- Daftar
- 9 Feb 2013
- Post
- 63
- Like diterima
- 104
cerita ini hanya fiktif belaka, langsung aja ke tkp ya gan
Jumat, 22 November 2013 Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Marsetio menyiagakan armada perangnya di laut Arafura yang berbatasan langsung dengan Australia, angkatan laut Indonesia mengerahkan kekuatan patroli terbarunya seperti tujuh kapal perang FPB buatan PT. PAL kelas Pandrong yang sudah dipersenjatai dengan rudal, tujuh kapal perang cepat kelas Krait, lima kapal perang fiber kelas Boa, dan tiga kapal PC kelas Sibarau. Bukan Cuma itu armada pemukul milik TNI AL seperti dua kapal selam kelas Cakra, sebelas Fregat kelas Ahmad Yani, lima Korvet anti kapal selam kelas Parchim, sebelas kapal cepat rudal kelas Mandau, sembilan kapal cepat torpedo kelas Ajak. Dan juga dua kapal Landing Platform Dock (LPD) kelas Makassar yang mengangkut 6 helikopter serang, dan dua kapal bantuan cair minyak (BCM) ikut dikerahkan. Hal tersebut atas intruksi langsung dari Presiden.
Sebelumnya .
Rabu, 30 Oktober 2013 Indonesia digemparkan dengan laporan terkait ditemukannya fasilitas penyadapan yang ditemukan di Kedubes Australia di Indonesia, pemerintah dituntut besikap tegas atas peristiwa ini.
Belum reda isu tersebut Senin, 18 November 2013 The Guardian sebuah majalah terbitan Inggris menyebutkan SBY bersama 9 jajaran petinggi negara. Termasuk Wakil Presiden Boediono dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menjadi target penyadapan pada 2009. Hal itu sontak membuat Indonesia marah, rakyat Indonesia melakukan demo di depan Kedubes Australia di Jakarta, mereka minta Duta Besar Australia untuk Indonesia diusir dari tanah air.
Senin, 18 November 2013 Indonesia menarik Duta Besar untuk Australia kembali ke Indonesia, bukan cuma itu. Indonesia juga memutuskan pelbagai kerjasama yang telah dijalinnya dengan Australia seperti latihan gabungan TNI, Indonesia menarik lima pesawat tempur F-16 dua pesawat Hercules dan 60 personel TNI AU dari Australia. Kopassus juga men stop latihan bersama tentara Australia di Lembang dan langsung memulangkan tentara Australia kembali ke negaranya. Hal tersebut dilakukan atas bentuk protes dari Indonesia dan sambil menunggu penjelasan dari pihak Asutralia terkait penyadapan yang dilakukannya. Serta menuntut agar Australia meminta maaf atas kelakuannya ini.
Rabu, 20 November 2013 ketua DRP Priyo Santoso curhat kepada Rusia terkait penyadapan. Saya beri tahu (kepada wakil ketua parlemen Rusia) yang mulia wakil ketua parlemen Rusia, seminggu ini rakyat kami satu bahasa, satu rasa gusa, kecewa, marah dengan tindakan ilegal sebagai negara bersahabat terhadap perlakuan negara Australia juga Amerika yang tega menyadap presiden kami menyadap ibu negara dan beberapa tokoh lain.
Entah itu benar benar curhat atau sebagai bentuk dalam mencari dukungan jika terjadi perang dengan Australia.
Keadaan semakin memburuk ketika seorang politisi Australia dari Partai Leberal menyebut wajah Marty Natalegawa seperti bintang porno Filiphina era 70-an. Rakyat semakin tak terima atas perlakuan Australia yang menganggap rendah Indonesia sekaligus melecehkan harga diri bangsa Indonesia, rakyat Indonesia mendesak agar presiden melakukan sesuatu yang membuat Australia menyesal dan meminta maaf kepada bangsa Indonesia meskipun harus berperang. Indonesia harus membuat mereka menyesali perbuatannya itu, mereka telah memata matai bapak dan ibu presiden kami, mereka telah menghina menteri luar negeri kami, mereka telah menganggap rendah Indonesia dan mereka juga telah melecehkan harga diri bangsa Indonesia. Kami rakyat Indonesia meminta tolong kepada bapak presiden untuk membuat mereka menyesal dan menarik kembali kata-kata mereka, dan meskipun harus perang kami siap.
Lalu setelah penempatan armada lautnya di laut selatan Indonesia, apa perintah SBY selanjutnya?
Jumat, 22 November 2013 Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Marsetio menyiagakan armada perangnya di laut Arafura yang berbatasan langsung dengan Australia, angkatan laut Indonesia mengerahkan kekuatan patroli terbarunya seperti tujuh kapal perang FPB buatan PT. PAL kelas Pandrong yang sudah dipersenjatai dengan rudal, tujuh kapal perang cepat kelas Krait, lima kapal perang fiber kelas Boa, dan tiga kapal PC kelas Sibarau. Bukan Cuma itu armada pemukul milik TNI AL seperti dua kapal selam kelas Cakra, sebelas Fregat kelas Ahmad Yani, lima Korvet anti kapal selam kelas Parchim, sebelas kapal cepat rudal kelas Mandau, sembilan kapal cepat torpedo kelas Ajak. Dan juga dua kapal Landing Platform Dock (LPD) kelas Makassar yang mengangkut 6 helikopter serang, dan dua kapal bantuan cair minyak (BCM) ikut dikerahkan. Hal tersebut atas intruksi langsung dari Presiden.
Sebelumnya .
Rabu, 30 Oktober 2013 Indonesia digemparkan dengan laporan terkait ditemukannya fasilitas penyadapan yang ditemukan di Kedubes Australia di Indonesia, pemerintah dituntut besikap tegas atas peristiwa ini.
Belum reda isu tersebut Senin, 18 November 2013 The Guardian sebuah majalah terbitan Inggris menyebutkan SBY bersama 9 jajaran petinggi negara. Termasuk Wakil Presiden Boediono dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menjadi target penyadapan pada 2009. Hal itu sontak membuat Indonesia marah, rakyat Indonesia melakukan demo di depan Kedubes Australia di Jakarta, mereka minta Duta Besar Australia untuk Indonesia diusir dari tanah air.
Senin, 18 November 2013 Indonesia menarik Duta Besar untuk Australia kembali ke Indonesia, bukan cuma itu. Indonesia juga memutuskan pelbagai kerjasama yang telah dijalinnya dengan Australia seperti latihan gabungan TNI, Indonesia menarik lima pesawat tempur F-16 dua pesawat Hercules dan 60 personel TNI AU dari Australia. Kopassus juga men stop latihan bersama tentara Australia di Lembang dan langsung memulangkan tentara Australia kembali ke negaranya. Hal tersebut dilakukan atas bentuk protes dari Indonesia dan sambil menunggu penjelasan dari pihak Asutralia terkait penyadapan yang dilakukannya. Serta menuntut agar Australia meminta maaf atas kelakuannya ini.
Rabu, 20 November 2013 ketua DRP Priyo Santoso curhat kepada Rusia terkait penyadapan. Saya beri tahu (kepada wakil ketua parlemen Rusia) yang mulia wakil ketua parlemen Rusia, seminggu ini rakyat kami satu bahasa, satu rasa gusa, kecewa, marah dengan tindakan ilegal sebagai negara bersahabat terhadap perlakuan negara Australia juga Amerika yang tega menyadap presiden kami menyadap ibu negara dan beberapa tokoh lain.
Entah itu benar benar curhat atau sebagai bentuk dalam mencari dukungan jika terjadi perang dengan Australia.
Keadaan semakin memburuk ketika seorang politisi Australia dari Partai Leberal menyebut wajah Marty Natalegawa seperti bintang porno Filiphina era 70-an. Rakyat semakin tak terima atas perlakuan Australia yang menganggap rendah Indonesia sekaligus melecehkan harga diri bangsa Indonesia, rakyat Indonesia mendesak agar presiden melakukan sesuatu yang membuat Australia menyesal dan meminta maaf kepada bangsa Indonesia meskipun harus berperang. Indonesia harus membuat mereka menyesali perbuatannya itu, mereka telah memata matai bapak dan ibu presiden kami, mereka telah menghina menteri luar negeri kami, mereka telah menganggap rendah Indonesia dan mereka juga telah melecehkan harga diri bangsa Indonesia. Kami rakyat Indonesia meminta tolong kepada bapak presiden untuk membuat mereka menyesal dan menarik kembali kata-kata mereka, dan meskipun harus perang kami siap.
Lalu setelah penempatan armada lautnya di laut selatan Indonesia, apa perintah SBY selanjutnya?