Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
Chapter 4

Aku mungkin bukanlah seorang aktris yang baik. Paling tidak, keluargaku sadar bahwa ada sesuatu yang membuatku cemas. Mereka beberapa kali menanyakan hal itu, tetapi aku selalu menjawab aku baik-baik saja. Aku tidak ingin membuat mereka khawatir, dan mereka tahu akan hal itu. Kami menikmati masa-masa kami di Ibukota, berjalan-jalan dan mencoba berbagai kuliner di tempat pertemuan semua budaya di Indonesia ini. Sampai hari Minggu sore, ketika mereka kembali ke kampung halamanku, Papa dan Mama kembali memberikan nasehat untuk menghubungi mereka jika aku mempunyai masalah. Aku bersyukur sekali bahwa kedua orangtuaku peka akan diriku, dan berharap bahwa aku bisa segera menyelesaikan masalahku serta tidak membuat mereka cemas.

Tunanganku? Malvin malah tidak berkata apa-apa. Ketika dia berkunjung ke tempatku untuk berpacaran seperti biasa, dia tidak menyadari bahwa aku sedang gundah. Malvin bercerita bahwa sekarang perusahaanya akan mendapat sebuah deal jangka panjang yang akan sangat menguntungkan. Tidak ada masalah juga dengan segala hal. Namun, mendengar nama perusahaan yang menjalin kontrak dengan perusahaan Malvin, aku tahu bahwa itu merupakan bantuan Chris.

Seperti biasa, dia meminta jatah untuk dipuaskan. Kami pun pindah ke kamar tidurku. Aku dan Malvin sama-sama langsung menelanjangi badan kami berdua. Aku berbaring di ranjang, dan dengan tidak sabar Malvin langsung menindih tubuhku. Diciumnya dengan liar bibirku. Aku memang sedikit kesal, karena seolah dia tidak peka dengan keadaanku. Namun perasaan bersalah karena menghianati dia masih lebih kuat, sehingga aku mencoba untuk memuaskan nafsu birahi tunanganku itu. Kubalas ciuman liarnya dengan french kiss. Kupeluk Malvin agar tubuh telanjangnya menempel dengan badanku. Tangannya langsung mendarat di payudaraku, meremasnya dengan nafsu.

Ciuman Malvin makin liar. Penisnya yang sudah tegang digesek-gesekkan ke vaginaku, menunggu liang nikmatku itu mengeluarkan cairan pelumas. Selesai menciumku, Malvin langsung mengarahkan serangan ke payudaraku. Dikecup dan dijilatnya payudara kiriku, sementara tangan yang satu mulai mengelus perutku, turun, hingga ke selangkanganku. Diusap-usapnya perlahan vaginaku yang baru melembap. Dengan tidak sabaran, dijilat dan dihisapnya puncak payudaraku, mencoba untuk membuat putingku yang bersembunyi untuk keluar. Merasakan vaginaku sudah mulai basah, jarinya mencoba untuk menari memainkan klitorisku serta menggoda pintu liang kewanitaanku. Memang terasa nikmat, tapi tidak seenak apa yang bisa dilakukan Chris.

Untuk membuat Malvin semakin bersemangat memuaskanku, aku meraih batang penisnya. Kukocok perlahan batang penisnya yang sudah basah dengan cairannya sendiri. Malvin tampak keenakan kuperlakukan seperti ini. Penisnya yang terasa mungil itu berkedut-kedut setiap kali aku mengocoknya. Kumainkan juga kepala penisnya, dan kugesek-gesek lembut lubangnya. Malvin mengerang tertahan, dilepasnya mulutnya dari payudaraku, dan kemudian kembali dia melakukan deep kiss liar ke bibirku. Ciuman liar kami membuatku lebih terangsang. Liang vaginaku gatal, ingin segera dibuat penuh oleh batang kelamin pria yang perkasa. Segera kuarahkan penis Malvin ke liang vaginaku. Ingin segera aku dipuaskan oleh penis Malvin, namun dia menahan diri. “Irene, sebentar ya, aku pakai pengaman dulu”, ujarnya, mencoba untuk turun dari ranjang. Aku segera menahan tangannya. “Tidak usah, Ko Malvin. Kita sudah bertunangan, dan akan menikah. Mulai sekarang, Koko tidak perlu lagi kok memakai kondom. I’m yours, Ko”, jawabku meyakinkannya. Meskipun, rasanya aku lebih mencoba untuk meyakinkan diriku sendiri.

Malvin tersenyum, dan perlahan memasukkan penisnya ke liang surgawiku yang mulai becek. Sedikit lagi, iya, sedikit lagi batang kelaki-lakian milik Malvin akan mampu mencapai titik vaginaku yang gatal dan ingin dikecup. Namun, sebelum bisa sampai ke sana, kurasakan penis Malvin mundur, lalu maju perlahan lagi, mundur, dan maju lagi, tanpa bisa meraih titik sensitifku. Aku terangsang berat, namun tidak bisa terpuaskan seperti ini. Sembari Malvin menggoyangkan pinggangnya mencoba memberikanku kenikmatan, aku mencoba segala cara agar aku bisa lebih menikmati persengamaan ini. Tapi rasanya sia-sia. Penis Malvin berbeda jauh dengan milik Chris. Kurang panjang, kurang tebal, dan kurang keras. Aku mencoba merapatkan liang vaginaku untuk bisa lebih merasakan sensasi batang Malvin, kupeluk juga pinggangnya dengan kakiku agar terasa lebih dalam. Melakukan hubungan seks tanpa kondom seharusnya bisa jauh lebih nikmat, seperti apa yang dilakukan Chris kemarin. Tapi, dengan Malvin, hampir tidak ada bedanya, hanya sensasi kulit langsung bertemu dengan daging saja.

Aku mulai merasa nikmat setelah berusaha keras. Liang vaginaku memijat penis Malvin, dan gerakan batangnya semakin cepat dan liar di dalam sana. Namun tiba-tiba, “Irene, sebentar lagi aku keluar”, kata Malvin. “Ko, tahan bentar, aku juga enak”, jawabku, masih berharap untuk merasakan kenikmatan yang lebih. “AH, RENE, AKU KELUAR”, erang Malvin, diikuti dengan perasaan cairan hangat mengalir di liang vaginaku. Diikuti dengan hilangnya sensasi penis Malvin yang mulai mengecil. Aku sempat berpikir, berbeda sekali ketika bersama Chris, tetapi kubuang jauh-jauh pikiran itu. Aku mengecup bibir Malvin, lalu bertanya, “Enak, Ko?”, yang dijawab dengan anggukan pelan. Malvin terlihat kelelahan, jadi aku berinisiatif untuk ke kamar mandi duluan dan membersihkan diri dari persetubuhan tadi.

Di dalam kamar mandi, pancuran air dingin membasahi seluruh tubuhku, mencoba untuk memadamkan nafsu yang masih membara belum terpuaskan. Kuarahkan shower itu bergantian ke semua bagian tubuhku, hingga ketika aku mengarahkan shower ke vaginaku yang masih belepotan sperma Malvin dan cairan kewanitaanku, air pancuran itu memberikan sensasi baru yang sedikit nikmat. Nafsuku yang hampir padam muncul lagi. Kumainkan bibir vaginaku, kujelajahi liang vaginaku dengan jari. Aku menahan desahan, berharap agar Malvin tidak mengetahui apa yang kulakukan sekarang. Akan menjadi masalah jika Malvin tahu bahwa aku lebih menikmati masturbasi sendirian dibandingkan melakukan hubungan seks dengannya. Jariku mengorek-ngorek lembut bagian kewanitaanku, mencari kenikmatan sembari mencoba mengeluarkan sperma Malvin yang masih melekat di dinding vaginaku. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk bisa merasakan orgasme kecil.

Aku sedikit kelelahan dan ingin segera beristirahat. Kupakai handuk dan segera aku keluar dari kamar mandi. Aku mendapati bahwa Malvin sedang berpakaian. Setelah lengkap, dia melangkah mendekatiku, dan berkata, “Irene, thanks ya. Aku pulang dulu. Salam buat Papa Mama ya”, katanya, lalu berjalan ke arah pintu dan pergi meninggalkanku. Aku sedikit kesal, dia bilang dia mencintaiku, tetapi setelah seks, dia langsung pergi saja tanpa mengucapkan apapun? Kutahan rasa kesal itu, kukeringkan rambutku yang basah, kutelan pil kontrasepsi, kukenakan piyama yang nyaman dan aku pun menutup mata, tidur.

***
Hari Jumat, merupakan hari di mana aku akan bertemu dengan Chris. Mulai hari ini, aku akan rutin “berselingkuh” dengan mantan kekasihku itu. Tidak bisa dikatakan berselingkuh juga, karena ini merupakan paksaan. Belum..tidak, tidak ada rasa suka sama suka. Aku bersiap menata rambut dan mengoleskan make-up tipis, sambil membaca pesan yang tadi pagi Chris kirimkan: “Jam 13, Mall X, Cafe A Lt. 2”. Tempat pertemuannya berbeda dari sebelumnya, dan letaknya sedikit lebih jauh. Aku hanya bisa menghela nafas.

Sebelum pergi, aku mengecek penampilanku melalui cermin. Di sana, nampak seorang wanita chinese yang cantik dengan badan yang proporsional. Terlihat wanita itu mengenakan kaus kasual berwarna putih yang dilapisi blazer berwarna hitam. Bagian bawah tubuhnya ditutupi oleh celana panjang kain, yang satu warna dengan blazernya. Aku pun tidak lupa membawa kacamata hitam, karena takut jika ada yang mengenaliku nanti bersama Chris. Itu akan membuat semua ini jadi sia-sia, dan bahkan, bisa membuat keluargaku malu. Kujalankan mobil kecilku, mencoba untuk tidak berpikir yang aneh-aneh.

Singkat cerita, aku sudah berada di lokasi pertemuan kami. Chris duduk di depanku dengan tenang, sembari menghisap pelan kopi yang telah dia pesan. Sementara aku gugup sekali hingga tidak bisa menikmati teh hangat ini. Kami hanya mengobrol sebentar, Chris menanyakan kabarku dan sedikit berbasa-basi. Setelah itu kami berdua hanya terdiam, menikmati minuman kami masing-masing.

Tidak lama kemudian, Chris berdiri dan menaruh beberapa lembar uang berwarna biru di atas meja sebelum beranjak meninggalkan kafe. Sorot matanya memberi isyarat kepadaku untuk mengikutinya. Kembali, aku berjalan di belakangnya sampai ke basement parkiran mobil. Dibukakannya pintu penumpang depan, mempersilahkanku untuk masuk sebelum Chris masuk ke kursi pengemudi. Kamipun berkendara kembali ke apartemen milik Chris. Masih tidak ada kata yang terucap di antara kami, sampai kami tiba di ruangan apartemen. Chris kembali menyuguhkan kami berdua minuman, namun di tangannya tampak juga sebuah tas karton. Dia menungguku selesai menghabiskan minumanku sebelum memberikan tas itu kepadaku.

“Ling, ganti baju ya. Pakai semua yang di tas ya, jangan ada yang terlewat. Ganti juga pakaian dalam kamu ya”, kata Chris. Aku sedikit bingung dengan permintaannya. “Atau kamu mau ganti baju di depanku saja?”, tanya Chris sambil tersenyum nakal. Aku langsung mengambil tas itu dan melangkah ke kamar mandi. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Chris. Aku pun meletakkan tas karton itu di meja wastafel. Kulepaskan blazer hitamku dan kulipat rapi agar tidak kusut. Kulepaskan juga celana panjangku dan kaos, sehingga kini aku hanya terbalut bra dan celana dalam yang jujur saja tidak seksi, yang pada akhirnya juga kulepas. Kini aku telanjang bulat di kamar mandi mantan kekasihku. Akupun mengambil pakaian di dalam tas tersebut. Ketika aku melihat pakaiannya, aku sangat terkejut.

Pakaian yang diberikan Chris merupakan seragam maid hitam yang tipis dan mini. Dilengkapi juga dengan bando khas maid, gelang kain, serta sepasang stoking hitam transparan. Bahkan untuk pakaian dalam, hanya diberikan sebuah celana dalam g-string berwarna putih, tanpa diberikan bra sama sekali. Aku terdiam, sebelum akhirnya memutuskan untuk memakai semuanya lengkap. Seragam maid itu menge-press badanku, menunjukkan lekuk tubuhku yang indah. Bahuku tidak tertutup sama sekali, hanya tergantung sepasang tali yang bahkan aku yakin tidak diperlukan. Roknya sangat pendek, aku yakin jika aku membungkuk sedikit pantatku yang mulus akan terlihat, tidak tertutup oleh g-string yang warnanya mirip dengan kulitku. Aku baru sadar juga bahwa bahan seragamnya cukup menerawang, terutama karena kontras sekali dengan kulitku yang putih. Bagian samping dan belakang tubuhku, meskipun terbalut kain seragam maid itu, terlihat membayang, terutama karena aku juga tidak mengenakan bra. Satu-satunya kain tebal adalah celemek putih yang menutupi perut sampai rok bagian depanku, yang terjahit langsung ke seragam. Aku yakin bahwa ini bahkan sudah masuk ke kategori lingerie jatuhnya. Kupasang bando di kepalaku dan gelang kain di tanganku sebelum akhirnya keluar menampakkan diri ke hadapan Chris.

Chris terpesona dengan penampilanku yang memalukan ini. Aku mencoba menutupi tubuhku dengan kedua tangan, malu penampilanku ini dilihat oleh Chris. Namun, Chris segera mendekat, meraih kedua tanganku dan membukanya dari tubuhku, sehingga kini pakaianku yang seksi itu terlihat jelas di mata Chris. Masih sambil menahan tanganku, kepala Chris mendekat, memberikan sebuah kecupan mesra ke bibirku. Kami berciuman seperti itu selama beberapa detik, sebelum pelan-pelan ciuman kami menjadi liar. Entah siapa yang memulai, lidah kami kini sudah saling beradu. Tanganku kini diangkat ke atas, ditahan oleh tangan kiri Chris, sedangkan tangan kanannya kini menjelajah tubuhku dari luar pakaian maid. Sensasi yang berbeda dari biasanya menjalar melalui kulitku, seiring elusan lembut Chris di bagian-bagian tubuhku. Bahan kain ini enak sekali menyentuh kulit.

Chris lalu menarik tubuhku untuk duduk di sofa, di pangkuannya. Dia mengambil ponselnya, menyetel sebuah video, lalu memutarnya dengan mode full screen. Ditaruhnya ponsel tersebut di meja. Ponsel itu menampilkan sebuah video porno Jepang. “Kamu fokus nonton aja ya Ling”, bisiknya lembut. Video itu menampilkan bagaimana seorang aktris Jepang, memakai seragam maid, sedang melayani tuannya. Dia sedang memberikan sebuah blowjob yang penuh dedikasi, memberikan kenikmatan kepada penis tuannya dengan jilatan, kuluman, dan hisapan. Sementara aku fokus menonton video itu, Chris tidak hentinya merangsang tubuhku. Dikecupnya bagian belakang telingaku, sembari kedua tangannya sibuk mengelus-elus bahuku yang terbuka.

Rangsangannya semakin menjadi, kini ciumannya berpindah ke tengkukku. Tangannya kini memainkan payudaraku dan mengelus-elus paha dalamku. Kedua putingku sudah mengeras, namun sama sekali belum disentuh oleh Chris. Hanya tergesek kain seragam maidku, namun cukup untuk membuat selangkanganku becek, membuat g-string yang kukenakan basah. Aku juga bisa merasakan bahwa aku menduduki sebuah batang penis yang keras dan besar. Adegan di video pun menjadi semakin panas, dengan si maid kini melayani penis tuannya dengan gaya woman on top. Tampak eskpresi kebahagiaan di wajah maid, karena bisa melayani tuannya.

Chris mampu merangsangku dengan lembut. Kali ini, kedua tangannya memainkan kedua putingku yang masih tertutup seragam maid. Bibirnya berpindah-pindah, mencumbu kedua daun telingaku dan tengkukku bergantian. Aku juga tidak sadar mencoba untuk menggesekan kedua pahaku, karena vaginaku yang sudah basah ini ingin segera dijamah. Adegan video pun juga sudah mencapai klimaksnya, si tuan sudah mengerang ingin menyemprotkan spermanya. Si maid yang sudah klimaks sebelumnya segera turun dari ranjang, dan kembali menghisap penis tuannya sampai penis itu memuntahkan sperma di mulut si maid. Aktris porno Jepang itupun dengan bangga menunjukkan sperma yang terkumpul di lidahnya sebelum menelan semua sperma di dalam mulutnya.

“Chris…”, panggilku. Mataku sayu menatap matanya, memberikan tanda bahwa aku sudah pasrah ingin dipuaskan. Ditatap seperti itu, Chris segera bangkit dan menarik tanganku ke kamar tidur. Didekap erat tubuhku, sambil salah satu tangannya iseng meremas pantatku di balik rok. Tanganku menyusup ke depan celananya, membuka sedikit dan membebaskan penis Chris yang sudah tegang. “Ling, kamu sudah tahu tugas maid seperti apa kan?”, tanyanya, dengan suara berat menahan nafsu. Aku mengangguk, sambil mengocok penisnya pelan. “Baiklah, Ling, sekarang….”, lanjut Chris, bersiap memberiku perintah. Aku tidak peduli lagi dengan permintaan mesum yang Chris akan berikan, tubuhku ingin sekali dijamah dan dipuaskan. Aku tidak tahu mengapa, tapi setiap kali bersama Chris, aku selalu siap untuk berhubungan intim dengannya, baik secara kasar karena dipaksa ataupun bercinta lembut layaknya sepasang kekasih. Serta perasaan cinta lama muncul secara perlahan-lahan, meski itu tidak boleh. Aku mempercepat kocokan di penis Chris, berharap bisa untuk melayani batang perkasa itu dengan mulut atau bahkan dengan vaginaku. Liang kewanitaanku sedikit berdenyut, berharap bisa bertemu dengan kelamin pria yang selalu memuaskannya
.
.
.
.
“Tolong bantu bersih-bersih kamar ya, aku mau lanjutin kerjaan dulu”, kata Chris, menunjukkan senyum jenakanya. Aku terkejut lagi, tidak menyangka akan digantung seperti ini. Chris mengecup bibirku mesra, serta sempat menggesek-gesek bibir vaginaku dari luar g-string yang kukenakan, membuatku mendesah kecil. “I love you, Ling”, lanjutnya lagi, sebelum mendaratkan kecupan ringan di dahiku. Dia kemudian duduk di hadapan meja kerja, dinyalakannya laptop mahalnya. Tidak dipedulikannya bahwa batang penisnya masih mengeras, keluar dari celana panjangnya. Aku, yang sangat terangsang, berharap ini hanya candaan atau godaan untuk membuatku penasaran, tetapi tampak Chris serius menatap layar laptopnya yang membuka aplikasi tabel dan teks yang penuh angka. Aku dengan enggan kemudian menuruti perintah Chris membereskan kamar, dengan puting yang tegang dan vagina basah cenat-cenut ingin segera dibuahi.
 
Halo, Suhu semua. Ini ada update ya. Akhirnya bikin postingan cerita dengan tag cosplay terealisasi. Mungkin ane akan kembali fokus di RL.
Saya juga minta maaf Hu, kalau kualitas tulisannya menurun. Soalnya agak sibuk juga, chapter ini juga dikebut hari ini supaya thread ini nggak kena gembok.

Kalau misalnya para suhu ada yang mau nyumbang mulustrasi, atau kasih ide-ide baru, dipersilahkan PM Hu, ane pasti akan mempertimbangkan semua saran dan kritik para suhu kok.

Enjoy ceritanya ya.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd