Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
-Ummi-

Aku terbangun jam 5 pagi, dan kulangsung beranjak ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan sholat. Biasanya setelah sholat aku akan berolahraga ringan, namun entah kenapa pagi ini aku merasa tidak mood melakukan itu. Aku beranjak kebawah dan kutemui Mamah masih menggunakan mukenanya sedang menyiapkan sarapan yang sedikit terlihat mewah. "Sarapannya kaya mewah banget, mah" ucapku ke Mamah. Mamah yang kemudian menoleh ke belakang tersenyum dan menjawab perkataanku. "Iya, Nih. Ada calon menantu mamah lagi dirumah soalnya" balas Mamah meledekku. Aku hanya tersenyum dan kemudian berjalan keluar rumah untuk melihat-lihat sekitar rumahku. Sudah kurang lebih 5 bulan aku tidak melihat pemandangan ini, dan rasanya tidak ada yang berubah.

Aku kembali ke dalam dan kulihat Hani juga sedang beranjak keluar dari kamar Bella menggunakan piyama panjang dan bergo. "Loh kirain lagi mode kebo kamu, ehehehe" ucap Hani. Akupun mendekatinya dan memeluknya singkat sambil mengecup keningnya. "Ccupp.. Good Morning sayang" ucapku. Hani yang takut jika dilihat oleh yang lain mendorongku sambil tertawa, dan kemudian aku mengajak Hani untuk jalan pagi keluar mengelilingi perumahan.

Di jalan, Hani selalu menggandeng tanganku dan akhirnya kita sampai di sebuah taman dan Hani mengajakku duduk di bangku taman yang ada didekat situ. Pada saat duduk pun, Hani selalu menyenderkan kepalanya di pundakku. Aku akhirnya menanyakannya. "Kamu nempel-nempel mulu ni, kamu masih ngantuk ya?" tanyaku. "Dih, ngga ya, aku udah seger, cuma pengen nempel ama kamu aja eheheh" balas Hani diiringi dengan tawa manisnya. Aku yang tahu kalau Hani memang seperti kode ingin dirangkul akhirnya merangkulnya dan Hani makin menempelkan badannya padaku.

"Ini kamu tidur pake bergo juga?" tanyaku sambil mengelus-elus kepalanya. "Nggak lah. Ini aku pake pas tadi mau keluar kamar" balas Hani yang dilanjutkan dengan anggukanku. "Tadi juga sebenernya aku mau keluar gapake bergo, tapi adek kamu langsung ngomong 'Kakak ngga pake kerudung kak keluarnya? Nanti diliat Kak Bayu loh' padahal mah dia gatau kalo titit kakaknya sering aku cium-ciumin juga" ucap Hani yang membuatku tertawa. Kami sempat berada di posisi ini cukup lama, sampai akhirnya Hani kembali memecahkan keheningan.

"Sayang" ucap Hani.
"Iya, kenapa?" Balasku.
"Aku sebenernya ingin ngasih tau kamu sesuatu dari dulu, tapi aku ngga berani" ucap Hani sambil tetap memelukku. "Emang ada apa??" tanyaku sambil mengelus-elus kepalanya. "Janji kamu ngga kecewa atau marah, ya? Kalo ngga aku ngga mau kasih tau, ngga sekarang" ucap Hani sambil menjulurkan jari kelingkingnya padaku, dan aku membalas pinky promise nya.

"Jadi, aku sebenernya pengen ngambil ujian mandiri lagi di kampus kita, aku pengen pindah jurusan" ucap Hani. Aku kaget, namun berusaha tetap tenang. "Loh kok kecewa atau marah? Kalo emang bukan passion kamu di pertanian ya ngga papa dong" balasku. Namun Hani kembali membalas perkataanku. "Kalo aku bilang aku pengen ngambil jurusan yang sama kaya Andre gimana?" tanya Hani sambil menatap wajahku.

DEGG. Jantungku seperti berhenti. Jujur aku tidak keberatan jika Hani pindah jurusan, namun aku takut jika dia pindah jurusan, aku tidak bisa menjaga Hani sepenuhnya, apalagi jika ke jurusannya Andre. Disaat ku melamun, Hani kembali memecahkan buyaranku. "Sayang? Kamu ngga marah, kan?" tanya Hani. Akupun membalas pertanyaannya tetap sambil merangkul. "Kok marah?? Aku ngga marah kok, itu kan pilihan kamu, aku cuma bisa ngedukung dan berharap buat yang terbaik, kan? Yaa emang sih aku agak gatenang karena takut Andre ngulah lagi, but we can work this out" ucapku meyakinkannya, meski aku juga masih tidak yakin dengan ucapanku sendiri. Setelah itu Hani tersenyum melihat wajahku dan mencium pipiku sebelum akhirnya dia kembali memelukku. Disaat ini juga Hani bercerita kalau awal mula dia bisa berkenalan dengan Andre adalah karena Hani yang awalnya hanya ingin bertanya seputar jurusan kepada Andre.

Sinar matahari sudah semakin terang, dan aku dan Hani segera pulang ke rumahku untuk sarapan. Disaat sarapan, Hani, Mamah, dan Bella mengobrol bertiga sangat seru layaknya mereka sudah bersahabat dari lama, sedangkan aku hanya membuka handphone melihat status-status temanku. Selesai sarapan, aku langsung mandi dan begitu pula dengan Hani, namun kami mandi di kamar mandi yang berbeda jadi kami tidak bisa 'bermain'. Selesai mandi pun, aku dan Hani langsung berpamitan kepada orang serumah dan kami langsung berangkat menuju kerumah Hani.

--

Sepanjang jalan ini Hani terus bercerita tentang kegiatan yang sering dia lakukan ketika sedang liburan, dan mengajakku untuk bermain ke beberapa tempat yang ingin dia kunjungi. Akupun juga bercerita tentang awal mula aku bermain sepakbola dan kenapa aku bisa mendukung tim Medioker seperti West Ham United.

Singkat cerita, kini kami sudah sampai dirumahnya, dan tak kusangka, rumahnya sangat megah. Memang jika dilihat dari perumahannya aku juga tidak seharusnya kaget melihat kemewahan rumahnya, namun rumah Hani bisa dibilang sebagai rumah yang paling mewah disini, dengan modelnya yang tipikal modern tropical house, bisa kutebak master bedroomnya bahkan pasti lebih besar daripada ruang tamuku.

Setelah sampai dirumahnya, aku membantu Hani menurunkan barang dan Hani menelepon Ummi nya untuk membukakan pagar. Tak lama kemudian, keluar seorang wanita cantik yang kutaksir berumur sekitar 40an dengan wajah kearab-araban, bisa kutebak kalau itu adalah Ummi. Ummi membukakan pagar dan kemudian menyambut Hani dengan pelukan. "Aduhh, anak kecil Ummi akhirnya pulang jugaa" ucap Ummi sambil memeluk Hani dan mengelus-elus kepalanya yang ditutupi jilbab.
"Ihh Ummi apasihh aku kan udah gedee, ohiyaa Ummi ini kenalinn Bayu" ucap Hani sambil menarik tanganku untuk salim. "Assalamualaikum, Tante" ucapku mencium tangannya. "Waalaikumsalam, Bayu. Jangan manggil tante dong kesannya Ummi kaya tua banget, panggil Ummi ajaa" balas Ummi. Kami sempat mengobrol sebentar diluar sebelum akhirnya aku dan Hani memindahkan barang-barang ke dalam rumah.

Rumah Hani terlihat sangat indah, dengan perabotan-perabotan yang cantik dan dihias dengan tumbuh-tumbuhan indoor di sekeliling rumah, membuat siapa saja pasti nyaman untuk tinggal disini. Ditambah dengan ada kolam renang di halaman belakang, jika aku tinggal disini mungkin aku tidak akan mau keluar dari rumah. Setelah memindahkan barang, Ummi mengajak kami berdua ngobrol di ruang tamu dan 'menginterogasi' ku, pertanyaan-pertanyaan umum. Kemudian, Hani izin sebentar untuk memindahkan barang-barang ke kamarnya dan membuatkan minuman untuk kami bertiga, dan meninggalkan aku berdua dengan Ummi. Ummi pun masih bertanya-tanya banyak hal seputar Hubunganku dengan Hani.
"Jadi, kamu pertama kali kenalan itu pas kalian sekelas?" tanya Ummi. "Iya, Ummi. Waktu itu kita sama-sama telat, jadi aku sama Hani kebagiannya duduk di paling depan, terus baru jadiannya sekitaran dua bulan kemudian" balasku dan Ummi lanjut bertanya "Kamu disana udah jalan-jalan kemana aja sama Hani?" balik tanya Ummi. "Ngga kemana-mana sih, Ummi. Soalnya kan aku sama Hani susah nyari jadwal kosong karena banyak praktikum, paling jalan-jalannya pas aku turnamen final itu doang" balasku, sambil memerhatikan Ummi. Ternyata Ummi dan Hani juga memiliki banyak kemiripan, kulihat dari foto keluarganya di dinding, Hani terlihat condong lebih mirip ke Ummi ketimbang ayahnya, meskipun Hani tidak terlalu kearab-araban mukanya. Postur tubuhnya juga kurang lebih sama, namun yang terlihat jelas beda adalah payudara Ummi jauh lebih besar dari payudara anaknya, besar dan terlihat masih kencang, begitu pula dengan bagian belakangnya. Sambil aku memerhatikan Ummi, Ummi kembali menanyakanku "Ooh gitu toh, kalo gitu kamu sama Hani udah pernah 'ngapain' aja nih?" ucap Ummi.

Hah? Pertanyaannya ambigu sekali, ini memang Ummi yang benar-benar ingin tahu tentang kenakalanku dengan Hani atau gimana? Akhirnya aku menanyakannya kepada Ummi. "Konteks 'ngapain' nya tuh gimana, Mi?" tanyaku. Ummi hanya tersenyum dan membalas pertanyaanku. "Ihh gimana sih kamu pura-pura gatau gitu, udahh terbuka aja sama Ummi, Ummi gini-gini juga gaul kok hehehe" balas Ummi. Aku yang kebingungan berusaha untuk berbohong, namun Ummi selalu menekanku untuk mengekspos semuanya. "Oooh hahahaha, nggak kok Mi, nggak ngapa-ngapain" bohongku. Namun Ummi membalas "Ahh masa? Terus yang pas kamu di hotel sekamar berdua, masa nggak ngapa-ngapain? Atau tiap kamu nginep di apartemen? Boong nih ah" Balas Ummi seperti meledekku. "Yah, gimana yah Mi hehehehe. Ngaku deh aku, iya Mi kita pernah mandi bareng gitu" balasku akhirnya mengaku. "Terus di kamar mandi kalian ngapain aja? Ciuman? Pegang-pegang atau bahkan sampe masukkin?" tanya Ummi yang kembali menyerangku, pertanyaannya berbahaya banget ini. "Aduhh makin keekspos deh, Iyaa Ummi kita ciuman sambil pegang-pegang, tapi belom sampe masuk kok, kata Hani juga dia belom siap untuk sampe kesitu, ini Ummi nggak marah sama kita berdua kan kalo Ummi tau tentang ini semua?" balasku yang kemudian menanyai Ummi. "Oalahh begitu toh, bagus kalau gitu, nggak kok Ummi nggak marah, Ummi paham kok sama gaya main anak-anak sekarang, yang penting kalian berduanya juga harus bisa pinter nge-manage nya" balas Ummi meyakinkanku kalau dia tidak merasa marah.

Tak lama kemudian, Hani datang dengan membawa minuman dan sudah mengganti bajunya. "Maaf ya lama banget soalnya tadi aku sekalian beresin kamar sama ganti baju dulu" ucap Hani yang kemudian aku dan Ummi iyakan. Kami mengobrol cukup lama sampai akhirnya Ummi pamit karena harus bertemu dengan temannya dan meninggalkan aku dan Hani dirumah. Aku juga tadinya hendak pamit untuk pulang, namun ditahan oleh Hani. "Kamu ngga mau main disini dulu?" tanya Hani. "Mau main apa emang?" balasku kepada Hani. "Berenang yu" ajak Hani sambil menarik tanganku menuju ke kolam renangnya yang ada di halaman belakang. "Ehh aku ngga bawa baju renang kan" ucapku namun Hani seperti tidak mempedulikannya. "Udahh nanti kamu pulangnya pake baju Ade aku aja, dia lagi main keluar kota sama temennya jadi aman, pokoknya temenin aku dulu disini yaa" ucap Hani dan akhirnya aku terpaksa untuk menemaninya.

Kami sudah berada dipinggir kolam renang dan aku memutuskan untuk membuka celana jins ku terlebih dahulu, karena aku kebetulan sedang menggunakan celana pendek dibawahnya, jadi sekarang aku menggunakan celana pendek dan kaus, sama seperti Hani. Baru ku menaruh hape, dompet, dan kunci mobil, tiba-tiba Hani memelukku dari belakang dan menyeburkan diri kita berdua di kolam. "Hhhh... Untung aku udah naro dompet sama hape, kalo ngga kamu aku tenggelemin" ucapku yang kemudian dilanjuti oleh ketawa Hani. Kami bermain air sebentar dan kulihat ternyata payudara Hani terlihat menyeplak karena kausnya juga lumayan tipis. "Han, tete kamu keliatan dari kaos tuh" ucapku mengingatkan. Hani kemudian melihat kebawah dan tertawa. "Eh iya yah ahahahaha gapapa lah kamu juga udah sering liat aku telanjang kan" ucap Hani. Kemudian, muncul sebuah ide di kepalaku untuk bermain sebuah permainan koin di kolam renang, kemudian aku kembali keatas untuk mengambil koin lalu menyebur kembali. "Sayang kamu ngapain?" tanya Hani. "Main lempar koin yu, yang main cepet-cepetan ambil koin itu, tapi yang kalah ada hukumannya" ajakku. "Hukumannya apa nih, nggak aneh-aneh kan?" tanya Hani takut jika aku akan menyuruh Hani melakukan hal aneh sebagai hukuman. "Kan kamu make celana dalem, celana pendek sama kaos doang, aku juga, jadi tiap ada yang ngambil, yang kalah harus ngelepas pakaiannya, jadi yang kalah tiga kali bugil, gimana?" ucapku menjelaskan. "Kamu mau liat aku telanjang sekarang juga aku kasih kok, tapi okedeh, sama kalo kamu kalah kamu jajanin aku yah heheheh" ucap Hani dan aku hanya mengiyakannya.

Lemparan pertama, aku berniat untuk hanya bermain santai dulu, namun tidak kukira kalau Hani adalah perenang yang cepat hingga aku kebalap agak jauh dan Hani mendapatkan koin pertama "YESSS Sekarang buka baju kamu, Bay" ucap Hani kegirangan dan aku membuka kausku. Lemparan kedua, aku mulai bermain serius dan meninggalkan Hani sangat jauh dan aku yang mendapatkan koin. Hani pun merasa kesal karena sekarang giliran dialah yang membuka kaus. "Nih keliatan langsung nih ngga ketutupan kain sekarang" ucap Hani seperti kesal sambil memegangi payudaranya. Lemparan berikutnya, lagi-lagi aku meninggalkan Hani sangat jauh sehingga aku yang menang dan kini Hani harus membuka celana pendeknya. "Ih kamu kaya cewe-cewe di playboy mansion masa" ucapku meledek Hani dan Hani menepuk punggungku sangat keras dan kuyakin pasti punggungku memerah. Lemparan penentuan, aku melempar koinnya agak jauh dan ketika aku mulai mengejar koinnya, Hani menarik-narik tubuhku dan memelukku agar aku tidak bisa mengejar koinnya, namun aku tetap bisa lolos dan mengambil koinnya dan kini Hani harus bugil.
"Ihhh gaadill kamu kan jago renangnyaa" ucap Hani sambil melepas celana dalamnya.
"Hahahaha yaudah ini kamu masih mau nyoba kalahin aku atau mau udahan" balasku.
"Nyoba lagi lah, ayo lempar lagi koinnya!" ucap Hani dan kemudian aku melempar koinnya. Namun disaat Hani mulai mengejar koinnya sebelun jatuh ke permukaan, aku menarik badan Hani dan langsung mencium bibirnya. Hani yang tadinya kaget kini mulai membalas ciumanku dan kami berciuman mesra ditengah-tengah kolam ini. Di sela kami berciuman Hani menurunkan celanaku dan kini kami sama-sama bugil. "Ccupp... Ccuppp.. Hhhh... Pihak lawan mengakui kekalahan" ucapku meledek Hani, Hani hanya tersenyum dan kemudian menarikku ke pojok dan memosisikan badannya agar aku menggendongnya dan Hani bersandar di pojok, dan kami mulai lanjut berciuman. Sebenarnya dalam posisi ini sangat enak bila aku bisa menyodok memeknya, but it is what it is.

Bosan berciuman di kolam, aku menaikkan Hani keluar kolam dan aku menyusulnya, kemudian aku kembali menggendongnya sambil lanjut berciuman dan menaruhnya di sofa didekat kolam ini. Aku mendudukkannya dan membuka kakinya untuk menjilati memeknya, namun Hani nenahanku dan menarik badanku keatas.
"Sayang, aku lagi nggak mau ngelakuin itu, aku nggak mau kalau kita keseringan begini salah satu dari kita bakal bosen, please don't" ucap Hani. Aku sebenarnya merasa kentang, namun sepertinya Hani juga sedang tidak mood, jadi aku hanya mengiyakan daripada urusannya jadi makin ribet nanti. Setelah itu kami merapikan baju-baju kami yang basah dan Hani kemudian mengajakku ke kamar adiknya untuk mengambil kaus dan pakaian dalam, meski akhirnya aku hanya memakai kausnya dan kami berdua berpindah ke kamarnya.

Benar dari yang kuduga, kamar Hani bahkan lebih besar dari ruang tamuku, dan aku tak bisa membayangkan bagaimana besarnya kamar orangtuanya. Kemudian Hani menyalakan AC di kamarnya dan setelah itu mengambil salah satu kaus di lemarinya dan mengajakku kekasurnya. Kini kami berdua sama-sama menggunakan kaus, tapi tidak menggunakan apa-apa di bagian bawah. Hani menelentangkan badannya di kasur dan begiti juga denganku. Kemudian Hani menarik selimut menutupi kami berdua dan memelukku.
"Sayang, mau dipeluk" ucap Hani, dan seperti biasa, aku memeluk Hani dan Hani mendekapkan badannya padaku. Namun Hani tiba-tiba melepaskan pelukanku dan menaikkan badannya dan kini posisi kepala kami berdua berjajaran. Hani mengelus-elus kepalaku dan begitu pula denganku yang mengelus-elus keningnya sambil kadang memainkan rambutnya. "Hani sayang Bayu" ucap Hani dan kemudian dia mencium bibirku dan kubalas, namun tidak agresif, lebih ke passionate kiss. Ciuman ini tidak lama karena Hani melepaskan ciumannya dan kami berdua tertidur didalam posisi ini.

--

"Sayang, bangun, udah sore" ucap Hani membangunkanku, wah, ternyata aku tertidur pulas. "Hoamm.... Udah jam berapa sekarang?" tanyaku. "Jam 4, Ummi udah pulang juga" balas Hani. Karena tahu Ummi sudah pulang, aku langsung segera berdiri dan mengenakan pakaianku, karena tidak enak jika tahu aku tertidur sangat pulas dirumahnya. Namun saat aku mengenakan celanaku, aku melihat Hani masih belum menggunakan celana. "Loh kamu belum salim sama Ummi?" tanyaku. "Belomm eheheh, kok kamu tau sih?" balas Hani. Aku tidak mengatakan apa-apa, hanya menunjuk kearah selangkangan Hani. "Ohiya lupa hahahahha" ucap Hani dilanjut dengan tawa manisnya dan Hani menuju ke lemarinya untuk mengambil celana pendek.

Aku dan Hani keluar dari kamarnya, dan saat menuruni tangga kulihat Ummi masih berpakaian rapi dengan jilbabnya sedang duduk di depan TV, dan mau tidak mau aku harus melewatinya, jadi aku memutuskan untuk salim terlebih dahulu. "Ummi, aku pulang dulu ya" ucapku yang kemudian menyalimi tangannya. "Lohh udah bangun toh kalian berdua, ini kamu mau makan dulu ngga, Bay? Biar Ummi delivery makanan dulu aja baru kamu pulang" ucap Ummi menawarkanku untuk makan terlebih dahulu. "Aduhh nggak enak Ummi udah sore juga, mungkin lain kali aja kalo aku main kesini lagi nanti" ucapku menolak tawarannya. Ummi hanya mengiyakan, dan aku dan Hani beranjak keluar ke parkiran mobil, namun Ummi menahanku. "Kakak, Ummi boleh ngomong berdua sama Bayu dulu, nggak? Kamu tunggu diluar dulu gapapa kan?" ucap Ummi ke Hani. "Ooh yaudah, aku bukain pagernya aja dulu ya Bay" balas Hani dan Hani beranjak keluar.

Ummi kemudian mengajakku untuk duduk di sofa, dan Ummi memulai pembicaraan "Jadi Bay, tadi Ummi sebenernya udah mau bangunin kalian berdua, tapi tadi Ummi sempet kepo ngeliat kalian berdua tidurnya mesra banget, Ummi tadinya mau matiin AC terus buka selimut kalian, tapi pas Ummi mau buka selimut, keliatan kalo kalian pada nggak pake celana" Ucap Ummi. Aku terkejut, dan aku yakin Ummi tau kalau aku terkejut dari raut wajahku. "Tenang, Ummi gabakal nyeritain ini ke Abbi nya Hani, karena nggak tau juga reaksinya bakal gimana, tapi Ummi mau nanya, berhubung kalian gak pake celana, apa kamu udah masukkin punya kamu?" lanjut Ummi menanyakanku.

Aku menjadi tenang mendengar ucapan Ummi dan menjawabnya. "Oooh, nggak kok, Mi. Tadi emang aku kaya ngajak main petting gitu, cuma Hani nya gamau, jadi cuma cium-ciuman doang" balasku. Ummi tersenyum mendengarnya. "Oooh gitu toh, oke deh. Sama Ummi mau ngasih pesan buat kamu, tolong jangan jadiin Hani kayak mainan kamu ya nak. Udah 18 tahun Ummi ngejagain Hani dan Ummi tau rasanya gimana bagi Hani untuk jadi anak pertama tanpa kakak, Hani juga dulu sering cerita kalo dengan adanya kamu sebagai pacar dia, dia juga ngerasa akhirnya dia bisa mendapatkan brother-figure nya dari kamu, jadi Ummi minta tolong ke kamu, apapun kondisinya nanti, tolong tetep berada di samping Hani ya, sanggup kan?" ucap Ummi melanjutkan. Aku hanya menggangguk mengiyakan. "Okedehh, yaudahh katanya kamu mau pulang, nanti sore-sore macet loh" lanjut Ummi dan aku kembali menyalimi tangannya dan beranjak keluar dan kulihat Hani sedang menunggu dibalik tembok pagar.

"Lama banget ih, pasti Ummi ngasihin kamu uang, ya?" tanya Hani. "Nggak kokk, Ummi cuma nanyain tentang hubungan kita sama nanyain komitmen aku ke kamu" balasku berbohong, karena aku tidak tahu kalau Hani mengetahui apa yang Ummi ucapkan tadi. "Terus kamu jawabnya?" ucap Hani kembali bertanya. Aku kemudian menggenggam tangannya dan menatap matanya. "Menurut kamu aku jawabnya apa?" balasku dan kemudian aku memeluk Hani. "Bayu sayang Hani" ucapku kepada Hani disaat kami berpelukan. Hani melepaskan pelukanku dan mengelus-elus pipiku, dan aku dan Hani berciuman singkat dan Hani melepas ciuman kami. "Udah jangan lama-lama, nanti kelihatan sama Ummi" ucap Hani dan kemudian kembali memelukku, sebelum akhirnya aku mencium keningnya. Aku kemudian melepaskan pelukannya dan beranjak ke mobilku dan pamit pulang.

-To be Continued-
 
wah gejalanya sindrom kakak adek nih. hani kemungkinan naksir cowok lain atau udah dijodohin
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd