Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kakak Angkatku Sayang – copas edit

skygod

Semprot Holic
Daftar
18 Jul 2017
Post
380
Like diterima
563
Lokasi
kejadian
Bimabet
Originally by Tedy

Edited up to 70%

Orinya ternyata ada di forum ini, formatnya copas.
Yang ini udah ane rombak cukup beda banget kok.

Aku mahasiswa jurusan TI salah satu perguruan tinggi di Bandung. Saat ini aku semester II. Sejak awal kuliah, aku tinggal dirumah kakak angkatku. “Kak Dewi” begitulah aku memanggilnya. Usianya terpaut 5 tahun denganku. Ia sebenarnya bukan kakak kandungku, namun bagiku ia adalah kakak dalam arti yang sebenarnya. Ia begitu telaten memperhatikan aku. Apalagi kami jauh dari orang tua. Rumah yang kami tempati, baru satu bulan dibeli kak Dewi, hasil dari warisan pribadi keluarganya. Tidak terlalu besar memang, tapi lebih dari cukup untuk kami tinggali berdua. Jauh lebih baik dari pada kost-kostan.

Kak Dewi saat ini bekerja disalah satu bank swasta. Meskipun usianya baru 24 tahun, tapi kalau sudah mengenakan seragam kantornya, ia kelihatan dewasa sekali. Badannya yang gempal membuat dia terlihat berwibawa dan tangguh. Tapi tetap menonjolkan kecantikan alami yang dimilikinya.
Dua bulan pertama aku tinggal dirumah kak Dewi, semuanya berjalan normal. Aku dan kak Dewi saling menyayangi sebagaimana adik dan kakak. Penghasilannya yang lumayan besar memungkinkan ia membantu sebagian keperluan kuliah ku. Namun dari semua kekagumanku pada kak Dewi, satu hal yang aku herankan. Sejauh ini aku tidak melihat kak Dewi memiliki hubungan spesial dengan laki-laki. Kupikir kurang apa kakakku ini ? cantik, semok, cerdas, berpenghasilan, kurang apa lagi ? Seringkali aku menggodanya, tapi dengan cerdas ia selalu bisa mengelak. Ujung-ujungnya ia pasti akan bilang, “Gampang deh soal itu, yang penting karier dulu”, aku percaya saja dengan kata-katanya. Yang pasti, aku menghormati sekaligus mengaguminya.

Hingga malam ini, waktu menunjukan pukul 9.00, suasana rumah lengang dan sepi. Aku keluar dari kamarku dilantai atas, lalu turun untuk mengambil minuman dingin di kulkas. TV sudah dimatikan, padahal biasanya kak Dewi asyik nongkrongin Bioskop Trans kesayangannya. Karena khawatir pintu rumah belum dikunci, lalu aku memeriksa pintu depan, ternyata sudah dikunci. Sambil bertanya-tanya didalam hati, aku bermaksud kembali ke kamarku. Namun tiba-tiba terlintas dibenakku, “kok masih jam ini kak Dewi sudah tidur ?”, lalu setengah iseng perlahan aku mencoba mengintip kak Dewi didalam kamar melalui lubang kunci. Agak kesulitan karena anak kunci menancap dilubang itu, namun dengan lubang kecil aku masih dapat melihat kedalam.

Seketika dadaku berdegup kencang, dan lututku mendadak gemetar. Antara percaya dan tidak pada apa yang kulihat. Kak Dewi menggeliat-geliat diatas spring bed. Tanpa busana sehelaipun !
Ia menggeliat-geliat kesana kemari. Terkadang terlentang sambil mendekap bantal guling, sementara kedua kakinya membelit bantal guling itu. Kemudian posisinya berubah lagi, ia menindih bantal guling. Napasku memburu karena rasa takut ketahuan. Sekuat tenaga aku tahan perasaan yang bergemuruh didadaku. Kualihkan pandanganku dari lubang kunci sesaat, pikiranku sungguh kacau. Namun kemudian rasa penasaran mendorongku untuk kembali mengintip. Kulihat kak Dewi masih menindih batal guling. Pinggulnya bergerak-gerak maju mundur.

Aku pun berhasrat untuk masuk kekamarnya. Meskipun sangat ragu, aku nekat membuka pintu kamarnya dan beranjak mendekatinya. Darahku berdesir cepat saat kak Dewi melihatku. Lalu cepat ia meraih tanganku diarahkan untuk menggenggam dadanya.
“Pasti kamu juga pengen kan !”, tiba-tiba kak Dewi berkata tegas,
“Kak !??”, kataku agak jengah.
“Ga usah pake pura-pura, lagi….”, kak Dewi mendorong tubuhku. Karena Kak Dewi mengisyaratkan, maka aku segera naik kekasurnya dan tidur terlentang.
“Kamu pengen kan ?”, tangan kak Dewi merayapi pahaku. Aku terhenyak menahan nafas. Kemudian kak Dewi tanpa ragu mulai meremas kemaluanku perlahan, ahh….., kedua lututku terangkat perlahan, lalu kuturunkan lagi.
“Kak…”, kataku lirih
“Sst…udah, tenang aja…”, kak Dewi benar-benar meremas-remas kemaluanku. Geletar nikmat perlahan merayap, seiring makin mengerasnya batang kemaluanku. Rasa jengah dan nikmat membaur menjadi satu. Aku hanya bisa menikmati gelenyar kenikmatan dari setiap remasan tangan kak Dewi. “Ah…shhh..kak….!”,
Tanganku perlahan merayap kearah pinggang kak Dewi, meremasnya perlahan seiring geliat kenikmatan. Aku semakin berani karena kak Dewi tak menolak remasan tanganku dipinggangnya.
Tiba-tiba, “Udah ya… segitu aja !”, kak Dewi menghentikan remasan tangannya.
“Ah kak.. !”, aku merintih kecewa, hampir aku melonjak bangun.
“Kenapa ?”, ia menatapku, sebuah senyum seolah menggoda aku yang tengah konak.
“Tanggung…please…!”, aku merintih dan memelas.
“Hmmh.. Dasar….”, katanya.
Tanpa ragu aku melepaskan training yg kukenakan, kemaluanku yg sungguh telah mengeras, mendongak…
Nampak ada rasa jengah pada tatapan kak Dewi, aku bangkit dari tidurku, “Please…!”, lalu kuraih tangan kak Dewi agar memegang kemaluanku. kak Dewi pun menuruti kemauanku.
Kembali kuhempaskan tubuhku kekasur. Tangan gempal kak Dewi lalu menggenggam kemaluanku, ia nampak tidak ragu. Badanku mengerjap sesaat ketika tangan kak Dewi meremas kencang kemaluanku dengan tiba-tiba. Tanpa kupejamkan mata, aku menikmati setiap kenikmatan yang datang. Semakin lama keinginanku semakin kuat. Aku merintih, mendesah dan sesekali menggeliat.
Remasan tangan kak Dewi memang nikmat, namun semakin lama aku menginginkan lebih “Nakal juga kamu ya !”, katanya..
“Mau digimanain ?”, katanya lagi.
“Langsung kocokin aja, kak”,
Dia pun langsung mengocokku “Begini…!”,
“Ya…ah… shhh… ahh.. kak…!”, akupun tenggelam dan terbuai dalam kenikmatan. Kocokan tangan Kak Dewi sungguh membuat aku terlena.. Aku kemudian hanya bisa pasrah, merintih dan mendesah.
“Ssshhhh… kak…ahhhh…. Mmmm shhhhh enak kak !”,
Dia terus mengocok tambah cepat. Aku terus merintih dan merintih. Lama kelamaan makin tak tertahankan.
“Kenapa ? udah mau keluar?”, kak Dewi bertanya ketika tanganku ingin menahan gerakan tangannya yang terus mengocok kemaluanku. “Ngga kuat akuh.. aahh…!”, kataku.
Lalu aku bangkit dari tempat tidurku sehingga posisi kami duduk berdampingan. Kak Dewi berusaha membuatku cepat keluar. Dia menciumi leherku dan tetap mengocokku dengan cepat. “Enak hmmh.. keluarin sayangghh.. shh…” katanya. ”Shhhh…. Mmmmhh enak kak. Enak ! shhhhh ahhhh shhh !”, tanpa sadar aku menciumi leher kak Dewi. Dia pun makin mempercepat kocokannya. Aku pun tak bisa menahan.

“Gak tahannn kak ! aahh shh aku udah gak tahan lagiiih.. aaaahhh! aaaaaahhhhhhh kak ssh yahhh aaaaahhhhhhhhhhss… ”.

Gelombang kenikmatan itu berlalu sempurna. Kak Dewi-pun mengelap cairan maniku yang berlepotan ditangannya. Dan akupun mengelap yang belepotan di kemaluanku..

Kak Dewi mengambil handuk dan memakainya untuk menutupi tubuhnya. Lalu kami pun bersenda gurau dikamarnya. Ngobrol ngalur ngidul hingga obrolan balik ke topic seks. Kita terdiam beberapa saat..
“Tahu enggak sebenarnya kenapa kakak suka pake bantal guling?!” Tanya Kak Dewi.
“Apa enaknya…?!?”, pertanyaanku seolah terlontar begitu saja.
“Ya enak aja. Gesek-gesek. Sambil ngebayangin sedang meluk cowok ! hehe”.

“Aku kan cowok kak..”
“Dasar !”, ia memelintir kupingku.
“Kak…!”,
‘Apa..!?”,
‘Ngga tanggung nih ?!”,
“Tanggung apanya ?”,
“Kakak kan belum selesai tadi. Kalo aku pura-pura jadi bantal gulingnya mau ?”,
“Lagi nih ??!”,
“Cuma gesek-gesek aja kan.. Gimana ?”, aku kemudian menandaskan.
“Kamu ini aneh-aneh aja”,
“Pokoknya aman deh. Aku gak bakalan bilang siapapun. Suer.. !”, kataku sambil melepaskan bajuku, aku kini telanjang bulat,

Kak Dewi sekilas mencium pipiku, kemudian menciumi pundakku. Sembari melepaskan handuk kak Dewi, tubuhku bergeser mundur sedikit demi sedikit. Kami berdua telanjang bulat dan tahu-tahu aku kini berada diantara dua paha kak Dewi. Kemaluanku tergesek-gesek persis dikemaluan kak Dewi. Sungguh nikmat. Geletar-geletar birahi mulai memuncak. Aku mendesis dan merintih sambil sesekali mendaratkan ciuman ke pundak kak Dewi. Lambat laun aku menyadari, aku kini ikut bergerak dan menggesek. Tubuh kak Dewi ikut bergerak seirama gerakan tubuhku. Beberapa kali ia membetulkan posisi pinggangnya. Kemaluanku terus digesek-gesek kemaluan kak Dewi. Dan terus bergoyang-goyang berirama.
“Sshhh aaahhhhh dek.. eeghh.. sayanggghhh !”, suara kak Dewi terdengar memburu.. Aku bergerak lebih cepat. Aku lihat paha gempal kak Dewi bergerak memompa. Ditambah desahannya, hal itu membuat kemaluanku yang lembek jadi agak mengeras.
Beberapa saat dia bilang “Pelanin……pelanin dulu…aasshhh”, ia mendesis,
“Enak ya kak?’, akhirnya kulontarkan pertanyaan itu. Kak Dewi terdiam. Namun nafasnya terdengar memburu. Jemari tangannya terasa meremas-remas pundakku.
Aku berusaha membuat kemaluanku lebih keras dengan mengocok sendiri..
“Mau masukkin??” tanya kak Dewi,
“Biar aku gak kentang nantinya yah ?”.“Mau kak.. !”, kataku lagi. Akhirnya kak Dewi mengangguk. Aku tidak percaya akan menyetubuhi kak Dewi. Tidak benar-benar maksudku. Dan untuk pertama kalinya, kemaluanku mulai masuk ke kemaluan kak Dewi. Sungguh sensasinya luar biasa. “Ahhhhss…ssshhhahhhh”
Kemaluanku terjepit diantara kemaluan kak Dewi. Lalu aku mulai menggerakkannya. Naik turun perlahan. Rasanya hangat namun basah didalam sana. Semakin kugerakkan semakin terasa nikmat. Aku mendengar kak Dewi mendesah lagi. Kepalanya mendongak. Kucepatkan sedikit gerakanku, ia makin mendesah. Akhirnya, kugarap kak Dewi dengan nafsu. Aku senang dan bernafsu mendengar kak Dewi mendesah-desah.

“Ahhh aaaahhhh sayanghhh terus ssshhhh sayangghh…….. sssshhhhhh…..”

Kami seketika berada pada posisi saling berdekapan. Wajah kami begitu dekat. Aku merasakan semburan nafas hangat kak Dewi. Akhirnya bibir kami bertemu. Bibir kak Dewi awalnya diam tak bereaksi ketika bibirku berusaha melumat, tapi lama kelamaan bibir itu membalas lumatan bibirku. Kami berpagutan dan saling melumat. Semakin lama segalanya semakin liar. Aku kini bahkan sudah menjilat leher kak Dewi. Ketika jilatan lidahku menyerang pangkal leher dibawah telinganya, kak Dewi mendesah.

“Dek.. hhaaahhhh…. yeaahhhhhss.. hhaaahhh… ssshhhhhh ….sayangghhhhh….”

Aku kini benar-benar membuat kak Dewi menjadi hilang kesadaran. Ia menjadi benar-benar liar. Diarahkannya kepalaku untuk menciumi dadanya. Aku makin bangkit dan beringas. Tubuh kak Dewi yang bugil, sebagaimana aku, makin cepat beradu. ‘plak..plak..plak….’ Tak tahan berlama-lama aku pun merangkul erat tubuh kak Dewi. Aku menggumulinya dengan penuh nafsu. Aku jilatin seluruh tubuhnya, semakin kak Dewi mendesah semakin intens aku mejilat dan menciumin badannya.

“Hhaaaaahhhh…. Sayanggghhh…. Enakkh…eghhhhhh shitt……. Teruussss….ssh”

Puting susunya aku lahap bergantian. Aku bagai orang yang kesetanan.. Kak Dewi terus melenguh. Semakin keras lenguhan kak Dewi semakin semangat aku mencium dan menjilat.

“yeaahhhmmmmm …. Enak kak…!? Hmmmmmhhh…. Enakhhhh..? hhaaaahh hmmmmhhhh…… eeehmmmmmmhhhhhhh….”

Kurasakan badanku makin terjepit kedua paha kak Dewi. Aku terus menjilat dan memompa kemaluan kak Dewi. Dia terus mendesah dan nafasnya makin terasa berat.

“Ya sayangghhhh….ehhhhhsss.. Aku udahhh ngga taahhhhannn eeghhhhh… ssshhhhhhhh”

Aku pun segera mempercepat .. memompa kak Dewi dengan sangat nafsu….

“Ya kakhhh… ehhmmmmhh… sshhhh…. Aku juga… egghhhhhh….aahhhhhh ….ahhhhhhh…. keluarin kakhhhh…….”

“Aahhhhhh…. Sayanghhhhh … Anjrithh.. …..Fuck…aahh.. fuckk…. aaaaaaaahhhhhhhhhhhhhss”

Kak Dewi pun seketika terkapar diatas tubuhku. Terdiam beberapa saat, lalu kak Dewi membaringkan tubuhnya ke samping. Ingin rasanya aku memeluk kak Dewi. Tapi kak Dewi buru-buru bangkit. Dikenakannya handuknya kembali. Lalu bergegas kekamar mandi. Aku pun menunggunya dan kemudian bergantian kekamar mandi. Sungguh hari yang luar biasa aku alami. Sejak saat itu, kami berdua memiliki rahasia yang terbungkam sampai sekarang. Aku ingin kembali melakukannya, tidak dalam waktu dekat memang, namun ketika aku menginginkan lagi, rasanya aku tidak segan-segan untuk meminta kak Dewi lagi.
 
monggo suhu...

Hari ini hari yang melelahkan bagiku. Dikampus diberondong 2 kuis. Selesai kampus anak-anak lokalku pada ngajak nobar Replicas, film yang aku ga terlalu tertarik melihat dari rumah produksinya. Tapi yah, namanya juga berusaha bersosialisasi, aku ngikut aja jadinya. Tetap semangat…karena malamnya aku ada janji jemput kak Dewi sepulang dia gawe. Nobar pun kelar! aku pun langsung pamit duluan dengan alasan apa adanya dan mereka langsung memaklumi. Tancap gas kuda matic andalan menuju bank tempat kerja kak Dewi. Setelah sampai, langsung melipir dan keluarin hp. Loh, rupanya kak Dewi sempet voice call dan chat aku. Ternyata dia mau ngasih tau kalau dia balik lebih awal. Pasti tadi pas aku lagi didalam teater, memang aku silent mode hpnya. Yahhh, payah deh. Semoga dia ga ngambek karena aku ga respon pas dia call dan chat.

Sampai dirumah, melangkah masuk, hidungku mencium aroma harum, aroma masakan yang menggugah perut jadi keroncongan. Tak biasanya begini. Biasanya kita beli lauk diwarteg dan hanya memasak nasi. Ternyata kak Dewi sedang memasak bersama temannya. Yap, teman kantornya, karena terlihat masih memakai seragam bank, setelan kemeja dan rok. Aku pun menyapa dan berkenalan dengannya. “Kak Dila”, begitu aku kemudian memanggilnya. Parasnya cantik, badannya ramping proporsional. Kak Dewi pun menyambutku normal, berarti dia ga ngambek heheh.

“ Udah makan belum??” Tanya kak Dila.

“Belum kak, pas nih timingnya hehehe”

dan kita pun kemudian bersama-sama menyantap rawon yang mereka buat barusan.

Kelar makan, aku pun hendak beranjak kekamarku, mau beristirahat tentunya.

“Kak, thank you ya, rawonnya boleh juga kapan-kapan bikin lagi nihhh”

“Yeee… emang kamu kira gampang bikinnya????” kak Dewi menjawab sewot.

“Kapan-kapan kamu juga ikut bantuinn….” Sahut kak Dila.

“Beresss kakkk…. Hehe”

Mereka aku perhatikan sibuk didapur bersih-bersih. Aku segera kelantai atas. Masuk kamar dan rebahan. Tanpa aku sadari, waktu pun sudah beranjak larut malam. Aku beranjak keluar kamar untuk membuat teh hangat, tak kulihat ada aktifitas diluar kamar. TV mati, kondisi sepi. Aku pikir pasti teman kak Dewi, kak Dila sudah pulang dan kak Dewi dikamarnya ketiduran karena kecapekan pulang kerja terus masak. Seperti biasa, aku mengecek pintu depan dan memastikan keberadaan kak Dewi. Dan, benar kak Dewi ada dikamarnya. Tapi…… sesuatu banget!! Dia ga sendiri. Ada kak Dila dikamarnya dan mereka sedang make out !!! “Anjrittt” kataku pelan.

Aku, seperti biasa, mengintip dari lubang kunci, melihat kak Dewi dengan nafsunya menjilat paha kak Dila. Mereka berdua hanya mengenakan dalaman mereka. Bahkan kak Dila pun terlihat sedang berusaha melepaskan kaitan bh kak Dewi. Ohhhh, aku sangat menikmatinya. Kemudian kak Dewi mencium bagian-bagian sekitar kemaluan kak Dila. Sedikit tak percaya aku melihat apa yang sedang dilakukan kak Dewi. Aku kaget sekaligus bahagia mendengar kak Dewi dan kak Dila merintih-rintih nikmat dikasur setengah telanjang. Tak lupa kali ini aku mengeluarkan hpku dan mengabadikan momen panas ini, meskipun rada sulit karena spotnya yang sangat tidak leluasa. Sampai kemudian aku melihat kak Dewi secara tiba-tiba menoleh kearahku. Aku yakin, walaupun dia tidak melihatku secara langsung, tapi dia tau aku sedang mengintip mereka. Namun dia nampaknya tidak peduli dan kembali melanjutkan mencium-cium selangkangan kak Dila.
“Sudah-sudah ! ahhhh geli Wii!”, kata kak Dila
“Sudah….. ?”, Tanya kak Dewi. “Bukannya enak diginiin?” kak Dewi kemudian menyingkap cd kak Dila dan mencium-cium nafsu kemaluan kak Dila. Ciuman-ciuman itu membuat area kemaluan kak Dila sekejap basah.
Nafas kak Dila tersengal-sengal. Kak Dewi segera menempelkan mulutnya dengan kemaluan kak Dila, lalu mengemutnya. Dia terlihat sangat bernafsu. Kak Dila pun mendesah-desah dibuatnya. Ketika dia bermaksud melepaskan cd kak Dila.
“Eh..Tunggu sebentar, Wi! Adek lo yakin ga bakal kesini nanti?”, kata kak Dila.

“Ya elah, hajar toket gue kalo dia nyamper-nyamper kesini, tenang aja, ga bakalan dehhh” jawabnya sambil melepaskan cd kak Dila.
Aku pun hanya dapat mengernyitkan dahiku dan kembali menikmati tontonan ini. Kali ini kak Dila ambil alih, dia mulai menciumi perut dan dada kak Dewi sembari meremasnya. Kedua tangan kak Dewi membelai-belai rambut panjang kak Dila yang terkuncir dan sesekali menjambaknya.

“Ahhhh Dil…. Teruss Dillll….. shhhh ahhhhhh enakhh njritthhh….. aaaahhhhhh”


Tubuhnya perlahan mulai menggeliat. Dan dalam seketika, tubuh kak Dila masuk kedalam dekapan panas tubuh kak Dewi. Kaki mereka saling menyilang. Rasa nikmat yang mengalir deras terlihat dari gerakan mereka. Kemaluan mereka saling bergesekan. Dan mereka mulai meracau kencang…


“Ssshhh… ahhhhh…Jangan ditahan Dilll…. Aaahhhh….. aaahhhhhhh ….. rasain inihhhhhh ,,,,hmmmmhhhhhh….oooohhhhhhhhh !”, kak Dewi menggerakkan liar tubuhnya.

Aku pun tak tahan sebenarnya. Aku ingin masuk rasanya. Aku ingin merasakan terbenam dalam lembah kenikmatan mereka. Tapi tetap aku tahan dan harus bisa menahan dulu.


“Jangaaaaannnhhh… please Wiii! jangan dikencengin duluuu! Hmmmhhhhh sssshhhhhh Dewwwiihhhh aaaagghhhhhhhhh”, sembari menahan paha kak Dewi, kak Dila memohon ketika kak Dewi mencoba memaksanya untuk cepet keluar.

Namun kak Dewi terlihat tidak memperdulikan omongan kak Dila, dia terus menggesek kemaluan mereka dengan cepat.


“Wiii,,,, aaahhhhhh Dewwiiiihhhh…. Iihhhhhhss…..nggak tahan gueehhh ! gak tahannnnnhhh ssssssshhhhhhh aaaaaannnnjrriiiiitttthhh!”


“Udah Diillhh… gak usahh ditahannnhhhh …… hmmmmmhhhhhh ,,, uhhhhhhmmmmhh… keluarin Diiiillll…. hmmmhhhhhhh!”, kak Dewi lalu menampar-nampar pantat kak Dila. “plakk… plakk!!!”


Menerima tamparan itu membuat kak Dila makin terbawa nafsu gilanya “Gue gak tahannnnnn….aaahhhhhhh enaakkkhh Wiiii……..sumpahhhh,,,,,,,hmmmmmhhh … Wiiiiii…..ooooohhhhhh……shhhh…aaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh !”


“Iya Dilllllhh samaaaaaa. shhh ….…totthhhhh ……..aaaaaaahhhhhhhhh … …..….aaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhh….!”


Kak Dewi pun langsung menyusul orgasme kak Dila dengan nafas memburu. Aku tak tahan lagi pengen coli. Namun kemudian otak warasku hadir. Kalau dengan menyaksikan mereka orgasme saja aku bisa nahan, kenapa sekarang enggak.
Aku ambil langkah tenang menjauh, lalu bergegas menuju ruang TV dan menonton ngasal. Tak lama berselang kak Dewi pun keluar kamar.

“Ehh…..kamu disini toh… Ehh, boleh minta tehnya yah !?”

“Iya kak, sikat aja” jawabku. “Kak, tapi kapan-kapan aku ikutan juga yaa…” setengah memohon aku berbisik.

“Dasarrrrr….” Katanya sambil mencubit lenganku.

Skip.. skip.. skip…

Hingga saatnya aku melihat hasil rekaman barusan. Sembari rebahan dikamar, aku pun mulai terbawa suasana video itu. Entah kenapa rasanya aku ingin coli sembari mencium aroma tubuh kak Dewi. Maka segeralah aku menuju ruang tempat mesin cuci dan mencari pakaian kotor kak Dewi. Setelah ketemu, aku mengambil kaos sleeveless nya untuk kubawa kekamarku. Dan, jrengg!!! kak Dewi pun pas lewat situ dan memergokiku.

“Ehhh kak…. Lagi ngapainn??” tanyaku kikuk.

“Kamu lah yang lagi ngapain??? Bawa-bawa baju kotor aku gituu” jawabnya

“Iya kak…. Boleh yaaaahh? Pliss” pintaku sedikit memelas sange.

“Dasarr kamuuuuh”


Karena tak dilarang, segera aku kembali kekamarku membawa kaos itu. Lalu aku memposisikan hp ku agar tersandar dan bisa kutonton tanpa harus memeganginya. Aku mulai meremas-remas kemaluanku sembari menikmati adegan panas kak Dewi dan kak Dila. Membayangkan aku sedang meraba-raba paha kak Dewi, meremas-remas dada kak Dila, video itu benar-benar membuatku sange. Kulihat lagi kedua kemaluan mereka saling beradu. Dan aku kemudian mulai melepas pakaianku. Membayangin sensasi kenikmatan mereka itu. Aku mulai mengocok dan menggelepar nikmat.

“Ssshhhh….. aaaaaahhhhh……. Kakhhh……. Gila seksi bangeetthh sihh kakhhhh……. Ssshhhhhh…”

Tak beberapa lama aku dikagetkan kak Dewi yang ternyata sudah berada didekatku.

“Mmmhhh….. kakhh…. Sshhh…Dari tadi?? Disini????”

“He emmhh… Sinih.. aku bantuin…”

Kak Dewi memegang tanganku melepaskan kocokanku dan menggantikannya dengan kocokan dia yang langsung cukup cepat.

“Aaahh…eemhhhh…. Eh… kakh Dillaahh dimana kakhh?? Ssshhh… mmhhh….”

“Ada dikamar aku… lagi tidur dia… udahhh ga usah mikirinn….hmmhh..enaak…. diginiin…?? Hmmhhhh?? Enak sayanghhh?? Mmmhhhh??”

“Kakkhhh…. Aaahhhh…..hhhhmmmhhh…..”

“Keras bangeth sayangghh…. Hmmmhhh… udah konak banget yaahhh?? Hmmhhhh….. oohhhh….enakkhhhh aku kocokinnhhhh???” kak Dewi makin mempercepat kocokannya.

“Iyahhhh, kakhhh…enakhh… ahhhh ….. kocokin terussshhhh kakhhh…. Iiiyyaaaaahhhhh… ssshhh…ooooohhhhhh…..”

Ingin rasanya aku dikocokin kak Dewi berlama-lama. Tapi kak Dewi buru-buru mengocokku tambah cepat. Tak bisa kutahan konakku yang udah maksimal.

“Kaya ginihhh sayanghhh?? Enak yahhhhh?? Keluarin sayangggghh… hmmhhhhh,, emmmmhhhhhh…”

“Shhh … ahhh… fuckkk… kaaakkkhhhh…. Aku mau keluarrhhhh…. SSShhhhhhhhhHHHH…. Ahhhhhh…….aaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhh.. aaaaaaaaaaaaAHHHHHHHHHH!!!! Haaahhhhhh”

Cratt cratt cratt …..Dikenakannya muncratanku ke badannya. Namun muncratannya hanya mengenai bagian pinggang kebawah. Celana leggingnya yang jadi basah lengket berlumuran air maniku pun segera ditanggalkannya ! Lalu bergegas ia mengambil tisu dan membersihkannya. Seketika aku pun berterima kasih kepada kak Dewi.

“Kak..thank you yah.. Kakak seksi banget siiihhh.. bikin aku kepengen mulu”

“Wooh masa sihhh? Seksi kaya gini dek??” kak Dewi memelorotkan sedikit cdnya dan berputar membelakangiku.

Entah kenapa aku reflex menariknya dan memelorotkannya hingga jatuh kelutut dan kak Dewi pun terduduk dikasurku.

“Kakhh… mau gantian ga??” aku mulai meraba-raba kemaluannya.

Kak Dewi memegang tanganku memindahkannya kedadanya.

“Hmmmhh..dekhh…remesinnhhhh…. ssshhh,, ehmmmhhhh”

“Ehhsshhh … iya kakhh… kaya ginih..? ssshhhh”

“Iya dekhh…egghhhh,, ahhh sayangghhhh”

Aku pun meremas dadanya dari luar tank topnya. Kurasakan bra kak Dewi menghalangi. Kucoba mengangkat tank topnya sampai bahu dan kak Dewi pun membiarkan. Aku lalu meremas-remas branya.

“Shhhh… dekhh… sayanggghhh…. Aaahhhh….” Dia menuntun tangan kananku ke kemaluannya.

“Masukkin jari kamuhh… ssshhh…”

“Iya kakhh..hmmh..” kumasukkan langsung 2 jariku dan menggoyangkannya pelan didalamnya.

“Aahhh… sayanghhh… ssshh… iyaahh enakhh… egghhhh….”

“Enak kakh??? Aku cepetin yaahh” kataku dan sedikit menambah cepat.

“Shhhhh ahh.. shitt!! Emmmhhhh…aaahhhh… iyaahhhh…”

“Hmmhh.. enak kakhh … beginihh,,,hmmhh ginihh….” Aku mulai mengocok kemaluan kak Dewi agak kencang.

“Ooohhhhhh … iyahhh… enak sayanghh… oooohhh… teruussshhh….”

Kutambah cepatkan kocokan jariku. Clok..clok..clokk

“Aaaahhhh… aaaahhhhh….. sayanggghhh… teruussshhh… aaaahhhh…cepetinnnhhh”

Clok..clok..clokk Clok..clok..clokk Clok..clok..clokk. Makin cepat aku mengocoknya.

“Ahh anjinggghhhh…. Aaahhhhhh……Ooooooohhhhh…..”

Kukocok dengan kasar hingga bergetar badan kak Dewi.
“OOOOOHHHHHHHH…SHITTT…..AAAAHHHHHHHHH….SSSSSSSHHHHHHHHHHH….. AAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHH… HAAHHHH…SSHHH….”

Banjir sekali aku rasakan kemaluannya kak Dewi. Nafasnya masih sedikit terengah-engah. Disaat ia masih menikmati sisa orgasmenya, kita pun dikagetkan dengan suara ketokan pintu.

“Wii… lagi ngapain??? Kok ga ngajak-ngajak sihh?? Ehehhe” cetus canda kak Dila.

Entah sudah berapa lama kak Dila berada disitu. Aku pun membisu, bingung, dan menoleh kearah kak Dewi. Dia pun begitu, tapi tidak terlihat ada rasa khawatir diwajahnya. Sepertinya dia dan kak Dila memiliki hubungan kepercayaan yang erat. Tak beberapa lama ia memakai dan merapihkan lagi pakaiannya lalu keluar dari kamarku. Sejak saat itu, rahasia dirumah ini bertambah. Yap, kak Dila kini tau bagaimana hubungan kami.

Kak Dewi sekarang benar-benar menjadi objek seksualku, ingin aku melakukannya dimanapun didalam rumah ini, membuatku tambah bergairah rasanya. Didapur, dikamar mandi, diruang tengah, diruang taman, bahkan dibalkon atas mungkin. Satu hal yang tetap kami jaga, perilaku kami dilingkungan tetangga kami, sungguh akupun komit dengan janjiku, tidak menceritakan ini dengan siapapun. Saat ini aku teramat menyayangi kak Dewi, aku tak ingin merusaknya, semua yang kuperoleh telah lebih dari cukup bagiku. Dan mudah-mudahan akan tetap seperti ini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd