Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Update pendek dulu ya Hu, cuma jelasin latar belakang tokoh utama. Dan ini tidak bermaksud SARA sama sekali ya.

Chapter 1

Perkenalkan, namaku Irene. Seorang dokter muda di suatu klinik suatu daerah di ibukota. Aku sendiri belum terlalu sibuk, karena klinik yang masih baru, dan aku juga punya asisten dan para apoteker yang kerjanya menurutku bagus. Klinik (merangkap apotek) ini merupakan milikku sendiri, dengan dana investasi yang diberikan oleh keluargaku.

Meskipun aku sendiri bilang bahwa aku masih muda, umurku yang sudah 25 tahun ini sudah menjadi tanda bagi keluargaku, terutama Popo untuk aku segera menikahi pacarku. Malvin, 27 tahun, merupakan putra kedua dari teman Papa yang mempunyai bisnis keluarga dengan pusat di salah satu kota besar di Pulau Jawa. Saat ini, dia juga sedang merintis bisnis sendiri di wilayah yang sama denganku, dengan bantuan orangtuanya. Kami dijodohkan setelah aku masuk kuliah. Awalnya aku enggan, tapi setelah sekian lama, hatiku akhirnya luluh juga, selain karena ingin menuruti keingingan orangtuaku. Memang benar pepatah witing tres….. tidak, bahwa cinta ada karena biasa. Butuh tiga tahun tapi bagi Malvin, keluarganya, dan keluargaku untuk meluluhkan hatiku agar aku bisa menerima perjodohan dengannya.

Malvin sendiri orangnya baik, lucu, dan agak manja menurutku. Sifatnya membuatnya terlihat seperti anak yang baik, tetapi jika kami hanya berdua, sifat mesumnya mulai keluar. Pertama kali aku datang ke tempat tinggalnya, dia sangat tidak sabar untuk meniduriku. Aku memang sudah siap dengan hubungan yang baru ini, sehingga aku hanya pasrah saja. Diciumnya kedua bibirku dengan tidak sabaran, dibukanya semua pakaianku sampai terlepas, sembari dia juga melepas semua kain yang melekat ditubuhnya sehingga kami berdua sama-sama telanjang. Malvin menindihku, tidak sabar meremas dan mengemut payudaraku yang masih menyembunyikan puting sensitifku. Aku sendiri juga berinisiatif untuk mencoba menyentuh batang penisnya. Ukurannya mungkin standar bagi orang Asia, tetapi ada sedikit rasa aneh ketika aku memegang penis yang ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan…...tidak, aku tidak boleh seperti ini. Kucoba untuk memuaskan Malvin, sembari dia masih asyik mencoba untuk memancing putingku dengan lidahnya. Mungkin menyerah tidak bisa menarik putingku yang tersembunyi untuk muncul, Malvin langsung beranjak dari ranjang, dan mengambil sebuah kondom dan langsung memakainya. Setelah memastikan bahwa aku sudah cukup basah, dia langsung menindihku dan memasukkan penisnya. Aku sedikit kaget, karena sudah cukup lama liang vaginaku ini dimasukki oleh penis laki-laki. Malvin menggoyang dengan cepat, melihat bahwa aku mulai merasakkan kenikmatan. Aku sudah mulai merasa enak dengan permainan sex Malvin ketika tiba-tiba, “Rene, aku sebentar lagi keluar”, erangnya. Beberapa detik kemudian, aku merasakan penisnya yang dilapisi karet mengkedut, dan “AH……” aku kaget ketika ujung kondom yang dipenuhi sperma tidak sengaja menggesek area di dekat g-spotku. Malvin pun langsung melepas penisnya dari liang vaginaku, membuang kondom berisi sperma ke tempat sampah, dia berbaring di sebelahku kelelahan. “Enak ngga, Rene?”, tanyanya, yang kubalas hanya dengan anggukan kecil. “Aku juga keenakan kok, dan aku bangga, akhirnya aku bisa membuat kamu merasakan nikmatnya menjadi wanita”, lanjut Malvin lagi. Mungkin dia mengira ekspresi kaget aku tadi bahwa aku sampai ke puncak kenikmatan. Yah, aku hanya berharap agar seiring waktu, mungkin permainannya kelak bisa memuaskanku.

Dari beberapa cerita teman-teman Malvin, aku sebenarnya mendapat info bahwa Malvin itu dulunya playboy. Dengan modal ketampanan dan kekayaannya, Malvin sendiri sejak SMA sudah punya banyak sekali mantan. Tidak sedikit juga mantan-mantannya yang pernah dia cicipi. Namun menurut mereka, Malvin tiba-tiba tobat setelah dijodohkan denganku, karena katanya dia “jatuh cinta pada pandangan pertama”. Aku sendiri bingung hendak menanggapi apa, tetapi aku sudah bertekad untuk mencoba hidup bahagia bersamanya.

Meskipun begitu, mungkin karena sex compability kami yang jelek, atau karena ukuran penis Malvin yang menurutku kurang, aku sering sekali tidak merasa puas ketika kami berhubungan intim. Seperti hari ini, ketika dia mengunjungi tempat tinggalku, setelah berbincang sejenak, dia mulai bergerak. Diciumnya bibirku, sembari lidahnya menjilat meminta izin untuk masuk dan bermain dengan lidahku. Aku yang sudah hapal dengan tingkah lakunya, aku mengajak dia untuk pindah ke kamar tidur. Sesampainya di sana, aku segera melepas blus putih dan rok span hitamku beserta stokingnya, hanya menyisakan pakaian dalam bra berukuran 36D berwarna putih dan celana dalam biasa berwarna krem. Memang sengaja kulepas, agar blus dan rok ku tidak kusut atau kotor. Malvin dengan tidak sabar menelanjangi dirinya, penisnya mengacung pelan. Dia segera merebahkanku ke ranjang, dan menindih tubuhku. Diciumnya bibirku dengan ganas, dan tangannya tidak sabar juga memainkan payudaraku yang masih tertutup bra. Merasa terganggu, tangannya langsung menurunkan bra sehingga payudaraku menyembul keluar. Diremasnya payudaraku, sembari tubuh bagian bawahnya mencoba untuk menggesekan penisnya ke celana dalamku. Tubuhku memang sensitif, aku menjadi sedikit terangsang meskipun foreplaynya tidak sebaik dengan….tidak, jangan ingat dia. Aku melepas dekapannya, dan melepas celana dalamku, memamerkan vaginaku yang sudah mulai basah dikelilingi bulu kemaluanku yang sedikit lebat.

Malvin langsung mengambil kondom, memakainya, dan mencoba untuk memasukkan batang penisnya ke dalam liang senggamaku. Vaginaku menerima masuknya penis Malvin dengan memijat batang berlapis karet itu. Malvin menggenjot cepat pinggangnya, mencoba memuaskan dirinya dan diriku. Penisnya maju mundur mencoba untuk menggesek sebanyak mungkin dinding vaginaku yang sudah basah. Malvin juga menciumku dan memainkan kedua payudaraku bergantian, sembari menekan dalam-dalam penisnya ke vaginaku, mencoba untuk mencapai titik paling sensitifku.Aku mulai mendesah sedikit, yang sengaja kukeraskan untuk memberi semangat kepada Malvin junor yang berusaha keras di bawah sana. Tidak lama kemudian, dia mulai sedikit mengerang dan mempercepat tusukan penisnya di vaginaku, pertanda bahwa dia sebentar lagi akan keluar. Segera kupeluk pinggangnya dengan kedua kakiku, sambil dia juga menciumku dengan liar. Dengan satu sentakan yang lebih dalam, dia ejakulasi, menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku, tertampung dalam kondom. Dengan lemas, Malvin melepaskan penisnya dari jepitan vaginaku, melepas kondomnya, lalu berbaring lemas di sampingku. Dia mengelus-ngelus kepalaku perlahan sambil kadang tangannya iseng menyentuh payudaraku.

Biasanya, kami memang hanya bermain satu ronde. Namun, entah kenapa hari itu aku menginginkan lebih. “Ko, apa boleh sekali lagi?”, tanyaku, yang membuatnya terkaget. “Maaf, Rene, tapi Koko sudah agak capek ini, lagian belum ereksi juga”, jawabnya, mungkin sedikit kecewa karena tidak bisa memuaskanku.

Aku beringsut ke bawah, kusentuh penis Malvin yang masih licin berlumuran cairan sperma. Tanpa aba-aba aku mencium penis yang kelelahan itu, dan memainkannya dengan jari dan lidahhku. Kucoba kukulum penis itu, mencoba untuk memberikan semangat agar dia bisa bangkit lagi. Malvin sedikit kaget, karena memang selama bercinta dengannya, aku jarang memberikan blowjob. Kurasakan ada rasa sperma yang berbeda dengan yang pernah kurasakan...ah tidak, aku tidak boleh mengingatnya lagi. Penis Malvin mulai bangkit, meskipun tidak sekeras seperti pada ronde pertama tadi. Kutambah intensitas kuluman dan hisapanku pada penis Malvin, mencoba untuk menambah kerasnya agar dia bisa melakukan penetrasi lagi. Namun, “ARGH….Rene….pelan, nanti aku keluar lagi”, lanjut Malvin, yang membuatku segera melepas kulumanku. Aku tidak mau kerja kerasku menghisap penis Malvin menjadi sia-sia karena dia ejakulasi lagi. Meskipun demikian, penisnya tetap tidak sekeras pada saat ronde pertama tadi.

Dengan cepat, kunaikki tubuh Malvin, dan aku mencoba untuk memasukkan penisnya ke dalam liang vaginaku lagi. Sedikit sulit, tapi akhirnya kepalanya mulai masuk diikuti seluruh batangnya yang tertelan dalam vaginaku. “Ah, Rene, kond….UH”, erang Malvin menikmati liang vaginaku yang basah dan hangat. Aku berharap agar sensasi bercinta kami menjadi lebih baik, namun itu tidak terjadi. Aku sedikit kecewa dan melepas penisnya lagi, diikuti dengan ekspresi kecewa Malvin tidak jadi merasakan liang surgawiku tanpa lapisan kondom.

Setelah memasangkan kondom ke penisnya dengan sedikit sulit, kembali kucoba untuk memasukkan penisnya ke liang vaginaku yang masih mencari kenikmatan. Setelah kepalanya masuk, kuturunkan pinggangku sampai semua batang penis Malvin masuk. Kugerakkan pinggangku, mencoba untuk menggesekan dinding vaginaku ke penisnya. Malvin terlihat sangat menikmati goyangan pinggulku, yang berusaha mencapai kenikmatan. Sensasinya memang sedikit berbeda dari biasanya, karena dalam segala urusan, termasuk seks, Malvin sangat suka mendominasi. Ini pertama kalinya kami berdua mencoba posisi WOT. Aku lebih menikmati berada di posisi ini, dan akhirnya merasakan nikmat, ketika lagi-lagi Malvin mengerang lebih keras pertanda dia sebentar lagi akan sampai. “Pelan sediki, Rene, ini terlalu enak”, desahnya. Namun, semakin kupercepat goyangan pinggangku, membuatnya mengerang keenakan, dan akhirnya ejakulasi lagi untuk kedua kalinya. Kurasakan penis Malvin kembali menciut, setelah memuntahkan sperma dua kali. Segera kulepas penisnya dari vaginaku, dan aku berbaring di sebelah dia. Tampak dia kelelahan, dan tidak lama kemudian tertidur. Aku membersihkan diri dan memakai kembali pakaianku, lalu mencoba untuk membaca buku untuk meredam rasa bosan dan rasa birahi yang sebenarnya belum padam.

***
Seminggu kemudian, keluarga Malvin dan keluargaku resmi melakukan pesta pertunangan kami berdua di sebuah restoran makanan Chinese di dekat gedung perusahaan milik Malvin. Baik aku dan Malvin membiayai biaya perjalanan kedua keluarga kami. Keluarga Malvin akan tinggal berempat bersama Malvin di rumahnya, sementara keluargaku menyewa kamar hotel untuk menginap selama prosesi pertunangan ini. Tempat tinggalku memang kecil dan sementara saja di dekat klinik tempat aku bekerja, karena kata Mama toh kalau sudah menikah nanti aku akan tinggal di rumah Malvin, sehingga aku hanya menyewa apartemen studio kecil saja yang tentu tidak akan muat untuk menampung lima orang. Malam itu, kami semua tampak rapi sekali. Aku mengenakan gaun cheongsam berwarna merah menyala, dengan lengan pendek yang memamerkan lenganku yang putih mulus. Gaun ini cukup panjang, hingga ke betisku, namun di kedua sisi samping terdapat belahan yang naik hingga setengah paha. Untuk menutupi hal itu, kukenakan juga stoking berwarna kulit agar tampak lebih pantas. Sementara Malvin mengenakan kemeja panjang dengan warna yang sama denganku. Kami berdua dengan penampilan rapi, duduk di kursi kehormatan sebagai pasangan yang akhirnya bertunangan. Baik keluargaku dan keluarganya juga memaksa kami untuk memamerkan cincin yang sama-sama terletak di jari manis, yang membuat kedua keluarga menjadi heboh. Kami juga sudah menetapkan tanggal pernikahan kami, yang jatuh pada tepat satu tahun setelah pesta ini. Tanggal yang cantik, katanya.

Semua berlangsung dengan lancar, sampai pesta selesai. Sembari menunggu pelayan membereskan meja, keluargaku sedang berbincang-bincang menunggu taksi online menjemput kami, sementara itu keluarga Malvin sudah pulang terlebih dahulu karena Papa Malvin sudah sedikit mabuk. Aku mendengarkan saja petuah-petuah dari Papa dan Mama ketika mataku tidak sengaja melihat ke seseorang yang hendak masuk ke dalam restoran. Tingginya lebih tinggi dari Malvin, langkahnya pasti, dan dia tampak terengah-engah seakan habis berlari. Salah satu pelayan memberitahukan bahwa restoran sudah tutup, tapi perhatiannya entah kenapa melihat ke arahku. Tapi aku tidak merasa takut diperhatikan seperti itu. Lalu, dia berbicara ke pelayan, “Sial, aku terlambat. Apa saya boleh meminjam kamar kecil sebentar saja?”.

Aku kaget mendengar suaranya. Entah kenapa, aku merasa tidak asing, dan merindukan suara itu. Kutatap dirinya yang berjalan mantap ke arah kamar kecil. Aku yakin, sekaligus ragu melihat sosoknya yang menghilang ke bagian belakang restoran. Sampai aku dikagetkan oleh adikku yang melihat bahwa cece-nya sedang bengong.

Ah, tidak mungkin…. Itu pasti bukan Chris, kan?​
 
Terakhir diubah:
ane suka... mantap hu
Thanks Hu.
Ati² hu dengan batas usia
Cerita utamanya udah umur 20an kok Hu, cuma kalau sekiranya melanggar harap diberitahu agar Nubi bisa koreksi.
kalo ling ling hamil apakah keluarganya terpaksa menerima atau malah ling ling diasingkan keluar negeri....lanjut bos
Enggak sampai kok, Hu. Dramanya nanti jadi susah diolah kalau sampai kejadian.
Keren hu, lanjut terus yah
Lanjut hu mantap
Awal yg bagus hu.....tetap semangat yaaaa
Awal yang bagus gelar tikar dulu
Thank you para suhu semua.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd