah sukar bagiku untuk lolos. Moga-moga Rivo cepat dapat bantuan.





Bajuku mulai dilucuti satu persatu. Aku membiarkan aja, malah ada untungnya, mereka harus membuka kembali ikatan tali tadi. Tapi tetap aja aku tidak bisa bergerak karena kedua tanganku serta kakiku sudah dipegang erat-erat oleh empat orang cowok yang berbadan besar.





“Aaahhhh…..” Tubuhku kini sudah dibaringkan di atas meja, kini tinggal sepotong kain segi tiga yang menutup daerah selangkanganku.





Dan benar, setelah menarik CD-ku turun, pemimpin mereka memaksa aku membuka kakiku hingga terkangkang lebar.





Aku malu sekali, keempat cowok itu dapat menatap dengan kagum akan bagian intim ku. Beberapa pujian yang mesum ditujukan kepadaku.





Akhirnya sebuah lumatan serta jilatan dari sang bos turun ke belahan yang ada di selangkanganku. Aku sampai merintih kecil, bibir serta lidahnya dengan ahli membangkitkan nafsuku…





“Aaahhhhh….!”





Serangan cowok itu makin hebatnya, sementara itu kedua toketku diramas-ramas dengan kasar. Tapi entah kenapa aku menikmatinya.





‘Astaga, apa aku akan di gangbang seperti Darla tadi?’





Pada saat yang amat tegang tiba-tiba aku mendengar bunyi pintu terbuka lagi. Mr Black serta ketiga anak buahnya datang dan langsung mencari mangsa satu persatu.





Aku langsung lari menghambur kepada Shaun dengan tubuh telanjang. Shaun melepaskan bajunya dan menutup tubuh telanjangku.





Ketika aku berpaling melihat perkelahian, tampak Mr Black dan ketiga anak buahnya sudah menjatuhkan masing-masing lawan mereka. Dan tanpa menunggu lama mereka langsung diikat.





“Deya…!” Rivo memanggilku, dan aku langsung lari mendekat serta memeluknya. Tampak Darla di samping cowok itu ikutan memeluk aku.





“Maafkan aku sayang!”





“Kamu sih ceroboh sekali!” Aku menegur Rivo.





“Kamu juga ceroboh, gak tunggu kami langsung datang sendiri.” Kata Shaun menegurku.





Shaun ada benarnya, sehingga aku tidak banyak ngomong lagi.





——





“Cuh… geng sebesar Black and White, mau aja dipakai orang. Ada permusuhan apa sampai kalian menyerang kami, bukankan kita ada gencatan senjata!” Aku mendengar pemimpin mereka melayangkan protes kepada Mr. Black.





“Kamu sudah menelanjangi salah satu jendral kami, masih mau tanya-tanya lagi.” Kata Mr. Black sambil menunjukku.





“Sejak kapan cewek itu jadi anggota Black and White? Alasan aja!”





“Tanya sendiri kepadanya!” Kata Mr. Black sambil melihat kepadaku.





“Iya, aku anggota Black and White. Kalian berani sekali menodaiku!” Terpaksa aku mengeluarkan kata-kata tersebut. Tampak Mr. Black tersenyum menatapku.





“Gimana jendral, kamu mau hukuman apa untuk mereka.”





“Ikat tangan dan kaki mereka, buat mereka mengangkang!” Kataku sambil menatap Darla. Ia segera maju. Kata-kataku segera dilaksanakan oleh anak buah Black.





Aku menatap Darla, dan ia maju sambil mengangguk. Ia meminjam double stick ku dan menghantamkannya berulang-ulang pada selangkangan keempat orang itu.





“Aaaaahhhhhhhh… ampunnnn ahhhhhhhhh!” Teriakan-teriakan kesakitan dari keempat orang itu mengisi ruangan.





Darla melampiaskan semua emosinya, semua ketakutannya sejak diperkosa di Manado dan keempat orang ini menjadi sasaran kemarahannya. Aku yakin keempat orang itu tidak mampu lagi meniduri wanita sejak peristiwa ini.





Tak lama kemudian Shaun dan Rivo memegang tangan Darla dan menahannya. Sudah cukup… dan sambil terisak, Darla keluar dari tempat yang bejat itu.





“Kamu puas?” Tanya Mr. Black.





“Itu baru hukuman dari gadis itu, hukuman dari aku aja belum.” Kataku sambil tersenyum. Aku membisikkan sesuatu kepada Mr. Black dan ia mengerti.





“Bawa mereka berempat ke markas!” Kata Mr. Black. Ia pun ikutan keluar sambil berjalan di sampingku. Aku tahu ada yang hendak disampaikannya.





“Malam minggu ada acara inisiasi untuk anggota baru, tapi kamu tidak akan diganggu. Kamu hanya perlu hadir… karena kamu bukan mulai dari awal, kamu udah jadi salah seorang jendralku.” Katanya.





“Terus apa yang harus aku buat?”





“Aku tahu kamu gak suka dengan transaksi-transaksi kami. Kamu cukup hadir kalo kita lagi menghadapi musuh… eh kamu juga boleh datang waktu kita ada acara seks party, aku mengundangmu khusus. Tapi kamu jangan takut, tak ada orang lain yang berani menyentuhmu…” Kata Mr. Black dengan cepat.





Aku hanya mengeleng-geleng kepala. Mau gak mau aku harus hadir dalam acara-acara geng. Aku kembali menyumpahi Rivo yang membuat aku seperti ini.





——





“Dickhead, kamu yakin Hackie dapat dipercaya?” Tanyaku ketika kami mengantar Rivo dan Darla ke airport. Rivo sempat berjanji cepat pulang setelah urusannya di New York selesai. Kebetulan ia ada pertemuan bisnis di sana.





Kami membicarakan soal Hackie yang pertama membawakan berita soal penangkapan Darla. Shaun kelihatannya mempercayai Hackie 100%. Tadi ia sudah mengirimkan berita kalo Darla sudah bebas, sedangkan Deya aman dan penculiknya sudah tertangkap.





“Aku yakin Hackie pasti sahabat baik Titien. Aku yakin kok!” Kata Shaun.





“Bagaimana kamu yakin… kamu pernah bertemu dengannya?”





“Tidak sih, tapi ia tahu rahasia aku yang hanya beberapa orang yang tahu, termasuk Titien.”





“Rahasia apa sih?” Aku penasaran, tapi Shaun gak mau bilang. Berulang-ulang kali kami tanyakan, tetap aja ia gak mau bilang.





“Dickhead, cepat bilang… kalo tidak aku cerita soal kamu dan bencong!” Darla juga menuntut. Ternyata Darla juga tahu salah satu rahasia Shaun.





“Bencong? Dickhead jadi bencong?” Tanya Rivo.





“Kayaknya Dickhead gaet bencong, dikira cewek!” Tebak aku….





“Oke… oke, aku nyerah, tapi jangan cerita-cerita orang yah!” Kata Shaun.





“Iya…” Kami bertiga disuruh berjanji duluan.





“Gini, Hackie tahu kalo jembutku udah dipangkas berbentuk hati. Padahal hanya Titien dan Cherrie yang tahu soal itu…” Kata Shaun pelan-pelan.





“Astaga, jembutmu dipangkas berbentuk hati…Hahahaha!” Akhirnya mereka bertiga pun pecah tertawa membayangkan hal tersebut.





Akhirnya dengan ciuman yang dalam, aku melepas kepergian cowokku. Darla sempat berjanji akan menjaga Rivo…





“Kamu lihat sendiri kan Darla sudah berubah, ia tampak lepas, gak sedih lagi.” Kata Shaun.





“Iya, mudah-mudahan ia segera sembuh dari mimpi-mimpi buruknya.” Kataku lagi. Kami terus memperhatikan mereka sampai menghilang di ujung lorong.





Setelah itu aku kembali ikut dengan Shaun ke mobil, karena aku sudah janji akan tidur di rumah Kak Naya malam ini. Dan tepat sebelum mobil bergerak, tiba-tiba hape-ku berbunyi.





“Deya, aku ada info siapa pelaku sebenarnya yang menculik Darla. Dan Deya, ternyata ada masalah besar dengan Titien.”





“Eh maksudmu?” Aku bertanya.





“Panjang ceritanya, nanti aku kasih tahu info lengkapnya. Tapi kamu harus kesini dulu malam ini, aku menginap di Westin Bonaventure malam ini. Kamu datang sendiri yah… boleh request pake baju seksi?”





“Ihhhh… dasar…” Aku tertawa sambil menutup hape. Tapi aku sadar aku sudah terjerumus. Apa yang akan terjadi yah? Aku jadi teringat kontol Mr. Black yang sangat besar yang sempat ku kocok dulu.





Kemudian sebuah sms muncul, Mr. Black memberikan nomor kamarnya. Ternyata ia serius.





“Astaga Deya! aku harus buat apa…”





——





POV Titien





“Tien, Darla sudah bebas.” Kata Marcos tersenyum, sambil menutup hape. Kayaknya ia baru dapat berita itu dari Edo.





“Apa?”





“Darla bebas, Tien!” Katanya lagi.





Tiba-tiba aku memeluk dan menciumnya dengan panas. Aku mencurahkan kebahagiaanku dengan memberikan cowok itu ciuman yang panas. Marcos sampai terhenyak, tak menyangka reaksiku seperti ini.





Tak lama kemudian aku sadar udah keterlaluan, dan menarik bibirku malu-malu.





‘Astaga apa yang sudah kulakukan dengan Marcos.’ Aku menatapnya tertawa, sebelum lari menuju kamar.





Mungkin sekali ini gara-gara kerinduanku bercinta dengan orang yang ku percaya. Setelah merasakan kontol Boy dan Deni, aku merasa ada yang kurang dalam batinku. Aku butuh dicintai dan diperlakukan dengan lembut, dan disinilah yang membuat Marcos berbeda dengan mereka.





Marcos memperlakukanku dengan penuh kelembutan. Sepanjang ML aku bisa bercanda dengannya sebagaimana dengan Ryno… apa ini karena aku merindukan suamiku? Suami… eh astaga! apa aku masih pantas menjadi seorang istri setelah apa yang ku perbuat?





Aku sudah berzinah dengan Shaun, Edo, Boy, Deni… dan sekarang Marcos.





Kalo keempat cowok tadi, bisa saja aku berkelit bilang aku hanyalah korban, yang terpaksa melayani mereka…. tapi Marcos lain. Aku yang menggodanya dan aku yang menginginkannya.





Titien, apa kamu sudah jadi istri yang binal?





Lihat jendela… dari jauh kelihatan sebuah topi merah yang biasa dipakai oma-oma lewat. Mudah-mudahan Edo sudah siap… Aku segera mengunci pintu kamar, saatnya Marcos hendak menghajar kedua cowok yang sudah memperkosaku.





Penderitaanku akan berakhir, dan yang paling utama adalah membuat Edo lolos dulu, supaya jangan dijadikan tawanan oleh mereka.





Benar aja, topi merah udah didepan pintu.





“Bruk” Terdengar bunyi yang kuat.





Pasti Boy dan Deni akan terbangun mendengar suara jendela pecah.





Tiba-tiba ada seorang cowok terlihat lompat turun dari tangga darurat yang berasal dari lantai atas. Edo telah memecahkan kaca kamar di lantai dua, lalu turun lewat tangga darurat, yang tidak mencapai tanah. Ia melompat turun dan sempat terjatuh, tapi kemudian ia segera bangkit dan tertatih mencoba berlari secepatnya menuju jalan masuk.





“Deni kejar dia!” Suara Boy terdengar kuat. Keduanya hampir tidak percaya melihat Edo mencoba meloloskan diri.





Suara dua orang berpacu menuju ke pintu depan terdengar… dan benar, Boy dan Deni mengejar Edo yang tertatih-tatih mencoba lolos. Edo sudah di pintu gerbang… begitu pintu terbuka ia segera lari mendekati topi merah.





Boy dan Deni terus berlari menyusulnya… waktunya aku beraksi. Aku segera meniup peluit bebek yang terletak di kamarku, suatu tanda kami dari dulu.





Tiba-tiba Boy dan Deni berhenti mengejar. Terdengar suara lolongan anjing yang sangat kuat… mereka menatap kepada Boy dan Deni dengan amarah… dan ketika peluit ditiup lagi, anjing-anjing itu langsung menyerang kedua cowok itu.





“Tolonnngggg”





“Aduhhhh”





“Aaahhhhh!”





Suara lolongan anjing bercampur teriakan dua cowok itu meminta tolong terdengar sahut menyahut. Sedangkan sang nenek sudah dari tadi melepaskan tali ke dua belas anjing herder yang dipeliharanya. Anjing yang sudah lama akrab dengan penduduk rumah ini.





Kedua belas anjing itu terus mengejar dan menggigit kaki dan tangan Boy dan Deni yang kewalahan sehingga harus menghindar sampai lari keliling rumah. Mereka sempat kena gigitan berulang-ulang, dan harus mencari tempat aman dengan loncat di dalam telaga. Kedua belas anjing itu menunggu mereka di luar dengan gigi mengancam.





Sementara itu Marcos yang menonton denganku ikutan tertawa-tawa melihat kesialan dua cowok itu. Mereka telah melupakan Edo, yang kini asyik berjalan menuju hotel. Marcos segera meminta salah seorang kakaknya untuk menjemput Edo.





Sementara itu aku segera mengunci semua pintu, dan siap-siap menelpon polisi. Ini semua harus berakhir disini…





Tepat sebelum aku menelpon polisi, tiba-tiba sebuah mobil datang menerobos pagar yang sudah setengah terbuka. Mobil ini dengan cepat menuju ke pintu, lalu membuka pintu.





Tampak ada dua orang gadis cantik keluar dari mobil, ketakutan di bawah todongan senjata seorang yang berada di belakang mereka.





“Cherrie?”





Astaga!





——





Bersambung
 
kalo ceritanya dgn detail adegan sex lebih terperinci . Aku jamin ini cerita Baru supeeer
 
Waduh, rusaklah Titien, udah ama Shaun, Edo, Boy, Deni, skrg Marcos, padahal ngebayangin Titien sebagai pemeran utama itu cuma ama Ryno, kalo Shaun okelah sbb seizin Ryno hahahaha

Anyway this is very very very good story, bikin cenut2
 
Gilaaa.. Titin jadi bancakan rame rame.. Bikin Titin jd ketagihan huu.. Mantap sekali hu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd