aku terus memeluk erat wanita bejilbab itu
air mata ku mulai menetes
"teteh apa kabar? mohon maaf lahir batin yya"
ucapku dengan nada lirih
"iya sama sama win, teteh baik baik saja kok,"
aku sungguh senang karena di lebaran kali ini bisa bertemu dengan teteh nina
sebelumnya teteh nina memang sempat di rawat di rumah sakit jiwa karena tak kuat menahan cobaan yang berat
setelah mas bowo pergi, teh nina memang sering berhalusinasi dan suka terlihat ketakutan tanpa sebab sehingga dia harus sementara dirawat sampai benar benar pulih
namun kulihat kini dia terluhat sudah benar benar sehat
dan itu tentu membuat rasa galauku perlahan menghilang
aku pun diajak keluar kamar oleh teh nina dan mama ku
dan benar saja, mas irfan sudah menunggu di ruang tamu
jantung ku mulai kembali berdegup keras
mas irfan memberikan senyuman tipis kepada ku
kubalas dengan tundukan wajahku karena memang dia masih belum halal bagiku kini
keluarga kami pun menjadikan moment lebaran ini sebagai ajang diskusi untuk melaksanakan pernikahanku minggu depan
semua persiapan pernikahanku memang sudah rampung, namun justru kini batin ku yang goyah karena mulai merasa rendah diri dan hina di hadapan mas irfan yang soleh.
keluarga kami pun sudah saling akrab. Candaan antar keluarga kami sudah jauh mendalam seakan kami sudah benar benar menjadi sepasang suami istri
"hai jangan melamun terus"
tiba tiba mas irfan sudah duduk di sebelah ku
"aku gugup mas, soal acara minggu depan"
jawab ku sambil sedikit memalingkan wajah karena takut akan adanya zina walau hanya dari tatapan semata
"ga usah gugup, kan nanti ayah kamu yang ngomong sama aku pas ijab kabul, kamu doain aja ya biarbl sukses"
ucap mas irfan dengan nada santunnya
mas irfan memang sosok pria yang benar benar sempurna
selain wajahnya yang tampan, sikapnya yang santun dan kehidupannya yang mapan tentu menjadi impian para gadis diluar sana
pekerjaan nya yang sebagai dokter juga terlihat sangat mulia
dan yang terpenting tentu adalah akhlaknya, jidat nya yang agak hitam tentu sudah cukup membuktikan bahwa tingkat ibadah nya melebihi pria pria soleh di luar sana
namun aku kini sangat merasa hina
aku tak bisa menerima jika pria sebaik dan se soleh mas irfan harus berlabuh ke seorang wanita yang tidak suci dan telah di rusak oleh pria brengsek diluar sana
"asalamualakum"
tiba tiba ada yang mengetuk pintu dari luar di tengah diskusi antar keluarga kami
ku lihat sepasang pria dan wanita dipersilahkan masuk oleh oleh mama
mereka seperti nya teman akrab mama karena terlihat ada pembicaraan hangat di antara mereka
mama lalu memperkenalkan kedua orang itu kepada kami semua
aku mendadak kaget ketika salah seorang yang berjenis klamin pria berjabat tangan denganku
aku seperti kenal dengan nya, namun aku mendadak lupa dimana pernah bertemu
mama bilang pria yang bernama edo itu adalah teman lama nya waktu sma dulu
walau awalnya agak aneh karena mama tak pernah menceritakan soal tamanya ini, namun lama kelamaan kedua orang itu mulai bisa mwnyatu dengan keluarga kami
istrinya edo yang bernama azizah mulai akrab denganku dan saling berdiskusi soal agama
terlihat azizah walau pakaian yang di pakai sudah sesuai syariat namun sepertinya dua belum begitu mengerti soal agama sehingga menjadi kewajiban ku untuk mengajarkannya
***
singkat cerita teman mama ku yang bernama edo bertamu sangat lama di rumahku hingga keluarga mas irfan dan irfan sendiri pamit pulang
mama ku pun tak sungkan untuk mempersilahkan temannya itu untuk menginap di rumah, padahal kamar di sini sudah pas pasan apalagi ditambah adanya teh nina.
ayahku juga mulai tak nyaman dengan kehadiran kedua orang itu karena terlihat sikapnya yang kurang santun dan terkesan sombong
namun mama ku sangat memuliakan kedua orang itu, sehingga kami pun terpaksa menyetujui usulan mamaku untuk mempersilahkan mereka
seperti halnya aku, mama ku juga dulu merupakan wanita yang cantik dan menjadi idola di sekolah nya.
kini walau usianya sudah kepala 4 pun masih terlihat muda dan kencang sehingga ketika berjalan denganku lebih sering disangka kakak adik dibandingkan ibu dan anak
aku curiga soal pria itu adalah mantan pacar mama ku dulu karena terlihat mama ku begitu berlebihan dalam memandang pria itu.
"dik winda, kakak mau beli oleh oleh khas Bandung yang dekat dimana ya? kamu bisa ga antar? "
ucap kak azizah kepada ku
"tapi kak ini kan udah malam, udah pada tutup kali kak toko oleh oleh mah, paling adanya di super market "
jawab ku menjelaskan
"tak apa apa deh, soalnya kan besok aku dan mas edo harus kembali ke Jakarta jadi takut tak sempat beli oleh oleh "
mba azizah masih kekeh untuk minta diantar beli oleh oleh walau hari sudah malam
"ya sudah mba saya antar, ada kok ga jauh dari sini "
jawab ku mengalah
"yaudah aku panasin mobil ya, kamu siap siap gih"
ucap mba azizah sambil beranjak ke mobil
"loh mas edo ga ikut?"
tanya ku heran
"iya ga ikut dia kecapean kayaknya abis bawa mobil dari jakarta kemarin"
jawab mba azizah yang sudah siap di kursi mobil nya
aku dan mba azizah pun pergi menggunakan mobil Honda jezz ber plaf B itu
"lo mba tokonya dah kelewatan tuh,"
ucapku sambil mencoba menghentikan mobil karena terlihat mba azizah masih memacu mobilnya kencang walau toko yang ku tuntun sudah terlewat jauh
"eh iya, tokonya bukannya masih lama kan, aku mau isi bensin dulu yaa"
ucap mba azizah sambil tetap memacu mobilnya dengan cepat
"sebentar lagi tutup mba jadi mending balik aja deh"
ucap ku lagi
"oh gitu tapi nanti kalau mobilnya mogok gimana ya, masa kita dorong hehehe"
aku mulai bingung menjawab nya
terasa mobil mba azizah mulai melambat
"yah tu kan mobil nya mogok, aduh mana hape ku lobet lagi, "
ucap mba azizah yang sedikit kecewa dengan navigasi ku yang kacau
"aduh maaf mba aku ga tau kalau mobilnya bensin nya dikit, disini memang pom bensin agak jauh jaraknya "
ucap ku mencoba meminta maaf
"ya sudah ga apa apa, nanti kita minta tolong orang sekitar sini aja ya"
ucap mba azizah dengan nada yang agak panik
mba azizah mulai menenangkan diri dengan meminum seteguk air putih di mobil nya
setelah aku memperhatikan mba azizah minum baru aku menyadari kalau ternyata lidah nya di tindik,
aku yakin dari tindikan di lidah nya dan gaya menyetir mba azizah yang terkesan ugal ugal membuktikan kalau dahulu nya mba azizah adalah wanita yang nakal, namun dari perbincangan kami tadi siang aku tahu kalau mba azizah benar benar ingin melakukan tobat an nasuha
****
suasana terlihat sepi dengan pohon karet yang berada di kiri kanan jalan,
aku sungguh tak menyangka kalau mobil kami mogok tepat di hutan karet
tiba tiba ada dua orang pengendara motor menghampiri kami
"punten ada yang bisa dibantu?"
ucap salah seorang pria yang mengndarai motor vixion itu
"iya mas mobil saya mogok nih, bisa bantu beliin bensin ga mas?"
ucap mba azizah mencoba meminta bantuan kepada pria itu
namun bukannya membantu kedua pria itu malah mengeluarkan golok dari balik tas nya dan mulai mengancam dan mengalungkan golok itu ke leher mba azizah
"jangan bergerak atau leher cewe ini bakal putus "
ucap salah seorang pria
"ahhh tolong,"
jerit mba azizah yang benar benar ketakutan
sementara pria yang lain langsung menangkap ku dari belakang dan mulai mengambil seluruh barang berharga yang melekat di tubuhku mulai dari hape hingga dompet ku
tak puas sampai di situ, kami dipaksa untuk masuk ke dalam mobil milik mba azizah dan salah seorang pria mulai memindahkan bensin dari motor nya ke tanki mobil mba azizah sehingga mobilnya kini bisa jalan kembali
mba azizah masih dikalungkan golok bersama satu pria lain di jok mobil belakang, sementara diriku diperintahkan duduk di sebelah supir dengan ancaman leher mba azizah
motor kedua bekal itu ditinggal di pinggir jalan dan kami bersama sama mengendarai mobil menjauh dari kota
hatiku mulai berkecamuk, akankah kejadian waktu itu terulang lagi
ya tuhan lindungi lah hamba mu yang lemah ini
***
mobil kami sampai di sebuah wisma sepi di pinggir kota
disana sudah menanti empat orang lain
semuanya berbadan kekar
aku mulai menelan ludah
mba azizah terlihat sudah tak sadar, ntah tertidur atau pingsan
kami dibawa masuk ke sebuah ruangan besar
dengan berbagai benda yang aneh dan menyeramkan
ruangan itu lebih mirip tempat penyiksaan dibandingkan sebuah kamar
walau disana ada tempat tidur, namun tempat tidur tersebut di hiasi dengan banyak rantai pengikat dan tiang tiang pengekang
aku mulai menetes kan air mata karena sudah mulai bisa membaca tujuan para pria itu
"tolong lepaskan kami, jangan ganggu kami"
tangis ku terus menderas
"ah brisik lo pecun, bentar lagi juga lo minta nambah "
ucap salah seorang dari keenam pria yang badannya paling kekar