Ngesop lagi aaah....
Malam menjelang di sudut jembatan dua anak manusia tengah asik berbincang, cuaca terang dengan sinar sang Rembulan yang sedikit meredup karna tertutup awan menjadi saksi perihnya hati seorang Asti, bahkan tetes air matanya pun tak di sadari oleh orang yang berada disebelahnya, andaikan Ian tau ia tak akan banyak bicara seperti halnya Asti, canda tawa yang dulu seakan tenggelam oleh waktu.
Satu-satunya harapan telah musnah, Asti terlihat kuat ia tak secengeng sahabatnya, tapi siapa yang tau dalamnya hati seorang Asti? Dan malam ini ia lumpuh, ia merasa lelah menghadapi keadaan yang selalu tak berpihak kepadanya, Lagi-lagi ia kalah ia terluka karna rasa terpendamnya.
Dia berharap setelah sahabatnya menikah Ian akan berhenti berharap kepada Iin, tapi kejadian tadi pagi membuktikan kalau pernikahan Iin dengan Iwan tak mampu memisahkan tali asmara mereka.
Asti tersenyum getir, bahkan saat Ian bercerita panjang lebar pun ia hanya menjawab sepatah dua patah kata saja, sayang Ian belum menyadari perubahan itu.
Sayang juga Ian tak melihat tetes air matanya karna posisi duduk mereka bersandar dan saling memunggungi,