Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

Chapter 28 : Cinta Berselimut Birahi

Suster yang berwajah manis bukan cuma memasukkan kertas ke dalam celana, tangannya menyempatkan untuk meraba kontol Satria sambil kembali berbisik.

"Kapan kapan kita 3some ya..? Atau kalau kamu masih kuat kita foursome dengan teman temanku suster suster pecinta kontol. Hihihi..!" kata suster membuat Satria risih apa lagi kontolnya masih dielus suster membuatnya bereaksi.

"Ada istri saya suster..!" kata Satria berusaha mengingatkan suster sewaktu waktu Wulan keluar kamar kecil dan memergoki mereka.

"Janji ya kamu akan chatt aku. Dijamin puas... Hihihi..!" kata Suster mencium bibir Satria.

Satria menarik nafas lega setelah suster selesai membuka infusnya bertepatan dengan Wulan keluar kamar kecil.

"Permisi, Bu.!" pamit suster.

******

Satria merebahkan tubuhnya di atas sprimg bede mewah milik Wulan, kamar yang terlihat rapi tertata dengan apik. Satria menarik nafas panjang menghirup aroma kamar yang harum. Kamar wanita yang menjadi istrinya. Sudah dua minggu ini Satria tidur di kamar ini setelah pulang dari RS.

Rencana untuk menikah di KUA belum bisa dilaksanakan karena Pak Jalu masih dalam masa berduka, itu bukan masalah buat Satria. Apa lagi sejak Syifa kembali menghubunginya lewat chat, rasa cintanya kembali berkobar, walau Satria tidak berniat melepaskan Wulan. Tidak, akan pernah dia melepaskan wanita yang memperlakukannya sebagai manusia.

"Say...!" Wulan masuk dengan senyumnya yang indah. Senyum yang selalu membuatnya dihargai.

"Ada ,Lan? Aku bosen diam saja." kata Satria bangun sambil melebarkan tangannya menyambut kedatangan Wulan yang seperti biasa akan duduk di pangkuannya.

"Nunggu luka di tanganmu benar benar sembuh." kata Wulan sambil duduk di pangkuan Satria. Dadanya terlihat membusung indah dari balik kaos yang dipakainya. Harum yang memancar dari tubuh Wulan sangat disukai Satria terutama di bagian payudaranya.

"Bosen..!" kata Satria sambil menciumi payudara Wulan yang terbungkus bajunya. Satria hafal, gairah Wulan akan segera bangkit.

"Say, masih siang udah nyiumin tetek aja.." kata Wulan menggelinjang
PppSk geli. Lalu balas menciumi belakang kuping Satria disertai jilatn. Benar benar has pengantin baru yang selalu saling cumbu setiap kali ada kesempatan.

"Say, minggu depan malam satu suro, Gunung Kemukus sangat ramai, ada kirab melepas kelambu makam Pangeran Samudra, pokoknya setiap satunsuro Gunung Kemukus menjadi sangat ramai." kata Wulan.

"Kalau ramai emangnya kenapa? Kamu mau ke sana?" tanya Satria.

"Enggak, cuma Mbak Ratih minta kamu nemenin ritual..!" jawab Wulan membuat Satria teringat kepada kakak iparnya. Wanita yang begitu terang terangan mengajaknya berhubungan sex, dengan alasan sebagai ritual agar hajatnya terkabul. Satria sendiri tidak pernah tahu hajat Ratih.

"Och...!" hanya itu yang bisa diucapkan Satria. Tidak tahu harus berkata apa. Seperti sebuah mimpi, Satria bisa menikmati tubuh kakak dan adik tanpa harus bersembunyi sembunyi. Apa lagi mereka berdua sama sama cantik dan mempunyai payudara jumbo yang sama besar. Payudara yang selalu membuatnya bergairah. Satria meremas payudara Wulan dengan lembut. Sangat lembut, karena itu yang disukai Wulan.

"Say, nanti malam saja ya! Wupan masih banyak kerjaan." kata Wulan sambil menahan tangan Satria walau sebenarnya diapun sangat menginginkannya. Bercumbu dengan Satria selalu membuatnya merasa bahagia. "Kamu gak jemput ibu?" tanya Wulan mengingatkan, Satria.

"Ya sudah, aku jemput ibu dulu, ya..!" pamit Satria, baru ingat sudah benjanji mau menjemput ibunya pulang.

Satria segera berangkat meninggalkan Wulan yang mulai menyibukkan diri dengan dengan pekerjaannya. Satria masih merasa heran dengan hidupnya yang berubah drastis. Sudahlah, kenapa harus terhs memikirkan perubahan hidupnya, masih banyak yang harus dikerjakannya.

"Cie cie, pengantin baru. Siang siang juga masih sempet ewe,, berapa ronde tadi?" tanya Teh Sri yang berpapasan dengannya di tangga.

"Mau tahi, aja..!" kata Satria melewati Teh Sri. Timbul sifat iseng Satria, dia meremas pantat Teh Sri yang besar seperti yang sering dilakukannya sebelum menikah. Teh Sri tidak pernah marah bahkan selalu membalas dengan meremas pantat Satria.

*******

"Kita pulang bardng, yuk..!" ajak Rendy yang melihat Syifa berdiri di pinggir jalan.

"Aku lagi nunggu teman. Kamu pulang aja sendiri." kata Syifa sambil berjalan masuk kembali ke supermarket tempatnya bekerja, meninggalkan Rendy.

"Kenapa Syifa, kok baling lagi?" tanya temannya yang berbeda sif heran melihat Syifa yang kembali masuk.

"Males banget di deketin Rendy terus. Padahal sudah sering aku tolak." kata Syifa jutek, sesekali dia melihat ke luar untuk memastikan Rendy sudah pulang. Ternyata Rendy tetap berada ditempatnya, menunggu Syifa.

"Ya, begitulah cinta, !" kata temannya neninggalkan Syifa dan kembali sibuk bekerja.

Ada chat masuk ke hp, dua buah chat. Satu dari Rendy yang langsung dihapusnya tanpa membacanya lebih dahulu dan satunya dari Satria. Satria, hatinya langsung berdesir msmbuka chat dari Satria.

"Sudah pulang belum? Aku mau ngajak kamu jalan jalan." chat singkat yang membuat hati Syifa berbunga bunga. Syifa tidak perduli Satria sudah mempunyai istri, di dalam islam pria boleh punya istri empat, Syifa tidak keberatan menjadi istri muda maupun istri ke empat, karena dia mencintai Satria.

"Belum, jalan jalan ke mana? Aku mau..!" Syifa buru buru membalas chat Satria. Jam di hpnya menunjukkan angka 17.30, sebentar lagi Maghrib, tapi kan bisa di qodho shalat Manghribnya. Kapan lagi Satria akan mengajaknya jalan jalan

"Aku sudah di luar..!" balas Satria membuat Syifa menoleh. Satria duduk di atas motornya, tepat di tempat Rendy tadi menunggunya. Berarti cowok menyebalkan itu sudah pergi entah ke mana.

Tiba tiba Syifa ingat dengan sisa obat perangsang yang pemberian Shelly. Separuhnya sudah digunakan mencampur minuman Satria, tapi sayang rencananya gagal total gara gara ayahnya datang. Syifa buru buru masuk ke kamar kecil untuk mencampurkan serbuk obat perangsang dengan minuman dalam botol, sisa bekalnya. Setelah selesai Syifa keluar menemui Satria.

"Siap?" tanya Satria tersenyum menyambutnya yang setengah berlari menghampiri Satria.

"Iya..!" jawab Syifa menunduk malu. Hatinya benar benar bahagia bisa kembali berboncengan dengan pemuda yang dicintainya.

"Kita mau ke mana?" tanya Satria bertanya setelah Syifa naik ke atas boncengannya.

"Ich, kan kamu yang ngajak jalan jalan, ke mana juga aku mau, kok." kata Syifa melingkarkan tangannya memeluk pinggang Satria. Ke manapun Satria akan membawanya, dia bersedia ikut. Bahkan kalaupun Satria mengajaknya ke hoyel, Syifa akan dengan suka rela akan menyerahkan perawannya.

Sepanjang jalan Syifa memeluk pinggang Satria, merasakan kehangatan tubuh pemuda yang dicintainya. Tidak ada lagi rasa malu yang sudah disingkirkannya jauh jauh. Rasa malu hanya membuatnya jauh dari Satria. Tudak perduli Satria akan mencapnya sebagai cewek murahan, asalkan bisa tetap berdekatan dengan Satria.

"Sat, kita duduk duduk di situ yuk!" ajak Syifa saat motor yang mereka tumpangi melintas taman kota yang mulai sepi, hanya tinggal beberapa pasang kekasih yang sedang bermesraan.

"Kita beli minuman dulu..!" kata Satria memperlambat motornya.

"Gak usah, minumanku masih banyak
" kata Syifa dengan jantung berdegup kencang. Semoga saja Satria mau meminum sisa aitlr minumnya.

"Ya sudah." Satria menghentikan motornya di sisi jalan.

Syifa tanpa disuruh, langsung turun dari boncengan dan duduk di atas hamparan rumput yang biasa digunakan untuk duduk duduk. Satria pun duduk di samping Syifa.

"Ini kamu minum kalau haus..!" kata Syifa memberikan minuman dalam botol yang tinggal setengah. Tangannya agak genetar saat mengangsurkan botol.

"Kamu saja yang minum, aku gak haus..!" katq Satria, niatnya diurungkan begitu melihat air dalam botol tinggal setengah.

"Kamu gak mau minum bekasku, y?" tanya Syifa dengan nada kecewa. Rencananya kembali gagal.

Syifa tersenyum senang saat Satria mengambil minuman yang ada du tangannga dan meminumnya hingga habis. Jantung Satria berdegup kencang membayangkan reaksi yang akan terjadi pada Satria. Syifa belum tahu reaksinya akan seperti apa.

"Istri kamu cantik sekali...!" kata Syifa seperti sedang bergumam sendiri. Hatinya tegang menunggu reaksi obat perangsang yang diminum Satria.

"Kamu lebih cantik dari istriku." kata Satria jujur.

Syifa semakin gelisah menunggu reaksi obat perangsang, sudah tiga menit, tapi Satria tidak menunjukkan tanda tanda sedang terangsang. Apa obat perangsang dari Shelly tidak manjur.

"Kalau aku lebih cantik, kenapa kamu gak nikahin aku.. Eh, maaf..!" kata Syifa menunduk malu karena keceplosan mengatakan isi hatinya yang selama ini tersembunyi rapat.

Tiba tiba Satria mengangkat dagunya sehingga wajah mereka saling bertatapan. Syifa memejamkan matanya, tidak berani menatap mata pemuda yang dicintainya. Tubuhnya mengejang kaku saat Satria tiba tiba mengulum bibirnya yang tipis dan basah. Syifa merasa semua tenaganya hilang. Bibirnya terkatup rapat, inilah pertama kali dalam hidupnya, bibirnya dicium seorang pria.

"Kamu cantik sekali...!" kata Satria memandang wajahnya. Wajah mereka begitu dekat sehingga Syifa bisa merasakan hembusan nafas Satria pada wajahnya.

"Jangan di sini, banyak orang..!" kata Syifa setelah kesadarannya pulih. Sekilas Syifa melihat tatalan mata Satria agak berbeda karena reaksi obat perangsang yang diminumnya.

Satria hanya mengangguk dan meraih tangannya, mengajak Syifa pergi meninggalkan taman kota. Langit sudah gelap, berganti dengan lampu lampu penerangan jalan. Syifa segera naek ke boncengan Satria, tangannya memeluk pinggang Satria lebih erat dari tadi.

"Kita ke penginapan, ya?" tanya Satria yang dibalas dengan anggukan kepala. Tidak ada kata yang terucap dari mulut Syifa.Ya, inilah saat saat terahir keperawanannya. Inilah hadiah paling berharga yang akan diserahkan untuk pemuda yang sangat dicintanya.

Satria menghentikan motornya di sebuah penginapan sederhana. Syifa merasa malu saat turun dari boncengan Satria, dia merasa setiap mata menatap ke arahnya dan menganggapnya sebagi wanita murahan. Syifa berjalan dengan bergandengan tangan mengikuti Satria yang mengajaknya ke meja resepsionis. Syifa ingin secepatnya berada di dalam kamar dan terbebas dari orang orang yang melihatnya sebagai wanita murahan.

Syifa menarik nafas lega saat kunci kamar sudah diserahkan ke Satria oleh resepsionis yang matanya tertuju ke Syifa. Jilbab yang dikenakannya tidak lebih dari sebuah topeng untuk menutupi kebinalannya. Apa benar dia binal seperti wanita murahan lainnya? Tidak, dia melakukannya untuk pria yang sangat dicintainya.

Tangannya semakin kencang memegang telapak tangan Satria, telapak tangan yang kasar karena terbuasa menggunakan otot untuk bekerja. Tangan orang dari kalangan bawah yang terbiasa bekerja keras. Pemilik tangan yang Syifa harap mau menemaninya hingga menjadi tua.

Sampai kamar Satria langsung mengunci pintu. Syifa berdiri mematung, tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Harga diri dan kehormatannya runtuh oleh cinta yang membutakan mata hatinya.

"Kok diam aja, Syif? " tanya Satria mengangkat dagunya. Syifa memberanilan diri menatap wajah pria yang dicintainya, berusaha meyakinkan dirinya bahwa apa yang dilakukannya benar. Cinta butuh pengorbanan yang sangat besar. Perlahan Syifa mulai bisa tersenyum. Senyun terindah untuk pria yang dicintainya.

"Malu, Syifa belum pernah masuk tempat seperti ini." kata Syifa jujur. Semuany sudah terlanjur, tidak ada tempat untuk mundur, Syifa merangkul leher Satria dan menariknya mendekati wajahnya. Tidak perlu bertanya, siapa yang mulai, mereka berciuman mencurahkan semua yang tersimpan di hati.

Syifa membalas lumatan Satria dengan segenap rasa cintanya. Bibirnya terbuka menerimas lidah Satria yang menerobos masuk. Seperti ular, membelai lidahnya. Tidak perlu pengalaman untuk mahir dalam berciuman. Syifa mampu mengimbangi keahlian Satria. Hingga ahirnya bibir mereka menjauh dan kembali saling bertatapan. Tatapan penuh cinta.

"Buka bajunya, ya?" tanya Satria meminta ijin. Pengaruh obat perangsang tidak mampu menghilangkan sifat aslinya yang penuh sopan santun.

Syifa tidak menjawabnya. Dengan mengatupkan bibirnya, Syifa membulatkan tekadnya membuka bajunya dengan sukarela hingga menyisakan pakaian dalamnya yang berbeda warna. Celana dalam putih dan bh berwarna hitam. Ragu rgu ragu Syifa melepas jilbabnya dan membuka ikatan rambutnya hingga tergerai panjang.

"Kamu cantik sekali? Tubuh kamu..!" kata Satria tidak mampu meneruskan perkataannya, terpesona oleh keindahan tubuh Syifa yang proposional, payudaran ber cup B, pinggang ramping berpadu dengan pinggul bulat berisi. Kalau ada kata sempurna, maka syifa layak mendapatkannya. Kulitnya putih bak pualam dengan kulit yang halus tanpa cacat.

Syifa menunduk malu melihat tatapan mata Satria yang liar memandangi sekujur tubuhnya. Tekadnya sudah bulat, tangannya melepas kaitan BHnya, membuat payudara montoknya terbebas debgan putingnya berwarna pink. Bahkan celana dalamnya terlepas dengan suka rela. Inilah pengorbanannya, pegorbanan yang utuh atas nama cinta. Syifa sudah dibutakan oleh cinta.

Tubuhnya sudah bugil tanpa selembar benangpun yang menutupinya. Syifa tidak tahu apa lagi yang harus dilakukannya.

"Kamu kenapa belum buka baju?" tanya Syifa heran. Bukankah tubuhnya sudah bugil dan Satria bisa memetik kehormatannya sekarang. Dia sudah menyerahkan dirinya secar utuh.

Syifa merebahkan tubuhnya di spring bed yang cukup besar, kakinya mengangkang memperlihatkan memeknya yang hanya berbentuk seperti celah yang memanjang dengan sedikit itil yang menonjol keluar. Mulus tanpa bulu. Benar benar mulus. Hanya inilah cara yang dia tahu. Syifa memejamkan matanya tidak berani melihat Satria yang membuka bajunya. Ini salah dan dosa besar, tapi jalan ini harus ditempuh untuk mendapatkan cintanya.

Jantungnya berdegup kencang saat spring bed bergoyang oleh Satria yang naek menyusulnya. Syifa semakin melebarkan pahanya siap menerima penetrasi hujaman kontol Satria yang akan segera memasuki memeknya. Syifa berusaha mengatur nafasnya untuk mengurangi ketegangannya sehingga saat kontol Satria masuk memeknya tidak terlalu sakit.

Tapi Satria tidak langsung melakukan penetrasi, Satria malah mencium bibirnya dengan lembut, Seperti yadi, Syifa menyambutnya dengan sepenuh hatinya. Tubuhnya agak mengejang saat payudaranya yang cukup besar dibelai Satria dengan lembut membuat sekujur tubuhnya merinding oleh sensasi yang nikmat dan terasa aneh.

Ciuman Satria berpindah ke lehernya, Syifa mendesah lirih oleh sensaai membuat jiwanya melayang menikmatinya. Tidak bisa dipungkiri, Syifa mulai menikmatinya. Terlebih saat ciuman Satria beralih ke dadanya, bukan hanya sekedar meremas tapi juga menciumi permukaan payudaranya bahkan hinggap pada putingnya yang semakin mengeraa.

"Satria....!" Syifa merintih nikmat. Sensasi yang dirasakannya begitu nikmat dan sulit dilukiskan oleh kata kata.

"Satria, jangan. Utu najis!" seru Syifa saat melihat Satria membenamkan wajahnya di selangkangan dan memeknya dijilati oleh Satria. Syifa merasa Satria tidak pantas melakukannya. Itu bagia kotor tempat keluarnya air seni. Itu najis.

Tapi Syifa harus mengakui, rasa nikmat yang dirakannya sangatlah luar biasa membuat seluruh bulu romanya bangun bahkan rambut rambut halus diubun ubunnyapun merinding. Ini gila, jiwanya seperti melayang oleh rasa nikmat. Satria tidak mau berhenti menjilati memeknya, menghisap itilnya membuat Syifa mencapai orgasme pertamanya. Orgasme yang begitu asing dan luar biasa.

"Sat, awassssss Syifa mau pipissss..!" tubuh Syifa mengejang mendapatkan orgasmenya yang luar biasa. Orgasme yang membuat jiwanya mencapai puncak sura dunia sebelum ahirnya terhempas kembali.

"Enak...?" tanya Satria yang sudah merangkak di atas tubuhnya. Wajahnya begitu dekat sehingga Syifa bisa merasakan hembusan nafas Satria pada kulit wajahnya yang halus.

"Enak.. Satria gak jijik ngejilatin memek Syifa?" tanya Syifa heran.

Tidak ada jawaban dari Satria, Syifa merasakan ada sesuatu yang bergerak menggesek gesek memeknya, menyentuh itilnya yang menimbulkan rasa nikmat. Syifa kembali tegang, sebentar lagi keperawanannya tinggal kenangan. Hilang sebagai bentuk pengorbanan cintanya.

"Aduhhhh...!" Syifa merintih lirih saat kontol Satria menerobis masuk merobek selaput daranya. Memang sakit, tapi tidak sesakit seperti yang diceritakan teman temannya. Tapi tetap saja sakit, seperti ada sesuatu yang mengganjal dalam lobang memeknya.

"Sakit..?" tanya Satria yang dibalas oleh anggukannya. Rasa sakit yang mengurangi rasa nikmat yang sempat dirasakannya tadi.

Syifa menggigit bibirnya merasakan kontol Satria bergerak keluar menyisakan sedikit di mulut memeknya, lalu kontol Satria kembali masuk menerobos memeknya. Sakit, tapi tidak sesakit saat selaput daranya robek. Syifa berusaha menerima kehadiran kontol Satria di lobang memeknya. Berusaha mengabaikan rasa perih saat kontol Satria bergerak mengocok memeknya dengan pelan, bergesekan dengan luka di selaput daranya.

"Sakitttt...!" hanya itu yang bisa terucap oleh bibirnya yang indah. Tanpa bisa ditahan lagi, Syifa menangis kehilangan mahkota yang seharusnya terjaga hingga malam pengantin. Tapi sekarang lenyap dalam sekejap.

"Nanti juga enak..!" kata Satria terus mengocok memek Syifa dengan pelan.

"Sakittttt, cabuttt duluuu..!" kata Syifa sambil menangis, memohon agar Satria menyudahinya.

"Sebentar lagi aku mau kellluar...!" kata Satria seperti tidak memperdulikan rengekannya. Dia terus bergerak memompa memeknya. Luka di selaput daranya terasa perih.

"Akkkkku kelllluar...!" Satria menjerit nikmat, Syifa merasakan kontol Satria berkedut dalam jepitan memeknya dan memuntahkan cairan hangat.

********

Jalu terperanjat, brankas Lilis ternyata kosong. Kenapa sampai kini wanita itu tidak pernah mempercayainya. Sekali lagi Jalu membaca surat yang sudah berulang kali dibacanya, satu satunya benda yang ditemukannya di dalam brankas.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd