Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.

anon12345

Semprot Baru
Daftar
20 Jun 2018
Post
47
Like diterima
368
Bimabet
Halo, para suhu. Ini merupakan cerita pertama saya setelah sekian lama menjadi silent reader. Karena itu, jika misalnya ada yang bermasalah dengan cerita ini, seperti melanggar aturan atau yang lain, nubi bener-bener minta maaf, dan tolong diberitahu ya.

Kisah ini cuma fiksi semata, bukan kisah nyata dari nubi ya. Dan nubi sendiri juga belum dapat mulustrasinya. Semoga ceritanya bisa menarik bagi para suhu semua.

Ini Index....

Prolog (scroll bawah)
Chapter 1 - Kehidupan Baru
Chapter 2 - Pertemuan Kembali
Chapter 3 - Rasa Terlarang
Chapter 4 - Maid dan Master
Chapter 5 - Alasan
Chapter 6 - Perbandingan
Chapter 7 - Getaran Kenikmatan
Chapter 8 - Percobaan Serumah dan Fashion Show
Prolog
“Ah…. sayang, pelan-pelan”, bisikku menikmati cumbuan pacarku. Namun bibirnya langsung mengunci bibirku. Lidahnya mulai masuk dan mengajak lidahku untuk berdansa. Tangannya yang semula memegang bahuku, perlahan-lahan mengelus dadaku dari luar seragam SMA-ku, memberikan sensasi geli yang entah kenapa membuat tubuku juga merasa hangat. Namun ketika dia tiba-tiba menekan titik tertentu, sebuah lenguhan lepas dari mulutku. Menyadari itu, pacarku langsung meremas lembut payudaraku. Dia menciumku dengan gemas, namun lembut, mencegahku untuk menghindar.

“Emh…”, tiba-tiba kurasakan rasa geli di pahaku. Tangannya mengelus-ngelus paha dalamku, dari lutut naik ke pangkal paha. Diusapnya pahaku di dalam rok, memberikan rasa geli dan nikmat. Meskipun area yang ditutupi celana dalamku belum disentuh sama sekali, aku sudah bisa merasakan bahwa area kewanitaanku melembap. Rasanya ingin sekali aku menyuruh dia untuk menyentuh liang surgawiku, dan mengacak-ngacak bibir bawahku dengan jarinya, namun aku masih malu mengakuinya. Memang kami sudah beberapa kali petting bersama, namun dia masih belum kuijinkan untuk membuka celana dalamku ataupun menyentuh langsung vaginaku. Paling jauh, hanya kuijinkan dia untuk mengocok vaginaku dari luar celana dalam, atau menciumnya dari balik kain. Namun, semua ini akan berubah di hari ulang tahunku yang ke-18 hari ini.

Namun, seolah mengerti perasaanku, pacarku melepas ciumannya. Sambil menatapku dengan tatapan penuh cinta, dia merebahkanku di atas ranjang di kamarku. Tangannya yang berkulit coklat khas Jawa melepas semua kancing seragamku, menyingkap kulit putihku yang keturunan Tionghoa. Aku dan pacarku memang berbeda suku, namun itu tidak menghalangi langgengnya hubungan kami yang telah terjalin selama hampir tiga tahun.

Tubuh bagian atasku sudah terbuka, menyisakan bra berwarna putih berukuran 36C. Pacarku kembali menindih tubuhkku dengan lembut, dibukanya bra-ku sehingga payudaraku terbuka bebas. Putingku yang biasanya tersembunyi karena inverted, kali ini menyembul kecil, membentuk pucuk di payudaraku, yang berharap untuk segera disentuh dan dimainkan. Pacarku suka sekali dengan putingku ini, yang tersembunyi, namun sangat sensitif jika sudah mencuat keluar. Dikecupnya putingku pelan, sambil dihisap pelan, bergantian kiri ke kanan. Tangan kanannya masih mengelus kedua pahaku, sambil terkadang dengan nakal diusapnya belahan vaginaku dari luar celana dalamku.
Setelah kami sama-sama puas dengan permainannya di payudaraku, dia mulai menjamah rokku yang lumayan pendek. Dibukanya kaitan rokku, dan dilepasnya sehingga kini aku hanya memakai celana dalam saja.

“Sayang, buka juga dong”, kataku malu, karena hanya aku saja yang telanjang. Segera dilepasnya semua pakaiannya. Penis gelapnya telah mengacung keras. Ukurannya hampir sama dengan yang penis para pemain film dewasa yang biasa kami berdua tonton bersama. Penis pacarku berkedut, seolah ingin kembali merasakan kehangatan dan basahnya mulut dan lembutnya jilatanku. Aku tersenyum melihat hal itu. Kembali kucium bibir pacarku, sambil tanganku menggenggam penisnya yang tegang dan mulai mengocoknya dengan lembut. Tampak mukanya menunjukkan kenikmatan yang dia rasakan. Dia pun membalaskku dengan memainkan putingku, dan menyentuh bibir vaginaku. Dimainkan jari-jarinya dengan terampil dari balik celana dalamku. Aku mendesah tertahan. Kulepas ciumannya. Seolah mengerti apa yang kuinginkan, dia merebahkan dirinya. Penisnya mengacung sangat tegak, meminta ingin dipuaskan. Kucium pelan kepala penisnya, sambil kupijit pelan bola zakarnya. Mulai kujilat lubang kecil di kepalanya, lalu kujilat batangnya yang keras dan berbau maskulin. Kumainkan sebentar penisnya sebelum akhirnya kukulum kepala penisnya. Kujilat kepalanya di dalam mulutku, sambil kunaikturunkan kepalaku sebisanya. Aku memang tidak mahir dalam melakukan deepthroat.

Biasanya kami berhenti petting setelah aku dan dia sama-sama keluar, meskipun selama ini belum pernah kutelan sperma pacarku karena masih jijik. Setelah beberapa lama mengulum penis pacarku, mukanya tampak keenakan, dan penisnya kembali berkedut-kedut, tanda bahwa sebentar lagi dia akan keluar. Dia pun mengelus kepalaku dan berkata, “Ling sayang, nanti lagi ya”. Hal itu membuatku malu, karena menunjukkan betapa bernafsunya diriku.

Kembali dia merebahkanku, dan menatapku meminta izin untuk menanggalkan kain terakhir yang masih tersisa di tubuhku. Aku pun mengangguk pelan. Ku angkat sedikit bagian bawahku, mengizinkan pacarku untuk melepas sisa pertahananku. Setelah kami sama-sama terlanjang, dibukanya kedua pahaku, dan dilihatnya lubang surgawi yang selama ini tidak kuizinkan pacarku, apalagi orang lain, untuk melihat betapa cantiknya bibir vagina yang gundul. Aku memang sengaja mencukur rambut kemaluanku yang biasanya lebat. Aku terdiam malu, mataku terpejam menahan perasaan yang timbul didadaku. Namun tiba-tiba kurasakan sebuah daging basah menyentuh bibir kemaluanku. Tidak hanya itu, jarinya juga melebarkan bibir kemaluanku, membiarkan lidahnya merasakan dinding basah liang vaginaku yang masih perawan. Kurasakan juga beberapa kecupan dan jilatan pada klitorisku.

“AH…..”, tiba-tiba aku mengerang. Kurasakan hisapan pelan pada klitorisku, sambil jarinya mencoba menjelajahi liang vaginaku. Rasanya lebih enak dibandingkan ketika aku memainkannya sendiri, atau ketika sedang melakukan chatsex dengan pacarku. Jarinya hanya menjelajah dangkal saja dalam liang kenikmatanku. “Sayang, ayo”, kataku pelan, menandakan bahwa aku sudah siap memberikan mahkota kewanitaanku yang harusnya kujaga untuk calon suamiku kelak.

Kembali pacarku menindih tubuhkku, digesekkan kepala penisnya ke bibir vaginaku, sembari mencoba menerobos masuk dengan pelan. Kepalanya mulai masuk, dan aku merasakan pintu masuk vaginaku mulai terasa penuh. Pelan tapi pasti, penisnya menyeruak masuk, sambil tertahan sebuah lapisan tipis tanda keperawananku. Matanya menatap mataku, memastikan apakah aku memang siap dengan hal ini. Aku kembali mengangguk pelan, dan memejamkan mata menikmati sensasi baru yang kurasakan sekarang di vaginaku yang becek ini. Namun tiba-tiba, di tengah rasa nikmat itu, ada rasa sakit tanda jebolnya perawanku oleh penisnya yang perkasa. Tidak hanya itu, penisnya terus maju, bahkan sampai menekan mulut rahimku yang memang sudah siap untuk dibuahi.

Menyadari bahwa aku merasakan sakit, pacarku menghentikan gerakan penisnya. Diciumnya mesra bibirku dengan penuh cinta. Tangannya juga meremas dan memainkan putingku dengan lembut, mencoba untuk memberikan rasa nikmat kepadaku. Setelah aku merasa terbiasa, aku pun melepaskan ciuman pacarku, dan mengangguk lemah kepadanya.

Dia mulai menggerakan pinggulnya, memaju-mundurkan penisnya di dalam vaginaku. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Karena mungkin masih sama-sama baru pertama kali, gerakannya masih kasar. Namun kami tidak peduli, karena baik aku dan pacarku sedang tenggelam dalam kenikmatan baru. Setelah beberapa lama, tiba-tiba aku merasakan sensasi yang luar biasa. Penis pacarku menabrak sebuah titik, pas di mulut rahimku.

“AH!!!! DI SANA ENAK SAYANG!!”, desahku keenakan. Pacarku kembali menciumku, ciuman kami berdua mulai menjadi liar. Penisnya juga kembali menabrak rahimku, membuatku keenakan.

“Sayang, aku mau keluar!”, desahku keenakan. “Iya, sayang, aku juga sebentar lagi keluar”, jawab pacarku. Dikencangkannya genjotan penisnya di liang vaginaku, membuat kami berdua sama-sama dimabuk keenakan. Tidak butuh waktu lama hingga aku mencapai puncak kenikmatan yang baru kurasakan, aku mendesah keras menikmati orgasmeku. Pacarku terus menggenjot penisnya, membuatku merasakan sensasi orgasme lebih lama, sebelum akhirnya dia menancapkan penisnya sedalam mungkin, menekan rahimku, menumpahkan sperma yang sangat banyak ke dalam liang rahimku dan berusaha membuahiku. Dia pun melepas penisnya yang telah mengecil, dan aku bisa merasakan cairan vagina dan sperma keluar dari vaginaku. Dia pun berbaring di sampingku.

“Terima kasih sayang, atas hadiah ulang tahun yang spesial ini”, kataku sambil merangkul lengannya. “Iya, Ling, terima kasih juga”, sambil mengelus kepalaku. Kami menikmati momen after sex ini, sambil mengobrol tentang beberapa hal, termasuk impian masa depan kami untuk bisa saling bersama dalam ikatan pernikahan. Hal ini sedikit sulit, mengingat latar belakang kami yang berbeda, meskipun orang tua pacarku sudah kenal denganku dan bahkan sudah sangat menyukaiku. Kami tinggal meminta persetujuan dari keluargaku supaya kami bisa resmi menjadi calon suami dan istri, dan mungkin bisa menikah selepas lulus kuliah kelak. Masih sekitar 4-5 tahun lagi, tapi kami selalu sabar menunggu.

“Ingat ya, besok karena Mama dan Papa di rumah, pakai baju yang rapi ya! Jangan warna gelap, kalau bisa warna merah!”, kataku sambil mengantar pacarku ke pintu depan setelah kami berberes, menghilangkan bukti bahwa telah terjadi sesuatu yang sakral di kamarku. “Iya, Ling, tenang saja”, jawab pacarku, sambil kemudian mencium bibirku. Iya, besok aku berencana memperkenalkan pacarku ini ke keluargaku secara formal. Memang orangtuaku mengetahui hubungan kami, meskipun pacarku selalu merasa bahwa mereka sebenarnya sangat enggan membiarkan aku menjalin hubungan dengan pacarku. Aku memandang pacarku yang menaikki motor maticnya, kemudian memacu tunggangannya ke jalan untuk pulang.
***
Pertemuan pacarku dan orangtuaku tidak berakhir dengan baik. Papa dan Mama menegur keras diriku, dan Popo (ibu dari Papaku) sangat marah melihat bahwa aku berpacaran dengan pacarku ini secara terang-terangan di depan kami berdua. Mereka juga memberikan kami ultimatum, jika sampai ijazah kami diberikan kami tidak putus, maka mereka akan mencoret namaku dari kartu keluarga. Kami berduapun bingung, aku juga telah menyarankan kepada pacarku untuk kita menikah dini saja, atau aku pindah ke keluarganya pacarku. Namun, pacarku menolak dengan muka yang sangat sedih. Dia tidak ingin aku kehilangan cita-citaku untuk menjadi dokter hanya karena hal ini. Keluarga pacarku mungkin mau menerimaku, namun akan sedikit susah untuk membiaya kami berdua, termasuk biaya kuliahku yang tentu saja akan sangat mahal, terlebih pacarku juga masih mempunyai tiga saudara lagi yang masih sekolah. Hingga kami memutuskan untuk meneruskan hubungan kami sampai hari terakhir ultimatum yang diberikan keluargaku. Keluarga pacarku sempat kaget ketika mereka mengetahui hal itu, namun kami berdua sudah menenangkan mereka. Mereka hanya bisa menyemangati kami berdua.
***
Malam ini merupakan pesta kelulusan sekaligus perpisahan dari siswa-siswi SMA kami, salah satu SMA swasta yang terkenal, di salah satu ballroom hotel bintang empat di kota kami. Karena biasanya acara ini akan berakhir pada tengah malam, biasanya beberapa geng di angkatan kami berdua juga memesan beberapa kamar untuk melepas kangen sebelum berpisah melanjutkan pendidikan dan kehidupan masing-masing. Kami berdua berbarengan dengan teman-teman dekatku dan pacarku juga memesan sebuah kamar besar yang cukup ditempati untuk bersepuluh.

Malam itu, aku tampil all-out, karena mungkin ini adalah hari-hari terakhir sebelum kami berdua berpisah. Aku memakai gaun pesta berwarna putih dengan panjang hampir selutut. Sebelah bahuku kubiarkan terbuka, memamerkan kulitku yang putih mulus dan memamerkan sedikit belahan dadaku. Sebuah pita putih besar menghiasi kain yang menutupi salah satu bahuku. Kain gaun itu melapisi tubuhku yang ramping dan proporsional, serta rokku ini dilapisi beberapa kain sehingga sedikit menggembung. Stoking putih menutupi kakiku hingga ke paha, dan ada kejutan berupa garter belt yang menahan stokingku. Pacarku ketika menjemputku terlihat sangat terpana, begitupun juga aku yang sangat kagum dengan penampilan pacarku yang memakai tuxedo formal lengkap dengan dasi dan gaya rambut yang rapi.

Selama perjalanan, kami saling berpegangan tangan di mobil yang dikendarainya. Begitu kami sampai di ballroom pun, beberapa teman kami menggoda kami seolah kami yang punya acara nikahan karena pakaian yang kami gunakan. Kami berdua, serta beberapa teman dekat kami yang mengetahui keadaan kami, hanya bisa tersenyum menanggapi candaan itu, namun hati kami berdua hancur.

Acara berjalan lancar hingga akhirnya ditutup oleh pidato kepala sekolah. Waktu yang ditunggu oleh para siswa, karena dengan pulangnya para guru maka akan menjadi waktu bebas di ruangan masing-masing. Kami semuapun pindah ke kamar hotel tiap-tiap geng, sambil saling berbicara. Namun ketika aku dan pacarku sampai, kamar itu kosong dan rapi. Dan tiba-tiba ponselku berbunyi, sepupuku (yang sebenarnya ditugaskan oleh keluargaku untuk menjaga agar pacarku tidak “macam-macam” denganku) mengatakan bahwa mereka sudah menyewa kamar tambahan agar kami bebas bersama malam ini tanpa ada gangguan.

Pacarku tiba-tiba menggendongku dengan princess carry, membuat hatiku berdebar-debar. Kukalungkan tanganku ke lehernya, dan kucium bibirnya dengan mesra. Dia membaringkanku di kasur, lalu melepas sepatuku dan sepatunya. Kembali dia menindih badanku dengan lembut, menatap mataku, kemudian mencium keningku. Aku menatap matanya penuh cinta, dan memejamkan mataku memintanya untuk mencium bibirku. Dia mengecup bibirku lembut. Perlahan, ciuman kami menjadi lebih liar, dan lidahnya memasuki mulutku untuk mengajak lidahku berdansa. Tangannya juga mengelus bagian bahuku yang tidak ditutup oleh gaun, membuat diriku kegelian.

Kami bercumbu di atas ranjang hotel dengan lembut, namun perlahan-lahan menjadi liar. Seolah-olah kami melampiaskan semua perasaan cinta dan sedih yang kami punya. Kami juga sama sekali belum melepaskan pakaian kami sama sekali, namun gaunku serta kemeja pacarku sudah sangat berantakan. Dadaku sudah terekspos dengan puting yang sangat tegang, dan kemeja pacarku sudah terbuka semua kancingnya, menampilkan tubuh bagian atasnya yang berwarna lebih gelap dibanding warna kulitku. Meskipun bagian bawah kami masih rapi, namun aku tahu bahwa penisnya sudah sangat tegang tertahan celana panjangnya, dan dia juga tahu bahwa vaginaku sudah banjir dibalik gaun yang kukenakan ini.

Saat ini aku sedang duduk di pangkuannya. Tengkuk dan daun telingaku menjadi sasaran lidahnya, sambil kedua tangannya meremas payudaraku dan memainkan putingku bergantian. Aku menggesekan selangkanganku di atas celananya, mencoba merangsang penisnya yang sebenarnya sudah lebih dari siap membentuk tenda di celana pacarku. Tidak lama kemudian kami pun berganti posisi, pacarku sudah membebaskan penisnya yang saat ini aku kulum. Sambil kumainkan penisnya di dalam mulutku, aku juga mencoba untuk memainkan bibir vaginaku. Pacarku yang sadar akan permainan nakalku akhirnya mengajakku untuk mencoba posisi 69, yang sangat kunikmati. Kami sampai berbarengan, dan pacarku kaget ketika aku menahan penisnya untuk tetap berada di mulutku ketika dia mengeluarkan spermanya. Dengan perlahan, aku menelan cairan jantan milik pacarku, yang rasanya sedikit aneh dan amis, namun aku menikmati meminum cairan pacarku itu.

Kami pun melepas pakaian kami masing-masing, hingga kami hampir telanjang. Aku berbaring, mempersiapkan diri untuk dipenetrasi oleh penis pacarku untuk kedua kalinya. Tampak pacarku mengambil bungkus kondom, membuka dan mencoba memakai pengaman itu. “Sayang, tidak usah”, kataku sambil memegang tangannya yang masih mencoba mengepaskan karet itu. “Tapi, Ling”, tanya pacarku. “Sayang, plis”, jawabku lemah. Pacarku yang mengerti akan hal itu, lalu membuang kondom yang telah dipakainya. Dengan perlahan, penisnya menerobos masuk ke liang vaginaku. Rasanya lebih enak dibandingkan ketika pertama kali aku melepas keperawananku dengan pacarku ini.

Kami menikmati bercinta malam itu. Baik aku dan pacarku merasakan puncak kenikmatan berkali-kali, tidak terhitung berapa kali kami orgasme malam itu. Semua gaya bercinta kami coba, mulai dari posisi missionary, doggy, hingga wot, baik secara lembut maupun secara liar. Aku sangat suka sekali dengan gaya WOT, karena aku bisa mengarahkan penis pacarku untuk menyentuh titik paling sensitifku, serta melihat ekspresi mukanya yang keenakan menikmati goyangan badanku dan jepitan vaginaku. Sedangkan pacarku sendiri kelihatannya menikmati sekali melakukan gaya doggy denganku, meskipun aku sedikit malu melakukan gaya seks seperti binatang. Namun tentu saja, yang paling sering kami gunakan malam ini adalah missionary, dimana kami bisa saling merasakan rasa cinta pasangan kami masing-masing.

Entah sudah berapa kali pacarku menyemprotkan cairan benih jantannya kepadaku, baik ke mulutku, wajah, tubuhku, bahkan ke dalam liang rahimku ini. Setelah bercinta babak ke sekian, kami sama-sama berbaring kelelahan, menatap satu sama lain. Aku sibuk menangis, sedangkan dia merangkulku untuk menghentikan tangisanku. Kami berdua sama-sama berharap agar hari esok tidak pernah datang, supaya kami terus bersama. Tangisanku berlanjut, hingga akhirnya aku tertidur kelelahan……...​
 
Terakhir diubah:
Shit, kenapa jadi sedikit baper? Semoga sampe tamat Hu
 
kalo ling ling hamil apakah keluarganya terpaksa menerima atau malah ling ling diasingkan keluar negeri....lanjut bos
 
kalo ling ling hamil apakah keluarganya terpaksa menerima atau malah ling ling diasingkan keluar negeri....lanjut bos
 
Bimabet
Mantap Hu ceritanya.
Saran kalau ganti paragraf sebaiknya dikasih spasi Hu supaya bacanya enak. :ampun::mantap:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd