Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
Chapter 2

Chris, adalah lelaki paling sempurna yang pernah kutemui. Kami bertemu ketika kelas tiga SMP, dalam sebuah lomba antar sekolah. Penampilannya biasa saja, sedikit tinggi dan agak berotot dengan kulit sawo matang, tetapi Chris adalah seseorang yang jenius, bisa berolahraga, tetapi sedikit pemalas. Dia merupakan incaran para gadis muda ketika masa SMA. Awal-awal masa pacaran kami biasa saja, dia yang lebih aktif untuk mendekatkan diri. Witing tresno jalaran soko kulino, begitu dia sering berkata. Dan benar saja, aku jadi tulus mencintainya tidak lama kemudian. Dia juga merupakan pacar yang perhatian, dan memprioritaskan kekasihnya. Aku pernah berada di posisi yang beruntung itu, dan sampai sekarang tersisa penyesalan kenapa kami masih tidak bisa bersama, meskipun aku tidak mau mengakuinya.

Pada awalnya, kami berencana untuk memasuki kampus yang sama, meski berbeda jurusan. Aku memang sudah lama ingin memasuki jurusan kedokteran, sedangkan Chris sedikit bingung, apakah akan masuk ke jurusan IT atau pindah haluan ke ekonomi sebelum akhirnya mencoba mempelajari komputer dan bahasa pemograman lebih dalam. Untuk bisa mengikuti perkembangan zaman katanya. Tetapi, setelah kami memutuskan hubungan, Chris menolak mengikuti daftar ulang kampus dan memilih menghilang dari kehidupanku. Dia tidak pernah membalas lagi chat yang kukirimkan ataupun panggilan telepon dariku. Terakhir kali kudengar, dia mendapat beasiswa dan pindah ke luar negeri, ke negara tetangga yang lebih maju.

Aku tahu bahwa untuk bahagia aku harus melupakannya, dan menjalani kehidupanku yang baru bersama orang-orang yang bersamaku sekarang.

***
Sepulang dari pesta pertunangan, aku memakirkan mobil kecilku di halaman kontrakan kecil yang kutinggali. Aku pun masuk, kemudian menyiapkan handuk dan pakaian ganti. Selesai mandi, aku berencana untuk beristirahat mempersiapkan hari esok. Memang aku mengambil cuti dan menutup klinik untuk beberapa hari selama keluargaku berada di ibukota. Meskipun demikian, tidur terlalu malam bukanlah gaya hidup yang sehat, dan sebagai seorang dokter, akupun harus bisa menjadi teladan yang baik.

Kulepaskan gaun cheongsam yang kupakai, memamerkan tubuh indahku yang diselimuti kulit putih halus. Kulepas bra tipis dan celana dalam yang tersisa di tubuhku. Setelah melipat rapi pakaian yang baru kukenakan dan memasukkannya ke keranjang pakaian kotor, aku melangkah masuk dan menyalakan shower. Air hangat mulai tumpah membasahi tubuhku, memberikanku kesegaran dan sedikit menghilangkan rasa pegal. Kulapisi kedua tanganku dengan sabun, dan kuusap seluruh tubuhku, mulai dari lengan, perut, dan dada. Ketika aku mengusap dadaku, entah kenapa tiba-tiba aku merasa geli. Kusabuni payudara kencangku sambil menahan rasa geli. Ketika jariku menggesek area putingku, entah kenapa aku mengerang tertahan. Aku bisa merasakan kedua putingku mengeras, keluar dari tempat persembunyiannya, dan lembah kewanitaanku mulai basah, oleh cairan lain yang bukan air shower.

Kuremas payudara kiriku, sambil sesekali memainkan putingku yang ingin belaian. Tangan kananku mulai meraba paha kananku. Kuusap pahaku sambil terus naik ke arah selangkanganku. Ketika aku mencoba membelai bibir vaginaku, “...emhh”, sebuah desahan lepas dari mulutku. Menyadari bahwa aku sedang terangsang, aku segera mematikan shower, mengeringkan badan dan rambutku sekenanya, lalu memakai gaun tidur tipis transparan yang tidak menyembunyikan lekuk tubuhku sama sekali. Biasanya aku memakai piyama longgar, serta bra dan celana dalam yang nyaman dipakai untuk tidur. Setelah merebahkan diriku ke ranjang, aku kembali memainkan tubuhku. Kuremas payudaraku dan kupilin putingku. Merasa tidak tahan, aku mulai membuka kedua kakiku, menampakkan liang vaginaku yang sudah basah, dikelilingi rambut kemaluan. Kuraba pelan bibir bawahku yang sudah basah. Ibu jariku menggesek klitoris yang sudah sedikit tegang, melepaskan desahan lain yang lebih keras. Aku memainkan vaginaku, memasukkan dan menggesekkan jari-jariku ke dalam liangnya sembari menggesek klitorisku. Aku benar-benar sudah merasa terangsang, namun aku ingin lebih.

Kuambil ponselku, dan segera kutelpon Malvin. Aku ingin mencoba untuk melakukan call sex dengan dia, atau paling tidak, meminta Malvin untuk merangsangku lebih dengan suaranya. Namun setelah mencoba untuk berkali-kali menelponnya, Malvin tidak menjawab. Aku merasa frustasi dengan rasa terangsang yang ingin dipuaskan ini, sekaligus kecewa dengan Malvin yang tidak bisa memuaskanku baik secara langsung maupun tidak langsung. Aku terus berusaha untuk mencapai kenikmatan yang lebih, kukocok vaginaku lebih cepat dan dalam sembari kumainkan putingku yang sensitif. Tiba-tiba aku mempunyai sebuah ide yang gila.

Aku mengambil ponselku lagi, segera kuunduh aplikasi dewasa yang bisa membuat ponselku bergetar. Aku tidak sabar menunggu proses instalasi ponsel tersebut. Sembari menunggu, aku terus merangsang diriku. Ketika proses instalasi selesai, segera kuaktifkan aplikasi tersebut, dan ponselku mulai bergetar pelan. Aku coba untuk menggesekan ponsel getarku tersebut ke putingku dan “...EHM….”, sebuah erangan lepas dari mulutku karena sensasi baru yang kurasakan.

Segera kupindahkan ponsel getarku ke klitorisku, dan aku langsung mendesah keras. Rasanya enak-enak ngilu, membuat vaginaku berkedut-kedut kenikmatan menjepit jariku didalamnya. Aku teruskan untuk memainkan tubuhku, mengejar orgasme yang sekarang mungkin kugapai. Kukeraskan getaran pada ponselku, jariku keluar masuk dengan cepat di liang vaginaku. Aku membayangkan bahwa aku sedang disetubuhi oleh pejantan yang tangguh. Kubayangkan bahwa dia menggenjot tubuhku dengan penisnya yang besar, keras, dan….gelap? Bayangan Chris tiba-tiba masuk ke dalam imajinasiku, yang sedang melakukan hubungan intim denganku. Logikaku tidak bekerja, dan hatiku berdebar-debar dengan khayal yang membuatku mencapai puncak. “AHHH…..AKU SAMPAI CHRIS!”, teriakku menyambut orgasme yang akhirnya bisa kurasakan lagi.

Aku bernafas terengah-engah. Ponselku lepas dari tanganku, jatuh ke lantai berkarpet dengan suara pelan. Tubuhku masih tegang, merasakan sisa-sisa puncak kenikmatan yang baru kurasakan. Setelah beristirahat beberapa lama, aku tersadar dan hatiku terasa kosong. Aku tidak menyangka, setelah sekian lama, aku membayangkan bahwa bukan pasanganku yang menyetubuhiku, tetapi mantan kekasih hati yang ku tahu harus segera kulupakan. Perasaan kecewaku pada Malvin berkurang, berganti kepada rasa bersalah. Apa ini karena aku melihat lelaki yang mirip dengan Chris tadi di restoran? Aku coba untuk tidak memikirkan hal itu. Setelah memungut dan mengisi ulang daya ponselku, aku menyelimuti diriku dengan selimut dan kemudian tidur.

***
Aku terbangun ketika matahari bersinar terang. Jarang sekali aku bangun lebih dari jam 8 pagi. Kulirik jam dinding yang sudah menunjuk angka 10. Segera kurapikan diriku dan melihat ponselku. Terdapat pesan dari Papa yang mengabarkan bahwa mereka mengajakku jalan-jalan, namun karena lama keluargaku berjalan-jalan sendiri tanpa aku. Mereka bilang bahwa mereka akan mengunjungiku nanti sepulang dari jalan-jalan. Terdapat juga pesan dari Malvin yang menanyakan alasanku menelpon malam-malam dan bertanya apakah aku baik-baik saja. Aku menjawab pesan Malvin dengan mengatakan bahwa aku hanya kangen dengan dia semalam. Sambil berjalan ke arah dapur, aku memainkan ponselku, membuka situs berita dan media sosial untuk mengetahui kabar terbaru. Akupun memanaskan makanan sisa kemarin. Setelah kenyang, aku kembali memainkan ponsel, hingga ada satu surel yang masuk ke email pribadiku. Aku mengernyit melihat subjek e-mailnya, “Kepada Ling”. Hanya sedikit sekali orang yang memanggilku dengan nama Tionghoaku, hanya beberapa teman dekat dan keluargaku. Bahkan Malvin sendiri tidak pernah memanggilku Ling. Ketika kubaca isi surelnya, aku terhenyak.

“Selamat siang, Ling, dan selamat atas pertunangannya!

Aku ingin merayakan hari yang indah ini hanya berdua denganmu, bisakah kamu menghubungiku melalui nomor di bawah ini?

+628xx xxxx xxxx

Tertanda, Chris”

***
Saat ini aku sedang di salah satu pusat perbelanjaan mewah yang letaknya tidak terlalu jauh dari restoran semalam. Aku memakai formal dress selutut berwarna hitam, dengan rambut yang kuikat di belakang memamerkan tengkuk dan lenganku. Dress itu memancarkan cerahnya kulitku, serta membuatku tampil elegan, namun tetap formal. Tanganku menggendong tas, sembari tanganku yang lain memegang ponsel, membaca petunjuk yang tertulis di pesan yang dikirim.

Aku sempat ragu untuk menghubungi si pengirim pesan, karena beberapa alasan. Satu, nomor yang dikirim oleh surel itu berbeda dengan nomor Chris yang kuingat. Kedua, dan paling utama, adalah imajinasiku semalam ketika aku melakukan masturbasi. Tapi aku meyakinkan diriku, bahwa untuk menyelesaikan semua ini aku harus bertemu dengan Chris dan mengakhiri semua perasaan yang tersisa.

Aku melangkahkan kakiku ke sebuah cafe yang cukup elegan. Jam makan siang dan istirahat baru saja berakhir, sehingga pengunjung di dalamnya cukup sepi. Aku duduk di salah satu meja untuk dua orang dan memesan sebuah minuman ringan. Jariku mengetik pesan di ponselku yang mengatakan bahwa aku sudah sampai. Tiba-tiba pengunjung di meja terdalam kafe berdiri, dan berjalan ke arah mejaku. Pria itu menarik kursi di depanku, lalu duduk di hadapanku.

Chris nampak berbeda sekali dengan yang dulu kuingat. Rambutnya tersisir rapi, dengan kacamata tipis bertangkai di hidungnya. Mulutnya dihiasi kumis dan jenggot tipis, yang membuat wajahnya yang dulu jahil tampak menjadi lebih dewasa dan berwibawa. Pakaiannya juga formal, jas bisnis berdasi yang biasa dipakai oleh bos-bos besar perusahaan. Namun, itu tidak bisa menyembunyikan badan tegapnya, yang kupikir sekarang sudah berotot. Auranya sedikit berbeda, seakan-akan dia mempunyai sebuah kuasa. Jika aku tidak ingat bahwa Chris seumuran denganku, aku pasti mengira bahwa umurnya sudah menyentuh angka 30. Kuakui, dia tampak lebih menarik dibandingkan ketika kami berpisah dulu. Jantungku sedikit berdebar-debar meski aku tahu bahwa itu tidak boleh.

“Hai, Ling...atau sekarang Irene?”, Chris berbasa-basi, mencoba mencairkan suasana. Meskipun demikian, dia tersenyum, seolah tidak terganggu dengan suasana yang awkward. Kami pun berbincang-bincang untuk berbasa-basi, dan tidak lupa juga dia mengucapkan selamat kepadaku atas pertunanganku. Aku tahu bahwa topik itu tidak terlalu menyenangkan baginya, meskipun Chris berusaha menyembunyikannya.

Minumanku datang diantar seorang waiter. Ketika melihat Chris, dia pun bertanya kepadanya, “Wah, ini temen bos ya? Cantik bos, boleh kenalan ngga?”.

“Ngaco kamu, dia sudah punya tunangan. Sana kerja lagi”, jawab Chris, dengan sedikit kesal. Si waiter pun langsung pergi dengan santai kembali ke counter.

“Kamu kenal?”, tanyaku. Karena agak aneh melihat ada pelanggan yang dekat dengan seorang waiter di cafe dengan tipe seperti ini.

“Ceritanya panjang”, kata Chris. “Dan supaya kita tidak terlalu lama, kita langsung ke inti permasalahan saja”, lanjutnya. Aku penasaran, namun juga tidak terlalu terkejut. Karena memang pasti ada alasan kenapa tiba-tiba dia datang, dan di saat seperti ini.

“Aku masih mencintaimu sampai sekarang, Ling. Kembalilah. Aku sudah mempunyai sesuatu yang tidak mungkin ditolak lagi oleh keluargamu”, kata Chris langsung. Perasaanku menjadi bermacam-macam. Dari rasa rindu yang tiba-tiba muncul, rasa cinta terpendam yang mencoba menggali naik ke permukaan, hingga ingatan atas imajinasiku semalam. Namun, mereka disertai oleh perasaan tidak enak kepada Malvin dan keluargaku. Bagaimanapun juga, aku merupakan tunangan Malvin, dan hatiku mulai bisa menerima hal itu.

Setelah terdiam beberapa saat, aku telah memutuskan. “Maaf”, kata itu keluar dari mulutku, “tetapi aku tidak bisa. Aku tidak ingin berpisah dengan keluargaku, dan aku sudah menjadi tunangan orang”.

“Tetapi aku yakin kali ini orangtuamu tidak akan bisa menolak”, dia mencoba meyakinkanku.

“Apapun alasanmu, aku tetap tidak bisa. Dan lagi, bukankah kamu yang memutuskan untuk menghilang begitu saja, kan? Sudahlah, tidak perlu lagi berkata seperti itu”, lanjutku.

“Ah, I see. Aku meminta maaf, dan aku pasti berutang banyak soal itu kan? Ceritanya panjang, dan akan aku jelaskan kelak. Tetapi….”, kata Chris, sambil tangannya membuka tas kerja yang dia bawa. Aku sudah menghabiskan minumanku dan menaruh uang tunai di meja, bersiap untuk pergi meninggalkan Chris ketika dia mengeluarkan sebuah map tebal. Penasaran, aku membuka map tersebut dan mengambil kumpulan dokumen paling atas. Banyak sekali kata-kata rumit yang tidak kumengerti, tetapi aku tahu bahwa angka-angka di sana bernilai miliaran hingga triliunan rupiah. Dan di beberapa halaman terdapat nama perusahaan yang sedang dirintis Malvin.

“Jika aku tidak salah, tunanganmu Malvin sedang mencoba untuk membangun perusahaan kan? Sayang sekali jika apa yang sedang dia bangun hancur dalam semalam”, kata Chris, sambil tersenyum jahat.

“Apa maksudmu?”, tanyaku dengan tegas.

“Yah, ide bisnis dari Malvin itu lumayan bagus, untuk standarnya. Tapi dia harus menjaga agar ide itu tidak bocor, dan harusnya langsung mendaftarkan patennya. Yah, sekarang, patennya sudah diambil, oleh perusahaan yang lebih besar dengan dana yang lebih banyak. Jika mau, bisa saja dia dituntut, meskipun sudah melakukan investasi besar”, jelas Chris, “jika tidak dituntut pun, akan sulit untuk bersaing untuk Malvin bisa bertahan, bahkan dengan bantuan keluarga kalian”, tekannya lagi.

“Dan satu lagi”, kembali Chris merogoh sesuatu dari tasnya. Ditaruhnya sebuah ponsel keluaran lama. Jika aku tidak salah, harusnya itu adalah ponsel milik Chris yang dulu. Dibukanya aplikasi galeri dari ponsel tersebut. Isinya membuatku terhenyak. Ada beberapa fotoku yang berpose nakal, yang pernah kukirim ke Chris ketika kami masih pacaran dulu. Di akhir galeri, terdapat juga video panjang, yang isinya adalah kali terakhir kami melakukan seks di hotel. Aku tidak ingat bahwa kami merekam kegiatan kami waktu itu.

“Sebelum kamu marah, video ini bukan aku yang rekam. Salah satu staf hotel itu memang ada yang hobi memasang kamera tersembunyi. Aku kebetulan menemukan semua kamera, dan melaporkannya ke manajer. Sekarang dia harusnya masih mendekap di penjara”, jelasnya. “Aku kurang suka sebenarnya dengan ancaman, karena bukan caraku dan hasilnya adalah kamu kembali kepadaku dengan terpaksa, tapi apa boleh buat kan?”, ancamnya. Aku masih terdiam tidak percaya bahwa Chris melakukan blackmail kepadaku.

“Tetapi aku orang yang baik. Let’s play a game”, kata Chris. “Aku yakin, sebenarnya kamu masih merasa terpaksa untuk dijodohkan kan? Selingkuhlah denganku”, lanjut Chris, yang membuatku terkejut dan tidak mampu berkata-kata. “Let’s play a game. Jika kamu memang tidak bisa mengubah pikiranmu, aku akan benar-benar menghilang dari hidupmu. Bahkan aku mungkin akan membantu bisnis tunanganmu. Yah, jika kamu nanti memilih aku pada akhirnya, ya kita bisa bersama lagi. Aku yakin itu hasil terbaik kan? Jangka waktunya, yah, pas upacara pernikahan kamu nanti”. Aku masih kesulitan mencerna hal ini. Yang aku tahu, adalah aku harus menuruti permintaannya. Aku hanya mengangguk perlahan, takut. Namun entah kenapa, hanya perasaan takut saja yang kurasakan. Karena dia sedikit berbeda dengan Chris yang kukenal. Aku sama sekali tidak merasakan rasa benci, atau rasa terpaksa.

“Baiklah, kalau begitu, ikut aku, Irene...nggak, Ling”, Chris berdiri, menyuruhku untuk mengikuti langkahnya. Kami berdua berjalan bersama menuju lift, yang mengantar turun ke parkiran mobil di basement. Chris membawaku ke sebuah mobil yang sedikit mewah. Aku ragu untuk masuk ke dalam sampai Chris sedikit memaksaku untuk duduk bersamanya di dalam mobil. “Jika kamu punya janji hari ini, batalkan saja. Mobilmu tinggalkkan dulu di sini, setelah selesai kamu akan aku antar lagi ke sini”, perintahnya. Aku terdiam, tetapi tetap kuturuti permintaanya. Aku memberikan kabar ke keluargaku bahwa malam ini temanku mengajak untuk clubbing, biar saja aku yang mengunjungi mereka besok. Setelah mengirim pesan itu, Chris menstarter mobilnya, lalu membawaku keluar ke jalan, entah ke mana.
 
Lanjut terus hu..... makasih buat updatenya yaaaa
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd