Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG IBUKU DIRAMPAS DARIKU (UPDATE 22/08/2023)

mending pakai mulustrasi gak? takut kebanyakan mulustrasi bikin lelet loading


  • Total voters
    979
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
PART 003

JUMAT SIANG, JULI 2019
POV IBU UMI



siang ini murid murid dari kelas 10 sampai kelas 12 dipulangkan lebih awal. Begitu pula dengan anak laki laki semata wayangku, rino sudah pulang terlebih dahulu dengan sepeda motornya tadi, setelah sebelumnya sempat kuberi uang untuk membeli makanan. Hari ini semua guru-guru dikumpulkan untuk melakukan rapat koordinasi awal tahun ajaran baru. Jadilah aku saat ini sibuk untuk menyiapkan laporan untuk disampaikan pada rapat koordinasi nanti. Selain itu adanya perubahan mekanisme ujian akhir serta seleksi masuk perguruan tinggi yang juga harus disosialisasikan diantara kalangan guru.

Aku sendiri adalah salah satu pengampu untuk mata pelajaran matematika di sekolah ini. Selain itu karena merupakan guru yang cukup senior, tahun ini aku dipilih menjadi koordinator guru mata pelajaran matematika yang berjumlah 12 orang di sekolah ini. Kebetulan juga aku juga merupakan pembimbing untuk tim olimpiade sains khususnya matematika. Belum cukup disitu beban tugas mengajarku, aku juga merupakan wali kelas untuk kelas IPA 1 di sekolah ini. Jadilah aku super sibuk menyiapkan segala sesuatu dari banyaknya beban pekerjaanku. Sebetulnya aku tidak masalah untuk mengerjakan ini semua, toh ini juga akan memberi nilai positif pada penilaian konduite ku nanti. Namun ada beberapa hal yang sebenarnya harus lebih ku prioritaskan untuk diselesaikan.

Beberapa hari yang lalu entah ada angin apa, saat sedang makan bakso bersama anakku, entah kenapa dia menanyakan tentang sesuatu yang belum pernah kami bahas selama ini. Rino yang selama ini kuanggapa masih anak ku yang polos dan lucu, tiba tiba menanyakan soal sosok lelaki yang harusnya menemaniku. Semenjak kematian mendiang ayah rino hampir 16 tahun yang lalu, memang ada beberapa laki laki yang mencoba mendekatiku untuk dijadikan istri. Dengan statusku sebagai janda anak satu, mungkin banyak yang berpikir untuk mencoba merebut hatiku. Namun hingga saat ini belum ada yang berhasil menaklukkan ku. Semua laki laki yang mendekatiku kutolak halus dengan alasan aku ingin menata hidup terlebih dahulu dengan anak laki laki semata wayangku. Memang secara logika lebih mudah untuk membesarkan anak berdua bersama seorang sosok lali laki yang bisa membimbingku, namun entah kenapa hatiku selalu menolak saat itu.

Sebetulnya sebagai seorang wanita normal aku membutuhkan sentuhan seorang pria yang bisa memberiku kepuasan rohani, namun ternyata hal itu pun juga bukan masalah bagiku. Aku masih bisa memuaskan diriku sendiri pada malam malam yang dingin ketika tidak ada siapapun di sampingku. Dan karena sudah terlalu lama sendiri dan terbiasa mandiri, akupun sudah tidak pernah memikirkan hal itu sama sekali. Hingga akhirnya aku disadarkan oleh pertanyaan anakku pada malam itu. Aku sebenarnya masih bisa berkilah pada anakku tentang jawaban dari pertanyaan itu. Namun tanpa kusadari aku malah menjadi kepikiran hingga saat ini.


Rapat hari ini berlangsung hingga pukul 16.00, hari sudah cukup sore, akupun hendak segera pulang agar anakku tidak sendirian di rumah. Meskipun sudah SMA kadang kadang aku masih harus menyiapkansegala sesuatu kebutuhan anakku tidak terkecuali untuk dalam hal makanan. Namun dari rapat koordinasi tadi, ada satu hal penting yang harus segera ku selesaikan. Pekerjaan rumah yang harus segera kuselesaikan salah satunya ternyata ada salah satu murid di kelas yang menjadi perwalianku yang sejak hari senin kemarin belum masuk sekolah sama sekali. Hal ini bukan hal biasa terjadi di sekolah yang merupakan favorit di daerah ku ini, namun juga karena fakta bahwa murid siswa 12 yang sudah akan menghadapi ujian akhir kelulusan menjadi perhatian khusus oleh sekolah. Dan satu lagi juga fakta bahwa murid tersebut juga bukan murid biasa karena dia adalah salah satu peserta olimpiade sains yang juga menjadi bimbinganku.

Adalah muid bernama wibowo, anak laki laki seumuran rino yang menjadi bahan pembicaraan di kalangan guru guru. Mungkin jika bisa kugambarkan secara fisik tidak ada yang menarik dari anak muridku itu. Terlahir dari keluarga dengan latar belakang sosial ekonomi yang kurang beruntung, bowo terlahir dengan tubuh pendek jika dibandingkan anak laki laki seumurannya. Garis garis wajahnya yang terbiasa dengan kehidupan yang serba kekurangan, dipadukan dengan warna kulit gelapnya, membuatnya diabaikan oleh teman temannya. Kalo boleh dibilang wibowo adalah antitesis dari anakku rino yang rupawan dan manjadi idola kawan kawannya.

Namun dibalik itu semua tersimpan otak cerdas yang membuat orang tidak pernah menyangkanya, seorang anak yang memiliki kecerdasan intelektual di atas rata. Dia adalah satu nya murid yang bisa menembus ketatnya seleksi olimpiade tingkat provinsi untuk mengikuti seleksi tingkat nasional dari daerah tempat tinggalku yang merupakan kota kecil di pesisir selatan jawa timur, mengalahkan ratusan murid murid yang tak kalah cerdas dari kota kota besar seperti surabaya dan malang yang tentu saja jauh lebih maju dalam hal pendidikannya.

Dari info yang kudapat dari murid murid lain di kelasku memang bowo ini belum nampak masuk sekolah sama sekali seminggu ini. Namun mereka juga tidak ada yang tahu alasan dibalik itu. Selain tidak ada anak yang cukup dekat secara personal dengan bowo, namun juga tidak ada yang bisa menghubunginya dengan sebab alasaan karena bowo juga tidak mempunyai hp yang menjadi barang lumrah yang dimiliki murid saat ini. Tentu saja hal itu tidak lain dan tidak bukan karena faktor ekonomi yang mendasarinya.

Akhirnya saat itu kuputuskan untuk mencari tahu langsung apa yang terjadi dengan anak didikku itu. Sore itu sebelum pulang aku berencana untuk mengunjungi rumah bowo untuk menemukan jawaban dan mungkin menyelesaikan masalah yang menjadi tanggung jawabku saat itu. Selesai membereskan barang barang kerjaku, aku pun segera bergegas menuju parkiran motor di area belakang kantor guru. Segera kupacu motor matic honda 125 cc besutan tahun lalu menyusuri jalanan sore yang lumayan lengang sore itu.

Berbekal alamat yang kuperoleh dari database siswa sekolahku akupun mencoba mencari rumah muridku itu. Rumah bowo yang kudengar terletak di bagian pinggiran kota itu menurut kabar terletak di daerah kumuh yang tentu saja sesuai dengan deskripsi tentang anak itu. Sebelum sampai di wilayah yang kutuju kusempatkan untuk membeli makanan sebagai buah tangan untuk dibawa berkunjung kesana. Aku hanya membeli jajanan roti basah yang mungkin nanti bisa dinikmati oleh bowo dan keluarganya nanti. Mungkin bukan hal mewah bagiku tapi mungkin bagi keluarga bowo yang serba kekurangan hal itu bisa jadi jauh dari cukup.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------



Hampir setengah jam aku mencari cari letak rumah bowo, setelah bertanya kesana kemari, sampailah aku di sebuah rumah yang disebut adalah tempat tinggal bwo muridku itu. Namun yang kulihat tempat itu jauh dari ideal untuk disebut sebagai rumah, dinding batu bata lapuk termakan hujan dan sinar matahari yang bolong disana sini. Belum lagi atap lapuk dengan genting yang sudah banyak yang pecah, tempat lebih pantas disebut sebagai kandang kambing daripada rumah. Aku pun berjalan ke pintu depan yang terbuat dari kayu menjadi satu satunya bagian yang kokoh dari rumah itu.



Aku mencoba mengetuk pintu itu “ tok tok tok”

Aku menunggu beberapa saat namun tidak ada jawaban dari dalam rumah.

Kuulangi ketukanku pada pintu itu “ tok tok tok”

Namun lagi lagi lagi tidak ada jawaban sama sekali.

Akupun dilanda putus asa untuk menemui bowo saat itu. Aku hampir saja berbalik untuk pulang, ketika tiba tiba seorang nenek tua renta menyapaku.

“ibu cari siapa bu?” tanya nenek nenek yang sedang menggendong ikatan jerami dipunggungnya itu

“ini nek, saya nyari rumahnya wibowo, bener ini rumahnya?”


“oiya benar ibu, kalo boleh tahu ibu ini siapa?”

“saya guru sekolahnya, wali kelas bowo di sekolah”

“oalah iya bu guru, kalo jam segini bowo mungkin baru selesai ngarit rumput untuk kambing”

“jadi ndak ada orang ini bu?”

“coba liat di belakang rumah, mungkin anaknya lagi ngasih makan kambing gak denger ibu panggil tadi”

Jadilah aku meletakkan helm dan plastik makananku di atas motor. Aku pun mengambil tas ku dan berjalan mengitari pinggiran rumah itu menuju belakang rumah yang ditunjukkan tadi. Aku perlahan menyusuri jalanan becek berlumpur dengan dihiasi dinding yang berlumuy hingga sampailah aku dibelakang rumah. Kudengar suara anak kambing bersahutan dari kandang yang menempel di sisi belakang rumah. Namun tidak kulihat bowo disana, hanya beberapa ekor kambing yang tengah lahap memakan rumput segar dan sekarung penuh rumput yang disandarkan di dinding bambu kandang kambing itu.



Aku mencoba berjalan menuju pintu belakang rumah yang ternyata bersambung dengan sumur dan toilet. Alangkah terkejutnya aku ketika melihat sesosok anak laki laki yang tidak lain adalah bowo. Kondisi kamar mandi seadanya berdinding seng bekas penuh lubang itu membuat orang yang berada di luar dengan mudah melihat ke dalam. Aku dengan mata kepalaku sendiro melihat murid laki laki yang kucari cari itu tengah melakukan masturbasi.

Anak itu tengah terduduk di pinggiran mulut sumur, badannya yang tidak tertutupi pakaian menampilkan badan kurus kering bowo. Sementara tangan kirinya bertumpu menjaga keseimbangan duduk pantatnya di sumur tangan kanannya terlihat dengan sepenuh tenaga menggenggam batang kemaluannya yang berwarna hitam legam itu. Gerakan yang pelan namun pasti bowo mengocok penisnya yang ternyata cukup panjang itu, terlihat tidak proporsional dengan tinggi tubuhnya. Belum lagi ukuran lingkar kemaluan anak itu bahkan lebih besar dari ukuran lengan tangannya sendiri yang kurus kering. Suara lenguhan terdengar dari mulut anak itu beradu dengan suara kocokan tangannya.

“ergghhhhhhhhhh…… ergggggnnnnnnnn”

“clogggh clogggg cloggggg”

“ergghhhhghgg…..erghhhh”

Dia tampak menikmati kocokannya sandiri pada batang kemaluannya tanpa menyadari, wali kelasnya hanya bisa berdiri diam mematung menyaksikannya tanpa bisa berbuat apa apa.

Aku tanpa sadar terhipnotis oleh adegan yang tak seharusnya kusaksikan itu. Namun entah kenapa aku juga menikmatinya. Selangkanganku yang basah tanda terangsang sementara paha pahaku kurapatkan sambil menjaga keseimbanganku berdiiri. Hampir selama 10 menit aku disuguhi pemandangan batang kemaluan laki laki yang terakhir kukihat langsubg 15 tahun yang lalu milik mendiang suamiku.

Suara lenguhan bowo semakin keras dan cepat seiring dengan kocokan tangannya yangbjuga semakin cepat. Hingga tiba tiba cairan putih kental memancut keluar dari lubang kemaluan bowo. Begitu banyaknya hingga seperti tidak henti selama hampir satu menit. Aku yang meyadari bowo sudah hampir selesai dengan kegiatannya segera berbalik untuk kembali ke depan. Sebelum dia menyadari aku wali kelasnya menyaksikan hal tak pantas yang entah kenapa seperti menghipnotisku saat itu.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Aku diam duduk bersandar di motorku, berpura pura tidak terjadi apa apa. Ketika bowo membuka pintu depan rumahnya. Melihatku di depan rumahnya, dia langsung mempersilakanku masuk ke dalam rumah.

“mari bu masuk”

“oiya permisi ya”

“maaf keadaan rumahnya begini, silakan duduk bu” kata bowo mempersilakanku duduk di balai balai bambu reyot.

“oiya ini, ada sedikit makanan ibu bawakan”

“aduh ibu jadi repot repot, saya harusnya yang punya rumah malah ndak bisa nyediain apa” jawab bowo sopan sambil menerima bungkusan plastik dari tanganku.

“udah gapapa” sahutku sambil melihat sekeliling ruangan yang hanya dinding bata dengan lantai yang masih tanah itu.



Ada hening sesaat diantara kami hingga aku yeringat maksud kedatanganku kemari.

“kamu sehat wo?”

“eh iya sehat bu”

“ehmm jadi begini, kedatangan ibu kesini dengan maksud mau menanyakan kondisi kamu? Sudah seminggu kamu gak masuk sekolah tanpa keterangan”

“eh iya maaf bu”

“kamu ada masalah? Kok tiba tiba gak masuk begini, gak biasanya kamu begini wo”

Anak itu hanya diam saja sambil menunduk, ketika tiba tiba air mata nampak menetes membasahi celana kolornya yang kusam itu. Melihat hal itu sebagai seorang ibu wanita, hatiku tersentuh. Aku duduk mendekati bowo yang ada disampingku itu, kurangkul pundak kecil yang nampak rapuh itu.

“kamu kenapa? Cerita sama ibu”

Anak itu masih menangis, hingga kuraih dagunya agar kepalanya terangkat menghadapku. Terlihat mata merah nya yang nampak memendam kepedihan yang teranat dalam ketika bowo akhirnya mau bersuara.

“bowo udah gak mau sekolah bu”

Aku terkejut mendengar hal itu, hanya bisa terdiam menunggu kata katanya selanjutnya.

“kenapa?” tanyaku

“buat apa bowo sekolah, bowo udah gak punya siapa siapa”

Aku hanya terdiam mwnyadari fakta yang kulupakan selama ini yaitu bahwa bowo adalah seorang yatim piatu. Selama ini dia bisa bersekolah dengan biaya dari pemerintah dan hidup dari tanggunan dana sosial.

“mending bowo angon kambing bu”

“kamu gak boleh ngomong begitu, kamu itu anak berprestasi masa kamu mau lepas begitu aja”

“berprestasi pun gak ada yang sama bowo”

“kamu gak boleh ngomong gitu, semua sayang kamu, ibu sayang kamu bowo”

Bowo hanya terdiam memandangiku.

“orang tua kandungmu mungkin sudah tidak ada, tapi kamu masih punya teman, kamu punya ibu, kamu udah ibu anggap anak ibu sendiri”

Aku pun tanpa sadar juga mulai berlinang air mata

“bener ibu saya bowo?”

“iya bowo, dan mulai sekarang kamu boleh anggap ibu seperti ibu kamu sendiri”

Tak ada jawaban dari bowo, hanya sebuah pelukan eratnya pada tubuhku. Sebuah pelukan erat yang sudah lama tidak kudapat dari anakku sendiri.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Motor ku baru saja kuparkir di garasi rumahku, matahari sudah lama terbenam ketika aku sampai di rumah sepulang dari rumah bowo. Sungguh hari yang menguras tenaga pikiran serta emosiku. Aku segera masuk ke dalam rumah membuka pintu depan yang disinari cahya lampu putih teras rumahku. Aku tidak menyangka mengalami hari yang penuh drama ini.

Berawal dari menyaksikan muridku sendiri sedang masturbasi hingga akhirnya larut dalam kesedihannya yang menyayat hati. Aku sendiri memang berempati pada kondisi bowo saat ini, namun ada hal lain yang harus kuperjuangkan dengan sangkut pautnya pada bowo secara tidak langsung.

Gelaran olimpiade sains tingkat nasional merupakan prestasi yangb luar biasa untuk diraih. Oleh karena itu jika anak bimbinganku bisa lolos, maka halan karirku pun akan mulus. Seandainya bowo tidak mau sekolah lagi dan mengabaikan olimpiade sains itu, maka pupuslah harapanku untuk meniti karir lebih tinggi. Jabatan kepala sekolah yang sudah kuincar beberapa tahun terakhir akan semakin mudah kugapaib jika bowo bisa setidaknya lolos seleksi nasional. Terkesan kejam memang aku seperti memanfaatkan bowo, namun memang begitulah adanya. Setidaknya saat ini kami masih saling membutuhkan, dan itu yang harus kujaga saat ini.


(WIBOWO/ MURID OLIMPIADE MATEMATIKA)
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd