Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
menarik dan alurnya masih misteri, terima kasih untuk ceritanya hu
 
Chapter 3

Chris membawaku ke sebuah apartemen elit. Setelah memarkirkan mobilnya di parkiran basement, dia membukakan pintu untukku, yang masih ragu untuk mengikutinya. Chris menuntunku untuk mengikutinya. Setelah masuk menggunakan kartu akses, kami melangkah masuk ke dalam lift. Aku sudah tidak mungkin lagi melarikan diri dari sini. Ketika keluar dari lift, Chris menggandeng tanganku, sedikit memaksaku untuk berjalan mengikutinya, hingga sampai ke salah satu kamar.

Begitu kami masuk, aku sedikit terkejut. Kamar, atau ruangan apartemen itu, cukup rapi dan berkelas. Isinya cukup luas, dapurnya mempunyai ruangan sendiri, ada ruang keluarga yang diisi dengan rak buku, perabotan, dan sofa. Selain itu, masih terdapat tiga ruangan yang aku tidak tahu apa isinya, karena pintunya tertutup.

Chris mempersilakanku untuk duduk di sofa yang cukup panjang. Selagi aku menunggu, dia berjalan ke arah dapur untuk membuatkanku minuman. Sambil menunggu, aku mengecek ponselku. Tidak ada notifikasi yang penting. Namun, hal itu tidak bisa mengurangi debaran di hatiku. Aku tidak tahu, apakah debaran di hatiku ini karena rasa takut, atau karena aku mengetahui apa yang akan terjadi nanti.

Chris membawakan dua gelas minuman. “Minumlah”, kata Chris. “Kamu masih suka dengan teh kan?”, lanjutnya lagi. Aku menatap seram ke arahnya, menunjukkan bahwa aku tidak berniat untuk meminum sesuatu yang mungkin saja sudah dimasukki obat-obat aneh. “Tenanglah, aman kok, aku tidak suka pakai obat-obatan”, kata Chris lagi, seolah-olah bisa membaca pikiranku. “Kamu boleh memilih kok mana yang kamu minum kalau masih ragu”.

Aku dengan pelan meminum teh yang telah disediakan. Rasa hangat segera mengalir melalui tenggorokanku, memberikanku sedikit rasa tenang dari kegugupanku ini. Chris duduk di sebelahku, namun masih menjaga jarak. Kami hanya duduk dengan diam menghabiskan teh di cangkir masing-masing. Setelah habis, masih belum ada yang bisa dibicarakan. Chrislah yang pertama kali mencoba memecah kesunyian.

“Jadi, bagaimana pekerjaanmu?”, tanyanya berbasa-basi. Aku hanya menjawab secukupnya saja, namun kelihatannya Chris sangat tertarik dengan pekerjaanku. Percakapan mengalir lancar. Tanpa sadar, kami mengobrol banyak sehingga aku lupa dengan atmosfer aneh sebelumnya. Meskipun lebih ke Chris yang bertanya-tanya tentangku dan aku hanya menjawab seperlunya saja. Namun itu semua berhenti ketika aku tidak sengaja melihat ke arah tanganku, tepatnya jari manisku yang terhias dengan cincin pertunangan pemberian Malvin.

“Hei, jadi, kenapa kamu membawaku ke sini? Sudahlah, langsung saja lakukan apa yang mau kamu lakukan kepadaku”, kataku, memberhentikan percakapan kami berdua. Chris menatapku dengan aneh, namun sekali lagi, dia kelihatannya mengerti maksudku. Itulah hal yang dulu aku suka darinya, namun menjadi hal yang tidak aku suka sekarang: dia sangat peka dengan perasaanku, jauh lebih peka daripada Malvin.

Chris mendekat ke sebelahku. Tangannya kirinya memegang bahuku yang masih tertutupi oleh kain, sedangkan tangan kanannya mengangkat daguku, membuat kami saling bertatapan. Wajah kami sangat dekat, hampir saling bersentuhan. Aku bisa merasakan hangatnya nafas Chris, serta mencium aroma parfumnya yang maskulin. Jantungku kembali berdebar-debar, namun kali ini aku yakin bahwa itu bukan dari rasa takut. Ada sebuah perasaan terlarang yang kembali, dan ketika aku mencoba menahan perasaan itu, tiba-tiba Chris memberikan sebuah kecupan ringan ke bibirku.

Kembali dia menatapku. Ada sebuah perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata mengalir dari matanya. Kembali dia mengecupku, namun lebih lama, sembari tangannya pindah ke rambutku. Dibukanya ikatan rambutku sehingga rambutku kini menjulur sebahu, lalu dielus-elusnya dengan lembut. Tanpa sadar, aku memegang belakang kepalanya, seolah terhanyut dalam ciuman kami berdua dan tidak mau melepaskannya lagi. Namun kembali tanganku tidak sengaja menyentuh batu mulia yang tertempel di cincinku. Aku segera melepas ciuman kami, dan memalingkan pandanganku.

Tiba-tiba Chris menggendongku dalam posisi princess carry. Aku sedikit terkejut, dan teringat kali terakhir kami bersama sebelum berpisah. Dengan cepat, Chris membawaku ke dalam sebuah kamar, dan menaruhku dengan lembut. Kembali dia menindihku, dan dengan cepat bibirnya mengejar bibirku. Lidahnya dengan pasti menjilat bibirku dengan nakal, mengajak lidahku untuk keluar dan berdansa dengannya. Tangannya mengelus-elus lengan dan bahuku, memberikanku rasa nyaman dan membuatku kembali terhanyut dalam percintaan ini. Akal sehatku sudah melayang terbang, diombang-ambingkan oleh perasaan cinta dan nafsu yang sudah lama tertahan. Perlahan, bibirku membuka, dan lidahku beradu lembut dengan lidah Chris.

Kami melakukan french kiss untuk beberapa saat sampai dia membangunkanku. Tangannya merayap ke punggungku, mengelus-elus sejajar dengan kaitan resleting gaunku. Aku hanya pasrah menahan malu ketika jarinya membuka kaitan gaunku, dan membukanya, menunjukkan punggungku yang putih dan tali bra ku yang berwarna sama dengan gaun hitamku. Tidak hanya itu, dia juga dengan terampil melucuti kaitan braku. Akupun berdiri, dan melepaskan gaun dan braku, membuatku kini hanya memakai celana dalam saja.

Melihat tubuhku yang kujaga bentuk dan kemulusannya, Chris sempat terpana. Aku jadi merasa malu karena tubuh telanjangku dilihat olehnya, yang membuatku menutup area dada dan selangkanganku dengan tangan. Chris juga berdiri, melucuti semua kain yang menutupi badannya, sehingga kini dia sama denganku, hanya memakai celana dalam saja. Lengannya sudah sedikit lebih besar dan padat dibandingkan saat terakhir aku melihatnya, dada dan perutnya rata meskipun tidak sampai sixpack, dan aku kaget melihat celana dalamnya. Tampak ada sesuatu yang memberontak ingin keluar, dan lebih besar daripada yang aku ingat.

Chris kembali mendekatiku, dan mendudukanku di pangkuannya. Kami kembali berciuman, kali ini lebih ganas dengan lidah yang saling terkait. Chris memelukku erat, membuatku merasakan kehangatan suhu tubuhnya. Tangannya mengelus-elus punggung dan bahuku, membuatku tidak sabar untuk diperlakukan lebih. Setelah itu, dia membaringkanku. Aku merasakan bahwa aku kan diterkam secara seksual dalam posisi ini.

Ciumannya berpindah ke daun telingaku, diemutnya dan ditiupnya, membuatku merinding. Tangannya mulai mengelus-elus bagian atas dadaku, perlahan-lahan naik ke puncak payudaraku. Jarinya mengusap-usap putingku yang tersembunyi, mencoba membuat putingku keluar dari persembunyian. Bibirnya pindah ke leher dan tengkukku, mencumbu mereka. Diperlakukan seperti itu membuatku basah….

Tiba-tiba kurasakan sensasi geli sekaligus enak di putingku. Jari-jari Chris memilin kedua putingku yang aku tidak sadar bahwa mereka sudah mengacung tegang. Aku melenguh, menandakan bahwa aku suka diperlakukan seperti itu. Bibirnya tidak lama kemudian menggantikan jarinya, memberikan jilatan dan hisapan ke putingku. Dibantu dengan remasan di payudaraku, aku melepaskan lebih banyak erangan yang aku yakin terdengar seksi dan sensual di telinga Chris.

Tanpa melepas cumbuannya di payudaraku, kali ini tangannya mengelus-elus perutku, makin ke bawah tepat di atas rahimku yang menghangat. Aku juga merasakan gesekan kulit di pahaku, yang semakin lama semakin ke atas. Vaginaku membanjir, tidak sabar ingin segera dikunjungi dan dipermainkan. Lalu, aku merasakan tangan Chris mengelus-elus celana dalamku. Aku tidak sabar, kurenggangkan kakiku seolah-olah memberikan izin kepada Chris untuk mengacak-acak tubuhku. Tangannya menyelip masuk, dan meraba-raba daerah yang masih ditutupi rambut kemaluanku, menaikkan harapanku. Pertahananku tembus ketika jarinya akhirnya menggesek klitorisku. Kurasakan sensasi orgasme kecil datang, dan aku mengerang keras. Tubuhku merinding, dan kujepit tangan Chris di antara kedua pahaku.

Aku masih merasakan sisa-sisa orgasme ketika jari-jari Chris kembali bermain di kemaluanku, membuatku kembali merasakan nikmat. “Buka saja Chris”, kataku pelan, karena ingin merasakan lebih enak dan sedikit tidak nyaman dengan celana dalamku yang basah. Chrispun menurut, membuatku kini telanjang bulat di dalam kamar pria yang seharusnya tidak boleh kutemui. Dia juga langsung menemaniku telanjang, menunjukkan batang penisnya yang hitam, besar, dan keras. Sedikit lebih besar dibandingkan dulu, mungkin sekitar 16-17 centimeter. Jauh lebih jantan dibandingkan milik Malvin.

Kali ini, dia membuka kakiku, membuatku mengangkang menunjukkan kewanitaanku yang sudah basah. Kepalanya turun ke depan liang vaginaku yang sudah terbuka ingin dimasukki. Aku bisa merasakan hembusan nafas, makin membuatku tidak sabar. Chris mengecup bibir bawah tubuhku. Lidahnya juga turut menjilat vaginaku, menambah cairan yang membasahi tempat itu. Daging kenyal itu naik turun, bergantian menjilat liang vaginaku dan klitorisku, membuatku menggelinjang. Entah kenapa kali ini aku cepat sekali menjemput orgasme. Tidak lama diperlakukan seperti itu, aku kembali mencapai puncak.

Sembari membiarkanku beristirahat menikmati orgasme kedua tadi, Chris berbaring di sebelahku. Tangannya memangku kepalaku, membuat kami seperti sepasang kekasih. Namun aku melihat sedikit ketidaksabaran di matanya, dan seperti memberi kode, penisnya yang kekar itu disentuhkan ke tanganku, berkedut-kedut minta dimanjakan. Kali ini aku pindah ke selangkangannya. Kepalaku tepat berada di depan batangnya. Kusentuh penisnya, dan kuusap-usap. Aku mengocok pelan batangnya, sebuah desahan keluar dari mulut Chris. Kuemut kantung bola Chris yang gundul tanpa ada rambut. Memang Chris dari dulu merawat rambut kemaluannya tetap pendek, membuatku merasa enak untuk memberikan servis mulut kepadanya. Mulutku pindah untuk mengulum batang penisnya, dengan sedikit kewalahan. Kuhisap dan kujilat di dalam mulutku,berusaha membalas kenikmatan yang kurasakan tadi.

Setelah sekian lama, aku merasakan sedikit pegal. Chris memegang kepalaku, melepaskan kulumanku dari penisnya. Kepalanya menghampiriku dan memberikanku deep kiss. Kembali dia membaringkanku dan menindihku, menggesek-gesekkan penisnya ke bibir bawahku, dan akhirnya masuk ke vaginaku. Aku mendesah keras merasakan batang besar itu memenuhi liang surgawiku, dan mencium rahimku. Kenikmatan mengalir ke dalam tubuhku, seiring keluar masuknya penis Chris. Posisi misionaris ini membuatku bisa merasakan kehangatan tubuh Chris yang berada di atasku. Sepuluh menit dia menggenjotku, kurasakan orgasme ketiga datang menghampiriku. “AH, Chris, aku bentar lagi sampe!!”, desahku keras, yang dibalas dengan, “LING, aku juga mau sampe, barengan….”. Chris menusuk penisnya ke bagian terdalamku dengan cepat dan agak kasar, membuatku melenguh terus menerus. “AH, CHRIS, I’M CUMMING!!!!”, erangku keras seiring puncak kenikmatan mendera tubuhku. Aku bisa merasakan vaginaku memijat batang penis Chris, membuatnya keenakan, dan “LING!!!”, desahnya keras, dan penisnya kurasakan berkedut mengeluarkan cairan sperma yang langsung membahasi liang rahimku. Aku masih mencoba mengambil nafas, kelelahan, ketika tiba-tiba Chris langsung mengganti posisi kami tanpa melepas penisnya dari vaginaku. Kali ini, dia berbaring di bawah, bergantian denganku yang sekarang berada di atasnya.

“Chris, kamu mau….AH!!!”, protesku terpotong oleh desahanku, karena kali ini Chris kembali menggenjot tubuhku dari bawah. Badanku sempat terguncang-guncang, dan rasanya lebih nikmat, selain karena aku baru merasakan orgasme, posisi ini membuat G-spotku lebih merasakan tekanan penisnya. Aku mendesah berulang kali ditusuk dari bawah oleh Chris, tangannya memegang pinggangku untuk mengangkat dan menjaga keseimbangan tubuhku. Aku kembali merasakan kenikmatan ketika tiba-tiba Chris menghentikan gerakannya.

“Chris, lagi…”, kataku, sembari menggoyangkan pinggulku, mencari kenikmatan. Kembali kurasakan rasa enak dan di vaginaku. Goyanganku semakin liar, jauh lebih liar dibandingkan ketika bersama Malvin. Aku tidak menyangka bahwa aku bisa sebinal ini ketika bercinta. Chris tersenyum melihatku seperti ini, dia hanya membantu merangsangku dengan memainkan kedua payudaraku. Payudaraku diremas lembut, dan putingku dimainkan dengan jari, membuatku semakin liar bergoyang. Tidak butuh waktu lama bagi kami berdua untuk kembali merasakan puncak.

“CHRIS, I’M CUMMING AGAIN”, teriakku kembali mencapai puncak. Chris kembali melenguh juga, dia bangun dan mendekap tubuhku, lalu menciumku sembari menembakan cairannya untuk kedua kali ke dalam rahimku. Kami masih berpelukan dengan posisi Woman on Top, peluh membasahi badan kami berdua sementara di bawah sana sudah basah dengan berbagai cairan tubuh. Kembali dia menciumku lembut, lalu berbisik, “I love you, Ling”. Aku masih belum sepenuhnya sadar ketika dia membaringkanku, dan melepas penisnya dari vaginaku. Dengan sedikit gontai, dia berjalan keluar kamar, lalu kembali membawa dua gelas air dan sehelai handuk. Akupun meminumnya, lalu melangkah ke kamar mandi yang Chris tunjukkan untuk membersihkan tubuhku yang kotor ini.

Di bawah pancuran shower, akal sehatku kembali. Aku tahu ini seharusnya tidak boleh terjadi. Hatiku berkata bahwa ini tidak bisa dihindari karena ancaman dari Chris dapat menghancurkan Malvin, tetapi otakku berkata bahwa ini bukanlah alasan. Aku ingin menangis, tetapi kukatakan ke diriku sendiri bahwa jika aku menangis di sini, besar kemungkinan aku tidak akan pernah lepas dari pelukan Chris.

Aku segera menyelesaikan mandiku dan mengeringkan tubuh dan rambutku sembari menunggu Chris selesai mandi. Rambutku belum kering sepenuhnya ketika Chris keluar dan sudah mengenakan pakaian rapi, kemeja dan celana panjang. “Chris, aku mau pulang”, ujarku pelan. “Ling, rambutmu masih basah dan kusut”, jawab Chris, mungkin agak enggan menyudahi apa yang terjadi hari ini. “Chris, aku mau pulang. Please”, ulangku lagi, yang dibalas dengan anggukan Chris.

Selama perjalanan kembali ke mall, kami tidak bercakap-cakap sama sekali. Sampai tiba di parkiran, Chris menahanku sebelum keluar. “Ling, ingat ya perjanjian kita. Kamu tadi bilang bahwa hari Jumat, Sabtu, dan Minggu kamu nggak praktek kan? Kosongkan hari Jumat dan Sabtu kamu mulai sekarang”, kata Chris tegas. Aku hanya mengangguk, lalu turun dari mobilnya dan masuk ke mobilku. Kutunggu sampai mobil Chris tidak terlihat dari pandangan. Setelah itu, air mata mulai jatuh, dan perlahan-lahan tangisanku pecah. Aku merasa menjadi wanita kotor, karena melakukan perselingkuhan, meskipun itu untuk melindungi keluarga tunanganku. Dan yang lebih parah lagi, aku lebih menikmati waktu-waktu selingkuh itu dibandingkan dengan pasanganku yang sah, dan bahkan membiarkan bibit-bibit cinta hinggap di hati dan badanku. Aku pun membiarkan semuanya terbawa arus air mata, sebelum akhirnya menstarter mobil dan pulang ke rumah.
 
Halo, suhu semua, maaf ya updatenya agak lama. Ane mungkin akan sedikit sibuk ya di RL, jadi bakal jarang buka forum ini. Cuma untuk cerita diusahakan tamat kok. Kadang juga suka liat reaksi para suhu ke ini cerita tanpa login.

Thank you ya Hu, udah ngelike dan ngebaca cerita yang ane buat! Maaf belum bisa balas satu-satu ya, semoga cerita ini bisa membuat ane (dan pasangan ane mungkin) jadi panas bergelora, hehehe
 
Halo, suhu semua, maaf ya updatenya agak lama. Ane mungkin akan sedikit sibuk ya di RL, jadi bakal jarang buka forum ini. Cuma untuk cerita diusahakan tamat kok. Kadang juga suka liat reaksi para suhu ke ini cerita tanpa login.

Thank you ya Hu, udah ngelike dan ngebaca cerita yang ane buat! Maaf belum bisa balas satu-satu ya, semoga cerita ini bisa membuat ane (dan pasangan ane mungkin) jadi panas bergelora, hehehe
Tetap semangat hu, dan semoga RL lancar selalu
 
Sedikit info juga.

Btw kalau suhu semua check, selain tag-tag Chinese, juga ada tag cosplay. Mungkin 1 atau 2 chapter ke depan mulai ini ya cosplay sex nya. Sedikit spoiler saja hehehe.

Tapi untuk mulustrasinya masih susah nih. Kalau ada suhu2 yg mau nyumbang mulustrasi, bisa pm ane foto dan akun sumber bahan mulustrasi ya (agak slowresp tapi).

Semoga minggu ini lancar buat para suhu semua!
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd