Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG I'm not a Loser

Mantapp bozzz...
Smoga saja sampai TAMAT. dan apdetnya gk kelamaan.

Banyak cerita bagus tapi putus tengah jalan

Yang ini gemana ya?

Semoga cerita ini semakin seru ingat om jangan kebanyakan part karena suka macet karena kehabisan ide
Terima kasih suhu2 atas concern nya. Ane akan sangat usahakan main story nya ga terlalu berbelit, dan sampai ke garis finish ๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™


Bagus kisahnya. Apalagi agan fansnya Mas Iko. Pasti bikin semangat ntar nulisnya.

Apalagi waktu di awal2 ceweknya ditampilkan cuman 4 gambar kalau kaga salah. Berarti seputaran kisah wanita seperti itu. Ada adegan lesbi juga menurut saya itu bagus sekali. Sekali2 cewek vs cewek gitu.

Mendingan terusin aja. Siapa tahu agan dapat menyelesaikan nih cerita. Ada potensi kok !?
Thanks hu. Kurang lebih sebenernya udah ada 6 karakter cewek yg ane siapin. Dengan karakteristik masing2. Dan kisah akan banyak berputar disekitarnya.

Btw terimakasih atas response suhu2 lainnya mohon maaf ga ane bales satu2
 
BAB IV


POV Karna

Bangs*t. Satu kata yang membawa langkah kaki gw berjalan tak tentu arah, menuju pusat keramaian kota sore ini. Terus terang, gw kecewa. Bisa-bisanya Katsia cerita ke Pak Ronald soal dugaan gw. Dan gw makin yakin klo Pak Ronald adalah pelaku pembiusan itu. Cuma itu alasan yang masuk akal kenapa dia cari gara-gara sama gw. Mau meledak rasanya kepala ini. SIAL!

Wah, udah sampe mana nih gw? Kenapa udah makin sepi? Astaga, udah jam 9 malem? Gak berasa gw udah 4 jam berjalan tanpa tujuan. Pantes gw dah mulai laper. Hmm.. Warung itu terlihat sepi, sebetulnya bukan warung, lebih mirip gerobak dorong makanan yang pasang tenda.

"Bang, nasi goreng satu"

"Oke siap mas"

Sambil menunggu nasi goreng, pikiran gw kembali melayang. Sunyi dan dinginnya malam ternyata ga bisa mendinginkan hati gw. Sepertinya, gw harus cabut. Setelah gw lebih tenang, gw akan ambil barang-barang gw dan pergi dari rumah Katsia. Ya! Gw mungkin orang kampung, orang biasa. Tapi bukan berarti gw bisa diperlakukan seenaknya sama dia dan Pak Ronald.

"Ini bang nasgornya", kata abang nasi goreng. Eh.. Enak juga. Baru menikmati beberapa suapan nasi goreng, tiba-tiba:

Ciiitttttttttt... Bruuukkkkk... Dinnn.....

Suara keras itu memecah keheningan malam ini. Loh, apa itu? Kecelakaan? Waduh, pengemudi mobil yang ditabrak itu pingsan kayaknya. Gw langsung reflek berjalan ke tmepat itu. Eh eh eh, kok 4 orang turun dari mobil yang nabrak, dan mereka pakai topeng dimukanya? Wah ini...

"Heii, ada apa ini!", teriak gw.

Orang itu terkejut melihat gw telah berada di sampingnya. Dan lebih terkejut lagi, saat sebuah serangan lutut gw arahkan tepak melayang mengarah ke wajahnya

BUAKK! Sial, hantaman gw bisa ditahan. "Oiy! Awas loe!", bangs*t, gw ga nyadar temennya udah disebelah gw. DUKK!!! Aduh, kecolongan gw. Ah, tapi pukulan preman kampung kayak gini gak akan mempan buat gw.

Baguslah, kebetulan gw butuh menyalurkan emosi gw. Keempat kawanan itu kini mengepung gw. "Maju loe!!!" tantang gw.

DUK!!! BUGG!!! BUAKKKKK!!!

Ga butuh waktu lama buat gw melumpuhkan keempat orang itu. Kelihatanya mereka adalah perampok yang sengaja menyerang mobil ini. Eh, gimana nasib si pengendara mobil ini ya?

Ternyata, mobil ini berisi dua orang penumpang. Seorang ibu muda, dan anaknya terlihat tidak sadarkan diri. Wah gw harus cepet bertindak. Dibantu sama tukang nasi goreng tadi, gw membawa kedua korban ini. Ke rumah sakit terdekat. Setelah menjelaskan kejadiannya, dan mengisi beberapa form administrasi, akhirnya gw bisa pergi dari RS ini dan pulang kerumah Katsia.

-----

Rumah Katsia

Katsia sedang duduk di sofa, memikirkan bagaimana menghadapi dan meminta maaf pada Karna ketika dia kembali. Mungkin bagi kebanyakan orang, itu adalah hal yang sangat sederhana, tetapi bagi Katsia, itu adalah sesuatu yang sangat sulit.

"Hmm.. Mungkin lebih berarti untuk membuktikan rasa bersalahku dengan suatu tindakan". Katsia merasa kurang pandai dalam berkata-kata. Tiba-tiba, Katsia menemukan cara untuk meminta maaf kepada Karna. Dia bergegas ke dapur. Tiga puluh menit kemudian, Katsia yang telah mengacakaun dapurnya akhirnya berhasil membuat beberapa hidangan. Saat pembantunya terbangun, dia agak sedikit terkejut. Jarang-jarang dia melihat majikannya masak.

"Bu, ada ibu lapar?"

"Ah, gpp kok Mbak. Aku cuma lagi mau eksperiment aja", jawab Katsia, berusaha menutupinya. Pada saat yang sama, Katsia melihat keluar pintu dengan penuh harap, menunggu kembalinya Karna. Namun, hari semakin larut. Sudah lewat jam dua belas malam. Mau gak mau dia mulai memikirkan keberadaan Karna.

"Hmm.. Kenapa ya dia belum pulang? Apa dia mengalami kecelakaan? Atau jangan2 dia sangat terluka dengan tindakanku tadi?" pikirnya.

Setengah jam kemudian, Karna masih belum kembali. Pembantunya memandang wajah Katsia, yang penuh dengan kekecewaan, dan berkata "Bu, makanannya mau dihangatkan? Nanti klo bapak pulang, saya akan menyiapkan makanan untuknya".

Meskipun pembantunya sangat penasaran dengan kemunculan Karna yang tiba-tiba di rumah ini, dia sangat paham dengan karakter Katsia, dan memilih untuk tidak banyak bertanya. Dia secara samar, dapat menebak bahwa perilaku abnormal Katsia malam ini pasti ada hubungannya dengan Karna.

Katsia menghela nafas pelan, dan berkata, "Bi, aku ga nafsu makan". Setelah berkata demikian, Katsia masuk kamarnya. Dia mencoba menelepon Karna. Namun tidak diangkat. Akhirnya dia mengirimkan WA kepadanya dan tertidur.

Sekitar jam 2 malam, suara pintu terbuka terdengar oleh Mbak Warti, pembantu Katsia. Karna pulang. Melihat kondisi Karna yang penuh keringat dan kotor, dia bertanya

"Loh pak, bapak kenapa?"

Karna tersenyum, tapi tidak menjelaskan lebih lanjut. Tubuhnya terasa lelah. "Mbak War, sy gpp kok"

"Pak, sebentar saya panasin makanan ya untuk bapak."

Merasa gak enak dengan mbak War, Karna berjalan menuju meja makan, dan membuka tudung saji. Dia tercengang.

"Mbak War yang masak ini semua?"

Karna telah mencicipi masakan Mbak Warti kemarin. Walaupun masakannya tidak sebanding dengan hidangan hotel bintang lima, tapi keterampilan memasak Mbak Warti lumayan bagus untuk seorang pembantu rumah tangga. Namun, hidangan di atas meja hari ini sangat berbeda dengan kemarin, baik dari penampilannya, pemilihan menunya, maupun berbagai aspek lainnya.

Mbak Warti mengambil piring dan menjelaskan, "Bukan pak. Hari ini ibu yang masak"

"Apa? Katsia yang masak?" Karna benar-benar terkejut.

"Pak, waya tidak tahu ada apa dengan ibu hari ini. Tadi, dia terlihat sedih, bahkan bersikeras untuk menyiapkan makan malam sendiri. Ibu menunggu bapak cukup lama disini, tidak menyentuh masakan yang dibuatnya. Akhirnya ibu naik kekamar tanpa makan apapun. Saya agak khawatir. Ibu sepertinya sedang banyak pikiran"

"Apa? Jangan2 dia sengaja melakukan ini?", Pikir Karna. Matanya melebar dan sangat terkejut. Dia hanya bisa melihat ke atas dan menatap kamar Katsia. Tiba-tiba, dia teringat bahwa Katsia sempat meneleponnya tadi. Namun, karena dia masih sibuk mengurus beberapa hal di rumah sakit, mata telepon dari Katsia tidak terangkat. Karna kemudian mengecheck HPnya dan membaca WA dari Katsia.

"Karna, gw minta maaf karena berlaku tidak adil dan semena-mena hari ini. Tadi Ibu Devina dari Human Capital udah menjelaskan duduk perkaranya. Maafin gw ya karena gak objektif dalam menghadapi masalah hari ini."

Mata Karna semakin terbelalak. Dia tidak menyangka, istrinya yang dingin itu meminta maaf kepadanya. Disaat yang bersamaan, Mbak Warna sedang membereskan makanan untuk memanaskannya. Karna cepat-cepat mengulurkan tangannya, berkata "Mbak War, gpp mbak. Gausah dipanasin. Saya akan makan sekarang"

"Tapi makanannya udah dingin pak"

"Gpp mbak", Karna tersenyum, mengambil makanan dingin dan mulai melahapnya. Meskipun makannya dingin dan rasanya tidak enak, Karna merasakan kehangatan di hatinya. Malam itu, dia bisa tidur nyenyak.

----

Ketika Katsia bangun keesokan paginya, dengan mata bengkak, dia menemukan bahwa kamar Karna di lantai bawah kosong. Hati Katsia menjadi semakin sedih dan merasa bersalah. "Apakah aku sangat keterlaluan melukai hatinya?" Pikir Katsia.

Tepat pada saat itu, Mbak Warti keluar dengan membawa sarapan, "Selamat pagi bu. Ibu mencari bapak?"

"Aku tidak...", Katsia secara naluriah menyangkal, tetapi memikirkan apa yang terjadi kemarin, dia merengut dan kemudian menganggukkan kepalanya, sambil berkata pelan,"Apakah dia gak pulang semalam?"


"Tidak bu, bapak semalam pulang sekitar jam 3 pagi. Bapak baru saja berangkat kerja."

"Kerja? Sepagi ini?", Katsia terkejut. Ini baru jam 6.30. Dia berpikir bahwa Karna sengaja menghindari bertemu dengannya. Tanpa disadari, wajahnya menjadi semakin sedih.

"Bu, apakah ibu khawatir dengan bapak? Saya rasa ibu tidak perlu khawatir. Kemarin, begitu dia mendengar bahwa ibu yang memasak untuknya, bapak tersenyum dan segera menghabiskan semua masakan ibu. Saya sampe gak sempet buat panasin makanannya"

"Ah, semuanya?" Katsia sedikit terkejut.

Mbak Warti mengangguk dan berkata, "Ya, semuanya. Bapak bilang, semuanya enak".

Katsia tersenyum mendengar perkataan Mbak Warti, dan seketika merasa lebih tenang.

---

Di saat yang bersamaan, Karna rupanya tidak langsung menuju kantor. Dia mencoba mencari toko bunga yang sudah buka. "Hmm. Gw harus bawain sesuatu untuk Katsia dan Bu Devina.", pikirnya. Jujur, Karna juga masih bingung bagaimana menghadapi Katsia, karena hingga saat ini mereka belum bertemu langsung. Dan Karna jg merasa bersalah, sebab, Katsia begadang menungguinya pulang.

Dengan dua buket bunga besar ditangannya, Karna tiba dikantor. Salah satu alasan dia berangkat lebih pagi, adalah karena dia malu jika memberikan langsung bunga tersebut kepada Katsia, maupun Devina. Masih terngiang kalimat Katsia, yang melarangnya untuk memberitahu siapapun bahwa dia adalah suaminya. Oleh sebab itu, dia langsung membawa bunga untuk Katsia ke lantai 20, dan meletakkan bunga di meja Katsia. Tidak lupa, secarik kertas dilampirkan di bunga itu. Berikutnya, dia pun turun ke lantai 19, menuju ruangan Devina. Saat Karna mendekati ruangan Devina, tiba2 ruangan itu terbuka.

"Loh, Karna?", kata Devina kaget melihatnya. Karna, yang tidak menyangka bahwa Devina sudah berada di ruangan juga tidak kalah kaget. Matanya semakin melotot menyadari pakaian yang dikenakan Devina pagi itu.

"Ehhh. Eerrr.. Bu Devina?" kata Karna salting.


---

POV Karna

Glek. Aduh mati gw, kok Bu Devina udah dateng jam segini?

"Ada perlu apa?"

Syit.. Ibu Devina seksi banget pagi ini. Tanktop ungu dan rok mini hitam ini bener-bener suatu perpaduan yang indah.

"Eerrhhh.. Eh ini, bu, anu.. Saya bawain bunga buat ibu.. Hmmm. Sebagai tanda terima kasih bu, karena ibu saya gak jadi kena SP3", aduh kenapa gw jadi gugup gini.

Ibu Devina kemudian berjalan mendekat ke arah gue, hingga berhadap-hadapan dengan gw dan menatap ke arah gw. Membuat gw semakin salting, ditatap sedemikian rupa olehnya . Sambil tersenyum, Ibu Devina menerima bunga yg gw bawa dan berkata, "Wah, kamu sweet juga ya.. Sudah tugas saya untuk berlaku adil dengan karyawan di kantor ini. Itu bukan hal yang besar kok"

"Ennggg.. Enggak bu..Kalau bukan karena Bu Devina mungkin saya udah ga bekerja di perusahaan ini", jawab gw tanpa berani melihat ke arahnya. Aduhhh, bukan apa-apa, gw takut mata gw gak bisa dikontrol.

Sambil menghirup wangi bunga yang gw bawa, Bu Devina berkata "Aaah kamu nih.. Aku jarang-jarang loh dikasih bunga.. Btw, kamu.. Panggi saya Devi aja ya klo lagi ga ada orang. Saya belum setua itu kok... Eh, apa kamu udah punya pacar?"

Gw nyaris keselek mendengar pertanyaan itu. Duh, andai loe tau Dev,"Yahh.. Emmm.. Se-se-sebenarnya saya udah punya seseorang yang dekat dengan sayaa bu..Ehh.. Anuuu.. Emm.. Dev", jawab gw makin gugup.

"Kamu... Ganteng juga ya.. Pantes Katsia mau sama kamu"

UHUK! HAH! Kok bisa Devina tahu?

"Hahahaha.. Karna.. Karna.. Kemarin Cia udah cerita semuanya tentang kalian.. Udah sini duduk dulu", kata Devina sambil menoel dagu gue, dengan sebuah pandangan mata dan bibir yang terlihat menggoda, sebelum dia berlenggak-lenggok memamerkan pinggulnya yang bagaikan body sebuah gitar dan duduk di kursinya meja kerjanya. Bak kerbau dicucuk hidungnya, gw pun ikut dan duduk di kursi depannya. Masih speechless, gak tau harus ngomong apa. Gw yakin muka gw udah kayak kepiting rebus. Merah menahan malu.... Dan napsu.. Gerakan Devina terlihat sangat erotis di mata gw..

"Hahahaha.. Kamu kok diem aja? Gimana rasanya merawanin temenku?", godanya sambil mengedipkan mata.

"Eeehh.. Errr.. Anuuuu... Saya gak berniat be-be-begitu kok bu..", gawat. Harus jawab apa gw?

"Ssstttt.. Udah kubilang, panggil aja Devi kalau ga ada siapa-siapa." katanya sambil sedikit menundukkan badannya. Aduuh, belahan payudaranya kenapa mulus bangetttt.

"Ehh maaf bu, eeh .. Dev" mati gw, dia nyadar gak kalau mata gw ga bisa berhenti mengagumi keindahan payudaranya?

Devina lalu bangun dari kursinya dan berjalan kebelakang gw. Tiba2, sepasang tangan terasa memijit ringan pundak gw.

"Harus aku akui, aku kaget sih. Waktu kemarin aku ketemu kamu di lift, aku gak nyangka nyalimu besar juga. Berantem sama direktur keuangan disini... Kamu perawanin pula atasannya.. Kamu... Kuat juga yaa", katanya sambil mengelus lengan gw.

Gawat, badan gw mulai terasa makin hangat.. Dan jantung makin berdebar-debar.. Devina ini pake parfum apa sih? Aduh wanginya ini.... Aduh yang dielus tangan gw, kenapa junior gw yang bereaksi?

"Eehh.. Ernn.. Saya ga berniat berant-"

"Ssttt!!" Kata Devina sambil menutup bibirku dengan jarinya. "Bukan itu yang aku bahas."

Devina kemudian duduk dipegangan kursi, badannya terasa bedempetan dengan badan gw. Dan tiba-tiba, Devina mengelus dengan lembut paha kiri gw, saat dia melanjutkan ucapanya, "Yah, kamu pasti ngerti kan maksudku.. Cia bilang, kamu kuat melayani dia semalaman".

DEGGGGGG!!!! Apa aja yang udah diceritain Katsia? Aduh, bukannya mereka temenan, terus ini apa? Godaan apa cobaan?

"Eh.. I-iyaa.. B-bu. Anu... ini.. ahh.. Aku.. Malu bu", jawab gw tergagap-gagap, sambil mencoba menggeser tangannya secar halus dari paha gw. Gila, cuma dielus pahanya doang, batang junor gw hampir tegak sempurna. Susah payah gw sembunyiin jejak si junior ini.

"Malu kenapa sih Karna? Aku ini seneng loh, Katsia bukannya di bungkus, malah ngebungkus. Hahahahaha.. Kamu itu orang yang baik. Aku udah merasa itu dari pertemuan kita kemarin di lift. Aku ini lega, keperawanannya Cia hilang ditanganmu, bukan orang lain yang punya kepentingan sama dia", kata Devina sambil merebahkan kepalanya di pundak gw, sementara tangannya terus mengelus-elus paha gw, tidak mempedulikan penolakan halus dari gw, dan semakin mendekati batang junior gw.

"A-anu.. Bu.. Eh Dev.. Ja-jangan gini... Aku.. G-gak enak nanti a-ama Katsia", ujar gw berusaha untuk menghindar. Tapi, gw saat ini sedang berjuang untuk menahan diri, agar gairah gw tidak membuat gw menjadi gelap mata.

"Aku cuma mau gantian kasih kamu tanda terima kasih karena udah jagain Cia kok. Dan kamu gausah khawatir, aku udah izin sama Cia" bisik Devina di telinga gw, sambil menggigit pelan kuping gw. Membuat darah gw langsung mendesir hebat. Jantung gw seolah berdetak semakin cepat mempompa darah gw. Gairah gw udah di ubun-ubun rasanya. Anjritt! Gw musti bertahan!

โ€œEh?...A-aduuhh...B-bu...J-jangann....B-buuโ€

"Udah.. Gpp Karna.. Kamu sama Cia kan cuma pasangan boongan. Bukannya Cia bilang km bebas punya hubungan sama perempuan lain? Atau.. Aku kurang cantik buat kamu?" Tanya Devina, sambil menempelkan payudaranya ke bahu gw. Serangan bertubi-tubi ini membuat gw hampir gak tahan lagi.

"Errr.. Eng..Engggakk bu...Ibu.. Eehh.. Kamuuu cantikk bu..."

"Waktu kita gak lama, bentar lagi anak-anak HR udah pada masuk.. Anggap aja ini DP buat kamu.." Ujar Devina yang langsung menarik wajah gw, dan melumat bibir gw.

Wuaaah.. Gawattt.. Gw gak bisa lagi bertahan. Gw malah membalas melumat bibir Devina dengan penuh gairah. Tangan gw mulai diarahkan masuk ke dalam tanktopnya, dan bra yang dia kenakan. Gw langsung merasakan lembutnya payudara Devina, yang dihiasi puting kecilnya.

Sementara itu, Devina udah memasukkan tangannya ke dalam celana dalam gw, setelah melepaskan ikat pinggang dan kancing celana, dan langsung menggenggam batang junior gw yang udah tegak sempurna.

"Ugghh... Punya kamu gede dan keras ya... Aku sukaa" katanya disela-sela ciuman membara kami. Tiba-tiba, bibir devina ditarik, dan langsung melumat batang junior gw. Rasanya nikmat banget. Batang gw seolah meleleh di dalam mulut Devina. Tangannya tidak tinggal diam, dengan halus jemarinya memainkan lato-lato gw.

"Bu.. T-t-tunggu du-dulu bu.. J-j-jangan begini..." ujar gw saat Devina dengan penuh gairah melumat batang junior gw.

Devina semakin giat menaik-turunkan mulutnya di batang junior gw. Kali ini, tangannya mulai merabai perut gw, dan meraih puting gw. Dicubitnya lembut puting gw. Arrghh. Gilaaa, ini jauh lebih nikmat daripada waktu gw sama Katsia.

SLURRPP.. SLURRPP.. SLURRPPP

Sshhh... Ahhhhh..... Ini terlalu nikmat. Gairah dan permainan lidah Devina di pangkal junior gw terasa menggetarkan hati dan seluruh tubuh gw. Gw bagaikan seekor ikan yang menggelepar di tanah, dengan nafas yang megap-megap. Tanpa sadar, gw menggerakan batang junior gw maju mundur, menyetubuhi mulut indah Devina.

Devina terlihat kaget. Namun, batang gw tetap gak dilepas dari mulutnya yang hangat. Gairah gw udah menguasai seratus persen tanpa bisa gw tahan lagi. Kedua tangan gw pun akhirnya menggenggam kuat kepala Devina, sementara gw terus memompa mulutnya dengan kecepatan maksimal.

Setelah 10 menit, keringat gw mulai bercucuran. Walau ruangan ini awalnya terasa sangat dingin, namun, gw mulai merasakan desakan ejakulasi. Sehingga sodokan gw lebih gw perdalam lagi, sekuat tenaga, sepertinya hingga masuk ke kerongkongan Devina.

"Arrr... Devv... A-a-akuu mau.. Keluarr", desah gw sambil meracau dan menarik junior gw dari mulutnya. Namun, tak disangka, Devina malah memegang pantat gw, menahan agar batang gw tidak keluar dari mulutnya. Dan tanpa bisa gw tahan, junor gw langsung menyemburkan banyak sperma di dalam mulutnya, sambil gw sodok dalam-dalam.

Devina sempat megap-megap kehabisan nafas, tapi junior gw tetap tidak dia keluarin dari mulutnya hingga tetesan terakhir sperma gw. Karena semburan sperma gw cukup lama, dia kemudian menelan seluruh sperma gw agar bisa bernafas kembali.

"Haaaaaahhh.. Gila kamu Karna.. Banyak juga spermamu..", ujar Devina lembut, sambil mengusap sedikit tetesan spermaku dari mulutnya. Aku yang masih lemas, menikmati sisa-sisa orgasme, hanya bisa berkata "Maaf Bu.. Eh Dev... Aku baru kali ngerasain oral sex sehebat ini"

"Hahahah.. Karna.. Karna.. Kamu ini beneran polos? Atau pura-pura polos sih?", Devina mulai berdiri dan merapihkan rambut serta pakaiannya yang sempat berantakan. Damnn. Gw baru tersadar dengan apa yang barusan terjadi.

"Ehh.. Bu.. A-a-aku minta maaf bu..."

"Ssstt.. Gausah minta maaf, aku kok yang penasaran sama kamu. Udah, sekarang km beres-beres ya, jangan sampe karyawan lain tau", katanya sambil tersenyum manis.

Gw pun segera bangkit dari kursi, merapihkan celana dan kemeja gw. Sambil mengantarkan gw ke pintu keluar ruangannya, Devina berbisik halus di kuping gw

"Kamu utang muasin aku ya"

-------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd