Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG I'm not a Loser

BAB VI


Keesokan paginya, Karna merasa sangat senang. Kali ini, dia tidak harus berdesak-desakan dengan kerumunan di dalam bus. Sebaliknya, Karna mengendari mobil sport mewah milik istrinya untuk berangkat bekerja bersama. Tapi, tentu saja masih mustahul bagi mereka untuk masuk ke kantor secara bersamaan. Sama seperti hari pertama, Katsia menurunkan Karna beberapa ratus meter dari kantor, dan memintanya berjalan menuju perusahaan.

Ketika dia sampai di ruangan R&D, Karna sedikit bingung. Hari ini, Clara tidak masuk kerja. Ketika dihubungi pun nomornya tidak aktif. Tapi, Karna tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Hatinya masih dipenuhi rasa senang, akibat rekonsiliasi yang dia lakukan dengan Katsia. Menjelang penghujung hari, Karna yang sedang beberes mengemasi barangnya, tiba-tiba menerima telepon dari nomor tak dikenal.

"Selamat sore, apakah benar ini nomor Bapak Karna Radeya?", suara merdu seorang wanita terdengar dari ujung telepon.

"Benar. Maaf ini dengan siapa?"

"Perkenalkan, saya Ivonne. Ivonne Gunawan. Saya ingin mengundang bapak untuk makan malam", kata wanita itu dengan hormat.

"Ivonne Gunawan?" Mendengar nama ini, Karna berpikir cepat. Namun, dia tidak berhasil menemukan nama tersebut dalam ingatannya. Wanita di seberang telepon merasakan kebingungan dalam suara Karna, dan dengan cepat menambahkan.

"Saya wanita yang bapak tolong saat terjadi kecelakaan mobil".

Setelah mendengar ini, Karna kembali sadar dan buru-buru berkata. "Ah, Ibu Ivonne, maaf saya tidak tahu nama anda".

"Pak Karna, saya ingin mengunda anda makan malam, untuk mengungkapkan rasa terima kasih saya", kata Ivonne.

"Eng.. Tentang itu, saya tidak perlu repot2 bu. Apa yg saya lakukan adalah hal yg sewajarnya dilakukan"

"Pak, mungkin anda menganggap apa yang telah anda lakukan sebagai hal kecil. Tetapi bagi saya, anda telah menyelamatkan hidup saya. Ini adalah hal kecil yang bisa saya lakukan untuk menunjukkan rasa terima kasih saya. Jika Pak Karna tidak bisa hari ini, bapak bisa memilih waktu lain", kata Ivonne dengan tulus.

Pada titik ini, Karna berpikir tidak ada salahnya untuk menyetujui ajakan tersebut. "Aahh. Baik bu. Saya bisa hari ini setelah jam kantor"

"Baik. Bagaimana jika jam 19.00 di Hotel Kempinsky.

Hotel Kempinsky! Nama itu terdengar agak familiar bagi Karna. Setelah beberapa lama, dia akhirnya ingat, rekan kerjanya sering mengungkit hotel ini dalam percakapan mereka. Itu adalah hotel bintang lima yang terkenal di Jakarta. Tentu saja, hotel itu sangat mahal dan mewah. Karna tidak pernah terbayang akan makan malam di hotel tersebut. Undangan Ivonne di Hotel mewah ini sedikit mengejutkan Karna. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa lagi dan melanjutkan, "Oke bu. Sampai bertemu nanti"

Setelah itu, Karna berinisiatif untuk menelepon Katsia dan memberitahunya bahwa dia harus pergi makan malam dengan rekan kerja setelah bekerja hari ini dan tidak langsung pulang. Tidak lama, Karna memesan taksi online dan berangkat ke Hotel Kempinsky. Begitu Karna berjalan melewati pintu masuk dan mengkonfirmasi dengan pelayan disana, wajah pelayan itu tiba-tiba berubah menjadi sangat ramah.

Pelayan tersebut tersenyum dan berkata,"Ibu Ivonne meminta saya untuk menyambut anda di pintu masuk. Beliau telah memesan tempat dan sekarang sedang menunggu kedatangan anda. Mari saya antar."

"....." Mendengarkan pelayan itu, Karna mau tidak mau mengangkat alisnya. Ini menyebabkan dia sedikit tertarik dengan identitas Ivonne Gunawan. Dia tidak hanya mengundang Karna untuk makan malam di hotel mewah, tapi bahkan juga mengatur orang untuk menyambutnya di pintu masuk. Kemudian Karna mengikuti pelayan ke lift dan tiba di ruangan Presidential Suite yang telah ditata untuk makan malam. Terlihat sebuah meja dengan kursi yang ditata dengan baik, lengkap dengan lilin yang menambah indah ruangan tersebut. Saat itu, Ivonne sedang berdiri dan minum dari gelasnya. Melihat penampakan Ivonne, seketika Karna membelalakkan matanya. Ivonne terlihat cantik dengan tanktop merahnya dan celana jeans. Rambutnya dibiarkan terurai panjang. Payudaranya yg cukup besar dihiasi dengan pinggulnya yang seksi.

"Pak Karna!", melihat Karna, serentak Ivonne meletakkan gelasnya dan menyapanya dengan senyuman.

Karna menjabat tangan Ivonne dan berkata,"Karna bu. Panggil saja Karna"

"Ah.. Aku tidak menyangka orang yang menyelamatkan nyawaku ternyata seumuran. Kamu panggil aku Ivonne aja gpp." Ivonne tersenyum, lalu mempersilahkan Karna untuk duduk. Kemudian, Ivonne berkata kepada pelayan yang bertugas untuk menyajikan makanannya. Dengan segera, hidangan di sajikan.

Karna baru kali ini melihat berbagai hidangan mewah yang tersaji di depannya. Semuanya sempurna, baik dari warna, hingga aroma yang menggugah selera. Ini semakin menegaskan identitas Ivonne sebagai orang kaya.

"Karna, terimakasih banyak", Ivonne berdiri dan menuangkan wine ke gelas Karna, dan kemudian berkata. "Untuk mengungkapkan rasa terimakasihku, aku ingin cheers dengan mu, Karna". Setelah itu, Ivonne menuangkan wine ke gelasnya dan bersulang dengan Karna.

Ketika suasananya nampak tepat, Ivonne meletakkan gelasnya, menatap Karna dan bertanya "Karna, aku boleh tau kamu kerja dimana?"

Karna tidak bermaksud menyembunyikan apa pun dan berkata langsung, "Aku bekerja di Beauty Lab, perusahaan yang bergerak di bidang Kosmetik"

"Oh ya? Kamu bekerja di bagian apa?"

"Aku di bagian R&D. Kebetulan aku bisa membuat beberapa formula terkait produk-produk kesehatan dan kecantikan". Karna tidak berbohong. Dengan kemampuan pengobatan tradisional dan jamu yang diketahuinya saat dia masih di gunung, Karna dengan mudah dapat membuat krim kecantikan hingga obat penurun berat badan.

"Apa? R&D? Wah kebetulan sekali. Keluargaku punya pabrik bahan baku kosmetik. Kamu mau kerja di tempatku? Mungkin dengan keahlian kamu, kita bisa bikin brand kosmetik sendiri?"

"Ah, itu----" Karna tidak langsung menjawab. Peluang ini sebenarnya sayang untuk dilewatkan. Namun, bukan masalah uang dan karir yang dipikirkan oleh Karna. Saat ini, dia memiliki istri cantik di Beauty Lab, meski saat ini mereka belum saling mencintai. Namun, hal ini cukup bagi Karna untuk menolak pekerjaan ini.

"Ibu Ivonne.. Ehh.. Ivonne, terima kasih atas tawarannya. Tapi maaf, aku belum berpikir untuk pindah kerja untuk saat ini"

"Karna, km gausah khawatir, tentu kamu akan tetap dapat gaji, dan pastinya saham di perusahaan baru yang akan dibangun"

Karna tersenyum lembut dan berkata "Bukan, ini bukan masalah kompensasi, tapi pilihan pribadi ku".

Terlihat sedikit kekecewaan di wajah Ivonne, tapi dia segera berkata "Aduh, maaf-maaf, aku gak maksud untuk menyinggungmu. Aku murni ajak kamu kesini untuk mengungkapkan rasa terima kasihku. Ak ga ada maksud apa-apa lagi kok".

Ivonne tidak mau Karna tersinggung akibat pembahasan tentang gaji dan kompensasi yang ditawarkan. Hal ini seperti merendahkan Karna. Setelah itu, Ivonne tidak lagi mengungkit tentang tawaran pekerjaannya kepada Karna. Mereka melanjukan makan dan mengobrol ringan. Ketika mereka selesai makan malam, Ivonne berinisiatif mengantar Karna ke pintu hotel.

Kemudian, dia menyerahkan sebuah kartu nama dan berkata,"Karna, simpan kartu nama ini ya. Jika kamu membutuhkan sesuatu, kamu bisa menelepon nomor itu".

Karna melihat kartu nama itu. Sebuah kartu nama formal yang indah, dengan nama "Arief Gunawan" diemboss tebal dengan tinta emas. Berbagai gelar dan posisi yang dipegangnya tertulis di kartu nama itu. Yang paling mencolok adalah posisi orang itu sebagai CEO dari Mustika Raja, sebuah pabrik kosmetik dan bahan baku terbesar di kota itu.

"Ini-" Karna sedikit bingung.

"Arief Gunawan adalah suamiku. Tadinya dia mau ikut makan malam hari ini, namun karena ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, dia tidak jadi ikut. Kalau suatu hari kamu ada masalah, kami akan dengan senang membantumu, dan aku rasa relasi serta kenalan-kenalan Arief pasti akan lebih berguna untuk kamu"

Usai menyimpan kartu nama itu, Karna mengucapkan terima kasih dan meninggalkan hotel. Tapi, saat dia baru mengeluarkan HPnya dan mau memesan ojek online, perhatiannya teralih dengan WA yang masuk dari Katsia: "CEPET PULANG! LOE NGAPAIN SAMA DEVINA?"

----
Beberapa Jam Yang Lalu

POV Katsia


"Oit Cia, tumben pulang cepet?" kata Devina saat berpapasan denganku di lift.

"Hahaha.. Iya nih, kerjaan gw dah beres. Gw mau siapin bahan meeting minggu depan dirumah aja, biar lebih santai", jawabku.

"Duuuh, yg lagi kasmaran, bawaannya pengen pulang cepet mulu ya", goda Devina. Seketika pipiku merekah merah. Ah, untungnya gak ada orang lain di lift ini.

"Heh, kasmaran apaan. Ini gw ditinggal makan diluar sama Karna.. Zzzz".

"Lah, trus loe ngapain pulang buru2. Udah sini nemenin gw belanja dlu." kata Devina.

"Hmmm.. Boleh2, gw jg nganggur sih". Akhirnya, kami berdua menuju sebuah mall di Jakarta.

Masih mengenakan baju kerja, aku terlihat seperti karyawati yang mampir ke mall untuk belanja sepulang kantor. Dan Devina, terlihat seperti "biasanya". Ya, daritadi aku liat beberapa orang laki-laki jelas mengamati Devina. Dia memang selalu jadi pusat perhatian dari dulu. Sore itu, dia menggunakan bralette cream. Kemeja putihnya dibiarkan terbuka dan digunakan seperti kardigan. Rok hitam mini menghiasi pahanya yang jenjang. Dengan pakaian seperti itu, wajar saja banyak yang menengok untuk mengagumi lekuk tubuhnya. Yang paling parah sejauh ini adalah seroaang bapak yang mendorong kereta belanja dan meleng, sampai menabarak orang karena tidak bisa lepas matanya dari Devina. Aku cuma tertawa mendengar ribut-ribut antara orang yang ditabrak dengan bapak itu.

"Woy Dev", bisikku.

"Hihihi.. Salah sendiri tu orang meleng.." kata Devina pelan.

Tidak terasa, kaki kami membawa kesebuah counter lingerie. Terpampang disana beberapa lingerie yang bertema tertentu, seperti seragam suster, dokter, polisi, hingga seragam sekolah.

"Eh Dev, ngapain ya orang-orang pada beli lingerie begini. Paling aneh sih seragam sekolah menurut gw. Kan tinggal beli seragam beneran ya?", tanyaku polos.

"Lah, beda lah Cia. Seragam sekolah yang begini ini jatohnya bakal pas bgt di badan loe. Bakal keliatan seksi. Nih, mending loe cobain deh. Karena penasaran, aku pun mencoba seragam sekolah yang diberikan oleh Devina. Hmm. Devina gak salah sih. Aku terlihat seksi menggunakan lingerie ini.



"Duhhh, Cia, loe beneran mau berangkat sekolah? Bukan gitu makenya..." kata Devina gemas saat dia masuk ke ruang ganti dan melihat ak menggunakan lingerie itu.

"Eh... Gw salah? Emang mestinya gmn?". Gak lama, Devina mengambil lingerie itu, melempaskan pakaiannya. Lalu mencoba lingerie itu di tubuhnya. Berbeda denganku, dia tidak mengancingkan kancing seragam tersebut, melainkan mengikatnya di perut langsingnya. Devina terlihat seksi sekali dengan menggunakan lingerie itu.


"Nah, gini loh Ciaaa... Loe tadi mo godain suami loe, apa mo berangkat sekolah beneran? Udah ngerti kan?" kata Devina. Aku merasa mukaku memerah. Ak gak bisa bayangin kalau nanti Karna melihatku memakai lingerie ini. Akhirny Devina mengambil sepasang lingerie yang sama, dan membayarnya. Sambil antri di kasir, dia terus menggodaku.

"Cieee.. Cia ga sabar ya nunjukin lakik loe??", goda dia. Aku yakin mukaku sekarang seperti kepiting rebus. Malu ak membayangkan kejadian itu.

"eerhhh.. Errhhmm... Ehmmmmm.***k lah, gw kan tidur pisah kamar ma Karna..." jawabku malu dan gengsi.

"APA? Loe tuh ya, sayang banget tu lakik disia2in! Ehh.. Tunggu, loe beneran belum begituan lagi ma dia?" kata Devina.

"Ssstttt!!!! Gila loe Dev, suara loe kenceng banget!!! Malu gw..."

Devina terlihat berpikir sejenak, kemudian dia berkata, "Ciaa, gw harus ceritain loe sesuatu. Tapi sebelum itu, kita cari tempat dulu ya...". Eh? Ada apa ya? Kami pun bergerak menuju restoran yang ada di mall tersebut. Setelah memesan makanan, Devina kini menatapku dalam-dalam.

"Oke, gw mau tanya dulu sama loe. Menurut loe, Karna orangnya gimana?" cecarnya. Bingung menjawab pertanyaan itu, ak terdiam. Devina dengan tidak sabar mencecarku lagi.

"Aduh, klo loe ga mau jawab, sekarang gw tanya, loe sayang Karna gak?" lanjutnya.

"Gak lah.. Gw kan cuma nikah kontrak.. Pura2 doang.." jawabku cepat.

"Ciaaa.. Ciaa.. Loe tuh kadang-kadang ya... Gini, gw mau ceritain sesuatu ke loe, tapi loe jangan marah..". Devina kemudian menceritakan dengan detail, bagaimana Karna memberinya bunga, yang berakhir dengan ejakulasi di mulutnya. Mendengar cerita itu, mukaku memerah, membayangkan kejadian tersebut, dan sedikit marah ke Karna.

"Nah, loe sayang kan sama dia sebenernya? Ciaa.. Loe harus tau, gw ngelakuin itu bukan karena gw ga hormati pertemenan kita ya. Tapi, gw pengen tau tujuan Karna sebenernya.. Gini gini.. Gw tuh kasian ngeliatin loe yang dideketin Sadboy - Fuckboy, yang cuma pengen harta kekayaan loe.. Dan gw curiga sama Karna.. Loe bayangin aja, dia karyawan baru, berani2nya berantem sama Pak Ronald.. Tapi, abis kejadian itu gw yakin Karna itu tulus dan polos.. Dia berusaha nolak gw loh!" jelas Devina panjang lebar.

Mendengar itu, aku sedikit tenang. Bener sih omongan Devina. Sepanjang di mall ini aja para cowok liatin dia terus. Tapi, Karna yang disodorin tubuhnya malah mencoba menolaknya. Selain itu, Karna juga ga pernah curi-curi kesempatan dirumah. Dia bener-bener menjaga jarak dan mengetahui posisinya.

"Hmmm.. Ya sih Dev.. Tp gw belom kepikiran apa-apa ma Karna.. Loe tau lah kenapa gw nikahin dia kan? Capek gw dikejar-kejar urusan tunangan sama Jonathan..", jawabku.

"Hihihii.. Tuan putri ini kok polos bener ya. Gpp kan, sambil menyelam diminum susunya" goda Devina. Mendengar ucapannya, mukaku makin merah. Terbayang olehku orgasme yang kudapatkan dari Devina, dan malam kejadian dimana aku bersetubuh dengan Karna.

"Nah, loe bayangin kan kejadiannya? Wkwkwkwkwkw.. Dasar polos loe", kata Devina melihat perubahan raut mukaku.

"AAh Dev, loe bikin gw maluuuuuuuu"

"Lah emang bener kan? Loe ga penasaran gimana rasanya orgasme sama cowok, dan dilakukan dengan sadar?" goda Devina lagi. Aku rasa muka ku kembali memerah akibat ucapannya itu.

"Aduh Dev, gw ga tau kenapa Karna ga pernah sentuh gw. Mungkin bener kata loe, dia bener2 polos dan lugu. Tapi, gw kesel juga sih dia ga bilang ke gw atas kejadian loe sama dia. Gw bingung sekarang gw harus apa..." jawabku pasrah.

"Hmm.. Okee, tapi gw tanya dlu. Loe bete gak sama gw?", aku menggeleng.

"Sip. Loe rela gak berbagi Karna sama gw?", pertanyaan itu membuatku bingung.

"Ehmm. Apa kenapa emangnya?" tanyaku ke Devina.

Devina lalu menghapiri kursiku, dan berbisik menyampaikan sesuatu di telingaku. Mendengar bisikannya, akupun mengangguk. Setelah itu, kukirimkan WA ke Karna "CEPET PULANG! LOE NGAPAIN SAMA DEVINA?"

---
POV Devina

Saat ini, aku dan Cia sedang menunggu Karna di kamarnya. Kami sudah menggunakan seragam kebangsaan kami. Tidak lama, terdengar suara pintu rumah terbuka. Aku yakin, itu pasti Karna. Aku melirik Cia, dan menganggukkan kepala kepadanya.

"KARNAAA!! SINI KE KAMARKU!!" teriak Cia. Terdengar suara langkah orang berlari menuju kamar Cia. Lalu, pintu kamarpun terbuka.Tampak sosok Karna masuk dengan wajah yang kebingungan. Aku rasanya mau tertawa melihat Karna terkejut sampai hampir lompat begitu. Gimana dia tidak terkejut, mendapati dua orang bidadari dengan seragam dinas yang seksi ini. Aku pun langsung menutup mulutku, menahan tawaku. Namun, rupanya Cia pun merasakn hal yang sama denganku.


Dari tadi yang memasang wajah ketus dan galak, kini tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi Karna.

"Hihihihii.. Karna... Kamu lucu banget sih kalo kaget giti.. Hahahah", kataku sambil memeganggi perutku saat tertawa lepas.

"Eerhmmm.. Errrr... Ciaa... Devina.. Kenapa kalian berdua.. Ehemm....", kata Karna terbata-bata. Aku pun maju mendekatinya. Sambil mengelus pipinya, aku mendekatkan wajahku ke kuping nya dan berbisik

"Karna, kamu gak inget klo kamu masih utang memberiku orgasme?". Karna terlihat melirik Cia. Wajahnya terlihat bertambah pucat. Cia tidak tinggal diam, kini dia maju ke sisi kanan Karna. Tangannya mulai nakal, mengelus batang junior Karna dari luar celana kerjanya.

"Jadi, kamu anggurin aku karena Devina?" kata Cia manja. Wah, ternyata Cia murid yang pintar ya. Aku tadi memang mengajari dia beberapa trik untuk terlihat seksi. Rupanya, dia bisa berimprovisasi sendiri.

"Ehhh... Errrr.. E-e-enggak Kat.. Aku gak sengaja.."kata Karna, sambil menahan rasa geli saat lidahku mulai menjilati kupingnya.

"Jadi, kamu pilih Katsia daripadaku?" Godaku ke Karna

"Errr.. Gak gitu Dev.. A-a-anu....", kali ini Cia yang menciumi leher Karna, membuatnya menjadi semakin salah tingkah.

"Karna, aku sama Devina yakin.. Kalau kamu orang baik, dan kita ngerasa seneng deket sama kamu", ujar Cia.

"Punya kamu kok udah keras banget sih? Suka yah kalo kita giniin?", bisikku di telinganya, sambil tanganku meremas batang juniornya. Cia kini berpindah kebelakangku, menciumi leherku, dan meremas payudaraku. Membuka ikatan seragam ini sehingga bra putihku terpampang didepan Karna. Melihat kejadian ini, Karna semakin melotot.

"Karna, hari ini aku sama Devina mau kasih kamu hadiah yang gak akan kamu lupakan", setelah berkata itu, Cia menarik wajahku. Kami berciuman dengan lama. Karna masih terbengong-bengong melihatnya. Hihihi.. Lucu banget sih kamu Karna. Aku kini meraih wajahnya, dan berciuman dengannya. Bergantian dengan Cia. Tanganku pun mengarahkan tangan Karna untuk meremas payudara Cia. Tangan Cia sendiri tidak bisa diam, mulai menyelip dibalik celana dalamku. Jarinya terasa lincah dibawah sana.

Aku pun tidak mau tinggal diam, kulepaskan ikat pinggang dan kancing celana Karna, dan kukocok halus batang juniornya. Kali ini, Cia terlihat berciuman dengan Karna. Tak kusia-siakan kesempatan ini, ak langsung jongkok untuk mengulum batang juniornya.

"Sshhhh.. Ahhhh.... Devvvvv... Ciaa..." desah Karna. Kali ini Karna sudah tidak malu-malu lagi. Mulutnya bergantian mengenyot payudara Cia. Ntah kapan kemejanya terlepas dan branya diangkat keatas oleh Karna. Kini, kulepas batang juniornya dari mulutku, dan kutarik Karna serta Cia ke kasur. Kuhempaskan tubuh Karna, dan kulepas pakaiannya yang masih tersisa. Cia pun terlihat melucuti pakaiannya sendiri. Setelah itu, Cia mememeluk tubuhku, sambil melucuti sisa pakaianku. Tangan kami kini saling bergeriya, tangku di payudaranya, tangannya pun memilin halus putingku. Karna terlihat menikmati lesbian show dari kami, sambil sesekali tangannya mengocok batangnya. Ahh, kasian jg kamu Karna. Aku pun mengajak Cia untuk berbaring disisi kiri dan kanan Karna. Kami menciuminya dari dua arah. Suasana terasa begitu panas. Ahhh. Rasanya gak tahan aku.

"Cia, loe duluan deh, nostalgia sama batang suami loe" kataku sambil mengedipkan mata ke Cia. Sepertinya, Cia juga sudah tidak tahan. Dia langsung menaikkan tubuhnya, memasukkan batang junior Karna ke vaginanya.

JLEBBB... PLOK... PLOKKK..

"Shhh... Ahhhh.. Karnaaaaaa", desis Cia. Aku pun tidak mau tinggal diam. Kini aku menduduki wajah Karna, berhadapan dengan Cia. Rupanya Karna mengerti maksudku, dia menjilati vaginaku dengan liar.

"Shhh.. Ahhhhh..Karnaaaa.." Desahku, sambil memainkan kedua payudara Cia.

Lima belas menit kami di posisi seperti itu, hingga akhirnya Cia tak tahan lagi. Goyangannya dipercepat, remasannya di payudaraku terasa semakin kuat, dan akhirnya dia melenguh panjang.

"KArnaaaaa.... Aarrgghhhhhh...." Cia pun mencapai orgasmenya. Kulihat dia mengatur nafasnya sedikit, lalu kemudian tubuhnya ambruk ke sisi Karna. Aku pun menggantikan posisi Cia. Kumasukkan batang junior Karna ke vaginaku. Dan mulai kugoyang perlahan.

"Ssshhh.. Devvvvv... Ahrrrrrrghh..." Desah Karna. Hmm.. Hebat juga dia, masih tahan dengan goyanganku, padahal sebelumnya digempur habis-habisan oleh Cia. Batangnya terasa penuh, menyentuh gspotku! Tidak berapa lama, gelombang orgasme pun mendekat.

"Arrggghhh.. KArnaaaaa... Shhhh.. Ahhhhhhh" jeritku. Luar biasa Karna. Sudah lama ak tidak mendapat orgasme senikmat ini dari laki-laki. Namun, Karna terlihat belum mencapai orgasmenya. Aku yang sudah agak kelelahan kini mengulum batang besarnya di mulutku.

Cia yang sudah memulihkan staminanya, kini bergabung denganku. Kami berdua bergantian mengulum batang besar Karna. Hingga akhirnya tubuh Karna terasa menegang

"aarghh... Aku mau keluarrrr...", disaat itu, aku mengarahkan mulut Cia ke batang Karna.

SROTTT CROOTTT SROOTTTTT

Beberapa tembakan sperma Karna bersarang di mulut Cia. Melihat itu, aku mencium mulut Cia, lalu kami berdua bersama-sama menelan sperma Karna. Kini, Karna dan Cia berbaring berpelukan, menikmati sisa-sisa orgasmenya.

Melihat kondisi itu, akupun sadar diri. Kuambil pakaianku yang sudah tersebar kemana-mana dan kukenakan pakaianku. Saat sudah kembali rapih, aku pun berpamitan kepada mereka.

"Byeee love bird! Enjoy your night ya!", kataku kepada mereka berdua sambil mengedipkan mata.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd